Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pada dasarnya kesehatan merupakan kebutuhan mendasar manusia dalam
menjalani kehidupannya guna mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Kesehatan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik endogen yang berkaitan dengan diri
sendiri seperti pola hidup sehat dan bersih, daya tahan tubuh, genetik, dan lain
sebagainya, kemudian faktor eksogen seperti asupan nutrisi, ketersediaan sarana dan
prasarana air bersih, tempat tinggal yang layak sesuai rumah sehat, kebersihan
lingkungan, dan lain sebagainya.
Lingkungan memegang peranan penting dalam perjalan penyakit terutama
demam berdarah dengue (DBD). Peran serta masyarakat merupakan komponen utama
dalam pengendalian DBD, mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada
di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di dalam
rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dalam pelaksanaan PSN
secara rutin seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan
vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya
terjadinya penurunan kasus DBD.
Pada wilayah Jakarta Timur, kecamatan Duren Sawit merupakan peringkat
pertama dari 10 Kecamatan yang ada di Jakarta Timur dengan kasus DBD tertinggi
yaitu sebanyak 926 kasus pada tahun 2014. Menurut data yang didapatkan dari
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit yang terdiri dari 7 kelurahan yakni Klender,
Pondok Bambu, Duren Sawit, Malaka Jaya, Malaka Sari, Pondok Kopi, dan Pondok
Kelapa, jumlah kasus DBD pada tahun 2012 adalah sebesar 680 kasus, pada tahun 2013
sebesar 1145 kasus, dan pada tahun 2014 sebesar 911 kasus. Insident Rate (IR)
berdasarkan data kasus DBD Kecamatan Duren Sawit, pada tahun 2012 adalah 87,29,
tahun 2013 mengalami peningkatan yakni 167,69, pada tahun 2014 IR DBD sebesar
90,21.

Kelurahan Pondok Kelapa merupakan kelurahan yang sering menduduki


peringkat atas pada kasus DBD. Pada tahun 2013 dan 2014, Pondok Kelapa
menduduki peringkat pertama kasus DBD terbanyak di Kecamatan Duren Sawit.
Menurut data dari Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, pada tahun 2013, terdapat
218 kasus DBD dengan IR sebesar 202,21 dan pada tahun 2014, terdapat 217 kasus
DBD dengan IR sebesar 182,74 per 100.000 penduduk. Menurut penggolongan
wilayah berdasarkan kejadian penyakit, Kelurahan Pondok Kelapa termasuk dalam
daerah endemis DBD. Wilayah endemis DBD merupakan suatu wilayah yang
setiap periode didapatkan adanya kejadian penyakit DBD.

Grafik 1.1 Incidence Rate Demam Berdarah Dengue berdasarkan Kelurahan di


Wilayah Kecamatan Duren Sawit Periode Januari 2015 Mei 2015
(Sumber: Laporan Surveilans Puskesmas Kecamatan Duren Sawit)

Pada periode awal tahun 2015, dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Duren Sawit, Kelurahan Pondok Kelapa memiliki kasus DBD paling tinggi dengan
insidens rate sebesar 70 per 100.000 penduduk. Berikut ini adalah gambaran
distribusi kasus DBD per bulan berdasarkan masing-masing wilayah RW.

14

JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
5

5
4

3
2
1

3
2

000

00

111

00

000

SEPTEMBER

OKTOBER

00

AGUSTUS

3
2

11

000

00

0000

2
11

000

11

00

0000

Grafik 1.2 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue berdasarkan Rukun Warga di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa Periode Januari Oktober 2015
(Sumber: Rekapitulasi Data Kasus DBD Puskesmas Kelurahan Pondok KelapaPeriode
Januari- Oktober 2015)
Berdasarkan data di atas, terlihat sekali bahwa hampir setiap tahun kasus
DBD di Kelurahan Pondok Kelapa angkanya selalu tinggi. Berdasarkan wilayah
RW periode Januari hingga Oktober 2015, maka didapatkan bahwa RW 12
memiliki jumlah kasus DBD terbanyak. Jika dilihat dari grafik di atas, terjadi
3

fenomena menarik di RW 07 yaitu terjadi peningkatan jumlah kasus di bulan


April dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret yang hampir tidak
pernah ada kasus DBD. Mulai bulan Juni hingga Oktober terjadi penurunan
angka kejadian DBD di RW 1 sampai dengan RW 14.

