PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Buah kelapa merupakan salah satu jenis produk hasil pertanian yang dapat
Tujuan praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menganalisis
Manfaat praktikum
Adapun manfaat praktikum ini adalah dapat mengoptimalkan penggunaan
panas selama proses pengeringan guna menekan biaya dan waktu yang
dibutuhkan dalam pengeringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopra
Bahan pertanian yang dipilih adalah kopra dikarenakan suhu gas buang
yang dimanfaatkan untuk pengeringan sangat besar. Guarte et al (1996)
mengatakan suhu pengeringan kopra yang optimum sekitar 90 o celsius untuk
menghasilkan kopra berkualitas dalam warna, aroma, dan rasa. Lama pengeringan
pada suhu tersebut 21 jam dan 34 jam untuk suhu 80 oC. Suhu pengeringan kopra
bisa dilakukan lebih rendah lagi yaitu 65-85oC. (Niamnuy dan Devahastin 2005).
Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan
Pemanfaatan kopra antara lain sebagai bahan baku minyak kelapa. Junaidi
et al (2011) mengeringkan kopra dengan pengering tipe rak dengan sumber energi
dari tungku pemanas. Proses pengeringan bertujuan menurunkan kadar air suatu
bahan sehingga mencapai kadar air yang aman untuk penyimpanan dan
pengolahan berikutnya. Pada kelapa, pengeringan bertujuan menurunkan kadar air
putih lembaga dari kadar air 50-55% menjadi 7% (Mohanraj & Chandrasekar
2008). Menurut Thanaraj (2007), dengan menurunkan kadar air daging buah
kelapa akan memperoleh keuntungan antara lain; Terhindar dari pertumbuhan
berbagai jenis jamur, bakteri, dan serangga yang dapat merusak minyak dalam
kelapa. Jamur yang tumbuh pada daging kelapa antara lain asperqillus niger dan
aspergillus flavus. Menurunkan biaya pengangkutan dan penanganannya
disebabkan menurunnya berat kelapa. Meningkatkan kandungan minyak kelapa.
Daging buah kelapa segar pada umumnya mengandung minyak 34%, sedangkan
pada kopra mengandung sekitar 65%.
2.2. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air suatu bahan pangan dengan atau tanpa bantuan energi panas.
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan
dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya
berupa panas (Sari, 2014).
Sari (2014) menyatakan bahwa tujuan pengeringan adalah untuk
mengurangi kadar air pada bahan sampai pada batas tertentu dimana
perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, khamir atau kapang yang dapat
menyebabkan pembusukan dapat dihentikan sehingga bahan dapat disimpan lebih
lama. sementara volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan menjadi berkurang
sehingga mempermudah transport, dengan demikian diharapkan biaya produksi
lebih
murah.
Disamping
keuntungan-keuntungannya,
pengeringan
juga
mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang dikeringkan
dapat berubah, yaitu bentuk, sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu, dan
sebagainya. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami maupun
dengan cara buatan (artificial drying) dengan memakai alat pengering seperti
oven.
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeringan
Menurut Taufiq (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada
dua golongan yaitu faktor yang berhubungan dengan udara pengering dan faktor
yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor-faktor yang
macam
zat
yang
ada
dialami
ini
mempunyai
mekanika fluida
ada yang dikenal atau dianggap sebagai fluida ideal. Adanya kekentalan pada
fluida akan menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak.
Tegangan geser ini akan merubah sebagian energi aliran menjadi bentuk energi
lain
seperti
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Parameter Penelitian
Adapun parameter yang diukur dalam analisis energi panas pada
pengeringan kopra menggunakan alat pengering hybrid (surya-listrik) tipe rak ini
antara lain:
1. Suhu Pengeringan
a. Suhu Kolektor (oC)
b. Suhu Ruang Pengering(oC)
c. Suhu Produk (oC)
d. Suhu Radiasi Matahari (oC)
2. Kelembaban Relatif (%)
3. Kadar air bahan (%)
4. Kesetimbangan Energi
Menurut Murti (2010) prinsip dasar kesetimbangan energi adalah energi
yang masuk harus sama atau seimbang dengan energi uang keluar.
Persamaan umum kesetimbangan energi:
E
OUT = E
ST
E
.....................................................................................(1)
E
ST
( LossesTotal Sistem E USE)= E
.....................................................(2)
E
a. Laju energi yang masuk ke dalam ruang pengering,
E
(kJ/Jam)
x v x A ............................................................................................(4)
(kJ/Jam)
Losses
E
(kJ/Jam)
Losses = V x C pw x (T dT a )
E
N
d. Laju energi yang tersimpan
.....................................................................(6)
ST
E
(kJ/Jam)
3.4.
