LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN
INOKULUM TEMPE
OLEH :
NAMA
NIM
: G311 13 017
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN
25
I.
PENDAHULUAN
26
Jumlah (bb)
Jumlah (bk)
331
34,9
18,1
34,8
227
585
8,0
110
1,1
7,5
46,2
19,1
28,2
254
781
-
27
menyebabkan perubahan sifat fisik protein seperti kelarutan, viskositas dan berat
molekul. Perubahan-perubahan pada protein ini memberikan peranan sangat penting
pada pengolahan pangan. Kandungan gizi kedelai yang tinggi, terutama protein,
menyebabkan kedelai diminati oleh masyarakat. Protein kedelai mengandung asam
amino
yang
paling
lengkap
dibandingkan
dengan
jenis
kacang-
28
Rhizopus
oligosporus,sehinggatempeyangdihasilkan Rhizopusoryzaelebihpadat.Namun,
apabila yang diutamakan peningkatan nilai gizi protein kedelai maka digunakan
Rhizopus oligosporus.Selama proses fermentasi Rhizopus oligosporus mensintesa
enzim protease (pemecah protein) lebih banyak, sedangkan Rhizopus oryzaelebih
banyak mensintesis enzim amylase (pemecah pati). Oleh karena itu digunakan
Rhizopusoryzae dan Rhizopusoligosporus dengankadar1:2,untukmendapatkan
tempedengankualitasbaik(Aguskrisno,2011).
29
Inokulum tempe disebut juga dengan starter tempe dan banyak pula yang
menyebut dengan nama ragi tempe. Starter atau inokulum tempe adalah bahan yang
mengandung biakan jamur tempe, digunakan sebagai agensia pengubah kedelai rebus
menjadi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe pada kedelai dan melakukan kegiatan
fermentasi yang menyebabkan kedelai berubah sifat karakteristiknya menjadi tempe
(Kasmidjo, 1990).
Menurut Sarwono (2004), inokulum tempe atau laru adalah kumpulan spora kapang
tempe yang digunakan sebagai bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Laru
mengandung spora-spora kapang yang pada pertumbuhannnya menghasilkan enzim
yang dapat mengurai substrat yang lebih kecil, lebih mudah larut serta menghasilkan
flavour dan aroma yang khas. Laru tempe mengandung paling sedikit
3 jenis spesies kapang, yaitu kapang Rhizopus oligosporus, R. oryzae, dan R.
stolonifer. Koswara (1995)
Penambahan atau pengurangan jumlah inokulum pada kondisi fermentasi (media
dan suhu) yang sama akan mempersingkat atau memperpanjang masa fermentasi. Pada
proses fermentasi, kapang membutuhkan oksigen yang cukup untuk memacu
pertumbuhannya, apabila kadar oksigen kurang maka pertumbuhan kapang pada
substrat menjadi lambat (Sarwono, 2004).
Inokulum
tempe
dibagi
menjadi
golongan
berdasarkan
atas
profil
30
Menurut Kasmidjo (1990), inokulum tempe dapat diperoleh dengan berbagai cara
antara lain:
1.
2.
3.
Sebagai biakan murni R. oligosporus yang disiapkan secara aseptis oleh lembaga
Usar, merupakan inokulum tempe yang dibuat dari kedelai yang telah diberi ragi
dan diletakkan diantara dua lapis daun waru atau daun jati.
II.5 Pembuatan Inokulum Tempe
Secara tradisional, inokulum dibuat dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan
bekas pembungkus tempe, atau menggunakan tempe itu sendiri, menggunakan tempe
yang dikeringkan ataupun tempe yang diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan di bawah
sinar matahari. Metode lainya adalah menggunakan daun pisang, daun waru, daun jati
yang ditumbuhi dengan jamur tempe kemudian dikeringkan. Penggunaan beras dan
singkong juga pernah dilaporkan (Hermana, and Roejito. 1971).
Menurut Kasmidjo (1990), inokulum tempe juga dapat diperoleh dengan berbagai cara
antara lain:
1. Berupa tempe dari batch sebelumnya, yang telah mengalami sporulasi.
2. Berupa tempe segar, yang dikeringkan dibawah sinar matahari atau yang mengalami
liofilisasi.
3. Berupa ragi tempe, yaitu pulungan beras (bentuk bundar pipih atau bulatan-bulatan
kecil) yang mengandung miselia dan spora jamur tempe.
4. Sebagai biakan murni R. oligosporus yang disiapkan secara aseptis oleh lembaga riset
atau lembaga pendidikan.
5. Inokulasi tempe yang disiapkan dengan cara menempatkan potongan daun dalam
bungkusan tempe yang sedang mengalami fermentasi.
31
Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang
dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik
sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang
dengan
jarak
antara
lubang
yang
satu
dengan
lubang
lainnya
sekitar
2 cm (Suliantari, 1990)
2.
Uap Air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang mempunyai aw (water activity) optimum untuk pertumbuhannya
yaitu <0,95-0,99 (Suliantari, 1990).
3.
Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan ke dalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu
bisa tumbuh baik pada suhu ruang 25 27oC. Oleh karena itu pada waktu pemeraman,
suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan (Suliantari, 1990).
4.
