Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah
1.1.1.1 Letak Geografis
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan salah satu wilayah
administrasi di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintahan dibagi
ke dalam 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung,Makasar,
Kramatjati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman. Adapun
jumlah kelurahan di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah 65 kelurahan.
Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa terletak di wilayah Kelurahan Pondok
Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Kota Administrasi Jakarta Timur. Yang berlokasi
di Jl. Dogon timur No. 1 RT.016 / RW.002.Wilayah kerja Puskesmas Pondok
Kelapa mencakup seluruh wilayah Kelurahan Pondok Kelapa dengan luas 572.15
Ha, yang terdiri dari 14 RW dan 166 RT.5
1.1.1.2 Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Kelurahan Pondok Kelapa adalah sebagai berikut:
Sebelah Timur

: Berbatasan dengan wilayah Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan


Bekasi Barat, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Jati Bening, Kecamatan Bekasi


Barat, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat.
Sebelah Barat

: Berbatasan dengan wilayah Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan


Duren Sawit, Kota Administrasi Jakarta Timur.

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan wilayah Kelurahan Malaka Sari dan Pondok


Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Kota Administrasi Jakarta
Timur.5

Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Kelurahan Pondok Kelapa


(sumber: www.pondokkelapa.net)
1.1.1.3 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Pondok Kelapa selama bulan Mei
2015 adalah 75.678 jiwa, terdiri dari: 22.290 KK; 38.266 penduduk laki-laki;
37.417 penduduk perempuan, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1 Statistik Kependudukan Tingkat Kelurahan Pondok Kelapa


(sumber: Laporan Kependudukan Kelurahan Pondok Kelapa Bulan Mei 2015)

1.1.1.4 Susunan Penduduk


Susunan penduduk di wilayah Kelurahan Pondok Kelapa selama Tahun 2014,
sebagian besar adalah penduduk usia muda dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 1.2 Susunan Penduduk Menurut Kelompok Usia di Wilayah Kelurahan


Pondok Kelapa
(Sumber: Laporan Kependudukan Kelurahan Pondok Kelapa Bulan Mei 2015)

1.1.1.5 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan

Tabel 1.3 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan di


Wilayah Kelurahan Pondok Kelapa
(Sumber: Laporan Kependudukan Kelurahan Pondok Kelapa Bulan Mei 2015)
1.1.2

Gambaran Umum Puskesmas

Indonesia sehat 2015 adalah visi pembangunan sehat di Indonesia. Puskesmas


dijadikan sebagai ujung tombak upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat
maupun kesehatan perorangan. Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia
mencoba

berupaya

menyelesaikan

persoalan

kesehatan

dan

kesejahteraan

masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


telah mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan
5

yang lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasangagasan baru untuk menyelesaikan
berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah
kualitas pelayanan kesehatan di negara Indonesia masih jauh dari memuaskan bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga.1
1.1.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan

puskesmas

bertanggung

jawab

hanya

untuk

sebagian

upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


sesuai dengan kemampuannya.
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II,
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau
Walikota, dengan saran teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas 30.000 50.000
penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
puskesmas perlu ditinjau dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana
yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota
besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa
meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk
6

150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2015.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu serta, derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
kecamatan setempat.
1.1.2.3 Misi
Untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015, ditetapkan empat misi
pembangunan kesehatan, yaitu:
Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat lingkungannya.
Salah satu upaya untuk mendukung misi tersebut adalah dengan penyediaan

berbagai sarana pelayanan kesehatan. Sesuai dengan UUD 1945, pasal 28 ayat 1
dan UU Nomor 23 tahun 1992 kesehatan merupakan hak asasi sekaligus investasi.
Sehingga, kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap
individu serta seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup
sehat yang pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan merupakan tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta, tidak hanya tanggung jawab
7

pemerintah saja. Pembahasan tentang puskesmas telah tertuang dalam SK Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan
dasar pusat kesehatan masyarakat.
1.1.2.4 Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
1.1.2.5 Fungsi
Ada tiga fungsi Puskesmas, yaitu :
Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan

memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan


dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan,mempunyai indikator:


a. Tersedianya air bersih
b. Tersedianya jamban yang sehat
c. Tersedianya larangan merokok
d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SMP
Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetapkan,

menyelenggarakan,

dan

memantau

upaya

kesehatan.

Pemberdayaan perorangan, warga dan masyarakat ini diselenggarakan

dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya


masyarakat setempat. Mempunyai indikator kegiatan :
a.
Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan

Berbasis

Masyarakat
b.

