Anda di halaman 1dari 7

Analisis Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (studi kasus

AMDAL) Pada Usaha Pertambangan CV. Arjuna di Makroman


Samarinda Kalimantan Timur

Disusun Oleh :
Anna Azzaryah

(02111001110)

Annisa Ayu Utami

(02111001193)

Edo Septiawan

(02111001142)

Imam Dwi Fajri

(02111001091)

Jesika

(02111001116)

Mona Ervita

(02111001060)

Monika Yuniartha Naibaho

(02111001082)

Rendra Pranciska

(02111001052)

Salahudin Al Habibi

(02111001053)

Shabrina Pratiwi

(02111001159)

Dosen Pembimbing :

Irsan, S.H., M.HUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013

Judul
Source

: Analisis Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (studi kasus AMDAL) Pada


Usaha Pertambangan CV. Arjuna di Makroman Samarinda Kalimantan Timur
: http://sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/17/29964

Tema

: AMDAL

Para Pihak

: CV. Arjuna Dengan Masyarakat Kelurahan Makroman


Di Kota Samarinda

Posisi Kasus :
Asal muasal terjadinya sengketa lingkungan hidup yang terjadi disebabkan oleh pihak CV.
Arjuna yang melakukan kegiatan usaha pertambangan di dekat areal persawahan warga dengan tidak
menyediakan penampungan limbah hasil tambang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan
sehingga menyebabkan terjadinya luapan air ke sawah-sawah warga saat hujan.
Sugianto yang juga selaku Ketua RT. 13 Kelurahan Makroman yang memaparkan bahwa
semenjak terjadinya luapan air di RT. 13, warga mulai mengajukan aksi protes kepada pihak CV.
Arjuna dengan cara menutup jalan akses ke perusahaan sebanyak 2 (dua) kali dan 1 (satu) kali aksi
protes di depan Kantor Walikota Samarinda. Melihat kejadian ini, dari pihak Pemerintah juga ikut
andil dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi, salah satunya dengan mempertemukan warga
dengan pihak CV. Arjuna.
Salah satu pertemuan yang terjadi untuk membahas permasalahan lingkungan di Kelurahan
Makroman, CV. Arjuna sempat mengundang perwakilan warga yang diwakilkan oleh Baharrudin
serta dengan mengundang pihak Pemerintah yaitu Dinas Pertambangan Dan Energi (DISTAMBEN)
Kota Samarinda sebagai penengah. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Baharrudin dan Irman Irawan
(selaku perwakilan warga) dan Resta (selaku perwakilan CV. Arjuna) ditengahi oleh Rusdi (pihak
Pemerintah yaitu DISTAMBEN Kota Samarinda), yang hasil dari kesepakatan tidak tertulis tersebut
ialah ganti rugi yang harus dikeluaran pihak CV. Arjuna sebesar Rp. 4.000.000.- (4 Juta Rupiah)
kepada masing-masing kepala keluarga (15 kepala keluarga) yang sawahnya terkena luapan air.
Analisis Kasus :
Melihat dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan tambang, perlu adanya
kesepakatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini, dikarenakan unsur-unsur didalamnya
seperti tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan, tindakan tertentu untuk menjamin
tidak 5 akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan, serta tindakan untuk mencegah timbulnya
dampak negatif terhadap lingkungan hidup masih belum ditemukan. Hal ini menunjukkan adanya
hal-hal yang bertentangan dengan dokumen AMDAL yang telah dibuat.
Akhir 2008 penampung limbah pencucian batubara perusahaan jebol, mencemari sumber air
dan masuk ke kolam ikan dan sawah. Sejak itu penghasilan warga susut. Bibit ikan tak mau tumbuh,
sementara bibit padi di sawah tertimbun lumpur. Ini lah bentuk pelanggaran AMDAL yang di
temukan oleh warga Makroman.

