Anda di halaman 1dari 4

Kepada Yth.

Pater Buddy Haryadi, SJ,


Wakil Kepala Sekolah Bid. Kesiswaan
Di tempat
Sebelumnya, saya berterimakasih atas perhatian pater, untuk membuka
amplop ini dan membaca surat saya. Saya juga minta maaf atas ketidaksopanan
saya, dengan tidak menyantumkan nama sebagaimana semestinya sebuah surat
dibuat.
Apa yang ingin saya sampaikan dalam surat ini sebenarnya sungguh
sederhana, yaitu mengenai ketidakpuasan saya terhadap kinerja salah satu guru
yang mengajar kimia di sekolah ini, dan saya yakin anda akan tahu siapa yang
saya bicarakan, karena seluruh guru sudah mengetahui tindak-tanduk guru yang
saya bicarakan ini, yang sangat tidak memuaskan siswa. Namun demikian,
walaupun banyak siswa yang tidak nyaman dengan guru ini, tidak banyak yang
berani menentangnya secara terang-terangan, sehingga saya terpaksa
menyembunyikan identitas saya.
Ketidakpuasan saya pertama-tama datang dari caranya mengajar di kelas,
yang akan saya uraikan dalam poin-poin sebagai berikut agar mudah dipahami.
1. Semua guru selalu menawarkan pada siswanya untuk bertanya apabila tidak
mengerti suatu hal dalam pelajarannya. Begitu pula dengan guru ini. Namun
demikian, pada saat saya bertanya, ia memang menjawab saya, tapi memalukan
saya di depan kelas dengan membeberkan ketidaktelitian dan ketidaktahuan
saya yang sudah sewajarnya sebagai siswa. Hal ini juga saya temukan pada
kasus-kasus lain, di mana teman-teman saya bertanya padanya, namun
dipermalukan dulu seperti saya, barulah dijawab.
2. Selain itu, saya juga kurang puas dengan pengajarannya yang
membingungkan. Pada minggu-minggu awal saya masuk, ia mengatakan bahwa
jika zat yang berbentuk liquid(cair) dibakar, akan menghasilkan H 2O berbentuk
gas. Namun jika zat yang berbentuk gas dibakar, maka akan menghasilkan H 2O
berbentuk liquid(cair). Saya terima penjelasan itu. Namun, beberapa minggu
kemudian, ia malah menempis teori itu. Ia bilang: Teori siapa itu? Jangan pakai
teori sembarangan yah!. Dalam keadaan seperti ini, saya kebingungan, namun
tidak berani bertanya, karena ia sedang marah. Namun apa yang terjadi?
Beberapa hari kemudian, saat saya bertanya iseng-isengan tentang hal itu, ia
kembali membenarkan teori yang ia katakan di awal. Jadi, setelah mengajarkan
suatu teori, ia menempisnya, lalu membenarkannya kembali. Apakah ini sebuah
metode yang tidak membingungkan siswa?
3. Pengajarannya juga terkadang menyesatkan. Pernah ia membahas sebuah
soal, dimana dalam proses pengerjaannya, kita harus melarutkan dulu zat yang
dimaksud yaitu P2O5 . Ia mengajarkan bahwa P 2O5 tersebut harus diikatkan
dengan H2O, menjadi H2P2O6, lalu disederhanakan menjadi HPO 3. Kebetulan saya
mengambil kursus kimia untuk membantu saya belajar di luar sekolah. Guru
yang mengajar saya adalah salah satu guru SMA Negeri yang cukup terkenal,

