BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan bayi saat ini masih tinggi. Terutama untuk ibu
hamil yang tinggal di desa-desa selain karena pengetahuan ibu hamil yang
kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan, juga karena perawatan
dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medis dan sistem rujukan
yang belum sempurna.Persalinan merupakan keadaan fisiologis yang normal.
Persalinan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan persalinan normal
(pervaginam) dan dengan pembedahan atau sectio caesarea (Sukarni, 2013).
Persalinan tidak hanya dilakukan secara normal saja tetapi juga dapat
dilakukan secara sectio caesarea. Sectio caesarea adalah suatu persalinan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005).Sectio caesarea biasanya dilakukan
karena beberapa indikasi diantaranya komplikasi kehamilan disproporsisefalo
pelvic, partus lama, rupture uteri, cairan ketuban yang tidak normal, presentasi
bokong dan pre eklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsi dibagi menjadi dua diantaranya adalah preeklampsi ringan
(PER) dan preeklampsi berat (PEB). PEB merupakan komplikasi persalinan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
dengan proteinuria dan edema padakehamilan 20 minggu atau lebih, PEB
adalah suatu penyakit yang menjadi indikasi seorang ibu hamil dilakukannya
tindakan sectio caesarea (Prawirohardjo, 2010).
World
Health
Organization(WHO)
menetapkan
standar
rata-rata
pada sekitar 20112012, meningkat menjadi 4,1% - 14,3% pada sekitar 2013
2014 (Soefwan, 2014).
Angka kejadian PEB di ruang Permata Hati RSUD Banyumas pada periode
Januari-Desmber 2016 sebanyak 70 kasus atau sekitar 5,8 %. Angka kejadian
PEB yang tinggi di ruang flamboyan maka perlu adanya penanganan yang
khusus karena apabila tidak di tangani dengan baik maka akan menambah
angka kematian bayi dan ibu, oleh karena itu perawat harus melakukan
penanganan secara baik untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Ny. F dengan Post Partus Spontan atas indikasi
preeklampsia berat.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penyusunan ini bertujuan agar penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian pada Ny. F dengan post Partus Spontan atas
indikasi pre eklampsia berat.
b. Menegakan diagnosa keperawatan pada Ny. F dengan post Partus
Spontan atas indikasi pre eklampsia berat.
c. Menyusun rencana keperawatan pada Ny. F dengan post Partus
Spontan atas indikasi pre eklampsia berat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. F dengan post Partus
Spontan atas indikasi pre eklampsia berat.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. F dengan post Partus
Spontan atas indikasi pre eklampsia berat
f. Melakukan dokumentasi keperawatan pada Ny. F dengan post Partus
Spontan atas indikasi pre eklampsia berat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
subkapsula
hepar,
kelainan
pembekuan
darah
DIC(Disseminated
perubahan
sistem
pencernaan,
perubahan
sistem
progesteron
yang
merangsang
pertumbuhan
kelenjar
susu,
: urium-kreatinin,
dari
umur
kehamilan
dan
perkembangan
gejala-gejala
Enzyme,
P=Low
Platelet
Count)hemolisis
dan
10
12) Eliminasi
Pada hari pertama berkemih lebih dari 3.000 ml dan pasien
tidak defekasi. Serta pada hari kedua dan selanjutnya berkemih
jumlah banyak berkurang dan defekasi 2-3 hari.
13) Sistem muskuloskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar
dan terjadi penurunan tonus otot. Pada periode postpartum
penurunan tonus otot jelas terlihat.
pemberian
ASI
berhubungan
dengan
defisit
11
aktivitas
berhubungan
dengan
tindakan
anestesi,
3. Fokus intervensi
Intervensi keperawatan menurut Amin Huda (2015) yaitu :
a.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (trauma jalan lahir,
episiotomi).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama jam
diharapkan nyeri klien berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :
1)
2)
3)
4)
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi.
2) Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya
wajah meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi
secara efektif.
12
kerentanan
terhadap
infeksi:
motivasi
dan
c. Ketidakefektifan
pemberian
ASI
berhubungan
dengan
defisit
13
untuk
mempertahankan
aktivitas
sebelum
tidur
(membaca).
6) Monitor waktu makan dan minum dengan teratur.
7) Diskusikan dengan keluarga
pasien.
8) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
14
15
16
pasien
17
aktivitas klien saat di rumah sakit seperti makan, minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur, ambulasi dibantu oleh keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
18
C. Analisa Data
Waktu
Rabu, 20 Jan
2016
Jam 14.30
Data fokus
DS : Klien mengatakan nyeri
kepala.
P: hipertensi
Q: cekot-cekot
R: kepala
S: skala 4
T: hilang timbul
DO: TD: 160/90 mmHg, klien
tampak bedrest, klien tampak
menahan
nyeri,
sikap
melindungi area nyeri.
DS: klien mengatakan terdapat
luka di perineum.
