Anda di halaman 1dari 12

1. 1. Tugas Lapangan Terbang PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG I.

MERENCANAKAN
ARAH, PANJANG dan LEBAR RUNWAY 1.1 Analisa Angin Analisa angin adalah dasar dari
perencanaan lapangan terbang sebagai pedoman pokok. Pada umumnya, Run Way (R/W)
dibuat sedapat mungkin harus searah dengan arah angin yang dominan (Prevalling Wind),
agar gerakan pesawat pada saat take off dan landing dapat bergerak bebas dan aman,
sejauh komponen angin samping (Cross Wind) yang tegak lurus arah bergeraknya pesawat.
Maksimum Cross Wind yang diijinkan tidak hanya tergantung pada ukuran pesawat, tapi juga
pada konfigurasi sayap dan kondisi perkerasan landasan. Persyaratan FAA (Federal Aviation
Administration) untuk Cross Wind semua lapangan terbang (kecuali utility) : o Run Way
harus mengarah sedemilkian sehingga pesawat take off dan landing pada 95% dari waktu
dan Cross Wind. o Cross Wind tidak melebihi 13 knots (15 mph), untuk utility Cross Wind
diperkecil menjadi 11,5 mph. Persyaratan ICAO (International Civil Aviation Organization) :
Pesawat dapat take off dan landing pada sebuah lapangan terbang, minimal 95 % dari waktu
dan komponen Cross Wind. Berikut ini adalah klasifikasi panjang landasan pacu (ARFL /
Aeroplane Reference Field Length) ICAO : o Cross Wind 20 knots (37 km/jam) AFRL = 1500
m atau lebih o Cross Wind 13 knots (24 km/jam) AFRL = 1200 s.d 1499 o Cross Wind 10
knots (19 km/jam) AFRL = < 1200 m Menurut ICAO dan FAA, penentuan arah runway harus
dibuat berdasarkan arah yang memberikan wind coverage yang sedemikian rupa, sehingga
pesawat dapat take off dan landing minimal 95 %, berlau bagi seluruh kondisi cuaca. Dari
hasil perhitungan Konfigurasi Run Way, maka diperoleh persentase angin yang paling
maksimum atau domain adalah angin : N S = 100 % Data persentase angin tersebut
digunakan dalam menentukan arah Run Way dengan mempertimbangkan tipe pesawat yang
akan menggunakan airport dengan menganggap komponen Cross Wind bertiup dalam dua
arah. Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
2. 2. Tugas Lapangan Terbang 0-3 Knots 3-6 Knots 6-10 Knots 10-16 Knots 16-22 Knots >
Kecepatan 4 6 knots arah N Maka = (680 / 7809) x 100% = 8,708 % 0-3 Knots 3-6 Knots 310 Knots 10-16 Knots 16-22 Knots CALM = 412 Maka = (412 / 7809) x 100% = 5,276 %
22 Knots Jumlah CALM 412 0 0 0 0 0 412 N 0 680 280 45 12 2 1019 NE 0 515 179 37 8 2
741 E 0 700 300 62 7 0 1069 SE 0 486 192 58 10 0 746 S 0 512 275 36 14 1 838 SW 0 725
200 35 11 1 972 W 0 800 186 44 8 0 1038 NW 0 616 312 40 6 0 974 Jumlah 412 5034 1924
357 76 6 7809 Untuk perhitungan prosentase angin sebagai berikut : Contoh : > 22 Knots
Jumlah CALM 5,276 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 5,276 N 0,000 8,708 3,586 0,576 0,154
0,026 13,049 NE 0,000 6,595 2,292 0,474 0,102 0,026 18,325 E 0,000 8,964 3,842 0,794
0,090 0,000 13,689 SE 0,000 6,224 2,459 0,743 0,128 0,000 9,553 S 0,000 6,557 3,522
0,461 0,179 0,013 23,242 SW 0,000 9,284 2,561 0,448 0,141 0,013 12,447 W 0,000 10,245
2,382 0,563 0,102 0,000 13,292 NW 0,000 7,888 3,995 0,512 0,077 0,000 25,740 Jumlah
5,276 64,464 24,638 4,572 0,973 0,077 100,000 Data persentasi angin diatas kemudian
digunakan untuk menentukan arah runway dengan mempertimbangkan jenis tipe pesawat
yang akan menggunakan airport dan menganggap bahwa komponen Cross Wind bertiup
dalam dua arah. Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
3. 3. Lebar jalur kontrol angin = 2 x cross wind (20) = 40 knots Chrisiansen Kaunang / 070 211
015 Nilai maksimum permissible crosswind component = 20 knots Wingspan = 50,4 m
Jarak terluar roda pendaratan = 12,6 m ARFL = 3170 m Kode angka huruf = 4D

