Anda di halaman 1dari 2

JAWAB TUGAS ALK

1. Analisis Komparatif
a. Analisis Komparatif Neraca
Secara keseluruhan, perusahaan tidak banyak melakukan ekspansi dalam aset, khususnya aset
tetapat, pada tahun 2008 (total aset hanya naik 4,25% dan aset tetap hampir tidak berubah).
Penurunan piutang usaha bisa mengindikasikan perusahaan mengurangi penjualan secara
kredit atau perusahaan mampu menagih piutangnya dengan baik sehingga tidak terjadi
piutang macet. Perubahan kebijakan piutang ini tidak berpengaruh negatif terhadap
penjuaalan perusahaan karena masih mampu meningkatkan penjualan sebesar 14,33%. Dalam
industri farmasi, penjualan obat umumnya dilakukan secera tunai.
Peningkatan persediaan yang sangat tinggi sebesar 37,33% dibanding penjualan yang hanya
14,33 bisa berarti terjadi penumpukan persediaan. Dalam industri farmasi penumpukan
persediaan obat tidak baik karena obat memiliki masa kedaluwarsa yang tidak terlalu lama.
Perusahaan mendanai kenaikan persediaan terutama dari dana internal, yaitu laba atau laba
ditahan. Mengingat sumbernya adalah dari pendapatan operasional perusahaan maka hal ini
tidak akan membahayakan keuangan dan likuiditas perusahaan.
b. Analisis Komparatif Laba Rugi
Secara keseluruhan terjadi peningkatan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan,
yang terlihat dari kenaikan laba bersih sebesar 6,14% dari tahun 2007 ke 2008. Berikut ini faktor
adalah faktor yang menyebabkan perubahan laba bersih tersebut.
Efiesiensi produksi dan/atau kemampuan menjual dengan harga premium. Laba kotor
perusahaan memperlihatkan kenaikan sebesar 11.46% lebih kecil daripada kenaikan
penjualan yang besarnya 14,33%. Hal ini berarti meskipun terdapat kenaikan laba kotor,
namun terjadi penurunan efisiensi biaya produksi (HPP naik sedikit diatas kenaikan
penjualan, yaitu 15,42% dibanding 14,33).
Efiensi operasional. Laba operasi naik sebesar 38,11% jauh diatas kenaikan penjualan yang
besarnya 14,33%. Hal ini berarti terdapat peningkatan efisiensi biaya operasional dalam
mendukung penjualan, yaitu biaya operasional hanya naik 7,84% sedang penjualan naik dua
kali lipat, yaitu sebesar 14,33.
Pos temporer. Terjadi peningkatan biaya lain-lain (Catatan: tanda negatif berarti biaya)
sebesar 319,94%. Kenaikan biaya lain yang sifatnya temporer inilah yang menjadi penyebab
utama Laba Bersih meningkat lebih kecil daripada kenikan penjualan.
Kesimpulan: Terjadi kenaikan laba bersih perudahaan secara keseluruhan namun kenaikan ini
masih dibawah kenaikan penjualan, sehingga bisa dikatakan terdaajadi penurunan efisiensi secera
keseluruhan. Mengingat penyebab rendahnya kenaikan laba bersih adalah peningkatan biaya yang
bersifat temporer (yaitu biaya lain), maka pada tahun mendatang diperkirakan laba bersih
perusahaan akan naik melebihi kenaikan penjualan karena dudukung oleh tingginya kenaikan
laba operasional yang berkelanjutan. Meskipun terjadi penumpukan persediaan, namun dengan
pertumbuhan penjualan yang cukup tinggi maka secara perlahan penumpukan persediaan ini akan
semakin berkurang.

2. Analisis Common Size


a. Analisis Common Size Neraca
Berdasarkan komposisi aset, SMGR banyak melakukan investasi dalam aset lancar,
sedangkan SMCB banyak melakukan investasi dalam aset tetap.
SMGR memiliki kas terlalu besar dibanding SMCB yang bisa mengindikasikan bahwa
SMGR tidak efektif dalam mengelola dananya, dimana dana ini menganggur dan kurang
produktif.
Memperhatikan proporsi aset lancar SMGR sebesar 66,81% dan utang jangka pendek sebesar
19,73% maka SMGR mendanai sebagian besar aset lancarnya dengan menggunakan sumber
dana jangka panjang, dalam hal pendanaan jangka panjang yang dinakan oleh SMGR adalah
Laba ditahan. Penggunaan laba ditahan yang pada dasarnya berasal dari lana operasional
perusahaan meskipun tidak sepenuhnya tepat namun tidak membahayakan perusahaan.
SMCB mendanai aset lancarnya (30,76%) dengan menggunaan hutang jangka pendek dan
sebagian dengan laba ditahan. Seperti halnya dengan SMGR, penggunaan laba ditahan oleh
SMCB untuk mendanai aset lancar tidaklah membahayakan perusahaan. akan berbahaya bila
sumber pendanaan berasal dari Hutang Jangka Panjang.
Baik SMGR maupun SMCB mendanai aset tetapnya dengan menggunakan penerubatan
saham baru dan laba ditahan
Secara keseluruhan, dari sisi risiko tidak ada perbedaan yang signifikan antara SMGR dan
SMCB. Namun demikian, SMCB lebih baik dalam manajemen kas dibanding SMGR. Bila
SMCB lebih baik dalam mengelola kasnya, misal menempatkan dana kas dalam surat
berharga, maka pendapatan SMGR dari sumber lain akan lebih besar dan akan meningkatkan
laba bersih perusahaan.
b. Analisis Common Size Laba Rugi
Secara keseluruhan, kemampuan PT. Semen Gresik (SMGR) dalam menghasilkan keuntungan
lebih baik dari PT. Semen Cibinong (SMCB). Keunggulan kemampu-labaan SMGR dibanding
SMCB disebabkan faktor berikut:
SMGR memiliki efisiensi produksi dan/atau kemampuan untuk menjual semen pada harga
lebih tinggi lebih baik dari SMCB. Hal ini terlihat dari proporsi laba kotor SMGR lebih baik
daripada SMCB (43,85% dibanding 41,15%)
Dari sisi biaya operasional, tidak terdapat perbedaan efesiensu yang signifikan diantar kedua
perusahaan semen ini, yaitu SMGR sebesar 16,11% dan 16,00%.
Dari sisi sumber temporer, kenaikan laba bersih SMGR sebagian kecil berasal dari
Pendapatan lain.
Kesimpulan: kemampuan SMGR dalam menghasilkan laba dan melakukan efisiensi yang lebih
baik dibandingkan SMCB disebabkan terutama karena efisiensi operasional yang bersifat
berkelanjutan maka kinerja SMGR di masa datang akan terus baik dan lebih baik dibanding
SMCB. Kinerja SMGR akan lebih baik bila mampu mengelola dana kas yang menganggur dan
menempatkannya pada aset lebih produktif.

Anda mungkin juga menyukai