DO: Tampak terdapat hecting
episiotomi, luka tampak basah,
o
suhu
36,7
C
terdapat
pengeluaran lochea rubra, Hb:
7,96 g/dL, HCT: 25,3 %, WBC:
24,0 10e3/uL.
Penyebab
Agen
injury
biologis
Masalah
Nyeri akut
Trauma jaringan
(episiotomi)
Resiko infeksi
19
Kelemahan otot
Perubahan
eliminasi
pola
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis yang ditandai dengan
klien mengatakan nyeri kepala, P: hipertensi, Q: cekot-cekot, R: kepala, S:
skala 4, T: hilang timbul, TD: 160/90 mmHg, klien tampak bedrest, klien
tampak menahan nyeri, sikap melindungi area nyeri.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (episiotomi) yang
ditandai dengan klien mengatakan terdapat luka di perineum, tampak
terdapat hecting episiotomi, luka tampak basah, suhu 36,7 oC terdapat
pengeluaran lochea rubra, Hb: 7,96 g/dL, HCT: 25,3 %, WBC: 24,0
10e3/uL.
3. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan kelemahan otot yang
ditandai dengan klien mengatakan belum bab selama 3 hari, bising usus 10
x/menit, mampu flatus, keletihan.
E. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x8 jam diharapkan
masalah nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil:
a.
Indikator
Mampu mengontrol nyeri
b.
c.
Keterangan :
1) Keluhan ekstrim
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan
IR
ER
20
Intervensi:
Monitor
TTV, lakukan
pengkajian
nyeri
secara
Indikator
Mampu mengontrol nyeri
IR
3
Tujuan
5
ER
e.
f.
21
Indikator
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b.
c.
IR
ER
Keterangan:
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang-kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan
Intervensi: batasi pengunjung, cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan, tingkatkan intake nutrisi, monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal, berikan penkes tentang cara menghindari
infeksi, kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Implementasi yang penulis lakukan selama 2 hari untuk mengatasi
masalah nyeri akut yaitu: pada hari Rabu, 20 Januari 2016 jam 16.10
membatasi pengunjung. Respon : telah dilakukan pembatasan pengunjung
sesuai dengan jam pengunjung, jam 15.30 meningkatkan intake nutrisi.
Respon: klien mengatakan makan habis 1 porsi dengan nasi, sayur dan
lauk pauk. Jam 16.20 mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan. Respon: setiap akan melakukan tindakan keperawatan tenaga
kesehatan cuci tangan sesuai dengan 5 momen cuci tangan.
Pada hari kedua yaitu kamis, 21 Januari 2016 jam 14.30 mengkaji
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. Setelah diobservasi tidak ada
perdarahan, pengeluaran lochea dalam batas normal, terdapat jahitan
episiotomi. Jam 14.45 memberikan pendidikan kesehatan tentang cara
menghindari infeksi. Saat dilakukan motivasi dan penkes pasien tampak
mengerti.
Evaluasi masalah keperawatan resiko infeksi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 hari yaitu hari Kamis, 21 Januari 2016 jam
22
Indikator
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
IR
Tujuan
5
ER
e.
infeksi
f.
b.
c.
d.
IR
ER
Keterangan:
1) Keluhan ekstrim
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan
Intervensi: kaji pola BAB dan kesulitan BAB, anjurkan ambulasi
dini, anjurkan pasien untuk minum banyak, kaji adanya hemoroid,
anjurkan diet makanan tinggi serat dan peningkatan cairan, kaji bising
usus setiap 8 jam.
23
Indikator
IR
4
Tujuan
5
ER
5
f.
g.
h.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas tentang bagaimana Asuhan
Keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. F dengan P1A0 Post Partum Spontan
indikasi Pre-Eklamsia Berat hari kedua diruang Permata Hati selama 2 hari mulai
tanggal 20 sampai 21 Januari 2016, membahas tentang kesenjangan yang muncul
antara teori yang ada dengan kasus yang nyata.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Wilkinson dalam Nurjannah 2010).
Penulis dalam melakukan pengkajian menggunakan empat metode
pengumpulan data yang terdiri dari metode yang pertama adalah wawancara.
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan komunikasi yang direncanakan
(Nurjannah, 2010). Selama wawancara penulis tidak menemukan hambatan
25
karena respon dari keluarga cukup baik dan kooperatif. Sehingga penulis
mendapat data yang sesuai harapan.
Metode yang kedua adalah pengkajian, pengkajian yang penulis lakukan
menggunakan pola fungsional Gordon. Penulis memilih pengkajian menurut
Gordon karena pola tersebut tepat untuk diterapkan pada pasien post partum,
dimana pengkajian mencakup nutrisi, eliminasi, latihan dan aktivitas, istirahat
dan tidur, reproduksi dan seksual, serta beberapa aspek psikologis dan
pengetahuan, dimana hal tersebut sering kali menjadi masalah bagi ibu post
partum, seperti depresi, manageman kesehatan, konsep dan persepsi diri.
Peran dan pola hubungan, koping dan toleransi, serta keyakinan dan nilai yang
di anut.
