Anda di halaman 1dari 3

Makna Tongkonan (Rumah adat) di Tana

Toraja
Wacana Nusantara 4 Feb, 2013
Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan struktur kayu
yang atapnya seperti tanduk dan dihiasi dengan ukiran serta warna merah danhitam. Kata
tongkon berasal dari bahasa Toraja yang berarti tongkon duduk atau duduk bersama. Dan
itulah salah satu fungsi Tongkonan, sebagai tempat untuk bermufkat.
Selain rumah, Tongkonan adalah pusat dari kehidupan sosial-budaya suku Toraja. Ritual dan
upacara yang berhubungan dengan rumah adat ini selalu melibatkan jumlah keluarga besar.
Tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Oleh karena itu semua
anggota keluarga akan terikat pada tongkonannya. Cukup mudah untuk mebedakan orang Toraja
dengan yang bukan, tanyakan Tongkonan-nya.

Tongkonan Tana Toraja. Foto oleh Kars Alfrink


Menurut cerita rakyat Toraja, bangunan tersebut pertama kali dibangun di surga dan ketika
leluhur suku Toraja itu turun ke bumi, kemudian mereka meniru rumah asalnya itu.

Dalam kisah lainnya, diceritakan ketika seorang Pemangku Adat bernama Londong di Rura
(Ayam jantan dari Rura) berupaya menyatukan kelompok dengan menyelenggarakan Upacara
Adat besar.Upacara itu dinamai MABUA tanpa melalui musyawarah adat dan upacara memotong
babi. Kemudian Tuhan menjatuhkan kutukan sehingga tempat upacara terbakar kemudian tempat
itu menjadi danau yang dapat disaksikan sekarang antara perjalanan dari Toraja ke Makassar
(KM 75). Kemudian bercerai-berailah komunitas tersebut ada yang ke wilayah selatan dan ke
arah utara.
Sementara kelompok yang menuju ke utara stiba di sebuah tempat di kaki Gunung Kandora yang
dinamakan Tondok Puan. Mereka mendirikan rumah adat tempat pertemuan dengan namaBanua
Puan;artinya rumah yang berdiri di tempat yang bernama Puan. Kemudian dinamakan
Tongkonan yang artinya Balai Musyawarah. Bangunan itu merupakan Tongkonan pertama di
Toraja dan komunitas pertama yang terbentuk bernama To Tangdilino; artinya pemilik bumi. To
Tangdilino diambil dari nama Pemangku Adat pertama (Pimpinan Komunitas To Lembang).
Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan konstruksi rangka kayu. Bangunannya
terdiri atas 3 bagian, yaitu ulu banua (atap rumah), kalle banua (badan rumah), dan sulluk banua
(kaki rumah). Bentuknya persegi karena sebagai mikro kosmos rumah terikat pada 4 penjuru
mata angin dengan 4 nilai ritual tertentu. Bangunan kebanggaan orang Toraja iniharus
menghadap ke utara agar kepala rumah berhimpit dengan kepala langit (ulunna langi) sebagai
sumber kebahagiaan.
Secara teknis pembangunan rumah adat ini adalah pekerjaan yang melelahkan, sehingga
dilakukan dengan jumlah orang yang banyak. Ada beberapa jenis; Tongkonan layuk yang
merupakan tempat kekuasaan tertinggi. Dahulu digunakan sebagai pusat pemerintahan.
Tongkonan pekamberan milik anggota keluarga yang kewenangan tertentu dalam adat. Dan
Tongkonan Batu, tempat masyarakat kebanyakan tinggal. Ada juga tongkonan yang dibangun
dalam waktu semalem, untuk keperluan upacara.

Upacara Adat Rambu Solo (Upacara Pemakaman). Foto oleh Arian Zwegers
Jadi rumah adat ini bagi masyarakat Toraja lebih dari sekadar rumah adat. Dan setiap tongkonan
terdiri dari; Tongkon (rumah) dan Alang (lumbung) yang dianggap pasangan suami-istri. Deretan
Tongkonan dan Alang saling berhadapan. Tongkonan menghadap ke utara dan Alang ke selatan.
Halaman memanjang antara bangunan dan Alang disebut Ulubabah.
Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran adatnya,
walau bentuknya sama persis, yaitu: Tongkonan Layuk : sebagai pusat kekuasaan adat dan tempat
membuat peraturan. Tongkonan Pekaindoran/Pekanberan : tempat untuk melaksanakan
peraturan dan perintah adat. Tongkonan Batu Ariri: tempat pembinaan keluarga serumpun
dengan pendiri Tongkonan.

Anda mungkin juga menyukai