Di lokasi pengerukan, beberapa bukit dengan hutan lebatnya dibiarkan gundul setelah
batubaranya dikeruk. Limbah batuan bertumpuk di mana-mana, sungai dipotong, perbukitan rata
dengan tanah. Air dari lubang tambang dialirkan dengan pompa ke parit-parit ala-kadarnya, langsung
menuju sawah-sawah warga. Air ini membawa limbah batuan ke arah bawah, arah hamparan sawah.
Saat ini sudah dua lubang bekas penambangan diwariskan perusahaan, dalamnya hampir 100 meter.
Lubang raksasa itu berada di pinggir jalan, terbuka, tak berpagar, bahkan tak ada tanda peringatan
bahaya. Tak ada tanda-tanda dilakukan reklamasi maupun pemulihan. Sedangkan kawasan tersebut
ialah merupakan jalan lintasan warga menuju Samarinda. Tiga sumber air warga juga sudah rusak,
dua sumber mata air menjadi lubang tambang, sisanya menjadi kolam penambung limbah. Hal ini
membuat warga melakukan protes kepada perusahaan pada Oktober 2009.
Menurut kelompok kami untuk menyelesaikan masalah lingkungan hidup yang dilakukan CV.
Arjuna dengan masyarakat Keluarahan Makroman hendaknya diselesaikan dengan cara non irigasi
seperti negosiasi sebagaimana yang telah dapat diketahui, Penyelesaian dengan cara ini telah
memenuhi unsur Pasal 85 ayat (1) huruf a Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa
penyelesaian lingkungan hidup yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai ganti rugi.
Sebagai upaya atau langkah konkrit dalam menyelesaikan sengketa lingkungan hidup antara
CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman, perlu diadakan negosiasi antara CV. Arjuna
yang diwakili oleh kepala Cabang CV. Arjuna dan koordinator masyarakat Kelurahan Makroman.
Hasil pertemuan kedua belah pihak yang bersengketa tersebut guna menghasilkan kesepakatan
sebagai berikut:
1. Tidak boleh menambang diareal dekat pemukiman dan fasilitas warga;
Melihat kenyataan dilapangan bahwa terjadinya banjir atau luapan air saat hujan turun, maka
aktifitas pertambangan yang dilakukan berdekatan dengan fasilitas warga sangat rawan
menimbulkan pencemaran lingkungan, sehingga pada salah satu poin tuntutan yang diajukan
warga ialah untuk tidak melakukan kegiatan usaha pertambangan diareal dekat dengan 6
pemukiman dan fasilitas warga seperti sawah, kebun, dan kolam ikan warga.
2. Wajib membangun waduk/bendungan tempat penampungan air;
Terjadinya luapan air saat hujan datang membuat warga susah mencari air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci, serta mandi. Wajibnya membangun
waduk/bendungan tempat penampungan air dirasa cukup logis melihat susahnya mencari air
bersih di Kelurahan Makroman.
3. Wajib diperbaiki drainase/saluran irigasi diareal persawahan warga;
Tempat pembuangan limbah tambang CV. Arjuna masih dirasa kurang sesuai dengan
kapasitasnya, karena pada saat hujan datang, penampungan limbah CV. Arjuna sering meluap,
sehingga pihak perusahaan mengalirkan air limbah tambang ke saluran irigasi warga dan hal

ini menyebabkan rusaknya saluran irigasi warga yang tidak kuat menampung besarnya
volume air seingga terjadinya kerusakan pada saluran irigasi persawahan warga.
4. Perbaiki jalan lingkungan;
Banyaknya kendaraan serta alat-alat berat yang lalu-lalang di jalan akses warga membuat
badan jalan tersebut mengalami kerusakan. Sehingga saat hujan, sangat berbahaya untuk
menggunakan jalan dikarenakan licinnya serta banyaknya lobang-lobang pada badan jalan.
5. Wajib jalankan program CSR untuk warga;
6. Warga yang selama ini mengajukan keberatan siap berkerja sama dengan perusahaan untuk
menjalankan aktivitas masing-masing; dan
7. Pemerintah Kota Samarinda siap memantau serta mengawal kesepakatan itu hingga benarbenar teralisasi. Dan dalam pelaksanaan pekerjaan yang berkenaan dengan kepentingan
warga setempat, maka CV. Arjuna akan melibatkan warga secara langsung.
Mekanisme negosiasi yang dilakukan dan menghasilkan guna mencapai nota kesepahaman yang
berisi tuntutan oleh masyarakat Kelurahan Makroman kepada CV. Arjuna sebelumnya telah diatur
dan disebutkan di dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Penyelesaian Masalah yang menyebutkan: Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaiakan dalam
pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya
dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.
Hasil kesepakatan negosiasi yang dicapai oleh kedua belah pihak mengandung unsur
Undang-undang didalamnya, yaitu tujuan dalam melakukan penyelesaian sengketa lingkungan di
luar jalur pengadilan dalam hal ini ialah dengan jalur negosiasi, tepatnya pada Pasal 85 ayat (1)
tersebut menyebutkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menyatakan:
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan mengenai:
a. Bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan;
dan/atau
d. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan lebih menekankan kepada para
pihak yang bersengketa untuk menentukan bentuk yang dipilih atau disepakati untuk dijadikan forum
penyelesaian bersama. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui perundingan di luar
pengadilan dilakukan secara sukarela oleh para pihak yang berkepentingan, yaitu para pihak yang
mengalami kerugian dan mengakibatkan kerugian, instansi pemerintah yang terkait dengan subyek

