Anda di halaman 1dari 63

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Modul 1 Aliran Melalui Venturimeter

1.1

Pendahuluan
Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui debit dan koefisien aliran dari

venturimeter melalui debit aktual serta tinggi dan luas tabung yang diukur di
eksperimen. Alat yang digunakan adalah venturimeter yang merupakan alat untuk
mengukur debit cairan yang melalui pipa. Alat ini terdiri dari tabung pendek yang
menyempit ke suatu tenggorokan di tengah tabung. Fluida akan mengalir sepanjang
pipa yang kemudian melalui bidang kontraksi pada tenggorokan tersebut dengan
kecepatan yang lebih besar dari pada kecepatan pada pipa. Peningkatan kecepatan ini
akan berhubungan dengan penurunan tekanan yang tergantung pada laju alir,
sehingga dengan mengukur perubahan tekanan yang dibaca melalui manometer, debit
bisa di hitung.
Eksperimen ini akan menggunakan efek venturi yang merupakan salah satu
contoh dari penerapan prinsip hukum Bernoulli. Dimana suatu fluida tak mampat
mengalir melalui suautu pipa. Kecepatan fluida harus meningkat untuk memenuhi
persamaan kontinuitas, sementara tekanannya harus menurun karena hukum
kekekalan energi. Efek ini ditemukan oleh ilmuan Italia yang bernama Glovanni
Batista Venturi.
Contoh penerapan efek venturi di kehidupan nyata antara lain :

Pada kapiler system peredaran darah


Di kota besar dimana angin bertiup melalui bangunan-bangunan
Pada alat menyelam dimana efek tersebut digunakan untuk mengalirkan udara

untuk bernafas
Pada karburator untuk menyedot bensin dari mesin
Pada alat pemadam kebakaran yang menggunakan gelembung

Kelompok 12 (Kelas C) | 1

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

1.2

2014

Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Praktikan dapat memvisualisasikan pengaruh dari perubahan penampang
terhadap tinggi garis hidrolik pada masing-masing manometer
2. Praktikan dapat menentukan koefisien pengaliran pada alat venturimeter
yang di gunakan
3.

1.3

Alat-alat Praktikum
Pada percobaan ini akan di gunakan alat-alat sebagai berikut :
1. Venturimeter
Venturimeter merupakan alat untuk mengukur debit cairan yang melalui
pipa. Alat ini terdiri dari tabung pendek yang menyempit ke suatu
tenggorokan di tengah tabung.

Gambar 1 : Venturimeter

Kelompok 12 (Kelas C) | 2

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

2. Bangku Hidrolik
Dalam percobaan ini bangku hidrolik akan disetel dengan debit tertentu
dimana pada bangku hidrolik akan dipasangkan suatu beban sebagai
acuan.
3. Gelas Ukur
Gelas ukur yang di gunakan adalah yang berkapasitas 900 ml yang
berfungsi untuk menghitung debit dari air yang keluar nanti.

4. Stopwatch
Stopwatch dalam percobaan ini akan dipakai dalam perhitungan waktu
pada pengaliran jumlah air dan debit yang masuk

Kelompok 12 (Kelas C) | 3

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

1.4

2014

Dasar Teori

1.4.1 Hukum Bernoulli


Pada aliran fluida yang kontinyu dan tidak termampatkan (uncompressible),
energy total pada setiap penampang akan tetap sama apabila di asumsikan aliran
tanpa gesekan. Energy total ini terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu energy
potensial ,sering di sebut sebagai tinggi tempat (ditulis dengan symbol Z), energy
spesifik yang sering disebut sebagai tinggi tekan (ditulis dengan symbol p/g) dan
energy kinetic , yang sering disebut sebagai tinggi kecepatan (ditulis dengan
symbol V2/2g).
Secara matematis, energy total tersebut dikenal sebagai persamaan Bernoulli,
yang dituliskan sebagai berikut :

Dimana :
Z

= Tinggi tempat (m)

p/g

= Tinggi tekan (m)

H1-2

= Kehilangan energy antara titik 1 dan 2 (m)

= Tekanan hidrostatis = gh (m)