1.2 Identifikasi Masalah


Terdapat

beberapa

indikator

yang

menjadi

tolak

ukur

keberhasilan

penanggulangan kasus DBD pada suatu wilayah.


No.

Program

Target

Penanganan DBD

100%

Incidence Rate DBD

< 50/100.000 penduduk

Angka Bebas Jentik

>95%

Fogging Focus
100% untuk PE positif
Tabel 1.1 Indikator Keberhasilan Program Pengendalian DBD
(Sumber: Buku Pedoman Pemberantasan DBD)
Berdasarkan data didapatkan bahwa incidence rate kelurahan pondok kelapa

sebesar 70/100.000 yang mana lebih besar dari target dalam indikator
penanggulangan kasus DBD yaitu <50/100.000. Maka dari itu perlu dilakukan
identifikasi masalah.
Berdasarkan teori sehat-sakit oleh Hendrik L Blum, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sehat dan sakitnya seseorang dengan proporsi peranan yang berbeda
pula, antara lain adalah: lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan
genetik.

Gambar 1.1 Teori Sehat-Sakit Hendrik L Blum


(Sumber: Notoadmojo, S. Perilaku Kesehatan)
Dalam penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue, faktor Lingkungan
dan perilaku kesehatan sangat berkaitan mengingat tempat potensial perindukan
nyamuk lebih banyak berada dikawasan rumah yang mana dan dalam
pemberantasannya sangat bergantung dari perilaku individu dalam membersihkan
lingkungan. Perilaku kesehatan yang ideal dalam memberantas penyakit DBD
adalah pelaksanaan PSN mandiri oleh seluruh warga kelurahan Pondok Kelapa.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap) maupun
aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan
lingkungannya,

khususnya

yang

menyangkut

pengetahuan,

sikap

tentang

kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.


Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor
perilaku dan non perilaku.

Gambar 1.2 Teori Lawrence Green


(Sumber: Notoadmojo, S. Perilaku Kesehatan)
Dengan demikian, perilaku kesehatan berkaitan erat dengan tingkat
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan. Setelah dilakukan diskusi dan analisa
kondisi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue didapatkan beberapa akar
dari akar penyebab masalah Insidens Rate penyakit DBD 70/100.000 penduduk
yang lebih besar dari target yaitu <50/100.000 penduduk.1

Gambar 1.3 Fishbone

Kurangnya perlengkapan
jumantik
saat
pelaksanaan PSN

Kurang
nya
kemampuan,
pengetahun
dan
pengalaman
petugas mengenai PSN

Adanya jumantik
yang tidak
melakukan PSN

Kurang
pengawasan
pemantauan
program PSN

Terdapat banyak
tempat perindukan
nyamuk disekitar
kediaman warga
Banyaknya lahan
kosong dan tempattempat barang bekas
yang tidak terpakai

Environment

nya
dan
pada

Kurang
proporsionalnya
jumlah tenaga
kesehatan dan luas
wilayah

Controlling

Tidak
tersedianya
dana
untuk kegiatan PSN dari
kelurahan

PSN bersifat suka rela

Tidak adanya Standar


dalam kegiatan PSN

Tidak adanya pelatihan


mengenai tugas Jumantik

Kurangnya
kader
Jumantik mandiri

Tidak
adanya
anggaran
untuk kegiatan PSN

Kurangnya ketersediaan
PSN kit

Kurangnya bimbingan
mengenai PSN yang di berikan
kepada petugas

Banyaknya jumlah
nyamuk dan jentik
Aedes aegypti

Man

Money

Material

Method

Masih adanya warga


terkena DBF
Kurang maksimaslnya
pelaksaan kegiatan
PSN

Tidak semua warga


melakukan kegiatan
PSN
Kegiatan pSN
belum dianggap
penting oleh
masyarakat

Kegiatan PSN tidak


serta merta berjalan
dengan lancar
Kurangnya
dukungan
RT/RW dalam PSN

Kurangnya
antara

Organizing

dan

Kurangnya pastisipasi masyarakat untuk


kegiatan PSN
Kurangnya rasa kepedulian masyarakat
terhadap lingkunganya
Masyarakat tidak
Incidence
mengerti
pentingganya PSN
Rate Kasus
dalam pencegahan
Demam
DBD