yang disengketakan, serta dapat melibatkan pihak yang mempunyai kepedulian terhadap pengelolaan
lingkungan hidup.
Hasil kesepakatan negosiasi yang dilakukan untuk menyelesaian sengketa lingkungan hidup
bersifat mengikat kedua belah pihak yaitu antara pihak CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan
Makroman. Hal ini telah sebelumnya diatur di dalam Pasal 1233 dan 1234 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata yang menyebutkan:
1233 Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang.
1234 Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu.
Dari hasil yang didapat melalui negosiasi yang dilaksanakan oleh masyarakat Makroman
dengan CV. Arjuna, ada beberapa poin yang mewajibkan melakukan tindakan nyata untuk
pencegahan dan pemulihan lingkungan hidup yang mungkin terjadi lagi di Kecamatan Sambutan
Kelurahan Makroman, yaitu seperti wajib membangun waduk/bendungan tempat penampungan air,
wajib diperbaiki drainase/saluran irigasi diareal persawahan warga, dan perbaikan jalan lingkungan.
Adanya itikad baik dari pihak CV. Arjuna untuk memenuhi kewajibannya yang telah
ditentukan perlu dilakukan agar hasil negosiasi yang didapat dapat terlaksana. Waduk/bendungan
tempat penampungan air yang sebelumnya pada saat hujan turun biasanya meluap, perlu ditambah
dan diperluas oleh pihak CV. Arjuna guna mencegah luapan air datang pada saat hujan, dan jalanan
umum yang biasa masyarakat gunakan harus diperbaiki, serta saluran irigasi warga yang sebelumnya
10 rusak karena tidak tahan menampung air pada saat hujan telah diperbaiki. Program CSR yang
dituntut oleh masyarakat juga harus dilaksanakan, seperti membuat koperasi untuk waga Kelurahan
Makroman dan penyediaan pupuk bagi para petani di kelurahan tersebut.
Pada Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan juga
menyebutkan bahwa wajibnya kedua belah pihak yang melakukan kesepakatan untuk tunduk kepada
kesepakatan yang telah dibuat.
Pemerintah Kota Samarinda yang dalam hal ini ialah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Samarinda dan DPRD Provinsi Kalimantan Timur secara langsung perlu menyikapi aduan warga
dengan menjadi mediator antara CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman, serta mereka
juga menfasilitasi tempat pertemuan.
Berdasarkan hasil pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup diluar jalur pengadilan melalui negosiasi antara CV. Arjuna dengan
masyarakat Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan merupakan solusi yang tepat karena telah
sesuai dengan Peraturan-perundangan yang berlaku, yaitu pada Pasal 85 Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup serta mekanisme
pelaksanaannya juga telah memenuhi syarat yang dijabarkan dalam Pasal 6 ayat 1-9 Undang-undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Masalah maupun pada Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan juga disebutkan tentang mekanisme penyelesaian sengketa
lingkungan hidup di luar jalur pengadilan.
Dari hasil kesimpulan maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam pengendalian dampak lingkungan hidup Pemerintah Kota Samarinda beserta instansi
terkait yang berkompeten dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Samarinda
diharapkan lebih proaktif dan lebih ketat dalam hal pengawasan agar dapat meminimalisir
terjadinya kerusakan lingkungan hidup, yang berujung pada sengketa lingkungan hidup.
2. Pemerintah Kota beserta instansi terkait dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Samarinda dapat mengakomodir atas semua tuntutan masyarakat yang dirugikan atau yang
terkena dampak langsung sebagai akibat yang berdampak lingkungan yang ditimbulkan oleh
perusahaan, hingga tuntutan terpenuhi semua, sehingga kedua belah pihak yang bersengketa
dapat menyelesaikan sengketa secara cepat.
3. Meskipun kasus sengketa lingkungan yang terjadi telah dilakukan secara efektif, namun
dalam aplikasi dari hasil kesepakatannnya Pemerintah selaku pihak yang berwenang harus
melakukan 12 pengawasan teradap hasil kesepakatan yang telah disepakati agar hasil
kesepakatan yang didapat dapat berjalan sesuai isi kesepakatan tersebut.
4. Perlunya dikembangkan alternatif penyelesaian sengketa seperti pada kasus diatas
(negosiasi), namun sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa negosiasi harus terus
dikembangkan. Apalagi menyangkut sengketa yang bersifat polisentrik yaitu sengketa yang
melibatkan banyak pihak dan persoalan seperti sengketa lingkungan hidup.

Daftar Pustaka
Joni Emirzon, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
St. Moenadjat Danusaputro, 1977, Hukum Lingkungan, Buku I: Umum, Binacipta, Bandung.
Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Republik Indonesia Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140).

Anda mungkin juga menyukai