Keaktifan Laru
Dalam pembuatan laru tempe (inoculum) digunakan kapang dari jenis Rhizopus,
dimana kapang dari jenis ini merupakan organisme terpenting dalam fermentasi. Spesies
yang digunakan dalam pembuatan tempe antara lain adalah Rhizopus oryzae dan Rhizopus
oligosporus (Rahman, 1992).
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena
itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan
agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan (Suliantari, 1990).
5.
pada umumnya tumbuh dalam suasana asam, oleh karena itu dalam perendaman kacang
kedelai dengan larutan asam asetat atau asam laktat dengan pH 4,3 4,5. Dengan
terdapatnya
asam
yang
tinggi,
maka
pertumbuhan
bakteri
lain
dapat
32
33
34
35
yang
dikeringkan.
Hal
ini
sesuai
dengan
Hermana
(1971),
bahwa
36
secara tradisional, inokulum dibuat dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan bekas
pembungkus tempe, atau menggunakan tempe itu sendiri, menggunakan tempe yang
dikeringkan ataupun tempe yang diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari.
Inokulum tempe dalam praktikum ini dibuat dengan cara mensterilisasi dengan
autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0Cterlebih dulu substrat yang akan digunakan
dalam pembuatan inokulum. Fungsi sterilisasi adalah untuk membebaskan sampel dari
berbagai jenis kontaminasi.sterilisasi dalam pembuatan inoculum tempe sebelum
ditambahkan isolat berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada beras yang
nantinya dapat menganggu proses pembuatan inoculum dan juga mencegah adanya
kontaminasi. Hal ini sesuai dengan penryataan Darwnidra (2010) yang menyatakan bahwa
tujuan sterilisasi adalah untuk membunuh mikroorganisme dalam beras yang bisa
menganggu dpan mengkontaminasi pembuatan inoculum tempe.
Pembuatan inokulum tempe dapat dibuat melalui dua tahap yaitu pembuatan suspensi
spora dan pembuatan inokulum tempe. Suspensi spora dibuat dengan cara melarutkan
spora dalam aquades sehingga didapatkan spora yang digunakan.Tahap kedua adalah
memasukkan spora yang dilarutkan dalam aquades kecampuran beras dan kedelai yang
telah ditimbang sesuai perlakuan dan dihomogenkan untuk didapatkan inoculum tempenya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmidjo (1990) yang menyaatakan bahwa inoculum
tempe dapat dibuat dengan berbagai cara antara lain tepung tempe tersebut kemudian
dicampur dengan berbagai cara antara lain tepung tempe tersebut kemudian dicampur
dengan beras yang sebelumnya telah dicuci dan dimasak. Aduk campuran tersebut hingga
merata.
Fungsipenjemuranpadapembuataninoculumtempeiniialahmenghilangkansebagian
air yang dikandung dengan cara membiarkan bahan pangan dibawah sinar matahari
sehinggaaktivitasmikroorganismedanreaksikimiasertabiokimiayangterjjadiditekan
seminimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ishak dan Sarinah ( 1998)
Pengeringan bahan pangan dapat dilakukan dengan cara membiarkan bahan pangan
dibawah sinar matahari, yang dikenal dengan istilah pengeringan alamiah atau dengan
menggunakan panas buatan dalam bentuk udara panas dari oven atau konstruksi alat
pengeringanyangkhusus
37
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembuatan inokulum tempe ini yaitu
oksigen, oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Faktor selanjutnya adalah uap
air, uap air yang berlebihan alan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang memiliki water activity optimum untuk pertumbuhannya. Faktor
ketiga adalah suhu, kapang tempe digolongkan kedalam mikroba yang bersifat yang dapat
tumbuh dengan baik pada suhu ruang. Maka dari itu suhu harus diperhatikan. Keaktifan
laru juga dapat mempengaruhi, laru yang disimpan pada waktu yang lama akan berkurang
keaktifannya. Faktor yang terakhir adalah pH atau derajat keasaman. Kapang tempe
tumbuh pada suasana asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Suliantari (1990) dan Tarigan
(1988) bahwa faktor yang perlu diperhatikan adalah oksigen, uap air, suhu, keaktifan laru,
dan derajat keasaman atau pH.
38
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Pembuatan inokulum tempe dapat dilakukan dengan cara mencampurkan bahan yaitu
beras dan kacang kedelai dengan aquades dengan perbandingan 1:1 lalu di sterilisasi.
Setelah itu barulah diberikan suspensi spora dan diinkubasi.
2. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah oksigen, uap air, suhu,
keaktifan laru, derajat keasaman (pH)
V.2 Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih memperhatikan
prosedur pembuatan inokulum ini dan tidak terlalu banyak bebicara saat praktikum sedang
berlangsung.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aguskrisno. 2011. Peranan Rhizopus Oryzae pada Industri Tempe dalam
Peranan
Peningkatan
Gizi Pangan.
http://aguskrisnoblog.
wordpress.com/2011/01/13/ peranan-rhizopus-oryzae-pada-industri-tempedalam-peranan-peningkatan-gizi-pangan/.Diakses pada tanggal 20 Oktober
2015, Makassar.
Astawan, M. 2008.Sehat Dengan Tempe : Panduan Lengkap Menjaga
Kesehatan dengan Tempe. Dian Rakyat. Bogor.
Astawan, Made, 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Cetakan I.
Penerbit Tiga Serangkai, Solo.
Cahyadi,
W.,
2007.Kedelai,
Alternatif
http://www.conectique.com (17 November 2015).
Pemasok
Protein.