Kurang optimalnya
perencanaan rencana
kegiatan yang
dilakukan dalam

komunikasi
petugas

Perbedaan
pemahaman
mengenai PSN antara
Jumantik
dan RT/RW
Kurangnya
pengetahuan RW/RT
menngenai
pencegahan DB

Actuating

jumantik

Kurangnya koordinasi
pelaksanaan PSN

dalam

Kurangnya pengetahuan
jumantik mengenai
program PSN

Berdarah
Dengue di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Kelurahan
Pondok
Kelapa
Periode Juli
2015 Oktober
2015
Sebesar 70
per 100.000
Penduduk
Lebih Besar

Planning

Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal, masih
banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan wawasan siswa sekolah dasar tentang penyebaran nyamuk demam
berdarah sehingga siswa dapat berperan dalam memutus mata rantai penyebaran DBD di
lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dengan berperan sebagai Jumantik dalam
pelaksanaan PSN disekolah dan dapat menginpsirasi warga untuk melakukan PSN mandiri
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan Peserta Rujukan terhadap penyakit DBD
b. Meningkatkan pengetahuan Peserta Rujukan terhadap lingkungan kaitannya dengan daur
hidup nyamuk penyebab DBD
c. Terciptanya peran serta Peserta Rujukan sekolah sebagai Jumantik dalam pelaksanaan
PSN secara berkesinambungan
d. Meningkatkan kesadaran Peserta Rujukan terhadap pemberantasan DBD tidak hanya di
Rumah Pribadi namun juga di lingkungan Perumahan tempat tinggal peserta rujukan
e. Terbentuknya program PSN Mandiri yang aktif dan berjalan kontinyu di rumah dengan
penuh pengawasan dari puskesmas
f. Terbentuknya jumantik Mandiri yang edukatif dan persuasif bagi Peserta rujukan dan
lingkungan sekitar
Memantau jalannya PSN di Rumah-Rumah yang telah berlangsung sebelumnya dengan
terus melakukan follow-up agar lingkungan Rumah tetap aman dari risiko tempat
perindukan nyamuk
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah (diagram ishikawa/fishbone) didapatkan
beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kasus demam berdarah dengue di lingkungan
kelurahan pondok kelapa. Penetapan prioritas masalah dan penyebab masalah ditentukan
dengan cara diskusi dan justifikasi, maka didapatkan hasil bahwa faktor Man yang salah satu
akar penyebab masalahnya adalah ketidaktahuan masyarakat tentang manfaat dan cara
pencegahan DBD merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam terjadinya kasus
demam berdarah dengue.
1.5 Manfaat Penelitian
8

a. Penulis
Membantu menurunkan angka kejadian DBD khususnya di lingkungan Rumah peserta

rujukan Kelurahan Pondok Kelapa


Melatih kemampuan dalam identifikasi masalah, menentukan akar penyebab masalah,
membuat perencanaan untuk pemecahan masalah, melakukan intervensi

dan

mengevaluasi hasil intervensi


Dapat melengkapi salah satu tugas dokter internsip

b. Puskesmas
Menjadi salah satu program unggulan puskesmas dalam pemberantasan DBD
Mendapatkan data hasil rekapitulasi tiap minggu dari sekolah yang bersangkutan
Menurunkan angka kejadian DBD di daerah lingkungan Tempat Tinggal Peserta
Rujukan yang akan menjadi jumantik mandiri
c. Peserta Rujukan (Calon Kader Jumantik Mandiri)
Meningkatkan kesadaran Peserta rujukan, pemilik, dan seluruh warga yang tinggal
dalam rumah itu tentang perilaku dan gaya hidup sehat, serta pentingnya menciptakan

suatu kondisi yang sehat dan bebas jentik nyamuk


Menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan tempat tinggal peserta Rujukancalok
kader jumantik mandiri

Anda mungkin juga menyukai