1.
2.
3.
4.
SUWANTI
:301 14 11 110
TARI NOFIANTI
:301 14 11 111
TESSA LONIKA LIMBONG:301 14 11 113
TRY HELEN
:301 14 11 115
KELAS:4 AKUNTASI 4
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan
rahmat-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
yang
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
2
Halaman Judul
..
Kata Pengantar
..
Daftar Isi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah.
1.3.
PEMBAHASAN
2.1.
2.2
2.3
...
14
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
24
3.2.Saran...
24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
Kegiatan jual beli melalui pesanan bukanlah hal yang asing bagi kegiatan perdagangan
zaman kini,penjual tidak saja hanya menawarkan barang jadi saja namun juga menawarkan
suatu bentuk penjualan dengan sistem pesanan,dimana pembeli dapat menentukan sendiri
deskripsi dan material bahan yang dibutuhkannya.
Berdasarkan perkembangan akuntansi syariah yang pesat,maka diberlakukanlah suatu
standar untuk pembelian secara pesanan.Standar yang diterbitkan oleh DSAK-Syariah adalah
salah satunya Akuntansi Istishna yaitu suatu standar yang digunakan untuk mengatur
pencatatan pesanan dengan spesifikasi tertentu.
Akuntani Istishna hampir sama dengan Akuntansi Salam yang menjadikan perbedaan
keduanya adalah Salam dalam pesanannya tidak ada spesifikasi tertentu.Untuk menghindari
transaksi yang mengandung unsur riba,maka DSN-MUI pun mengeluarkan fatwa-fatwa
terkait Akuntansi Istishna ini.Oleh karena itu,penting bagi kita untuk mengetahui
bagamaimana akuntansi istishna itu dan bagaimana perlakukan pencatatannya.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
a) Fatwa DSN-MUI tentang Akuntansi Istishna
b) PSAK Akuntansi Istishna
c) Pencatatan Transaksi Istishna
3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih memahami:
a) Fatwa DSN-MUI tentang Akuntansi Istishna
b) PSAK Akuntansi Istishna
c) Pencatatan Transaksi Istishna
Sedangkan manfaat yang diharapkan setelah pembaca membaca makalah ini
adalah pembaca dapat menerapkan konsep akuntansi istishna dalam kehidupan seharihari dengan benar sesuai standar yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
06/DSN-MUI/VI/2000
1.
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,
atau manfaat.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan
memiliki
memilih)
untuk
melanjutkan
atau
membatalkan akad.
Ketiga : Ketentuan lain:
1.
2.
Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas
berlaku pula pada jual beli istishna'.
3.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2. LKS selaku mustashni tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during
construction) dari nasabah (shani) karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah.
3. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Istishna (Fatwa DSN nomor 06/DSNMUI/IV/2000) berlaku pula dalam Istishna Paralel.
Kedua : Ketentuan Lain
1.Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
II.
Selanjutnya dalam konteks pengaturan dalam Pernyataan ini istilah entitas akan digunakan
dalam pengertian meliputi lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah.
4. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad istishna.
Definisi
5. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani).
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara pemesan (pembeli,
mustashni) dengan penjual (pembuat, shani), kemudian untuk memenuhi kewajibannya
kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani.
Nilai tunai adalah jumlah yang harus dibayar apabila transaksi dilakukan secara kas.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihakpihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang
diserahkan kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau
sekaligus pada waktu tertentu.
Karakteristik
6. Berdasarkan akad istishna, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang
pesanan (mashnu) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,
dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.
7. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
8. Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
(a) memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
(b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; dan
(c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
9. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan
penjual. Jika barang pesanan yang diserahkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya.
10. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika
entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau
kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istishna maka hal ini disebut
istishna paralel.
11. Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli
akhir, tidak bergantung (muallaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain.
12. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali
memenuhi kondisi:
(a) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
(b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
13. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:
(a) jumlah yang telah dibayarkan; dan
(b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
AKUNTANSI UNTUK PENJUAL
Penyatuan dan Segmentasi Akad
14. Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset
diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:
(a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
(b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah, dimana penjual dan pembeli dapat
menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan dengan masing-masing aset
tersebut; dan
(c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
15. Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli, harus
diperlakukan sebagai satu akad istishna jika:
(a) kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;
(b) akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut merupakan bagian
dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan; dan
(c) akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.
16. Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, maka tambahan
aset tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:
(a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna awal dalam
desain, teknologi atau fungsi; atau (b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait
8
margin keuntungan terkait dengan proses pembuatan barang pesanan. Margin ini
menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan barang pesanan.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna adalah harga yang disepakati
antara penjual dan pembeli akhir. Hubungan antara biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai
akad diuraikan dalam contoh sebagai berikut:
22.Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam periode
lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
(a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna
dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang pesanan; dan
(b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf
23.Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin
istishna (istishna billing) pada pos lawannya.
24. Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna dilakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian
pembuatan barang pesanan.
Biaya Perolehan Istishna
25.Biaya perolehan istishna terdiri dari:
(a) biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan; dan
(b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad.
26. Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan.
27.Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya. 28. Beban umum dan
10
administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam
biaya istishna.
Biaya Perolehan Istishna Paralel
29. Biaya istishna paralel terdiri dari:
(a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada
entitas;
(b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad; dan
(c) semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,
jika ada.
30. Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian
pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Penyelesaian Awal
31. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan
istishna.
32. Pengurangan pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat
diperlakukan sebagai:
(a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran;
atau
(b) penggantian (reimbursement) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang
dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan.
Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan
33.Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna akibat
perubahan pesanan dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut:
(a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli
ditambahkan kepada pendapatan istishna dan biaya istishna;
(b) jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka
jumlah biaya setiap tagihan tambahan akan menambah biaya istishna;
sehingga pendapatan istishna akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat
klaim tambahan;
(c) perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna paralel, akan tetapi biaya
perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor dan
disetujui penjual berdasarkan akad istishna paralel.
Pengakuan Taksiran Rugi
11
34.Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan melebihi
pendapatan istishna, taksiran kerugian harus segera diakui.
35. Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:
(a) apakah pekerjaan istishna telah dilakukan atau belum;
(b) tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau
(c) jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan sebagai suatu akad
tunggal sesuai paragraph 14.
AKUNTANSI UNTUK PEMBELI
36.Pembeli mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada
penjual.
37. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna tangguhan.
38. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan hutang istishna.
39. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual
dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi
garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
40. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan
kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh
tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
41. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan
biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
42. Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang
lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
PENYAJIAN
12
13
49. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, yang
berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
istishna.
III.
2.
3.
xxx
Hutang istishna
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Persediaan
Keuntungan istishna
xxx
xxx
Akuntansi Istishna
Contoh kasus: Untuk Membangun Sebuah Bangunan
Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank
Harga bangunan: Rp. 150.000.000
Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000
Transaksi istishna kedua: antara bank dengan pemasok (kontraktor)
14
Untuk keperluan survei bank telah mengeluarkan sejumlah dana, hal yang demikian di
kemudian hari akan diakui sebagai biaya overhead sebagai penambah jumlah harga perolehan
barang istishna
Beban pra akad yang ditangguhkan
Rp. 2.000.000
Kas
2.
Rp.2.000.000
Biaya istishna
Rp. 2.000.000
Rp. 2.000.000
Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 20%
Rp. 26.000.000
Utang
Rp. 26.000.000
Rp. 26.000.000
Kas
Rp. 26 .000.000
Rp. 4.000.000
Rp. 26.000.000
Rp. 30.000.000
Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 30%
Rp. 39.000.000
Rp. 39.000.000
Utang istishna
Rp. 39.000.000
Kas
Rp. 39.000.000
Rp. 6.000.000
Rp. 39 .000.000
Rp. 45.000.000
Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah menyelesaikan 50%
Rp. 65.000.000
Utang istishna
Rp. 65.000.000
Rp. 65.000.000
Kas
Rp. 65.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 65.000.000
Rp. 75.000.000
Penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang istishna dari pembeli
(nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya jurnal ini dibuat sebanyak 5 kali sesuai
tanggal terminnya, namun disini dilakukan penyingkatan menjadi Satu kali
Piutang istishna
Rp. 30.000.000
Termin istishna
Rp. 30.000.000
Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal sesuai termin)
Kas
Rp. 30.000.000
Piutang istishna
Termin istishna
Rp. 30.000.000
Rp. 30 .000.000
Rp. 30 .000.000
16
Rp. 130.000.000
Kas
2.
Rp.130 .000.000
Rp. 20.000.000
Rp. 130.000.000
Pendapatan istishna
3.
