BAB I Masih Kotor
BAB I Masih Kotor
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah
1.1.1.1 Letak Geografis
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan salah satu wilayah
administrasi di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintahan dibagi
ke dalam 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung,Makasar,
Kramatjati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman. Adapun
jumlah kelurahan di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah 65 kelurahan.
Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa terletak di wilayah Kelurahan Pondok
Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Kota Administrasi Jakarta Timur. Yang berlokasi
di Jl. Dogon timur No. 1 RT.016 / RW.002.Wilayah kerja Puskesmas Pondok
Kelapa mencakup seluruh wilayah Kelurahan Pondok Kelapa dengan luas 572.15
Ha, yang terdiri dari 14 RW dan 166 RT.5
1.1.1.2 Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Kelurahan Pondok Kelapa adalah sebagai berikut:
Sebelah Timur
Sebelah Utara
berupaya
menyelesaikan
persoalan
kesehatan
dan
kesejahteraan
yang lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasangagasan baru untuk menyelesaikan
berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah
kualitas pelayanan kesehatan di negara Indonesia masih jauh dari memuaskan bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga.1
1.1.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan
puskesmas
bertanggung
jawab
hanya
untuk
sebagian
upaya
150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2015.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu serta, derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
kecamatan setempat.
1.1.2.3 Misi
Untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015, ditetapkan empat misi
pembangunan kesehatan, yaitu:
Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat lingkungannya.
Salah satu upaya untuk mendukung misi tersebut adalah dengan penyediaan
berbagai sarana pelayanan kesehatan. Sesuai dengan UUD 1945, pasal 28 ayat 1
dan UU Nomor 23 tahun 1992 kesehatan merupakan hak asasi sekaligus investasi.
Sehingga, kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap
individu serta seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup
sehat yang pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan merupakan tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta, tidak hanya tanggung jawab
7
memantau
menyelenggarakan,
dan
memantau
upaya
kesehatan.
Berbasis
Masyarakat
b.
Masyarakat)
c.
Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat.
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan
tingkat
pertama
secara
menyeluruh,
terpadu,
dan
azas
penyelenggaraan
puskesmas
secara
terpadu.
Azas
perorangan,
keluarga
dan
optimal,
penyelenggaraan
setiap
program
Puskesmas
harus
organisasi
profesi,
organisasi
kemasyarakatan,
11
3) Rujukan
operasional,
yakni
menyerahkan
sepenuhnya
14
dr. M Satrio
Akbar
dr. M
Satrio
Akbar
Restu
Sugiarto
dr. M. Akbar
BP Umum
Poli ANC
BP Gigi
Keur Kesehatan
Poli TB Paru
Poli Kusta
Poli KESWA
Poli Imunisasi
Laboratorium
16
17
Grafik 1.2 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue berdasarkan Rukun Warga di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa Periode Januari Mei 2015
(Sumber: Rekapitulasi Data Kasus DBD Puskesmas Kelurahan Pondok KelapaPeriode
Januari-Mei 2015)
Berdasarkan data di atas, terlihat sekali bahwa hampir setiap tahun kasus
DBD di Kelurahan Pondok Kelapa angkanya selalu tinggi. Berdasarkan wilayah
RW periode Januari hingga Mei 2015, maka didapatkan bahwa RW 12 memiliki
jumlah kasus DBD terbanyak. Jika dilihat dari grafik di atas, terjadi fenomena
menarik di RW 07 yaitu terjadi peningkatan jumlah kasus di bulan April
dibandingkan dengan bulan Januari hingga Maret yang hampir tidak pernah ada
kasus DBD.
Terdapat
beberapa
indikator
yang
menjadi
tolak
ukur
keberhasilan
Program
Target
Penanganan DBD
100%
>95%
Fogging Focus
19
khususnya
yang
menyangkut
pengetahuan,
sikap
tentang
Metode
Material
Tidak
optimalnya
sistem
pelaporan PSN
dan kasus DBD
Tidak ada
masalah.