Pada pengkajian pola fungsional gordon, didapatkan data pola persepsi
kesehatan klien mengatakan kesehatan sangat penting, klien rutin kontrol
kehamilannya ke pelayanan kesehatan (bidan). Pola nutrisi klien saat dirumah
makan 3-4 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk pauk, klien minum air putih
4-5 gelas/hari, minum susu hamil 2x (pagi dan sore), minum wedang teh 2-3
gelas/hari. Selama dirumah sakit klien makan habis 1 porsi dari RS dengan
nasi, sayur, lauk pauk, klien minum air putih 2-3 gelas/hari, minum wedang
teh 2-3 gelas/hari.
Pada pola eliminasi klien mengatakan selama di RS belum BAB selama
3 hari, BAK klien dibantu dengan DC no 16 , dengan urin output 100 cc. Pola
aktivitas klien saat di rumah sakit seperti makan, minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur, ambulasi dibantu oleh keluarganya.
Berdasarkan teori menurut Maryunani (2009), tanda dan gejala pre
eklamsia berat yaitu hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg,
proteinuria 5 gr/24 jam, oliguria, edema paru atau ekstremitas, sakit kepala
yang berat, pandangan kabur, mual dan muntah.
Tanda dan gejala berdasarkan teori tersebut muncul pada kasus nyata
yaitu hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg, edema ekstremitas, sakit
kepala yang berat. Sedangkan tanda dan gejala yang muncul pada kasus nyata
26
tidak terdapat pada teori yaitu klien mengeluh kesulitan BAB karena sudah 3
hari klien tidak BAB.
Metode yang ketiga adalah dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
pasien untuk menentukan masalah kesehatan pasien. Pada pemeriksan fisik ini
menggunkan format pengkajian secara head to toe dengan tehknik pendekatan
meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nurjannah, 2010). Dalam
pelaksanaan pengkajian dengan pemeriksaan fisik penulis tidak menemui
hambatan yang berarti.
Pada pemeriksaan fisik yang penulis lakukan didapatkan hasil yaitu
konjungtiva pasien anemis karena Hb : 7,96 g/dL sehingga pasien diberikan
tranfusi PRC 2 kolf, pada pemeriksaan tinggi fundus uteri didapatkan hasil
TFU pasien dua jari diatas pusat. Pemeriksaan genetalia didapatkan jenis
lochea rubra dengan konsistensi cair, berwarna merah segar, jumlah 240 cc/24
jam, terdapat luka jahitan episiotomy. Kemudian pada pemeriksaan
ekstremitas didapatkan bahwa ekstremitas bawah klien edema.
Metode keempat dapat dilakukan dengan cara studi dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip,
buku dan sebagainya, sebagai data penunjang (Arikunto, 2002). Pada studi
dokumentasi diperoleh identitas pasien dan pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan darah lengkap.
Pada keempat metode yang penulis lakukan, didapatkan data keluhan
utama pasien mengatakan nyeri kepala dengan P : hipertensi, Q: tertusuktusuk, R: kepala, S: skala 4, T: hilang timbul. Keluhan tambahan klien
mengatakan pusing, asi sudah keluar namun belum banyak, klien belum BAB
selama 3 hari.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mengalami kendala karena
pasien dan keluarga kooperatif dan bersedia menjawab pertanyaan yang
diberikan penulis, adanya rekam medis atau status pasien sangat membantu
penulis dalam melengkapi data.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa merupakan cara mengidentifikasi, memfokuskan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan resiko
27
28
pemberian
ASI
berhubungan
dengan
defisit
pengetahuan.
Ketidakefektifan pemberian ASI adalah merupakan ketidakpuasan
atau kesulitan ibu, bayi, atau anak menjalani proses pemberian ASI
(Amin Huda, 2015). Diagnosa keperawatan ini tidak penulis angkat
karena pada saat pengkajian, penulis tidak menemukan data-data yang
mendukung sesuai batasan karakteristik untuk diagnosa defisit
perawatan diri.
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemberian ASI sesuai
dengan teori dan sebenarnya muncul pada kasus nyata dengan
didapatkannya data klien mengatakan ASI sudah keluar namun belum
banyak, kemudian anak rewel, menunjukkan anak belum kenyang
dengan
produksi
asi
ibu.
Data
tersebut
dapat
memperkuat
29
topik
aktivitas
berhubungan
dengan
tindakan
anestesi,
30
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengelolaan kasus selama 2 hari pada Ny. F dengan Post
Partum Spontan Indikasi PEB di Ruang Permata Hati RSUD Banyumas, hasil
asuhan keperawatan adalah:
Dari hasil pengkajian pada Ny. F didapatkan keluhan utama
pasien
B. Saran
Saran ditujukan kepada Rumah Sakit, institusi pendidikan, dan profesi
keperawatan untuk kemajuan dan terjaganya mutu keperawatan yang baik
dimasa yang akan datang adalah:
1. Rumah sakit
32