Gambar . Diagram alir proses praktikum Analisis Energi Panas Pada Pengeringan
Kopra Menggunakan Alat Pegering Hybrid (Surya-Listrik) Tipe Rak BAB IV
4.1.
Energi Panas
Pengeringan merupakan proses penguapan kandungan air dari suatu bahan
lingkungan.
Untuk
menguapkan
kandungan
air
tersebut
tentunya
membutuhkan energi panas. energi panas dapat diperoleh dari radiasi sinar
matahari langsung ataupun energi panas dari sumber panas buatan. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan suplai energi panas kepada bahan sehingga proses
pengeringan dapat berlangsung lebih cepat.
Pada praktikum kali ini, pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat
pengering hybrid (surya-listrik) tipe rak. Namun yang digunakan sebagai sumber
pemanas hanya energi panas dari radiasi matahari. Radiasi matahari ditangkap
oleh kolektor surya dan dialirkan secara konveksi paksa menuju ruang pengering.
Selama proses pengeringan, energi panas yang diberikan atau yang diserap
oleh kolektor tidak dapat digunakan secara maksimal untuk digunakan meguapkan
kandungan air kopra. Namun energi itu juga dapat keluar dari sistem atau yang
disebut heat lossis. Sehingga untuk dapat memperhitungkan besar kebutuhan
energi panas untuk proses pengeringan kopra ini perlu diperhitungkan jumlah
energi yang masuk, energi yang keluar, energi yang berguna dan energi yang
tersimpan di dalam sistem. Dengan demikian dapat kita ketahui terjadinya proses
kesetimbangan energi dimana energi yang masuk sama dengan total energi yang
digunakan dan energi yang tidak digunakan atau keluar dari sistem.
4.2.
Kesetimbangan Energi
Kesetimbangan energi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
terjadi dalam suatu sistem dimana besar energi yang masuk kedalam sistem
tersebut sama besarnya dengan total energi yang berguna, energi yang tersimpan
dan energi yang keluar dari sistem tersebut. Jika jumlah energi yang berguna,
energi tersimpan dan energi yang keluar melalui ventilasi lebih kecil dari jumlah
energi yang masuk ke dalam sistem, maka ada sejumlah energi yang hilang (heat
lossis) melalui dinding-dinding alat pengering yang bersifat konduktif maupun
semi konduktif. Dalam bidang keteknikan, jumlah energi yang hilang inilah yang
harus diperkecil.
4.3.
Energi masuk
1600000
1400000
1200000
1000000
kJ
800000
600000
E masuk (kJ) -
400000
200000
0
0
10
12
Jam ke -
Gambar 1. Grafik hubungan waktu pengeringan (jam) dengan laju energi masuk
ke ruang pengering
Berdasarkan hasil praktikum yang terlihat pada grafik diatas, diperoleh
peningkatan energi yang masuk ke dalam sistem pengering, dimana pada jam ke-2
energi yang masuk sebesar 653541,95 KJ kemudian pada jam ke-3 menjadi
783861,33 KJ dan pada jam ke-4 menjadi 904455,38 KJ. Peningkatan ini terjadi
seiring dengan peningkatan radiasi matahari karena dari proses pengeringan dari
jam ke-1 sampai jam ke-3 menuju waktu siang hari dimana energi radiasi yang
dipancarkan matahari semakin tinggi.
Jumlah energi yang masuk juga dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara
yang masuk ke sistem pengering. Dimana jika udara yang masuk semakin cepat,
maka jumlah udara yang akan dipanaskan oleh kolektor juga akan semakin
banyak. Sehingga jumlah energi panas yang masuk pun akan semakin tinggi.
4.4.
Energi berguna
12
10
8
kJ
6
E berguna (kJ) -
4
2
0
0
10
12
Jam ke -
Gambar 2. Grafik hubungan waktu pengeringan (jam) dengan laju energi berguna
Untuk pengeringan kopra
Peningkatan juga terjadi pada jumlah energi berguna seiring dengan
meningkatnya radiasi matahari. Energi berguna adalah energi panas yang masuk
ke sistem pengering dan berhasil digunakan untuk menguapkan kandungan air
bahan. Peningkatan energi berguna pada jam-jam awal ini disebabkan karena
kandungan air kopra masih tinggi dan energi yang masuk semakin besar.
Sedangkan pada jam selanjutnya terlihat penurunan energi berguna seiring dengan
semakin lama waktu pengeringan karena kandungan air dalam kopra semakin
sedikit sehingga energi yang dibutuhkan untuk menguapkannya pun sedikit.