= Tinggi kolam air (dibaca pada manometer) (m)

= Kecepatan aliran (m/detik)

Kelompok 12 (Kelas C) | 4

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Pada percobaan ini, sumbu pipa ditempatkan horizontal, sehingga Z1 = Z2 dan


persamaan Bernoulli dapat ditulis sebagai:
h1

V 21
2 g = h2 +

V 22
2 g + H1-2

Dengan demikian Hukum Bernoulli dapat dinyatakan dengan :


2

H=h+

V
2g

Dimana H adalah energy total yang akan mempunyai nilai tetap sepanjang pipa
jika tidak terjadi kehilangan energy (H1-2 = 0)

1.4.2 Keadaan Temperatur Pada Saat Percobaan


Suhu pada waktu percobaan rata-rata 25 oC. Dengan mengetahui suhu saat
percobaan, maka kita dapat menghitung nilai massa jenis () dan gravitasi (g) pada
waktu percobaan. Dimana satuan masa jenis adalah kg/m3 dan gravitasi adalah
m2/det.

1.5

Prosedur Percobaan
Hitung Debit
1. Pastikan semua peralatan yang di perlukan sudah disiapkan
2. Siapkan ember yang telah di berikan tanda pada selang yang mengalirkan air
pada alat venurimeter sebelah kiri.
3. Nyalakan pompa air telebih dahulu
4. Buka keran 1/3 nya sebagai pengatur kecepatan air bersamaan dengan di
nyalakannya stopwatch

Kelompok 12 (Kelas C) | 5

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

5. Setelah volume air mencapai batas yang sudah di tandai pada ember, dengan
serentak stopwatch dan pompa air di stop.
6. Hitung volume air pada ember dengan menggunakan gelas ukur
7. Catatlah waktu dan volume yang di dapat untuk pengujian keran di buka 1/3
8. Lalu lakukan kembali percobaan untuk mendapatkan waktu pengisian ember
dengan bukaan 2/3 dan 3/3 keran, sampai batas tanda ember yang sudah ada
9. Catat lah waktu yang di dapatkan dari 3 pengujian tersebut. Namun untuk
volume tidak perlu di hitung lagi karena volumenya pasti sama
Hitung Tekanan
Untuk pengujian tidak ada aliran :
1. Pastikan semua peralatan yang digunakan sudah disiapkan
2. Tutup keran pengaliran (outlet), lalu hidupkan pompa air
3. Mainkan keran pengatur kecepatan air dan juga keran pengaliran (boleh agak
dibuka sedikit), atur supaya air naik namun tidak melebihi 130 ml
4. Lakukan hal diatas sampai akhirnya didapatkan tinggi air pada manometer
yang konstan/stabil dalam artian tidak bergerak-gerak lagi , biasanya pada
pengujian yang tidak ada aliran ketinggiannya cendrung sama antar pipa
5. Jika ada gelembung-gelembung pada pipa manometer, maka di hilangkan
dulu dengan ditarik pipanya
6. Catat tinggi air dalam 11 pipa manometer
7. Matikan pompa air
Untuk pengujian ada aliran :
1. Buka keran pengaliran (outlet), lalu hidupkan pompa air
2. Mainkan keran pengatur kecepatan air dan juga keran pengaliran (Boleh
agak dimainkan kearah tertutup), atur supaya air naik ke pipa manometer
3. Lakukan hal diatas sampai akhirnya didapatkan tinggi air pada manometer
yang konstan/stabil dalam artian tidak bergerak-gerak lagi , biasanya pada
pengujian ini ketinggian air pada pipa manometer akan mengikuti
penampang dari manometer. Yang mempunyai diameter lebih kecil, biasanya
tekanan air nya juga rendah

Kelompok 12 (Kelas C) | 6

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

4. Jika ada gelembung-gelembung pada pipa manometer, maka di hilangkan


dulu dengan ditarik pipanya
5. Catat tinggi air dalam 11 pipa manometer
6. Matikan pompa air

1.6

Prosedur Perhitungan
Mulai

Pengumpulan Data :
* Tinggi air di dalam
manometer (h)
* Volume air (V)
* Waktu (t)
* Diameter Venturimeter (d)