Pesawat DC 10 30 Lebar jalur kontrol angin = 2 x cross wind (20) = 40 knots Nilai
maksimum permissible crosswind component = 20 knots Wingspan = 59.6 m Jarak
terluar roda pendaratan = 12.4 m ARFL = 3150 m Kode angka huruf = 4E Pesawat B
747 200 Lebar jalur kontrol angin = 2 x cross wind (20) = 40 knots Nilai maksimum
permissible crosswind component = 20 knots Wingspan = 43,4 m Jarak terluar roda
pendaratan = 7,5 m ARFL = 2947 m Kode angka huruf = 4D Pesawat DC - 8 - 43
Tugas Lapangan Terbang LEBAR JALUR KONTROL ANGIN Gunakan tabel
AERODROME REFERENCE CODE dari ICAO (Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang,
DR.Ir.Freddy Jansen,M.Eng.).
4. 4. Tugas Lapangan Terbang Dari beberapa data pesawat rencana diatas, dipilih ARFL
terbesar yang akan menjadi dasar dari perencanaan Run Way. Maka dapat dipilih pesawat
rencananya adalah Pesawat DC 10 30, dengan data karakteristik pesawat sebagai
berikut : - Jenis Pesawat - Kode Angka - A R F L - Jarak Terluar Roda Pendaratan - Wing
Span - Nilai Maksimum Permissible Cross Wind Componen - Lebar Jalur Kontrol Angin DC
10 30 4D 3170 m 12,6 m 50,4 m 20 Knots 2 x 20 Knots = 40 knots Chrisiansen Kaunang /
070 211 015
5. 5. Tugas Lapangan Terbang Konfigurasi Runway Arah N-S (Utara Selatan)
5,276+[8,708+6,595+8,964+6,224+6,557+9,284+10,245+7,888]+[3,586+2,292+3,842+2,459
+3,522+2,5
61+2,382+3,995]+[0,576+0,474+0,794+0,743+0,461+0,448+0,563+0,512]+[0,154+(0,998x0,
102)+(0,62
6x0,090)+(0,998x0,128)+0,179+(0,998x0,141)+(0,626x0,102)+(0,998x0,077]+[0,026+(0,026
x0,883)+0,0 13+0,011]= 99,923 % Arah E-W (Timur Barat)
5,276+[8,708+6,595+8,964+6,224+6,557+9,284+10,245+7,888]+[3,586+2,292+3,842+2,459
+3,522+2,5 61+2,382+3,995]+[0,576+0,474+0,794+0,743+0,461+0,448+0,563+0,512]+
[(0,626x0,154)+(0,998x0,102)+0,090+(0,998x0,128)+(0,626x0,179)+(0,998x0,141)+0,102+(0
,998x0,077 )]+[(0,833x0,026)+(0,833+0,013]=99,832% Arah NE-SW (Timur Laut Barat
Daya)
5,276+[8,708+6,595+8,964+6,224+6,557+9,284+10,245+7,888]+[3,586+2,292+3,842+2,459
+3,522+2,5 61+2,382+3,995]+[0,576+0,474+0,794+0,743+0,461+0,448+0,563+0,512]+
[(0,998x0,153)+0,102+(0,998x0,090)+(0,626x0,128)+(0,998x0,179)+0,141+(0,998x0,102)+(0
,626x0,077 )]+[(0,883x0,026)+0,026+(0,883x0,013)+0,013] = 99,918% Arah SE-NW
(Tenggara Barat Laut)
5,276+[8,708+6,595+8,964+6,224+6,557+9,284+10,245+7,888]+[3,586+2,292+3,842+2,459
+3,522+2,5 61+2,382+3,995]+[0,576+0,474+0,794+0,743+0,461+0,448+0,563+0,512]+
[(0,998x0,153)+(0,626x0,102)+(0,998x0,090)+0,128+(0,998x0,179)+(0,626x0,141)+(0,998x0
,102)+0,07 7]+[(0,883x0,026)+(0,883x0,013)+(0x0,019)] = 99,909% Jadi arah runway : N - S
( 99,923%) Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
6. 6. Tugas Lapangan Terbang II. Merencanakan Run Way (R/W), Taxi Way (T/W) dan Exit Way
1. a). Panjang Runway Panjang runway (R/W) biasanya ditentukan berdasarkan pesawat
rencana terbesar yang akan beoperasi pada airport yang bersangkutan. Dalam perencanaan
ini, diambil pesawat rencana DC 10 - 30 dengan kode 4D dan ARFL = 3170 m Elevasi = 17
m Slope = 0.7 % Temperature (T) T1(o C) = (21,0 ~ 21,2 ~ 21,4 ~ 20,6 ~ 20,8 ~ 21,2) T2 (o

C)= (31,1 ~ 30,8 ~ 30,4 ~ 31,2 ~ 30,7 ~ 30,4) Ketiga data di atas dipakai untuk mengkoreksi
panjang runway : 1.2 Koreksi terhadap elevasi Setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dari
permukaan laut rata-rata, ARFL bertambah 7 % L1 = Lo (1 + 0.07 300 E ) Dimana : L1 =
Panjang runway terkoreksi Lo = ARFL E = Elevasi L1 = 3170 [ 1+ 0,07 300 17 ] = 3182,574
m 2.2 Koreksi terhadap temperature T1 = Temperatur rata-rata dari temperature harian ratarata tiap bulan T2 = Temperatur rata-rata dari temperature harian maksimum tiap bulan
Tahun T1(o C) T2(o C) 1 2 3 4 5 6 21,0 21,2 21,4 20,6 20,8 21,2 31,1 30,8 30,4 31,2 30,7
30,4 n = 6 T1 = 156,2 T2 = 184,6 Ket : T1 = Temperatur rata-2 dari temperature harian
rata-2 dalam bulan terpanas. T2 = Temperatur harian maksimum dalam bulan terpanas T1 =
Tot T1 / n T2 = Tot T2 / n = 156,2 / 6 = 184,6 / 6 = 26,033 C = 30,767 C Chrisiansen
Kaunang / 070 211 015
7. 7. Tugas Lapangan Terbang Trefektif = T1 + 3 1-2 TT = 26,033 + 3 033,26767,30 = 27,611
C Panjang runway harus dikoreksi terhadap termperatur sebesar 1 % untuk setiap kenaikan
1 C, sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m diatas permukaan laut, temperature turun
6,5 C . L2 = L1 ( 1 + 0,01 ( Treff To) Dimana : L2 = Panjang R/W setelah dikoreksi To =
Temperatur standar sebesar 59 F = 15 C T0 = (15 C 0.0065 E) Maka : L2 = L1 [ 1+
0.001 ( Tr eff ( 15 0,065 E ))] = 3182,574 [ 1 + 0,001 ( 27,611 ( 15 0,065 (17)))] =
3226,226 m 3.2 Koreksi terhadap Slope Bila ARFL lebih besar dari 900 m, panjang runway
bertambah dengan koreksi slope sebesar 1,0 % setiap kemiringan 1 % L3 = L2 (1+ 0,10 x
S / 1%) ; S = Slope L3 = 3226,226 ( 1+ 0,10 X (0,7/1)) = 3452,06 m Maka panjang runway
direncanakan L = 3452,06 m b). Lebar Runway (R/W) Berdasarkan ICAO, lebar R/W
direncanakan berdasarkan kode angka huruf dari pesawat- pesawat yang akan dilayani oleh
lapangan terbang. Dalam perencanaan ini, pesawat rencana yang digunakan adalah DC
10 - 30 dengan kode huruf 4D. dengan menggunakan table Widths And Shoulders
(dilampirkan) dari ICAO untuk kode huruf 4D, diperoleh: 1. Lebar Perkerasan Struktural = 45
m 2. Lebar Total = 60 m 3. Lebar Bahu Landasan = 15,34 m 4. Lebar Area Keamanan = 700
ft = 214 m Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
8. 8. Lebar total Taxiway = 38 m (125 ft) Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Lebar taxiway
(T/W) = 23 m (75 ft) Tugas Lapangan Terbang Area keamanan landasan (Runway Safety
Area) termasuk didalamnya perkerasan structural, bahu landasan serta area bebas
hambatan, rata dan pengaliran airnya terjamin. Area ini harus mampu dilewati peralatanperalatan pemadam kebakaran, mobil mobil ambulance, truk-truk penyapu landasan
(sweeper), dalam keadaan dibutuhkan mampu dibebani pesawat yang keluar dari
perkerasan structural . Blast Pad, suatu area yang direncanakan untuk mencegah erosi
pada permukaan yang berbatasan dengan ujung landasan. Area ini selalu menerima jet
blast yang berulang. Area ini bisa dengan perkerasan atau ditanami rumput. Pengalaman
menunjukan bahwa panjang blast pad untuk pesawat-pesawat transport sebaiknya 200 ft =
60 m. kecuali untuk pesawat berbadan lebar, panjang yang dibutukan oleh blast pad
sebaiknya 400 ft = 120 m. Perluasan area keamanan (Safety Area) dibuat apabila perlu
ukurannya tidak tentu tergantung kebutuhan local. 2. Taxiway (T/W) Fungsi utama taxiway
adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu ke terminal dan sebaliknya
atau dari landas pacu ke hangar pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat
yang baru saja mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang siap menuju landasan pacu.

Rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju ujung landasan yang dipakai
untuk areal lepas landas. Dibanyak lapangan terbang, taxiway membuat sudut siku-siku
dengan landasan, maka pesawat yang akan mendarat harus diperlambat sampai kecepatan
yang sangat rendah sebelum belok ke taxiway. Karena kecepatan pesawat saat di taxiway
tidak sebesar saat dilandasan pacu, maka persyaratan mengenai kemiringan memanjang,
kurva vertical dan jarak pandang tidak seketat pada landasan. Oleh sebab itu, lebar taxiway
masih tetap bergantung dari ukuran lebar pesawat. a.Lebar Taxiway ICAO telah menetapkan
bahwa lebar taxiway dan lebar total taxiway (lebar perkerasan dan bahu landasan). Dalam
data tugas didapat pesawat rencana DC 10-30 dengan kode huruf D. Gunakan table 4-7 dan
table 4-8 (dilampirkan). o Dari table 4-7, untuk kode huruf D diperoleh : jarak bebas minimum
dari sisi terluar roda utama dengan perkerasan taxiway 4,5 m. o Dari table 4-8, untuk kode
huruf D dipeoleh :
9. 9. Kemiringan transversal max. dari bagian yang diratakan pada strip taxiway : - Miring ke
atas = 2,5 % - Miring ke bawah = 5 % POTONGAN MELINTANG TAXIWAY c. Jari-jari
Taxiway (T/W) 1. Menggunakan Rumus (Analitis) R = )125( xf V atau R = s)2/T( xW388.0
Dimana : V = Kecepatan pesawat saat memasuki taxiway f = Koefisien gesekan antara ban
pesawat de Kemiringan transversal max. dari taxiway = 1,5 % Jarak pandang minimum =
300 m dari 3 m diatas Perubahan kemiringan memanjang max = 1 % per 30 m
Kemiringan memanjang maksimum = 1,5 % Tugas Lapangan Terbang b.Kemiringan
(Slope) dan Jarak Pandang (Sight Distance) Persyaratan yang dikeluarkan oleh SCAO untuk
taxiway dengan kode huruf D (table 4-9) adalah : ngan permukaan perkerasan s = Jarak
antara titik tengah roda pendaratan utama dengan tepi perkerasan = wheel track + FK
(ambil 2,5) T = Lebar taxiway W = Wheel base (jarak roda depan dengan roda pendaratan)
utama Dalam menghitung jari-jari taxiway diambil jenis pesawat rencana yaitu DC-10-30 dari
table 1-1 diperoleh : Lebar wheel track = 10,67 m Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Bahu
Daerah Aman Perkerasan Struktural Sumbu Perkerasan 23.00 m 38.00 m 7.50 m 7.50 m 5
% 1.5 %
10. 10. Exit Taxiway Kecepatan Tinggi (Right Angle Exit Taxiway) Untuk menentukan jarak
lokasi exit taxiway dari Threshold , dihitung dengan rumus : Jarak dari Threshold kelokasi
exit taxiway = jarak touch down + D Dimana : D = jarak touch down ke titik A = a SS 2 21
S1 = Kec. Touch down (m/s) S2 = Kec. Awal ketika meninggalkan landasan a = Perlambatan
Dalam tugas ini diketahui pesawat rencana : DC 10 -30, sehingga untuk : Kec. Touch
down (S1) = 259 km / jam = 140 knots Jarak. Touch down dengan desain Group D = 450 m
Perlambatan (a) = 1,5 m/s Kec. Awal saat meninggalkan Landasan = 9 m/det
Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 R/W T/WTugas Lapangan Terbang Lebar whell base =
22,07 m Lebar taxiway (T/W) = 23 m S = x 10,67 +2,5 = 7,835 m Maka jari-jari taxiway (R)
= 835,7)2/23( 07,22388,0 2 x = 51,56 m 52 m 4. Exit Taxiway Fungsi exit taxiway adalah
menekan sekecil mungkin waktu penggunaan landasan oleh pesawat yang mendarat. Exit
taxiway dapat ditempatkan dengan membuat sudut siku-siku terhadap landasan atau kalau
terpaksa sudut yang lain yang juga bisa. Exit taxiway yang mempunyai sudut 30 disebut
Kecepatan Tinggi atau cepat keluar sebagai tanda bahwa taxiway tersebut direncanakan
penggunaannya bagi pesawat yang harus cepat keluar. Apabila lalu lintas rencana pada jamjam puncak kurang dari 26 gerakan (mendarat atau lepas landas), maka exit taxiway