Tumbuh dan kembangnya LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat)
c.
Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat.
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan

tingkat

pertama

secara

menyeluruh,

terpadu,

dan

berkesinambungan. Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata


pertama adalah :
a. Promosi kesehatan masyarakat
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
d. KB ( Keluarga Berencana )
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
g. Pengobatan dasar
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi:

Pelayanan Kesehatan Perorangan


Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan

dan untuk puskesmas tertentu ditambah rawat inap.


Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (Public Goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,

kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan lainnya.


1.1.2.6 Azas

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus


menerapkan

azas

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu.

Azas

penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar


pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :
Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

Azas Pemberdayaan Masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan

perorangan,

keluarga

dan

masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program


puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL), PSN DBD
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren), Jumantik Sekolah
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
10

i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga

(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).


Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang

optimal,

penyelenggaraan

setiap

program

Puskesmas

harus

diselenggarakan secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu


diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan
yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja, kesehatan jiwa dan kesehatan lingkungan.
3) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan
jiwa & promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas
dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektoral antara lain :
1) UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.
3) KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa,

organisasi

profesi,

organisasi

kemasyarakatan,

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) & Petugas


Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
4) Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha & organisasi kemsyarakatan.
5) Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah,kepala desa, tenaga kerja & dunia usaha.

11

6) Kesehatan Lingkungan: Keterpaduan sektor kesehatan dengan

kelurahan, dan masyarakat


Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap
program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam
arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam
rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun
horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis
di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
12

3) Rujukan

operasional,

yakni

menyerahkan

sepenuhnya

kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan


masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
1.1.2.7 Upaya Penyelenggaraan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah pusat pengembangan,
pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan garda
terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk tujuan tersebut,
Puskesmas berfungsi melayani tugas teknis dan administratif.
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, dan keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di

wilayah Indonesia.Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:


a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi mayarakat
e. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari upaya kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada, yakni:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
13

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut


f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja Puskesmas.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
Puskesmas Pembantu atau Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan
jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas dapat meliputi satu
kelurahan. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas meliputi :
a. Promotif ( peningkatan kesehatan )
b. Preventif ( upaya pencegahan )
c. Kuratif ( pengobatan )
d. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa
Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa dibangun pada tahun1985, dengan luas
bangunan 453 m dan luas tanah 1403 m. Bangunan telah mengalami rehab total
anggaran Sudinkes Jakarta Timur pada tahun 2012, sehingga menjadi dua tingkat.
Bangunan baru mulai digunakan pada bulan Februari 2013.

14

dr. M Satrio
Akbar

dr. M
Satrio
Akbar

Restu
Sugiarto

dr. M. Akbar

Gambar 1.2 Struktur Pegawai Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa


(Sumber: Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa)
1.1.3.1 Jenis Pelayanan Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa
Jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa adalah
umum (bayar sesuai dengan Retribusi Pemda DKI) dan BPJS Kesehatan.
15

BP Umum

Poli ANC

BP Gigi

Rumah Bersalin (RB)

Keur Kesehatan

Poli TB Paru

Pelayanan Surat Kematian

Poli Kusta

Poli Kesehatan Ibu

Poli KESWA

Poli Keluarga Berencana

Kamar Obat ( Apotek )

Poli Imunisasi

Laboratorium

Tabel 1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa


(Sumber: Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa)
1.1.3.2 Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Pondok Kelapa
Pada wilayah Jakarta Timur, kecamatan Duren Sawit merupakan peringkat
pertama dari 10 Kecamatan yang ada di Jakarta Timur dengan kasus DBD tertinggi
yaitu sebanyak 926 kasus pada tahun 2014. Menurut data yang didapatkan dari
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit yang terdiri dari 7 kelurahan yakni Klender,
Pondok Bambu, Duren Sawit, Malaka Jaya, Malaka Sari, Pondok Kopi, dan
Pondok Kelapa, jumlah kasus DBD pada tahun 2012 adalah sebesar 680 kasus,
pada tahun 2013 sebesar 1145 kasus, dan pada tahun 2014 sebesar 911 kasus.
Insident Rate (IR) berdasarkan data kasus DBD Kecamatan Duren Sawit, pada
tahun 2012 adalah 87,29, tahun 2013 mengalami peningkatan yakni 167,69, pada
tahun 2014 IR DBD sebesar 90,21.
Kelurahan Pondok Kelapa merupakan kelurahan yang sering menduduki
peringkat atas pada kasus DBD. Pada tahun 2013 dan 2014, Pondok Kelapa
menduduki peringkat pertama kasus DBD terbanyak di Kecamatan Duren Sawit.
Menurut data dari Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, pada tahun 2013, terdapat
218 kasus DBD dengan IR sebesar 202,21 dan pada tahun 2014, terdapat 217 kasus
DBD dengan IR sebesar 182,74 per 100.000 penduduk. Menurut penggolongan
wilayah berdasarkan kejadian penyakit, Kelurahan Pondok Kelapa termasuk dalam
daerah endemis DBD. Wilayah endemis DBD merupakan suatu wilayah yang
setiap periode didapatkan adanya kejadian penyakit DBD.