Kelompok 12 (Kelas C) | 7

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Hitung :
* Luas penampang
venturimeter (A)
* Debit aliran (Q)
* Kecepatan aliran (v)
Analisis Data :
* Tinggi energy teoritis (H
teoritis)
* Tinggi energy praktis (H

Beda < 5%

Tidak
Ya
Gambar Garis Tinggi Tekan dan
Garis Tinggi Energi Ya
di sepanjang
venturimeter
Simpulan Hasil
Praktikum

Selesai

Gambar 0-2 Diagram Alir Perhitungan dan Analisis data Percobaan Teorema Bernoulli

1.7

Data dan Hasil Percobaan


Jarak antar pipa penyadapan dalam percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 1-2
dibawah ini :

Kelompok 12 (Kelas C) | 8

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Gambar 0-3 Jarak antar Pipa Penyadap dalam Percobaan teorema Bernoulli

Diameter alat Teorema Bernoulli pada masing-masing titik penyadapatan adalah


sebagai berikut :
Tabel 0-1 Diameter dan Luas Alat Teorema Bernoulli
Titik

Diameter (d)

Luas (A)

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K

(mm)
26
23,2
18,4
16
16,8
18,47
20,16
21,84
23,53
25,24
26

(mm2)
530,9
422,7
265,9
201,1
221,7
268,0
318,8
375,0
435,0
500,8
530,9

Data hasil pengamatan pada kegiatan praktikum disajikan pada Tabel 0-2 dan 0-3
dibawah ini :
Tabel 0-2 Tinggi Muka Air di Manometer

Kelompok 12 (Kelas C) | 9

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Titik Pipa

Jarak

Tinggi air

Tinggi air

Tinggi

antar

di

di

Energi

Titilk

manometer

manometer

Praktis

saat tidak

saat ada

ada aliran
(mm)
105
105
105
106
106
106
105
105
106
106
106

aliran
(mm)
203
212
179
96
120
154
177
189
199
206
208

(mm)
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K

20
12
14
15
15
15
15
15
15
20

Diameter

2014

(mm)
26
23,2
18,4
16
16,8
18,47
20,16
21,84
23,53
25,24
26

(mm)
98
107
34
-10
14
48
72
84
93
100
102

Tabel 0-3 Pencatatan Volume dan Waktu

V1
12,720
1.8

Volume (Liter)
V2
12,720

V3
12,720

t1
23

Waktu (detik)
t2
21,09

T3
20,59

Analisis Data

1.8.1 Debit Aliran


Nilai debit dapat dihitung dari perbandingan volume dan waktu dan waktu seperti
berikut :
Q1 =

V
t1

= cm3/detik

Q1 =

V
t2

= cm3/detik

Kelompok 12 (Kelas C) | 10

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Q1 =

V
t3

2014

= cm3/detik

Nilai debit rata-ratanya adalah :


Q=

Q1 +Q 2 +Q3
3

= cm3/detik

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1-4 dibawah ini :


Tabel 0-4 Perhitungan Debit Percobaan Teorema Bernoulli
Pencatatan keVolume (V) (Liter)
Waktu (t) (detik)
Debit (Q) (mm3/detik)
Debit rata-rata

1
12,72
23
0,553

2
12,72
21
0,605
0,598

3
12,72
20
0,636

(mm3/detik

1.8.2 Koreksi Pembacaan Tinggi Air di Manometer


Karena sulitnya untuk menetapkan alat secara horizontal, maka pembacaan
tinggi air perlu dikoreksi dahulu, dengan cara sbb :

Datum diambil dari tinggi air maksimum disaat tidak ada aliran = .. mm
Tinggi air di manometer B saat tidak ada aliran = . mm
Tinggi air di manometer B saat ada aliran sebelum dikoreksi = . mm
Tinggi air di manometer B saat ada aliran setelah dikoreksi = . mm

Dengan cara yang sama, semua hasil pencatatan dikoreksi dan tabelkan.
Tabel 0-5 Tinggi Energi Praktis
Titik Pipa