menyudut siku cukup memadai. Lokasi exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat
waktu mendarat pada landasan dan kelakuan pesawat waktu mendarat.
11. 11. Tugas Lapangan Terbang Dari jarak touch down yang sesuai, maka didapat jarak dari
threshold sampai ke titik awal kurva exit taxiway (titik A) = 2150 m (untuk design group D).
Tapi jarak yang didapatkan ini harus ditambah 3 % per 300 m (1000 ft) setiap kenaikan dari
permukaan laut, dan sekitar 1 % setiap 5,6 C (10F ) dan diukur dari 15C = 59 F. Letak
exit taxiway Letak exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat tertentu waktu mendarat
pada landasan dan kelakuan pesawat waktu mendarat. Untuk menentukan jarak exit taxiway
dari ujung runway adalah dengan rumus : S E = Jarak titik sentuh dari R/W + D D = a SS 2 )
2()1( 22 Diketahui : S1 = 259 km/jam = 72 m/det S2 = 9 m/det Jarak titik sentuh dari ujung
R/W untuk desain group D = 450 m a = 1,5 m/det D = )5,1(2 )9(-)72( 22 = 1701 m S E =
Jarak titik sentuh dari ujung R/W +D = 450 + 1701 = 2151 m ~ Lo a. Koreksi terhadap elevasi
Setiap kenaikan 300 m dari muka laut jarak harus ditambah 3 %, maka : L1 = Lo [ 1 + (0.03 x
300 E )] = 2151 [ 1+ 0,03 x 300 17 )] = 2154,6567 m b. Koreksi terhadap temperature Setiap
kenaikan 5,6 C dari kondisi standar (15 C = 59 F) jarak bertambah 1 % maka : L2 = L1 x
[ 1+ (0,01 x [ 6,5 15O EFFT ])] = 2154,6567 [ 1+ 0,01 x [ 6,5 1527,611 ])] = 2203,1788 m
Distance to exit taxiway = 2203,1788 m 6. Holding Bay Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
12. 12. Tugas Lapangan Terbang Pada lapangan terbang yang mempunyai lalu lintas padat
perlu dibangun Holding Bay. Dengan disediakannya Holding Bay maka pesawat dari apron
dapat menuju ke landasan dengan cepat dan memungkinkan sebuah pesawat lain untuk
menyalip masuk ujung landasan tanpa harus menunggu pesawat didepannya yang sedang
menyelesaikan persiapan teknis. Keuntungan-keuntungan Holding Bay antara lain : 1.
Keberangkatan pesawat tertentu yang harus ditunda karena sesuatu hal, padahal pesawat
tersebut sudah masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan tidak menyebabkan
tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya. Pesawat dibelakangnya bisa melewati
pesawat didepannya diholding bay. Penundaan pesawat depan misalnya untuk penambahan
payload yang sangat penting pada saat sebelum lepas landas, penggantian peralatan rusak
yang diketahui sesaat sebelum tinggal landas. 2. Pemeriksaan altimeter (alat pengukur
tinggi) sebelum terbang dan memprogram alat bantu navigasi udara apabila tidak bisa
dilakukan apron. 3. Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas. Holding Bay bisa juga
digunakan sebagai titik pemeriksaan Aerodrome untuk VOR (Very Omny High), karena untuk
pemeriksaan itu pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal dengan benar. Ukuran
Holding Bay tergantung pada : 1. Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan
oleh frekuensi pemakaiannya. 1. Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani 2. Cara-cara / perilaku
pesawat masuk dan meninggalkan Holding Bay. Ditentukan pula bahwa kebebasan antara
pesawat yang sedang diparkir dengan pesawat yang melewatinya, yaitu ujung sayap
pesawat, tidak boleh kurang dari 15 m, apabila pesawat yang bergerak adalah tipe turbo jet,
dan 10 m apabila pesawat yang bergerak adalah tipe propeller. Holding Bay harus
ditempatkan di luar area kritis yaitu sekitar instalasi ILS (Instrument Landing System) agar
terhindar dari gangguan pada peralatan Bantu pendaratan. Agar tercapai operasi
penerbangan yang aman dan selamat dilapangan terbang, diperlukan jarak minimum dari
sumbu landasan ke holding bay atau posisi taxi holding, tidak boleh kurang dari persyaratan
yang diberikan pada table 4 12. Chrisiansen Kaunang / 070 211 015

13. 13. Pr Lamanya penggunaan gate position oleh pesawat (gate occupancy time) Jenis
pesawat dan prosentasi jenis pesawat tersebut Kapasitas runway per jam Karakteristik
pesawat terbang, termasuk pada saat naik (take off) dan turun (landing). Gate Position
Dalam menentukan gate position yang diperlukan, dipengaruhi oleh : Cara pesawat masuk
dan keluar Konfigurasi parkir pesawat Jumlah gate position Tugas Lapangan Terbang
PERENCANAAN TERMINAL AREA Perencanaan Apron Apron merupakan bagian lapangan
terbang yang disediakan untuk memuat, dan menurunkan penumpang dan barang dari
pesawat, pengisian bahan bakar parkir pesawat dan pengecekan alat mesin yang
seperlunya untuk pengoperasian selanjutnya. Dimensi apron dipengaruhi oleh : osestasi
pesawat yang tiba dan berangkat Jumlah gate position ditentukan dengan rumus : G = U Vxt
Dimana : V = Volume rata rata t = Rata rata gate occupancy time (per jam) U = Utilization
factor (factor pemakaian) Untuk penggunaan secara bersama oleh semua pesawat, berlaku
U dengan nilai dari 0,6 0,8 (dipakai 0,7). Untuk roda pada gate occupancy time (t) pada
setiap kelas pesawat dibagi per jam (tiap 60 menit). - Pesawat kelas A = 60 menit - Pesawat
kelas B = 45 menit - Pesawat kelas C = 30 menit - Pesawat kelas D & E = 20 menit Untuk
kapasitas runway per jam (V) dibagi 2 per jumlah setiap jenis pesawat yang dilayani. Sesuai
data tugas ini, jenis pesawat yang dilayani adalah : - Pesawat DC 8 43 : 4 buah Pesawat B 747 200 : 3 buah - Pesawat DC 10 30 : 5 buah a. Pesawat DC 8 43
(kelas A) ------ G1 = 7,0 ) 60 60() 2 4( x = 2,857 3 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
14. 14. Tugas Lapangan Terbang b. Pesawat B 747 200 (kelas A) ------ G1 = 7,0 ) 60 60() 2
3( x = 2,14 2 c. Pesawat DC 10 30 (kelas A) ------ G1 = 7,0 ) 60 60() 2 5( x = 3,571 4
Jumlah gate position untuk semua jenis pesawat yang akan dilayani adalah : = G1 + G2 +
G3 = 3 + 2 + 4 = 9 buah Turning Radius (r) Turning radius untuk masing-masing pesawat
dihitung dengan menggunakan rumus : r = x (wind span + wheel track) + fordward roll
Dimana, Fordward roll (pada keadaan standar) = 3,048 m (10 ft) a. Pesawat DC 8 43
Dik : - wingspan = 43,4 m - wheel track = 6,35m Maka : Turning Radius (r) = x (43,4 + 6,35
) + 3,048 = 27,923 Luas gate = x r2 = x 27,9232 = 2449,480 m b. Pesawat B 747
200 Dik : - wingspan = 59,66 m - wheel track = 11 m Maka : Turning Radius (r) = x (59,66
+ 11) + 3,048 = 36,854 Luas gate = x r2 = x 36,8542 = 4266,965 m c. Pesawat DC 10
30 Dik : - wingspan = 49,17 m - wheel track = 10,67 m Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
15. 15. Panjang apron : Panjang apron dihitung dengan menggunakan rumus : P = G . W + (G1) c + 2Pb Dimana : P = Panjang apron G = Gate position W = Wingspan Pb = Panjang
badan pesawat C = wing tip clearance --- menurut ICAO (table 4-13) a. Pesawat DC 8 43
(kode A) Dik : G = 3 C = 7,5 m W= 43,4 Pb = 57,12 m Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb = 3 x
43,4 + (3 1) x 7,5 + 2 x 57,12 = 259,44m b. Pesawat B 747 200 (kode A) Dik : G = 2 C
= 7,5 m W= 59,6 Pb = 53,82 m Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb = 2 x 59,6 + (2 1) x 7,5 +
2 x 53,82 = 234,34 m c. Pesawat DC 10 30 (kode A) Dik : G = 4 C = 7,5 m W= 49,17 Pb
= 55,34 m Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb = 4 x 49,17 + (4 1) x 7,5 + 2 x 55,34 = 329,86
m Chrisiansen Kaunang / 070 211 015Tugas Lapangan Terbang Maka : Turning Radius (r)
= x (49,17 + 10,67) + 3,048 = 32,968 Luas gate = x r2 = x 32,9682 = 3414,562m Luas
Apron
16. 16. Pesawat B 747 200 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Pesawat DC 8 43 Dik :
- Jumlah pesawat 4 buah - Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 130

