Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Yang terhormat Bapak Kepala SMAN 1 Maros


Yang Terhormat para Wakil Kepala SMAN 1 MAros
Yang terhormat Bapak/Ibu Guru
Dan yang saya banggakan rekan-rekan sekalian
Pertama-tama marilah kita senantiasa mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mengasihi kita dalam naungan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah pada manusia pilihan Allah, Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik panutan di
muka bumi ini. Selanjutnya saya ingin berterimakasih karena telah diberi
kesempatan untuk berdiri dan menyalurkan isi hati dan pikiran saya mengenai
revolusi mental untuk generasi muda.
Masa remaja memang merupakan masa yang sangat penuh dengan paradigma,
bahkan Stanley Hall, psikolog hebat mendefinisikan bahwa masa muda adalah masa
yang paling sulit, penuh gejolak dan tekanan. Dan karena hal itulah, para remaja
cenderung menyukai perilaku yang mengundang resiko. Sebagai contoh nyata,
remaja saat ini lebih patuh pada handphone dan televisi dibanding orangtuanya.
Lebih memilih update status dulu sebelum makan ketimbang membaca doa
sebelum makan. Lucunya lagi, remaja sekarang lebih suka mengobrol lewat
facebook dan sebagainya hingga lupa bahwa media sosial yang sesungguhnya ialah
bertemu dan berbincang langsung. Remaja saat ini bangga jika bolos sekolah,
nongkrong tidak jelas, lalu pulang larut malam, padahal ada orang tua yang tak
hentinya mencemaskan mereka di rumah. Minta uang ke orang tua, katanya untuk
bayar SPP, eh tapi malah dipakai beli hotpants ala-ala selebriti masa kini. Giliran UN
tiba, menghalalkan segala cara biar bisa dapat ijazah dengan nilai cantik, pas
pengumuman lulus, corat-coret baju, konvoi di jalan raya, seakan-akan sudah
sangat puas dan bangga dengan predikat "LULUS" yang tertera di papan
pengumuman. Padahal, apa yang mau dibanggakan? Beginikah calon pemimpin
untuk negeriku? Rasanya bangsa dengan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur
kini tinggal 'mitos'.
Kawan..

Saat ini generasi muda - kita, sangat jauh dari apa yang diharapkan, karakter
bangsa sudah luntur digilas waktu. Pondasi yang dibangun dengan kokoh kini
diruntuhkan oleh anak bangsa sendiri. Bangsa yang santun, berbudi pekerti, ramah,
dan selalu lekat dengan sistem gotong-royong seharusnya mampu membuat
Indonesia menjadi bangsa yang arif. Namun jika generasi muda yang bobrok akan
melahirkan pemimpin ahli korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang tidak baik,
bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Jika sudah begitu, lantas mau dibawa
kemana masa depan bangsa ini?
Karena hal itulah kita harus mengembalikan karakter warga negara ke apa yang
menjadi keaslian kita, orisinalitas kita, identitas kita, ciri khas kita. Krisis moral yang
menjangkit kalangan muda, harus diberantas habis-habisan. Mari mewujudkan
masa "revolusi mental". Revolusi kesadaran, cara berpikir, dan bertindak sebagai
bangsa yang besar, seperti apa yang sempat dipaparkan oleh Benny Suseptyo sang
pemerhati sosial.
Sahabat se-generasiku..
Merevolusi mindset bangsa memang bukan suatu hal yang mudah, dan sasaran
utama dari revolusi mental tentu adalah pemuda-pemudi yang memegang kendali,
aku-kamu-kita semua, yang menjadi tiang penyangga NKRI. Biarkan generasi muda
membanting stir dan kembali ke tujuan awal bangsa Indonesia untuk merdeka
dengan sejati. Tumbuhkan kembali rasa cinta tanah air. Berganti arah dari sesuatu
yang negatif menuju berbagai hal yang positif. Sadarkan kembali generasi kita,
paksakan anak bangsa untuk mengenal seperti apa bangsa mereka sebenarnya.
Merekonstruksi ulang karakter bangsa perlu komitmen pemerintah yang kuat
disertai kesadaran seluruh warga negara, Indonesia dapat berubah ke arah yang
lebih baik. Revolusi mental bisa diwujudkan melalui pendidikan yang merata, serta
penegakan hukum tanpa pandang bulu. Mari kita mulai sekarang juga. Kalau
mengubah sejuta pemuda itu mustahil. Bagaimana dengan memulai dari diri kita
sendiri?
Jadi,

Ayo ubah diri kita sendiri, ayo bersama-sama kita capai apa yang menjadi cita-cita
bangsa selama ini. Dan jadilah generasi yang siap tempur dan mengepakkan sayapsayapnya.
Itulah aspirasi yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga ada
manfaatnya. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Anda mungkin juga menyukai