Seperti yang terlihat pada hasil pengamatan yakni pada jam ke-6 sebesar 14840
KJ menjadi 10593,33 KJ pada jam ke-7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya energi berguna selama proses
pengeringan adalah lama waktu pengeringan, tinggi suhu udara pengeringan dan
kecepatan aliran udara pengering. Kecepatan udara pengering yang semakin tinggi
akan memepercepat proses pengangkutan uap air dari permukaan bahan sehingga
pengeringan menjadi lebih cepat. Dengan demikian, energi yang digunakan untuk
menguapkan kandungan air dari bahan akan semakin kecil.
4.5.
Energi keluar
12
10
8
kJ
6
E keluar (kJ) -
4
2
0
0
10
12
Jam ke-
Gambar 3. Grafik hubungan waktu pengeringan (jam) dengan laju energi keluar
dari ruang pengering
Jumlah energi yang keluar juga mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan jumlah energi masuk. Seperti yang terlihat pada hasil pengamatan
yakni sebesar 626068,98 KJ pada jam ke-2 kemudian 758925,56 KJ pada jam ke3 dan 866623,58 KJ pada jam ke-4. Namun energi yang masuk akan selalu lebih
besar dari jumlah energi yang keluar. Energi yang keluar merupakan total dari
energi yang keluar dari ventilasi ruang pengering dengan energi berguna yang
membawa uap air hasil pengeringan kopra.
Jumlah energi panas yang keluar tidak jauh berbeda dengan jumlah enerdi
yang masuk. Besarnya energi yang keluar ini disebabkan karena bahan yang
dikeringkan sedikit sehingga panas yang masuk lebih banyak yang terlewatkan
tanpa mengenai kopra yang dikeringkan. Pengeringan kopra pada praktikum ini
tidak menggunakan seluruh rak pengering.
4.6.
Energi tersimpan
12
10
8
kJ
6
E tersimpan (kJ) -
4
2
0
0
10
20
Jam ke -
Gambar 4. Grafik hubungan waktu pengeringan (jam) dengan laju energi yang
tersimpandalam ruang pengering
Adapun jumlah energi yang tersimpan merupakan energi yang
terperangkap di dalam ruang pengering. Baik itu karena diserap oleh bahan-bahan
logam dalam ruang pengering seperti rak maupun kerangka alat pengering.
Dengan demikian, jika energi masuk sama dengan energi yang keluar, maka
energi yang tersimpan atau terperangkap dalam sistem pengering sama dengan
nol. Jumlah energi yang tersimpan dalan sistem pengering dapat dipengaruhi oleh
kecepatan aliran udara dalam ruang pengering. Jika kecepatan aliran udara rendah,
maka panas akan lebih lambat dan sukar keluar dari ruang pengering melalui
ventilasi. Dan panas yang terperangkap inilah yang diserap oleh material-material
yang terdapat dalam alat pengering ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik
1. Kesetimbangan energi terjadi apabila energi yang masuk sama dengan jumlah
antara energi yang tersimpan, energi berguna dan energi yang keluar
2. Jumlah energi masuk semakin meningkat seiring dengan meningkatnya radiasi
matahari yang diterima kolektor dimana pada jam ke-2 energi yang masuk
sebesar 653541,95 KJ kemudian pada jam ke-3 menjadi 783861,33 KJ dan
pada jam ke-4 menjadi 904455,38 KJ.
3. Jumlah energi berguna akan semakin menurun dengan semakin lamanya
waktu pengeringan Seperti yang terlihat pada hasil pengamatan yakni pada
jam ke-6 sebesar 14840 KJ menjadi 10593,33 KJ pada jam ke-7.
4. Besarnya energi yang keluar dari sistem pengering diakibatkan oleh besarnya
panas yang hanya terlewatkan tanpa mengenai kopra akibat kopra yang
dikeringkan terlalu sedikit.
5. Energi tersimpan akan bernilai nol apabila energi yang masuk sama dengan
energi yang keluar.
5.2.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah perlunya diperhatikan posisi
peletakan alat untuk memastikan sudut dan arah datangnya radiasi matahari
supaya jumlah energi yang diserap oleh kolektor lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Duffie, John A. and Backman, Willian A. 2006. Solar Engineering and Thermal
Processes, John Wiley and Sons, fourth edition.
Niamnuy C, Devahastin S.2005. Drying kinetics and quality of coconut dried in a
fluidized bed dryer. Journal of food engineering. 66:267-271.
Sari, S., P., 2014.Analisis Energi pada Pengeringan Jagung Sistem Fluidized
Bed.Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram.
Thanaraj T, Dharmasena ND, Samarajeewa U. 2007. Comparison of quality and
yield of copra processed in CRI improved kiln drying and sun drying.
Journal of food engineering. 78(4). 1446-1451.