orang/pesawat Maka : jumlah penumpang = 4 x 130 = 520 orang Lebar Apron Lebar apron
dihitung dengan menggunakan rumus : L = 2. P b + 3. c Lebar apron dihitung berdasarkan
pesawat rencana yaitu DC 10 - 30 Dengan Pb = 55,35 dan C = 7,5; sehingga : L = 2 x
55,34 + 3 x 7,5 = 133,18 m 133 m Jadi, akan dibangun apron dengan luas total, yakni :
Luas = 824 x 133 = 109.592 m2 Perencanaan Hanggar Hanggar direncanakan untuk 2
pesawat. Dalam hal ini direncanakan berdasarkan ukuran pesawat rencana yaitu DC -10
-30. Luas hangar dihitung dengan rumus : L = 2 x (wingspan x Panjang badan pesawat) = 2
x (49,17 x 55,34) = 5442,1356 L = 5.442 m2 Ruang gerak dan peralatan reparasi diambil
300 m, Sehingga total luas hangar adalah : L total = 5.442 + 300 = 5.742 m2 Passanger
Terminal Luas passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak dan sirkulasi dari
penumpang, yaitu : untuk pesawat dengan jenis masing-masing dapat diperkirakan jumlah
penumpang per pesawat dalam 1 jam. Tugas Lapangan Terbang Jadi, panjang apron total
(P total) adalah : P total = P1 + P2 + P3 = 259,44 m + 234,34 m + 329,86 m =823,74 m
824 m
17. 17. Pesawat DC 10 30 Dik : - Jumlah pesawat 5 - Jumlah penumpang / jam / pesawat
diperkirakan 345 orang/pesawat Maka : jumlah penumpang = 5 x 345 = 1725 orang Total
penumpang = 520 orang + 1092 orang + 1725 orang = 3.337 orang Asumsi : Jika tiap orang
memerlukan ruang gerak 3 m2 dan tiap penumpang membawa 2 orang pengantar. Maka,
luas passenger terminal adalah : L = [3.337 + (2 x 3.337)] x 3 = 30.033 m2 Parking area Ada
beberapa cara untuk menentukan luas parking area, walaupun kadang-kadang cara tersebut
tidak dapat dilakukan karena ada perbatasan. Cara-cara tersebut antara lain : 1.
Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang) dan keluar (berangkat)
lapangan terbang. Jumlah ini dikonversikan kejumlah kendaraan untuk menentukan
akumulasi puncak dari jumlah kendaraan. 2. Menghubungkan akumulasi maksimum jumlah
kendaraan dengan jam-jam sibuk jumlah penumpang pada tahun yang diketahui. Koreksi ini
dipergunakan untuk memproyeksikan permintaan kendaraan pada jam-jam sibuk dimasa
depan. Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan sulit untuk
menentukan tingkat estimasi kendaran dan lain-lain. Rata-rata luas ruang parkir untuk 1
mobil adalah lebar 2,6 m dan panjang 5,5 m Dalam tugas ini telah dihitung : - Banyaknya
penumpang pada jam sibuk = 3.337 orang - Banyaknya pengantar (2 pengantar /
penumpang) = 6.674 orang - Total = 10.011 orang Asumsi : Tiap mobil memuat 3 orang
Sehingga jumlah mobil : 10.011 / 3 = 3337 kendaraan Asumsi : Jumlah mobil pengantar =
jumlah mobil penjemput Chrisiansen Kaunang / 070 211 015Tugas Lapangan Terbang Dik :
- Jumlah pesawat 3 - Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 364 orang/pesawat
Maka : jumlah penumpang = 3 x 364 = 1092 orang
18. 18. Tugas Lapangan Terbang Jadi, jumlah mobil keseluruhan : 2 x 3337 = 6.674 kendaraan
Diketahui bahwa ukuran pemakaian ruang parkir yang normal untuk 1 buah mobil termasuk
bagian samping adalah : 2,6 x 5,5 = 14,3 m2 Jadi, luas areal parkir yang direncanakan
adalah : = 14,3 x 6.674 = 95438,2 m2 Ruang gerak sirkulasi dari pada mobil sama dengan
luas areal parkir mobil. Jadi, total luas areal parkir adalah : L total = 2 x 95438,2 m2 =
190876,4 m2 Terminal Building Terminal building fungsinya adalah untuk melayani segala
keperluan yang akan berangkat dan tiba, termasuk barang-barangnya. Untuk memenuhi
segala kebutuhan yang menyangkut kebutuhan penumpang tersebut didalam terminal

19.

20.

21.

22.