Tinggi air di

Tinggi air di

Tinggi air di

Tinggi Energi

Tinggi Energi

Kelompok 12 (Kelas C) | 11

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Praktis

2014

manometer

manometer

manometer

Praktis,

saat tidak ada

saat ada

saat ada

aliran

aliran

aliran,

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

105
105
105
106
106
106
105
105
106
106
106

203
212
179
96
120
154
177
189
199
206
208

203
212
179
95
119
153
177
189
198
205
207

98
107
34
-10
14
48
72
84
93
100
102

98
107
34
-11
13
47
72
84
92
99
101

terkoreksi

terkoreksi
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K

1.8.3 Tinggi Energi Teoritis


Tinggi energy merupakan penjumlahan dari Tinggi Tekan dan Tinggi Kecepatan
yang diperoleh dari perhitungan berikut :

Tinggi tekan diperoleh dari hasil koreksi pembacaan tinggi muka air saat

terjadi aliran, setelah dikoreksi : Htekan = . Mm


Dengan diameter sebesar 26 mm (manometer A), maka luas penampangnya
adalah 530,9 mm2

Kecepatan di titik C adalah = v =

Q
A

= mm/detik
v2
2g

Tinggi kecepatan di titik A = Hkecepatan =

Tinggi energy di titik A = H = Htekan + Hkecepatan = .. mm

= . Mm

Hasil perhitungan lengkap untuk seluruh titik pipa adalah , sbb :

Tabel 0-6 Tinggi Energi Teoritis

Kelompok 12 (Kelas C) | 12

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Titik

Diam

Luas

Pipa

eter

Penampang

Debit (Q)

Tinggi

Kecepatan

Tinggi

Tinggi

Tekan

(V)

Kecepata

Energi

n (V /2g)

(A)
(mm)

2014

(mm2)

(mm3/detik)

(mm)

(mm/detik)

(mm)

(mm)

26

530,9

374117,65

98

704,69

0,0253

198,025

23,2

422,7

374117,65

107

885,07

0,0399

207,039

18,4

265,9

374117,65

34

1406,99

0,1008

134,100

16

201,1

374117,65

-11

1860,36

0,1763

89,176

16,8

221,7

374117,65

13

1687,50

0,1451

113,145

18,47

268,0

374117,65

47

1395,96

0,0993

147,099

20,16

318,8

374117,65

72

1173,52

0,0701

172,099

21,84

375,0

374117,65

84

997,65

0,0507

184,050

23,53

435,0

374117,65

92

860,04

0,0377

192,037

25,24

500,8

374117,65

99

747,04

0,0284

199,028

26

530,9

374117,65

101

704,69

0,0253

201,025

1.8.4 Perbedaan Tinggi Energi Praktis dan Teoritis


Perbedaan hasil perhitungan tinggi energy teoritis dan tinggi energy hasil
percobaan (praktis) ditentukan berdasarkan persamaan berikut :
% beda =

H TeoritisH Praktis
H Praktis

x 100% = %

Hasil perhitungan perbedaan tinggi energy praktis dan teroritis ini dapat di lihat
pada Tabel 1-7 berikut :
Tabel 0-7 Perbedaan Tinggi Energi Praktis dan Teoritis

Kelompok 12 (Kelas C) | 13

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Titik

Tinggi Energi Teoritis

Tinggi Energi Praktis

Selisih (%)

A
B

(mm)
198,025
207,039

(mm)
198
207

0,0126
0,0188

134,100

134

0,0746

89,176

89

0,1978

113,145

113

0,1283

147,099

147

0,0673

172,099

172

0,0406

184,050

184

0,0271

192,037

192

0,0192

199,028

199

0,0140

201,025

201

0,0124

2014

1.9 Grafik Tinggi Tekan dan Tinggi Energi


Grafik Tinggi Tekan dan Tinggi Energi
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
80

100

120

140

160

180

200

220

Garis tinggi tekan dan tinggi


energy di sepanjang alat teorema Bernoulli dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok 12 (Kelas C) | 14

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Gambar 0-4 Grafik Tinggi Tekan dan Tinggi Energi Percobaan Teorema Bernoulli