Rp. 150.000.000
Piutang istishna
Rp. 150.000.000
Termin Istishna
Rp. 150.000.000
Piutang istishna
Rp. 40.000.000
Rp. 40.000.000
Rp. 150.000.000
Rp. 150.000.000
Pembayaran bulanan
190.00.0
190.01.0
5.
Kas
Rp. 5.277.778
Piutang istishna
Rp. 5.277.778
Rp. 1.111.111
Pemberian potongan saat pembeli melunasi lebih awal, saat sisa piutang berjumlah Rp.
Rp. 53.333.333
Potongan Istishna
Piutang Istishna
Rp. 10.000.000
Rp. 63.333.333
Cara II:
17
Kas
Rp. 63.333.333
Piutang Istishna
Rp. 63.333.333
Rp. 13.000.000
Kas
Rp. 10.000.000
Pendapatan Istishna
Rp. 3.333.333
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(Dr) Kas
XX
(Cr) Piutang Istishna
XX
f) Pengakuan keuntungan pada akhir periode dengan menggunakan metode persentase
(Dr) Beban pendapatan Istishna
(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian
(Cr) Pendapatan Istishna
XX
XX
XX
XX
XX
XX
18
Maka,tidak ada jurnal, karena metode ini mengakui pendapatan istishna hanya pada
akhir masa kontrak.
i) Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode
persentase.
(Dr) Beban pendapatan Istishna
(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian
(Cr) Pendapatan Istishna
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(dibayar
setelah
pembeli
XX
XX
XX
melunasi
19
piutangnya)
Jurnal Standar Akuntansi Pembeli
a) Saat pembeli menerima garansi penyelesaian proyek
Kas
xx
Titipan uang garansi
b) Pembeli menerima tagihan dari penjual
Aktiva istishna dalam penyelesaian
Hutang istishna
c) Pembeli membayar tagihan dari kontraktor
Hutang istishna
Kas
xx
xx
xx
xx
xx
d) Pembeli menerima aktiva istishna
Persediaan
xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian
xx
e) Pembeli menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah spesifikasi
Piutang kontraktor
xx
(sebesar uang yang belum kembali)
Kas
xx
(sebesar uang yang telah kembali)
Aktiva istishna dalam penyelesaian
xx
f) Pembeli menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi
Persediaan
xx
(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)
Kerugian aktiva istishna
xx
(sebesar penurunan nilai karena salah spesifikasi)
Aktiva istishna dalam penyelesaian
xx
g) Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga pembeli merugi
1)
Uang garansi < kerugian
Titipan uang garansi
xx
Piutang kepada kontraktor
xx
Pendapatan ganti rugi istishna
xx
2)
Uang garansi > kerugian
Titipan uang garansi
xx
Hutang kepada kontraktor
xx
Pendapatan ganti rugi istishna
xx
Ilustrasi Akuntansi Transaksi Istishna:
PT Amanah membutuhkan rumah tipe 120/216 dengan spesifikasi khusus untuk
kantor. Harga rumah Rp.200 juta, dana yang dibayarkan PT Amanah untuk uang muka Rp.50
juta. Perusahaan mengajukan pembiayaan kepada bank syariah. Setelah akad ditandatangani
antara PT Amanah dan Bank Syariah dengan nilai akad Rp. 200 juta, bank syariah memesan
kepada pengembang, dan pengembang akan menyelesaikan pemesanannya selama 9 bulan.
Bank membayar biaya pra akad sebesar Rp.1 juta, dan akad ditandatangani antara bank dan
20
PT Amanah pada 1 juli 2011. PT Amanah menyerahkan uang muka sbs Rp.50 juta. Di
samping itu bank juga menandatangani akad pembelian/pesanan kepada pengembang pada 1
juli 2011, dengan harga beli Rp.170 juta. Berikut ini data dan tagihan yang dilakukan oleh
pengembang sampai dengan selesai per 1 Maret 2012:
Syariah
1 Mar 2011:Pengembang menyerahkan aktiva istishna yg telah selesai kepada
PT Amanah. PT Amanah mengangsur pembayaran rumah selama 2 tahun. Bank Syariah
mengenakan keuntungan istishna 10% dari pembiayaan.