layaknya Kanisius. Disitulah saya mengerti bahwa pada saat melarutkan P 2O5 ke
dalam air, kita tidak menambahkan H 2O, tapi 3 kali H2O (berarti, H6O3), barulah
disederhanakan menjadi H3PO4.
4. Masih soal pengajarannya yang menyesatkan. Waktu itu, ia menyuruh kami
menghitung pH dari larutan HCl yang dicampur dengan H 2SO4. Dilihat dari
valensi H pada kedua unsur itu, pada HCl(asam klorida), H hanya bervalensi 1,
sedangkan pada H2SO4(asam sulfat) bervalensi 2. Harusnya, soal tersebut
dikerjakan dengan rumus: [H+]1 x V1 + [H+]2 x V2 = [H+]3 x V3. Namun, di kelas,
guru tersebut tidak mengkoreksi anak yang mengerjakan dengan rumus yang
salah: M1 x V1 + M2 x V2 = M3 x V3. Saya yang bingung, bertanya pada guru les
yang sama, yang menjawab, cara anak itu salah, karena kita tidak tahu, hasil
dari pencampuran HCl dan H2SO4 itu valensi H nya berapa.. Benar saja, pada
saat ulangan, cara anak itu dicoret dan diberi poin 0 untuk soal itu. Pada
akhirnya, anak itu harus mengikuti remedial.
Selanjutnya, kejadian-kejadian pada saat ulangan. Ada 2 kasus disini:
1. Yang pertama adalah saat ulangan harian. Saat itu, di tengah-tengah
mengerjakan ulangan, ia tiba-tiba bertanya, siapa yang sudah menyelesaikan
nomor 4?, 2 teman saya mengangkat tangannya. maaf nak, itu ada ralat,
semestinya angka 0.4 itu 0.04, ibu salah ketik, tolong dibenerin ya nak.
Akibatnya? Kedua orang itu harus mulai dari awal; menghapus jawaban
dengan tip-x, menunggu tip-x kering, dan mengerjakan ulang. Sangatlah rugi
bukan?
2. Kedua, kasus ini terjadi pada saat ulangan mid semester genap barusan,
dimana seluruh siswa dilarang menggunakan tip-x. Setelah berjalan sekitar 50
menit, tiba-tiba seorang guru masuk dan memberitahukan ralat soal, untuk
nomor 2 dan nomor 3. Ternyata, ada teman yang sudah selesai mengerjakan
soal-soal yang baru diralat tersebut. Tentu dia harus mengulang dari awal, dan
karena tidak boleh menggunakan tip-x, maka dia harus keluar, mencari guru
tersebut, meminta kertas, dan lalu mengulang pekerjaannya, yang total
memakan waktu 20 menit. Ia mengatakan pada saya, dari 120 menit waktu
mengerjakan, 20 menit saya hilang karena guru tersebut memberi ralat
dengan telat. Untuk catatan anda, ia sudah mendapat jawaban dari soal yang
belum diralat, dan hasilnya ada, dan angka yang didapat lebih bulat daripada
jawaban yang didapat setelah ralat soal, karena yang diubah hanyalah
volume: dari 100ml menjadi 200ml untuk nomor 2, dan dari 150ml menjadi
350ml untuk nomor
Keanehan juga terjadi saat melakukan remedial ulangan harian.
1. Bahan yang dikeluarkan tidak ada kaitannya dengan pelajaran. Pada saat
remedial sebuah ulangan, dimana bahan yang dipelajari adalah pembakaran,
pembentukan zat dan penguraian zat, guru ini malah mengeluarkan reaksi
fermentasi. Tujuan sebuah remedial tentu adalah agar murid-murid lulus,
walaupun dengan hasil KKM yaitu 75. Namun, dengan dikeluarkannya soal
fermentasi yang menyimpang jauh dari bahan, teman-teman saya yang

remedial hampir semuanya tidak bisa mengerjakan dan pada akhirnya tidak
lulus. Bahkan, ada yang mendapat nilai lebih buruk, dari 66 pada ulangan
harian menjadi 57 pada remedial.
2. Terakhir, saya tidak tahu apakah remedial pada saat jam pelajaran itu
diperbolehkan. Tapi yang pasti, pada ulangan terakhir, dimana yang tidak
mencapai nilai minimal sangat banyak, guru ini mengadakan remedial di jam
pelajaran, dan yang tidak mengikuti remedial disuruh menunggu di bagian
belakang kelas, belajar sendiri. Jika anda mau tahu, dalam ulangan ini, bahkan
ada 2 kelas dimana seluruh anak tidak lulus. Benar, 36 anak dari 36 anak
semuanya tidak lulus, dan pada kelas-kelas itu, akhirnya diadakan ulangan
ulang, juga di jam pelajaran. Saya tidak tahu apakah ini dimaksudkan agar
bapak tidak tahu atau bagaimana.