building harus memenuhi fasilitas-fasilitas antara lain : a. Fasilitas untuk operasi perusahaan
penerbangan - Ruang perkantoran - Tempat penerimaan bagasi - Tempat untuk memproses
keberangkatan penumpang - Ruang kedatangan penumpang - Loket informasi - Ruang
telekomunikasi - Ruang petugas keamanan b. Fasilitas untuk kantor pemerintah - Kantor bea
dan cukai - Kantor pos - Kantor / Stasiun pengamat cuaca - Kantor kesehatan c. Fasilitas
untuk kenyamanan penumpang - Restoran - Pertokoan - Ruang tunggu - Ruang VIP Telepon umum - Bank / ATM - Asuransi Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
19. Tugas Lapangan Terbang - Tempat penitipan barang - Dll PERENCANAAN
PERKERASAN STRUKTURAL Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan
dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Perkerasan berfungsi sebagai tumpuan
rata-rata pesawat. Permukaan yang rata menghasilkan jalan pesawat yang comfort, maka
harus dijamin bahwa tiap-tiap lapisan dari atas kebawah cukup kekerasan dan ketebalannya
sehingga tidak mengalami DISTRES (perubahan bentuk perkerasan karena tidak mampu
menahan beban yang diberikan di atasnya). Perkerasan fleksibel adalah perkerasan yang
dibuat dari campuran aspal dan agregat digelar di atas permukaan material granular mutu
tinggi. Perkerasan fleksibel terdiri dari lapisan surfase course, base course dan subbase
course. Masing-masing bisa terdiri dari satu atau lebih lapisan. Semuanya digelar diatas
tanah asli yang dipadatkan (subgrade) yang bisa terletak diatas tanah timbunan atau asli.
Perkerasan kaku (rigid) adalah perkerasan yang dibuat dari slab-slab beton,digelar di atas
granular atau subbase course yang telah dipadatkan dan ditunjang oleh lapisan tanah asli
dipadatkan (subgrade), yang pada kondisi-kondisi tertentu kadang-kadang subbase tidak
diperlukan. A. Perencanaan Perkerasan Struktural fleksibel Runway dan Taxiway Dari data
yang ada : Maximum Take Off Weight (MTOW) - DC 8 43 = 144242 kg - B 747 200 =
352893 kg - DC 10 30 = 260816 kg Roda Pendaratan - DC 8 43 = DTWG - B 747 200
= DDTWG - DC 10 30 = DDTWG Annual Departure - CBR Sub Base : 25 % - CBR Sub
Grade : Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Jenis Pesawat Annual Departure DC 8 43
15.000 B 747 - 200 6.000 DC 10 30 15.000
20. Tugas Lapangan Terbang Titik 1 2 3 4 5 6 CBR 4 8 7 5 4 5 * Perhitungan Nilai CBR Cara analitis Jumlah titik = 6 X = Xi/n = (4 + 8 + 7 + 5 + 4 + 5) / 6 = 5,5 Titik (n) CBR (Xi) (Xi
X)2 1 4 2,25 2 8 6,25 3 7 2,25 4 5 0,25 5 4 2,25 6 5 0,25 Jumlah 13,5 Simpangan Baku :
Sd = 1 )( 2 n XXi = 5 5,13 = 1,643 Nilai CBR batas bawah Nilai CBR batas atas X sd = 5,5
1,643 X sd = 5,5 + 1,643 = 3,857 = 7,143 Jadi pada kondisi confidance kumulatif 95 %
didapat nilai CBR Subgrade di antara 3,857 % dan 7,143 %. Dalam tugas ini CBR rencana
diambil 5,5 % (tanah buruk) untuk nantinya akan distabilisasi ke CBR 7 % (tanah yang baik).
* Perhitungan Tebal Perkerasan Dik : CBR Sub Grade : 5,5 % CBR Sub Base : 25 %
Pesawat yang dilayani : Jenis Pesawat Annual Departure DC 8 43 15.000 B 747 200
6.000 DC 10 30 15.000 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
21. Tugas Lapangan Terbang - Menentukan pesawat rencana Pesawat MTOW (kg) Tipe
roda pendaratan Annual Departure Tebal total perkerasan sementara Jumlah Roda DC 8
43 144242 DTWG 15000 45 8 B 747 - 200 352893 DDTWG 6000 48 16 DC 10 30
260816 DDTWG 15000 50 16 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
22. Pesawat B 747 - 200 R2 = 6000 W1 = 15.485,95 kg W2 = 1/16*(0,95)* (352.893) =
20.958,36 kg 2/1 1 2 21 )(loglog W W xRR = Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Pesawat

DC 10 30 R2 = 15000 = 15000 W1 = 1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg W2 =


1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg 2/1 1 2 21 )(loglog W W xRR = 2/1 1 ) 15.485,95
15.485,95 (15000loglog xR = R1 = 15000 Tugas Lapangan Terbang Karena tebal total
perkerasan sementara terbesar adalah 50 dari pesawat, maka yang dipakai sebagai
pesawat rencana untuk menentukan tebal perkerasan adalah pesawat DC 10 - 30 (dengan
tipe roda pendaratan DDTWG). - Menghitung Ekuivalent Annual Departure terhadap pesawat
rencana 1. Hitung R2 2. Hitung W2 (kg) W2 = n 1 x 0,95 x MTOW tiap pesawat n = jumlah
roda masing-masing pesawat 3. Hitung W1 (kg) W1 = n 1 x 0,95 x MTOW pesawat rencana
n = jumlah roda pesawat rencana = 16 buah 4. Hitung R1 dengan rumus = Log R1 = Log R2
( 1 2 w w ) 2 1 R1 = 10 2 1 ) 1 2 (2log W W R
23. 23. Pesawat B 8 - 43 R2 = 15000*(1,0) = 15000 W1 = 15.485,95 kg W2 = 1/8*(0,95)*
(144.242) = 17.128,73 kg 2/1 1 2 21 )(loglog W W xRR = 2/1 1 ) 15.485,95 17.128,73
(15000loglog xR = R1 = 24.661,2 Jadi total Equivalent Annual Departure adalah : R1 total =
15000 + 24.848,8 + 24.661,2 = 64.510 Jadi Equivalent Annual Departure yang akan
digunakan dalam menghitung tebal perkerasan adalah 64.510. Menghitung tebal perkerasan
dengan pesawat rencana Data data yang diperlukan untuk perhitungan : - pesawat
rencana : DC 10 - 30 - MTOW : 260.816 kg - Tipe roda pendaratan : DDTWG - Equivalent
annual departure : 64.510 - CBR Sub Grade : 5,5 % - Direncanakan subgrade dengan
stsbilitas tanahmencapai CBR = 7% Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Pesawat
JumTugas Lapangan Terbang 2/1 1 ) 15.485,95 20.958,36 (6000loglog xR = R1 =
24.848,80 lah Roda Annual Departure MTOW R2 W2 W1 R1 DC 10 30 8 15000 260.816
15.000 15.485,95 15.485,95 15.000 B 747 200 16 6000 352.893 6.000 20.958,36
15.485,95 24.848,8 DC 8 43 16 15000 144.242 15.000 17.128,73 15.485,95 24.661,2
EKUIVALENT ANNUAL DEPARTURE (R1) = 64.510
24. 24. Sub Grade stabilisasi CBR = 7 % Didapat tebal total = 50 inch Subbase CBR = 25%
didapat tebal = 26 inch Jadi total subbase = 50 26 = 24 inch Surface = 5 inch Jadi, tebal
Base course = 26 5 = 21 inch SURFACE 5 BASE COURSE 21 50 SUB BASE COURSE
x = 24 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015Tugas Lapangan Terbang - CBR Sub Base : 25
% Subgrade CBR = 5,5 % Didapat lebar total = 50 inch Koreksi 105,132 %, maka tebal
total = 105,132 % x 50 inch = 52,566 inch Subbase CBR = 25% didapat tebal = 26 inch
Koreksi 102 %, maka tebal = 105,132 % x 26 inch = 27,33 inch Jadi total subbase = 52,566
27,33 = 25,236 inch Surface = 5 inch Jadi, tebal Base course = 27,33 5 = 22,33 inch
SURFACE 5 BASE CORSE 22,33 52,566 SUB BASE COURSE y = 25,36 SUB GRADE
CBR 5,5 %
25. 25. Sub Grade stabilisasi CBR = 7 % dengan tebal total = 50 inch Didapat tebal minimum
Base Course = 20,5 inch Jadi didapat tebal subbase adalah : 24 + 21 20,5 = 24,5 inch
SURFACE 5 BASE COURSE 20,5 50 SUB BASE COURSE x = 24,5 SUB GRADE
STABILISASI CBR 7% SUB GRADE TANAH ASLI CBR 5,5 % Dengan menggunakan
rumus : z = )( )( yx xyt y + Dimana : z = Tebal subbase yang ditentukan y = Tebal
subbase untuk tanah A x = Tebal subbase untuk tanah B t = Tebal subbase stabilitas sari
lapisan tanah B Maka, Chrisiansen Kaunang / 070 211 015Tugas Lapangan Terbang SUB
GRADE STABILISASI CBR 7% SUB GRADE TANAH ASLI CBR 5,5 %