Perhitungan:
Pemesan akan melunasi rumah pesanannya pada saat rumah selesai dibangun dan
diserahkan bank syariah kepada PT Amanah, dengan harrga kontrak 200 juta. Harga pokok
rumah=Rp.170 juta. Jadi laba bank syariah=Rp200 juta Rp.171 juta=Rp.29 juta. Harga jual
bila diangsur 2 tahun= Rp.200 juta + 10% (Rp.200 juta)=Rp.220 juta. Angsuran/bulan=
Rp.220 juta/24=Rp.9.166.667;- sedang margin/bulan = Rp. 20 juta/24=Rp.833.333;Jurnal yang dibuat oleh bank syariah:
a. Pada saat bank syariah menerima uang muka dari PT Amanah:1 Juli 2011
Dr. Kas
Rp.50.000.000
Cr. Uang Muka Istishna
Rp.50.000.000
b. Pada saat bank syariah mencatat biaya pra akad Rp.1.000.000
Dr. Beban pra-akad yg tangguhan
Rp.1.000.000
Cr. Kas
Rp.1.000.000
c. Pada saat ada kepastian akad istishna dengan nasabah PT Amanah
Dr. Aset istishna dalam penyelesaian
Rp.1.000.000
Cr. Beban pra akad tangguhan
Rp.1.000.000
d. Pada saat bank menerima tagihan dari pengembang dan membayarnya tanggal 1 Agt
2011 Rp.30 juta
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian
Rp.30.000.000
Cr. Hutang Istishna
Rp.30.000.000
e. Pada saat bank syariah membayar hutang istishna
Dr. Hutang Istishna
Rp.30.000.000
Cr. Kas
Rp.30.000.000
f. Tanggal 1 Nov 2011 sbs Rp.50 juta
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian
Rp.50.000.000
Cr. Hutang Istishna
Rp.50.000.000
g. Pada saat bank syariah membayar hutang istishna
Dr. Hutang Istishna
Rp.50.000.000
21
Cr.Kas
Rp.50.000.000
h. Tanggal 1 Feb 2012 sbs Rp.90 juta
Dr. Aset Istishna dalam penyelesaian
Rp.90.000.000
Cr. Hutang Istishna
Rp.90.000.000
i. Pada saat bank syariah membayar hutang istishna
Dr. Hutang Istishna
Rp.90.000.000
Cr.Kas
Rp.90.000.000
j. Pada saat bank menerima barang pesanan dari pengembang yang sudah selesai 100%,
bank akan membuat jurnal sbb:
Dr. Aset Istishna
Rp.171.000.000
Cr. Aset Istishna dalam penyelesaian
Rp171.000.000
k. Pada saat bank menyerahkan rumah kpd nasabah PT Amanah
Dr. Piutang Istishna
Rp.220.000.000
Cr. Persediaan barang istishna
Rp171.000.000
Cr. Pendapatan margin istishna
Rp 29.000.000
Cr. Margin istishna tangguhan
Rp 20.000.000
Dr. Uang muka istishna
Rp.50.000.000
Cr. Piutang Istishna
Rp 50.000.000
l. Pada saat bank syariah menerima angsuran per bulan PT Amanah
Dr. Ka/Rek PT Amanah
Rp.9.166.667
Cr. Piutang Istishna
Rp 9.166.667
Mengakui pendapatan margin istishna
Dr. Margin istishna tangguhan
Rp. 833.333
Cr. Pendapatan Margin Istishna
Rp 833.333
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Istishna
adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni) dan penjual
(pembuat, shani).Terdapat pula suatu istilah ,Istishna paralel adalah suatu bentuk akad
istishna antara pemesan (pembeli, mustashni) dengan penjual (pembuat, shani), kemudian
untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai
shani.Adapun ketentuan tentang barang dalam akuntansi istishna:
Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.dsnmui.or.id/index.php?
mact=news,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=7&cntnt01returnid=61
2. http://www.dsnmui.or.id/index.php?
mact=news,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=23&cntnt01origid=59&cntnt01detailtempla
te=fatwa&cntnt01returnid=61
3. http://any-setianingrum-pasca12.web.unair.ac.id/artikel_detail-74159
%20economics,%20management%20&%20accounting
islamic
akuntansi%20akad
%20istishna.html
4. http://rudiirawantofeuh.blogspot.co.id/2014/01/psak-104-akuntansi-istishna.html
23
5. www.iaiindonesia.or.id
24