Anda di halaman 1dari 11

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PROGRAM PROFESI NERS

Materi

: Gangguan Jiwa

Sasaran

: Warga RT 18 Griya Antapani

Tempat pertemuan

: Ruang Posyandu RT 18

Waktu pertemuan

: 30 menit

Hari/tanggal

: Jumat, 18 Maret 2016

Pertemuan ke

:1

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Warga RT 18 mengetahui tentang gangguan jiwa
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Warga mengetahui definisi gangguan jiwa
b. Warga mengetahui penyebab gangguan jiwa
c. Warga mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa
d. Warga mengetahui jenis-jenis gangguan jiwa
e. Warga mengetahui pentinganya dukungan keluarga bagi penderita gangguan
jiwa.
B. Pokok bahasan
Gangguan jiwa
C. Sub pokok bahasan
1. Definisi gangguan jiwa
2. Penyebab gangguan jiwa
3. Tanda dan gejala gangguan jiwa
4. Jenis gangguan jiwa
5. Pentingnya dukungan keluarga bagi penderita gangguan jiwa
D. Metode penyuluhan
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
2. Laptop
3. Infokus
F. Materi

Terlampir
G. Kegiatan penyuluhan
No
.
1.

Tahap/Waktu
Pembukaan :
5 menit

Kegiatan penyuluhan
a. Memberikan

Kegiatan sasaran

salam

pembuka.
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan
bahasan

2.

Pelaksanaan :
15 menit

a. Menjawab salam
b. Memperhatikan

pokok
dan

c. Memperhatikan

tujuan

penyuluhan
a. Menjelaskan

definisi

a. Menyimak.

penyebab

b. Menyimak.

gangguan jiwa.
b. Menjelaskan
gangguan jiwa.
c. Menjelaskan

tanda

dan

c. Menyimak.

jenis

d. Menyimak.

peran

e. Menyimak.

gejala gangguan jiwa.


d. Menjelaskan
gangguan jiwa.
e. Menjelaskan
keluarga
3.

4.

bagi

penderita

Evaluasi :

gangguan jiwa.
Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan

5 menit

tentang

materi

gangguan

jiwa

tentang
yang

telah

Terminasi

dilakukan.
a. Mengucapkan terima kasih.

5 menit

b. Mengucapkan
penutup.

a. Mendengarkan

salam
b. Menjawab salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Laporan telah dikoordinasikan sesuai rencana
b. Mahasiswa berada pada posisi yang sudah ditentukan
c. Tempat, media serta alat sesuai rencana
d. Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan

c. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan


d. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan sampai
selesai
e. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Evaluasi hasil peserta mampu:
a. Menyebutkan pengertian gangguan jiwa
b. Menyebutkan penyebab gangguan jiwa
c. Menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa
d. Menyebutkan jenis gangguan jiwa
e. Menjelaskan pentingnya dukungan keluarga bagi penderita gangguan jiwa.
I. Sumber
Maslim.2013.PPDGJ III (Diagnosa Gangguan Jiwa)

LAMPIRAN
A. Definisi
Gangguan jiwa adalah gejala-gelaja patologik dominan berasal dari unsur. Hal ini
tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu sekali, yang sakit dan penderita ialah
manusia seutuhnya dan bukan hanya orangnya, jiwanya atau lingkungan.
Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa
adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku,
dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan
penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart & Sundeen, 2007).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber dari berhubungan
dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan
semena-mena, cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor
organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin, 2001). Jiwa atau mental
yang sehat tidak hanya berarti bebas dari gangguan. Seseorang bisa dikatakan jiwanya
sehat jika ia bisa dan mampu untuk menikmati hidup, punya keseimbangan antara
aktivitas kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat, serta berperilaku
normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya dimana dia berada. Orang yang
jiwanya sehat juga mampu mengekspresikan emosinya secara baik dan mampu
beradaptasi dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan.
B. Penyebab
Manusia berinteraksi secara keseluruhan, secara holistik atau dapat dikatakan juga,
secara bio-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa maka ketiga unsur ini
harus dapat diperhatikan. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, jenis kelamin, keadaan jasmani, keadaan psikologik,
keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan, dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresif atau pembunuhan.
Gejala umum atau gejala yang menonjol yaitu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi
penyebab utamanya yaitu jasmani (somatogenik), lingkungan social (sosiogenik) ataupun
dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa

penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan
terjadi bersamaan.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga unsur
itu yang terus-menerus saling mempengaruhi,yaitu :
1. Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan

(genetik),

yaitu

adanya

ketidakseimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Faktor organobiologi terdiri


dari:
a. Nerokimia (misal: gangguan pada kromosom no 21 yang menyebabkan
b.
c.
d.
e.

munculnya gangguan perkembangan Sindrom Down).


Nerofisiologi
Neroanatomi
Tingkat kematangan dan perkembangan organik.
Faktor-faktor prenatal dan perinatal.

2. Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan,
gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita (halusinasi), terdiri dari:
a. Interaksi ibu-anak.
b. Interaksi ayah-anak : peranan ayah.
c. Sibling rivalry atau merasa tersaingi oleh saudara.
d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.
e. Kehilangan : Lossing of love object.
f. Konsep diri: pengertian identitas diri dan peran diri yang tidak menentu.
g. Tingkat perkembangan emosi.
h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya : Mekanisme
pertahanan diri yang tidak efektif.
i. Ketidakmatangan atau terjadinya

fiksasi

atau

regresi

pada

tahap

perkembangannya.
j. Traumatic Event
k. Distorsi Kognitif
l. Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian diri pada anak) :
- Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya.
- Melindungi anak secara berlebihan karena sikap berkuasa dan harus
-

tunduk saja
Penolakan (rejected child)
Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi.
Disiplin yang terlalu keras.
Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan.
Perselisihan antara ayah-ibu.
Perceraian
Persaingan yang kurang sehat diantara para saudara.
Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).
Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak).
Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau nonpsikotik).

3. Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun
yang ada di luar lingkungan keluarga, yang terdiri dari:
a. Tingkat ekonomi
b. Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.
c. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.
d. Pengaruh rasial dan keagamaan.
e. Nilai-nilai.
C. Tanda dan gejala
1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat
terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional,
namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir atau melamun yang
tidak biasa (delusi).
4. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari suara atau bayangan itu.
5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan
tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
7. Paranoid (cemas/takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu
ditakuti atau dicemaskan.
8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
10. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
11. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
12. Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
13. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
14. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya
bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
15. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan.
16. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
17. Sulit dalam berpikir abstrak.
18. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya/usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba
malas dan selalu terlihat sedih.
D. Jenis gangguan jiwa

1. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab dan patologisnya sangat kurang (Maramis, 1994).
Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga
pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan
menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak cacat .
2. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri. Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu
bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan,
keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya. Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan
marah yang mendalam.
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi
tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan
akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan
dengan tanda depresi. Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang
depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi
yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Depresi dianggap
normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak
sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana
sebagian besar orang mulai pulih.
3. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi

sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut
sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik. Penyebab maupun
sumbernya biasa tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan
dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (2007)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan ke dalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan
intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada
satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian
paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian
axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik,
kepribadian astenik, kepribadian anti sosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian
inadequate.
5. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat
disebabkan oleh penyakit biologis, yang terutama mengenai otak atau yang terutama
di luar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu,
maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang
menyebabkannya.

Pembagian

menjadi

psikotik

dan

tidak

psikotik

lebih

menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada
pembagian akut dan menahun.
6. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah.
Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau
semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan
saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang
dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang
terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau


tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya rendahnya daya keterampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
8. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat. Anak dengan
gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan.
Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya,
akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri
dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari
orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis,
neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga
dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena
lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat
dipengaruhi atau dicegah.
E. Pentingnya dukungan keluarga terhadap penderita gangguan jiwa
Keluarga adalah sisi sehat pasien, Keluarga bagian dari tumbuh kembang pasien,
Keluarga paling berkepentingan dengan pemulihan pasien. Peran keluarga sangat penting
karena bertujuan untuk saling menguatkan antara sesama keluarga yang merawat pasien
gangguan jiwa, merupakan pertemuan periodik antara keluarga yang merawat pasien
gangguan jiwa untuk saling berbagi dan bertukar pengalaman dengan terapis bertindak
selaku fasilitator, biasanya dalam kelompok diusahakan merupakan gabungan antara
keluarga yang ekonomi tinggi dan ekonomi rendah sehingga bisa saling bertukar
informasi.
1. Dukungan keluarga berupa penilaian
Sebagian besar keluarga memberikan penghargaan kepada penderita dengan cara
merawat dengan baik, memberikan kasih sayang, memberikan pengawasan
terhadap ketaatan dalam pengobatan.
2. Dukungan keluarga berupa informasional
Bentuk dukungan informasional adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan
pemberian informasi. Sebagian besar keluarga selalu memberikan nasehat kepada
anggota keluarganya yang menderita ganguan jiwa dan nasehat atau sarannya
berupa: partisipan mengatakan keluarga memberikan nasehat dan mengatakan
sabar dan banyak berdoa kepada penderita.
3. Dukungan keluarga berupa instrumental

Dalam dukungan instumental sebagian keluarga telah memberikan dukungan


kepada anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa dengan baik dan
positif, keluarga mampu melakukan perannya sebagai keluarga dengan baik dengan
memberikan dukungan berupa pengobatan, mengantarkan penderita untuk kontrol
dan mengawasi dalam meminum obat. Bentuk dukungan tersebut yaitu:
- Mengantarkan penderita malakukan pengobatan ke Rumah Sakit Jiwa ketika
-

mengalami gangguan jiwa.


Melakukan dan mengantarkan penderita untuk kontrol ke rumah sakit dengan

rutin.
Memberikan obat kepada penderita sesuai dengan anjuran yang diberikan.
Melakukan pengawasan terhadap penderita yang meminum obat untuk

memastikan obat tersebut di minum.


4. Dukungan keluarga berupa emosional
Secara emosional, dukungan dari keluarga menunjukkan hal yang positif dan baik.
Setiap keluarga memberikan dukungan yang membuat penderita gangguan jiwa
yaitu anggota keluarganya ada yang memperhatikan dan keluarga selalu berusaha
untuk melakukan yang terbaik agar anggota keluarganya dapat sembuh.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


GANGGUAN JIWA PADA WARGA RT 18 GRIYA
ANTAPANI

Disusun Oleh :
Kelompok 3 dan kelompok 4

Program Profesi Ners Angkatan XI


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung
2015/2016

Anda mungkin juga menyukai