Setelah sekian lama, barulah saya memutuskan untuk menuliskan surat


ini kepada pater, atas dasar pertimbangan:
1. Saya dan banyak teman sudah sangat amat tidak nyaman dengan segala
tingkah laku guru ini, karena dengan tindakan-tindakan yang saya sudah
sebutkan diatas, nilai kami tidaklah maksimal, di mana nilai-nilai tersebut
sangat diperhitungkan untuk masuk ke perguruan tinggi. Dan saya
merasa, sebagai sebuah instansi pendidikan terkemuka, apabila Kanisius
tidak mengambil tindakan terhadap kasus seperti ini, maka tidaklah saya
heran apabila di mata perguruan tinggi, kualitas Kanisius makin turun dari
tahun ke tahun, karena mempertahankan guru yang tidak mendidik tapi
membuat repot siswanya.
2. Kami, para siswa SMA Kolese Kanisius ini, berhasil masuk ke dalam SMA
Kolese Kanisius dengan cara yang benar; kami diterima di sekolah ini
dengan mengikuti tes kebugaran, tertulis, dan wawancara tanpa adanya
kecurangan. Setiap bulan kami, membayar uang sekolah untuk belajar di
sekolah. Dengan demikian, sudah jelas, bahwa kami berhak untuk
memperoleh pendidikan dengan benar, karena sudah menempuh seluruh
persyaratan sekolah untuk mendapat hak bersekolah di SMA Kolese
Kanisius. Namun, dengan seluruh pengajaran yang salah dan
menyesatkan seperti ini, maka kami merasa bahwa hak kami untuk belajar
di kolese ini, yang dengan susah payah kami dapatkan, belum diberikan
oleh sekolah.
3. Untuk anda ketahui, tadinya saya tidak memiliki prasangka buruk
terhadap guru ini, namun setelah mendengar cerita dari guru-guru lain,
barulah saya menemukan bahwa guru ini memiliki anak yang tidak naik
kelas saat bersekolah di Kanisius, dan anaknya langsung dikeluarkan. Dan
sejak saat itu, masalah ini muncul, berlanjut hingga sekarang. Dari situ,
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa guru ini tidak berani melihat
kenyataan, dan menyimpan rasa dendam terhadap sekolah ini, dan
melampiaskannya pada kami, para murid yang tidak tahu apa-apa. Rasa
dendam dan tidak berani melihat kenyataan ini bukanlah emosi yang
positif, malah merupakan emosi negatif yang tidak semestinya disimpan

oleh siapapun juga, bahkan seorang pendidik yang menyiapkan para calon
pemimpin di masa mendatang.
Atas dasar semua itu, saya mohon dengan sangat amat kebijaksanaan
Pater untuk membuatkan sebuah solusi bagi kami, para siswa yang diperlakukan
tidak adil. Namun demikian, saya mohon dengan hormat, kiranya jangan
membuat keputusan gegabah yang pada akhirnya akan semakin menimbulkan
rasa benci guru ini terhadap kami, yang akan menimbulkan lebih banyak
masalah lagi, baik dalam ulangan, pelajaran, dan lain sebagainya. Sekedar
saran, mungkin pater bisa berdiskusi dengan Pater Kepala Sekolah atau Wakil
Kepala Sekolah bid. Kurikulum untuk mencari solusinya.
Tertanda,
Anonim
saya tuliskan anonim, namun anda bisa memanggil saya dengan Exe
Jika anda ingin memberikan jawaban, anda bisa tuliskan surat balasan anda
untuk saya,
dan anda pasang di papan di depan kantor moderator.
Petunjuk: Guru ini adalah guru yang mengatakan Goblok Kamu! pada saat
seorang murid meminta maaf padanya, beberapa waktu yang lalu.

Anda mungkin juga menyukai