16

Grafik 1.1 Incidence Rate Demam Berdarah Dengue berdasarkan Kelurahan di


Wilayah Kecamatan Duren Sawit Periode Januari 2015 Mei 2015
(Sumber: Laporan Surveilans Puskesmas Kecamatan Duren Sawit)
Pada periode awal tahun 2015, dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Duren Sawit, Kelurahan Pondok Kelapa memiliki kasus DBD paling tinggi dengan
insidens rate sebesar 70 per 100.000 penduduk. Berikut ini adalah gambaran
distribusi kasus DBD per bulan berdasarkan masing-masing wilayah RW.

17

Grafik 1.2 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue berdasarkan Rukun Warga di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa Periode Januari Mei 2015
(Sumber: Rekapitulasi Data Kasus DBD Puskesmas Kelurahan Pondok KelapaPeriode
Januari-Mei 2015)
Berdasarkan data di atas, terlihat sekali bahwa hampir setiap tahun kasus
DBD di Kelurahan Pondok Kelapa angkanya selalu tinggi. Berdasarkan wilayah
RW periode Januari hingga Mei 2015, maka didapatkan bahwa RW 12 memiliki
jumlah kasus DBD terbanyak. Jika dilihat dari grafik di atas, terjadi fenomena
menarik di RW 07 yaitu terjadi peningkatan jumlah kasus di bulan April
dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret yang hampir tidak pernah ada
kasus DBD.

1.2 Identifikasi Masalah


18

Terdapat

beberapa

indikator

yang

menjadi

tolak

ukur

keberhasilan

penanggulangan kasus DBD pada suatu wilayah.


No.

Program

Target

Penanganan DBD

100%

Incidence Rate DBD

< 50/100.000 penduduk

Angka Bebas Jentik

>95%

Fogging Focus

100% untuk PE positif

Tabel 1.5 Indikator Keberhasilan Program Pengendalian DBD


(Sumber: Buku Pedoman Pemberantasan DBD)
Berdasarkan data didapatkan bahwa incidence rate kelurahan pondok kelapa
sebesar 70/100.000 yang mana lebih besar dari target dalam indikator
penanggulangan kasus DBD yaitu <50/100.000. Maka dari itu perlu dilakukan
identifikasi masalah.
Berdasarkan teori sehat-sakit oleh Hendrik L Blum, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sehat dan sakitnya seseorang dengan proporsi peranan yang berbeda
pula, antara lain adalah: lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan
genetik.

Gambar 1.3 Teori Sehat-Sakit Hendrik L Blum


(Sumber: Notoadmojo, S. Perilaku Kesehatan)

19

Dalam penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue, faktor Lingkungan


dan perilaku kesehatan sangat berkaitan mengingat tempat potensial perindukan
nyamuk lebih banyak berada dikawasan rumah yang mana dan dalam
pemberantasannya sangat bergantung dari perilaku individu dalam membersihkan
lingkungan. Perilaku kesehatan yang ideal dalam memberantas penyakit DBD
adalah pelaksanaan PSN mandiri oleh seluruh warga kelurahan Pondok Kelapa.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap) maupun
aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan
lingkungannya,

khususnya

yang

menyangkut

pengetahuan,

sikap

tentang

kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.


Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor
perilaku dan non perilaku.

Gambar 1.4 Teori Lawrence Green


(Sumber: Notoadmojo, S. Perilaku Kesehatan)
Dengan demikian, perilaku kesehatan berkaitan erat dengan tingkat
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan. Setelah dilakukan diskusi dan analisa
kondisi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue didapatkan beberapa akar
dari akar penyebab masalah Insidens Rate penyakit DBD 70/100.000 penduduk
yang lebih besar dari target yaitu <50/100.000 penduduk.1
20

Metode

Material

Tidak
optimalnya
sistem
pelaporan PSN
dan kasus DBD

Tidak ada
masalah.