26. 26. Kekuatan subgrade atau kombinasi subbase-subgrade Perencanaan perkerasan kaku
untuk apron dihitung berdasarkan metode FAA. Dalam menentukan perkerasan rigid dengan
metode FAA (lihat buku Merancang, Merencana Lapangan Terbang hal 356), dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Ramalan
lalu-lintas Lalu-lintas pesawat Tugas Lapangan Terbang z = )( )( yx xyt y + 24,5 = )
236,2524( )24236,25( 6,28 + t t = 29,32 inch = 74,473 cm SURFACE 5 BASE COURSE
20,5 50 SUB BASE COURSE x = 24,5 SUB GRADE STABILISASI CBR 7% t = 29,32 SUB
GRADE TANAH ASLI CBR 5,5 % B. Perencanaan Perkerasan Kaku Untuk Apron Faktorfaktor yang mempengaruhi ketebalan perkerasan rigid antara lain :
27. 27. Tugas Lapangan Terbang 1. Tentukan ramalan Annual Departure dari masing-masing
pesawat. 2. Tentukan tipe roda pendaratan untuk setiap tipe pesawat. 3. Tentukan maximum
take off weight dari maing-masing pesawat. 4. Tentukan tipe pesawat rencana,dengan
prosedur dibawah ini ; - perkirakan harga K dari subgrade (dalam tugas telah ditentukan) tentukan flexural strength beton - gunakan data-data dari flexural strength,harga
k,MTOW,dan annual departure untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan,yang
akan didapat dengan memakai kurve-kuve rencana yang sesuai dengan tipe-tipe pesawat. 1.
Konversikan tipe roda pendaratan tiap tipe pesawat yang diramalkan harus dilayani ke
pesawat rencana 2. Tentukan wheel load tiap-tiap tipe pesawat ,95 % MTOW ditopang oleh
roda pendaratan. 3. Hitung equivalent annual departure 4. Hitung total equivalent annual
departure. 5. Gunakan harga-harga flexural strength, harga k, MTOW pesawat rencana,dan
equivalent annual departure total sebagai data untuk menghitung perkerasan rigid dengan
kurva rencana yang sesuai. Pesawat MTOW (kg) Tipe Roda Pendaratan Forecast Annual
Departure Jumlah Roda DC 8 43 144242 Dual Tandem Wheel Gear (DTWG) 15000 8 B
747 200 352893 Double Dual Tandem Wheel Gear (DDTWG) 6000 16 DC 10 - 30 260816
DoubleDual Tandem Wheel Gear (DDTWG) 15000 16 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
28. 28. Tugas Lapangan Terbang Menentukan tipe pesawat rencana Harga k (modulus of
subgrade reaction) adalah 300 psi. Direncanakan untuk apron menggunakan beton dengan
mutu K-300 dimana untuk K-300 = 300 kg/cm2 = 300 x 14,22 lb/in 2 = 4266 Psi. sehingga
flexural strength adalah ; MR = k x (fc) 2 1 ; k = konstanta (8, 9, atau 10)----diambil k =10 MR
= 10 x ( 4266) 2 1 = 653,146 Psi Di plot pada grafik untuk masing masing pesawat nilai
flexural strength,harga k,MTOW,dan annual departure. DC 10 30 tebal perkerasan adalah
16,8 inchi 17 inchi B 747 - 200 tebal perkerasan adalah 15,65 inchi 16 inchi DC 8 - 43
tebal perkerasan adalah 15,5 16 inchi Setelah melihat tebal perkerasan yang dihasilkan
oleh masing masing pesawat diperoleh bahwa pesawat DC 10 - 30 dengan konfigurasi
roda DTWG yang menghasilkan perkerasan rigidl paling tebal yaitu 17 inchi. Menghitung
Ekuivalent Annual Departure (R1) pesawat rencana Hitung R2 R2 = Faktor konversi ke DWG
x Annual departure pesawat. Faktor konversi dari DDTWG ke DTWG (dilampirkan tabel 6-6)
= 1,0 Tabel Faktor Konversi Konversi dari ke Faktor Pengali Single wheel Dual Wheel 0,80
Single wheel Dual Tandem 0,50 Dual Wheel Dual Tandem 0,60 Double Dual Tandem Dual
Tandem 1,00 Dual Tandem Single wheel 2,00 Dual Tandem Dual Wheel 1,70 Dual Wheel
Single wheel 1,30 Double Dual Tandem Dual Wheel 1,70 Chrisiansen Kaunang / 070 211
015