1.10 Kesimpulan dan Saran


1.10.1 Kesimpulan
Dari data yang di dapatkan, terlihat jika manometer tidak ada aliran ,
maka

1.10.2 Saran

Modul 2 Tinggi Tekan pada Aliran Melalui Pipa

2.1 Pendahuluan
Dalam fluida yang mengalir tersimpan sejumlah energy. Besarnya energy
yang tersimpan ini tergantung pada tempat fluida tersebut mengalir. Tempat aliran
tersebut dapat merupakan saluran terbuka maupun saluran tertutup. Contoh saluran
terbuka adalah selokan atau parit, sungai, saluran, gorong-gorong dan lain

Kelompok 12 (Kelas C) | 15

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

sebagainya. Sementara contoh saluran tertutup adalah goronh-gorong, saluran


tertutup dan aliran pipa PDAM.
Tata pipa merupakan salah satu contoh penyelesaian dalam masalah aliran
fluida pada saat itu. Aliran dalam pipa ini merupakan contoh aliran fluida dalam
saluran tertutup. Prinsip aliran fluida pada beberapa aplikasi saluran tertutup maupun
pipa PDAM pada prinsipnya sama dengan tata pipa yang di gunakan untuk percobaan
di laboratorium, tetapi dalam kenyataannya ada perbedaan perhitungan secara teoritis
bila ditinjau secara praktis lapangan. Hal-hal demikian mengharuskan digunakan
beberapa parameter dalam keadaan khusus.
Dalam suatu aliran fluida melalui saluran tertutup atau pipa. Masalah yang
timbul adalah masalah beda tinggi tekan atau dengan kata lain, kehilangan tinggi
tekan yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
perbedaan tinggi tekan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu kehilangan energy
primer (major losses) dan kehilangan energy sekunder (minor losses). Yang disebut
major losses adalah kehilangan tinggi tekan yang disebabkan oleh adanya faktor
gesekan pada pipa dimana fluida mengalir. Sedangkan yang disebut minor losses
adalah adanya kehilangan tinggi tekan akibat adanya perubahan bentuk geometri
pipa, seperti pembesaran atau penyempitan luas penampang pipa, tikungan pipa, dan
sambungan pipa.
Dalam analisis percobaan aliran pada pipa kecil ini, digunakan berbagai acuan
dasar rumus yang diambil dari :
1)
2)
3)
4)
5)

Persamaan Kontuinitas
Persamaan Bernoulli
Persamaan Darcy-Weisbach
Persamaan Blassius
Bilangan Reynolds

2.2 Tujuan Percobaan


Kelompok 12 (Kelas C) | 16

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Percobaan ini bertujuan untuk :


1. Mempelajari pengaruh koefisien gesekan pada pipa lurus
2. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat :
a. Gesekan pada pipa lurus
b. Ekspansi tiba-tiba
c. Kontraksi tiba-tiba
d. Tikungan
2.3 Alat-alat Praktikum
Pada percobaan ini akan digunakan alat-alat sebagai berikut :
1) Suatu system jaringan pipa yang terdiri dari dua sirkuit yang terpisah, dimana
masing-masing terdiri dari komponen pipa yang dilengkapi selang piezometer.
Dua sirkuit ini adalah sirkuit biru dan sirkuit abu-abu.
2) Bangku Hidraulik
3) Pompa udara yang berfungsi untuk mengkalibrasikan alat serta untuk
menghilangkan gelembung udara yang masuk ke dalam jaringan pipa
2.4 Dasar Teori
2.4.1 Persamaan kontinuitas
Apabila zat cair tak termampatkan (uncompressible) mengalir secara
kontinyu melalui pipa atau saluran terbuka, dengan tampang aliran konstan
ataupun tidak konstan, maka volume zat cair yang lewat tiap satuan waktu adalah
sama disemua tampang. Keadaan ini disebut dengan hukum kontinyuitas aliran
zat cair.
Di pandang tabung aliran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 (control
volume). Untuk aliran satu dimensi dan mantap, kecepatan rerata dan tampang
lintang pada titik 1 dan 2 adalah v1, dA1 dan v2, dA2.
Volume zat cair yang masuk melaui tampang 1 tiap satuan waktu : v1, dA1