Money
Tidak ada
masalah
Tidak ada
Tidak
yang
optimalnya
mengawasi
pelaksanaan
kinerja PSN
PSN
Kurangnya
Tidak
tenaga
optimalnya
kesehatan
pelaksanaan
yang turun ke
program Kesling
seluruh
wilayah
Tidak ada
Tidaksecara rutin
petugas khusus
proporsional
Kesling
antara jumlah
tenaga
SDM
kesehattan
terbatas
dengan luas
wilayah
Controlling
Actuating
Teknis PSN
kurang optimal
Tidak semua
warga mau
menjalankan PSN
Minimnya
kesadaran warga
akan pentingnya
PSN
Rate Kasus
Terbatasnya jumlah
jumantik
Ketidaktahuan
masyarakat akan
tujuan, manfaat,
metode dan cara
pencegahan penyakit
DBD
Banyak tempat
yang
berpotensi
perindukan
nyamuk
Environment
Incidence
Kurangnya
kepedulian warga
terhadap
pencegahan DBD
Pola pikir masyarakat
masih mengutamakan
pengobatan dibanding
pencegahan
Tidak optimalnya
follow up kinerja
jumantik
Banyak
lahan
kosong &
fasilitas
umum
yang tidak
terurus
Man
Demam
Berdarah
Kurangnya
kepeminatan
warga untuk jadi
jumantik
Dengue di
Wilayah
Kerja
Beban kerja
tidak sebanding
dengan
pencapaian
materil maupun
psikis.
Kurangnya
koordinasi
antara jumantik
dengan
pengurus RT/RW
di daerahnya
Kurangnya
pemahaman
pengurus
RT/RW
mengenai
pencegahan &
penanggulanga
n DBD
Tidak
ada
masal
ah
Puskesmas
Kelurahan
Pondok
Kelapa
Periode
Januari
2015 Maret 2015
Sebesar 70
per 100.000
Penduduk
Lebih Besar
dari Target
yaitu 50 per
100.000
Penduduk
21
Organizing
Planning
Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal,
masih banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan wawasan Peserta rujukan yang akan menjadi jumantik Mandiri
tentang penyebaran nyamuk demam berdarah sehingga peserta Rujukan dapat berperan
dalam memutus mata rantai penyebaran DBD di lingkungan Rumahnya sendiri dan
lingkungan rumah sekitar, kerabat dengan berperan sebagai kader jumantik mandiri
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan Peserta Rujukan terhadap penyakit DBD
b. Meningkatkan pengetahuan Peserta Rujukan terhadap lingkungan kaitannya dengan
daur hidup nyamuk penyebab DBD
c. Terciptanya peran serta Peserta Rujukan sekolah sebagai Jumantik dalam
pelaksanaan PSN secara berkesinambungan
d. Meningkatkan kesadaran Peserta Rujukan terhadap pemberantasan DBD tidak hanya
di Rumah Pribadi namun juga di lingkungan Perumahan tempat tinggal peserta
rujukan
e. Terbentuknya program PSN Mandiri yang aktif dan berjalan kontinyu di rumah
dengan penuh pengawasan dari puskesmas
f. Terbentuknya jumantik Mandiri yang edukatif dan persuasif bagi Peserta rujukan dan
lingkungan sekitar
g. Memantau jalannya PSN di Rumah-Rumah yang telah berlangsung sebelumnya
dengan terus melakukan follow-up agar lingkungan Rumah tetap aman dari risiko
tempat perindukan nyamuk
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan kerangka pemecahan masalah (diagram ishikawa/fishbone)
didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kasus demam berdarah
dengue di lingkungan kelurahan pondok kelapa. Penetapan prioritas masalah dan
penyebab masalah ditentukan dengan cara diskusi dan justifikasi, maka didapatkan hasil
bahwa faktor Man yang salah satu akar penyebab masalahnya adalah ketidaktahuan
masyarakat tentang manfaat dan cara pencegahan DBD merupakan salah satu faktor
yang berperan penting dalam terjadinya kasus demam berdarah dengue.
22
23
24