29. 29. Tugas Lapangan Terbang 1. Hitung W2 W2 = n 1 x 0,95 x MTOW tiap pesawat n =
jumlah roda masing-masing pesawat 2. Hitung W1 W1 = n 1 x 0,95 x MTOW pesawat
rencana n = jumlah roda pesawat rencana = 8 buah 4. Hitung R1 dengan rum Pesawat B 8
- 43 R2 = 15000*(1,0) = 15000 W1 = 15.485,95 kg W2 = 1/8*(0,95)* (144.242) = 17.128,73
kg Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 Pesawat B 747 - 200 R2 = 6000 W1 = 15.485,95
kg W2 = 1/16*(0,95)* (352.893) = 20.958,36 kg 2/1 1 2 21 )(loglog W W xRR = 2/1 1 )
15.485,95 20.958,36 (6000loglog xR = R1 = 24.848,80 Pesawat DC 10 30 R2 = 15000
= 15000 W1 = 1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg W2 = 1/16*(0,95)* (260.816) =
15.485,95 kg 2/1 1 2 21 )(loglog W W xRR = 2/1 1 ) 15.485,95 15.485,95 (15000loglog xR =
R1 = 15000 us = Log R1 = Log R2 ( 1 2 w w ) 2 1 R1 = 10 2 1 ) 1 2 (2log W W R
30. 30. Tugas Lapangan Terbang 2/1 1 2 21 )(loglog W W xRR = 2/1 1 ) 15.485,95 17.128,73
(15000loglog xR = R1 = 24.661,2 Jadi total Equivalent Annual Departure adalah : R1 total =
15000 + 24.848,8 + 24.661,2 = 64.510 Gunakan harga-harga flexural strength, harga k,
MTOW pesawat rencana,dan equivalent annual departure total sebagai data untuk
menghitung perkerasan rigid dengan kurva rencana yang sesuai. Dengan demikian didapat
tebal perkerasan rigid yang dibutuhkan pesawat adalah 7,17 8 = 20,32 21 cm. 21 cm
Slab Beton 31 cm 10 cm Sub Base (Pasir Batu) Sub Grade Chrisiansen Kaunang / 070 211
015
31. 31. Tugas Lapangan Terbang C. Perhitungan Penulangan (Pembesian) Jumlah besi yang
diperlukan untuk penulangan pada perkerasan rigid ditentukan dengan rumus: As = fs tLL
64,0 Dimana : As :luas penampang melintang setiap lebar/panjang slab (inch)/luas
penampang besi tulangan ( cm 2 ) L : panjang/lebar slab ( m atau juga ft) H : tebal slab
( inchi atau mm ), tebal perkerasan rigid yang paling kritis Fs : tegangan tarik baja (Psi atau
MN/m) Dari data : - mutu baja : U 32 - fs : 1850 2 cm kg - H : 18,21 cm - L : diambil 5 m,
sebagai perencanaan baik. o Tulangan : As = 1850 2150050064,0 xx = 17,72 2 cm
Direncanakan menggunakan tulangan D-10 mm, dimana : Luas penampang (As) = 2 4 1 D
= 2 10 4 1 = 78,58 2 mm = 0,785 cm 2 Jumlah Tulangan : n = 785,0 72,17 = 21,02 22
buah Jarak Tulangan : 22 500 = 22,57 23 cm Jadi Tulangan yang dipakai adalah 22 D 10
mm 23 cm Chrisiansen Kaunang / 070 211 015
32. 32. Tugas Lapangan Terbang D. Joint (Sambungan) Joint dibuat pada perkerasan kaku agar
beton bisa mengembang dan menyusut sehingga mengurangi tekanan bengkok akibat
gesekan, perubahan temperatur, perubahan kelembaban, serta untuk melengkapi
konstruksi. Joint dikategorikan menurut fungsinya, yaitu joint yang berfungsi untuk
mengembang (expansion joint) dan susut (contruction joint). 1. Expansion Joint Expansion
joint berfungsi ruang untuk beton mengembang sehingga terhindar adanya tegangan
tekuk.yang tinggi yang bisa menyebabkan slab beton menjadi lengkung. Biasanya expansion
joint dibuat pada slab beton yang menyudut pada satu sama lain. 2. Construction Joint Memanjang Joint seperti ini terdapat pada tepi setiap jalur pengecoran dan dibuat dengan
menggunakan tulangan dowell sebagai pemindah beban pada bagian itu. (Tipe C, lihat buku
Merancang, Merencana lapangan Terbang, hal 388). - Melintang Sambungan melintang
diperlukan pada akhir pengecoran setiap harinya, apabila pengecoran diperhitungkan akan
berhenti selama 2 1 jam atau lebih, misalnya karena hujan akan turun sehingga pengecoran
berhenti. Pada titik penghentian ini harus dibuat construction joint melintang. Apabila

33.

34.

35.

36.

penghentian ini sudah dekat dengan construction joint rencana, maka disarankan membuat
joint dengan dowell. 3. Constraction Joint (Dummy Joint) Yaitu suatu permukaan pada
potongan beton yang sengaja diperlemah sehinga bila terjadi penyusutan slab beton,
tegangan susut bisa diperingan. Dan bila material beton harus retak, retak terjadi pada
bidang yang telah dipersiapkan itu. Tegangan susut bisa terjadi dikarenakan perubahan
temperature, kelembaban dan geseran. Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 2 T T 0.2 T 0.1
T Slope 1:4 Tipe C - Kunci T TipeD - Dowel 0.5 T Dowel diberi gemuk satu sisi 0.5 T
33. Tugas Lapangan Terbang - Memanjang Dipakai untuk jalur pengecoran yang lebarnya
melebihi 25 ft dan dibuat diantara 2 construction joint memanjang, yang menurut joint tipe H.
- Melintang FAA menyarankan pembesian dowell untuk 2 joint pertama pada masingmasing sisi dari expansion joint dan semua construction joint melintang dalam perkerasan
rigid dengan penulangan. Untuk construction joint ini digunakan menurut construction joint
tipe F. 4. Jarak Antar Joint Jarak anatr joint berdasarkan table 6-14 (dilampirkan) untuk slab
beton dengan tebal lebih besar dari 15 (38,1 cm), maka jarak joint maksimum baik untuk
melintang dan memanjang adalah 25 ft. 5. Joint Sealant Dipakai untuk mencegah
menembusnya air dan benda asing kedalam joint. Dalam perencanaan ini dipakai joint
sealant siap pasang yang sudah diproduksi dari pabrik. Ukuran joint sealant ini diambil
berdasarkan daftar dari PSA seperti tercasntum pada table 6-17. Untuk jarak joint 25 ft
dipakai lebar joint 4 1 dan lebar seal 16 9 . 6. Dowell Besi ini dipasang pada joint.
Berfungsi sebagai pemindah beban melintang sambungan, juga berfungsi mengatasi
penurunan vertical relative pada slab beton ujung. Ukuran dowell harus proporsional
dewngan beban yang harus dilayani dan direncanakan untuk berbagai tebal slab seperti
tercantum pada table 6-15 (dilampirkan). Untuk tebal slab beton 7,17 8 - Diameter : 1
(25 mm) - Panjang : 19 (46 cm) Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 T TipeH - Dummy
Alurnya digergaji atau dicetak pada acuan T Tipe F - Dowel 0.5 T Dowel diberi gemuk satu
sisi 0.5 T Alurnya digergaji atau dicetak pada acuan
34. Tugas Lapangan Terbang - Jarak :12 (31 cm) - Cara grafis Batas Atas CBR dari data
sebelumnya : Untuk confidance 95 %, CBR yang terwakili 7,79 % - Cara grafis : Batas
Bawah Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 CBR Frekuensi (f) f f f f x 100 % Kumulatif 4
2 0,3333 33,33 % 33,33 % 5 7 2 1 0.3333 0,1666 33.33 % 16,66 % 66,66 % 83,32 % 7,79 - - 95 % 8 1 0,1666 16,66 % 100 % = f 6
35. Tugas Lapangan Terbang CBR dari data sebelumnya : Untuk confidance 95 %, CBR
yang terwakili 5,46 % Tugas : PERENCANAAN BANDAR UDARA O L E H CHRISIANSEN
KAUNANG 070 211 015 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015 CBR Frekuensi (f) f f f f x
100 % Kumulatif 8 1 0,1666 16,66 % 16,66 % 7 5 1 2 0,1666 0.3333 16,66 % 33.33 % 33,32
% 66,65 % 5,46 - - - 95 % 4 2 0.3333 33.33 % 100 % = f 6
36. Tugas Lapangan Terbang FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2010 Chrisiansen Kaunang / 070 211 015

Anda mungkin juga menyukai