Money

Tidak ada
masalah

Tidak ada
Tidak
yang
optimalnya
mengawasi
pelaksanaan
kinerja PSN
PSN
Kurangnya
Tidak
tenaga
optimalnya
kesehatan
pelaksanaan
yang turun ke
program Kesling
seluruh
wilayah
Tidak ada
Tidaksecara rutin
petugas khusus
proporsional
Kesling
antara jumlah
tenaga
SDM
kesehattan
terbatas
dengan luas
wilayah

Controlling

Actuating

Teknis PSN
kurang optimal
Tidak semua
warga mau
menjalankan PSN
Minimnya
kesadaran warga
akan pentingnya
PSN

Rate Kasus

Terbatasnya jumlah
jumantik

Ketidaktahuan
masyarakat akan
tujuan, manfaat,
metode dan cara
pencegahan penyakit
DBD

Banyak tempat
yang
berpotensi
perindukan
nyamuk

Environment

Incidence

Kurangnya
kepedulian warga
terhadap
pencegahan DBD
Pola pikir masyarakat
masih mengutamakan
pengobatan dibanding
pencegahan

Tidak optimalnya
follow up kinerja
jumantik

Banyak
lahan
kosong &
fasilitas
umum
yang tidak
terurus

Man

Demam
Berdarah

Kurangnya
kepeminatan
warga untuk jadi
jumantik

Dengue di
Wilayah
Kerja

Beban kerja
tidak sebanding
dengan
pencapaian
materil maupun
psikis.
Kurangnya
koordinasi
antara jumantik
dengan
pengurus RT/RW
di daerahnya
Kurangnya
pemahaman
pengurus
RT/RW
mengenai
pencegahan &
penanggulanga
n DBD

Tidak
ada
masal
ah

Puskesmas
Kelurahan
Pondok
Kelapa
Periode
Januari
2015 Maret 2015
Sebesar 70
per 100.000
Penduduk
Lebih Besar
dari Target
yaitu 50 per
100.000
Penduduk

21
Organizing

Planning

Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal,
masih banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan wawasan Peserta rujukan yang akan menjadi jumantik Mandiri
tentang penyebaran nyamuk demam berdarah sehingga peserta Rujukan dapat berperan
dalam memutus mata rantai penyebaran DBD di lingkungan Rumahnya sendiri dan
lingkungan rumah sekitar, kerabat dengan berperan sebagai kader jumantik mandiri
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan Peserta Rujukan terhadap penyakit DBD
b. Meningkatkan pengetahuan Peserta Rujukan terhadap lingkungan kaitannya dengan
daur hidup nyamuk penyebab DBD
c. Terciptanya peran serta Peserta Rujukan sekolah sebagai Jumantik dalam
pelaksanaan PSN secara berkesinambungan
d. Meningkatkan kesadaran Peserta Rujukan terhadap pemberantasan DBD tidak hanya
di Rumah Pribadi namun juga di lingkungan Perumahan tempat tinggal peserta
rujukan
e. Terbentuknya program PSN Mandiri yang aktif dan berjalan kontinyu di rumah
dengan penuh pengawasan dari puskesmas
f. Terbentuknya jumantik Mandiri yang edukatif dan persuasif bagi Peserta rujukan dan
lingkungan sekitar
g. Memantau jalannya PSN di Rumah-Rumah yang telah berlangsung sebelumnya
dengan terus melakukan follow-up agar lingkungan Rumah tetap aman dari risiko
tempat perindukan nyamuk
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah (diagram ishikawa/fishbone)
didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kasus demam berdarah
dengue di lingkungan kelurahan pondok kelapa. Penetapan prioritas masalah dan
penyebab masalah ditentukan dengan cara diskusi dan justifikasi, maka didapatkan hasil
bahwa faktor Man yang salah satu akar penyebab masalahnya adalah ketidaktahuan
masyarakat tentang manfaat dan cara pencegahan DBD merupakan salah satu faktor
yang berperan penting dalam terjadinya kasus demam berdarah dengue.

22

1.5 Manfaat Penelitian


a. Penulis
Membantu menurunkan angka kejadian DBD khususnya di lingkungan Rumah
peserta rujukan Kelurahan Pondok Kelapa
Melatih kemampuan dalam identifikasi masalah, menentukan akar penyebab
masalah, membuat perencanaan untuk pemecahan masalah, melakukan intervensi
dan mengevaluasi hasil intervensi
Dapat melengkapi salah satu tugas dokter internsip
b. Puskesmas
Menjadi salah satu program unggulan puskesmas dalam pemberantasan DBD
Mendapatkan data hasil rekapitulasi tiap minggu dari sekolah yang bersangkutan
Menurunkan angka kejadian DBD di daerah lingkungan Tempat Tinggal Peserta
Rujukan yang akan menjadi jumantik mandiri
c. Peserta Rujukan (Calon Kader Jumantik Mandiri)
Meningkatkan kesadaran Peserta rujukan, pemilik, dan seluruh warga yang tinggal
dalam rumah itu tentang perilaku dan gaya hidup sehat, serta pentingnya
menciptakan suatu kondisi yang sehat dan bebas jentik nyamuk
Menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan tempat tinggal peserta
Rujukancalok kader jumantik mandiri

23

24

Anda mungkin juga menyukai