Kelompok 12 (Kelas C) | 17

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Volume zat cair yang masuk melaui tampang 2 tiap satuan waktu : v1, dA1
Oleh karena tidak ada zat cair yang hilang didalam tabung aliran, maka :

Gambar 0-6 Tabung Aliran untuk Menurunkan Persamaan Kontinuitas


(Control Volume)
Integrasi dari persamaan tersebut pada seluruh tampang aliran, akan didapat
volume zat cair yang melalui medan aliran :

Atau
Q = A.v = konstan

2.4.2 Persamaan Bernoulli


Energi pada aliran pipa tertutup terdiri dari tiga macam komponen, yaitu :

Kelompok 12 (Kelas C) | 18

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

1) Energi Tekan : yaitu sejumlah energy yang diperlukan oleh elemen fluida
untuk bergerak dengan jarak tempuh tertentu
Dimana :
P
= Tekanan dalam Fluida (N)
A
= Luas Potongan Melintang dalam Pipa (m2)
D
= Jarak (m)
w
Yang mana A.d = Volume elemen = Y dengan = .g
Sehingga :
Ep =

. w

Dimana :
w

= Berat Fluida (kg)

= Berat Volume Fluida

2) Energi Potensial : yang bergantung dari elevasi elemen fluida (z)


Ez = w.z
Dimana :
w
= Berat fluida
z
= Ketinggian dari Bidang Datum
3) Energi Kinetis : yang bergantung dari kecepatan fluida (v)
1
w
Ek = 2 m.V2 = 2. g . V2
Dimana :
m

= Massa Fluida

= Percepatan Gravitasi

Sehingga besar energy total yang dimiliki oleh fluida yang mengalir adalah :
w
E = .

w
+ w.z + . 2. g

. 2

Kelompok 12 (Kelas C) | 19

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Tinggi energy adalah total energy aliran yang dinyatakan dengan satuan tinggi
yang didapat dari energy total dibagi berat w , yaitu :
E
w

Dimana

E
w

+z+

2
2g

= H = konstan

Sehingga didapat :
1

z1 +

21
2g

z2 +

22
2g

2.4.3 Persamaan Energi Primer


Salah satu bentuk kehilangan energy pada saluran pipa adalah kehilangan
energy primer (major losses). Kehilangan energy primer dalam pipa ini
disebabkan oleh gesekan. Besarnya kehilangan energy primer ini dapat dihitung
menggunakan rumus Darcy-Weisbach sebagai berikut :
h f =f

L 2
D 2g

Dimana :
hf

= Kehilangan energy dalam pipa akibat gesekan (m)

= Koefisien gesekan Darcy-Weisbach

= Panjang pipa (m)

= Diameter pipa bagian dalam (m)

Kelompok 12 (Kelas C) | 20

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

= Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)

= Percepatan gravitasi (m/detik2) = 9,8 m/det2

Koefisien gesekan f merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re =

2014

vD

dan kekasaran relative pipa (e/D), dimana adalah kekentalan air , e adalah
kekasaran pipa (m) dan D adalah diameter pipa (m).

Untuk menentukan f dapat dipergunakan diagram Moody (Gambar 2-2) atau


menggunakan persamaan Colebrook dan White yang dibedakan berdasarkan
jenis kekasaran pipa

Persamaan-persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Pipa Hidraulik Licin


f
1
=2 log
2,51
f

Pipa Hidraulik Kasar


1
3,7 D
=2 log
e
f

Pipa Transisi

1
e
2,51
=2 log
+
3,7 D f
f

]
Kelompok 12 (Kelas C) | 21

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

2.4.4 Kehilangan Energi Sekunder


Kehilangan energy sekunder bersifat local, terjadi akibat adanya perubahan
penampang, misalnya pada penyempitan/kontraksi, pelebaran/ekspansi, belokan
dan pada katub, dll
2.4.4.1 Kehilangan Energi Akibat Penyempitan Tiba-tiba
Kehilangan energy sekunder akibat penyempitan tiba-tiba antara titik (1)
dan titik (2) dapat di lukiskan sbb :

Kehilangan energy sekunder dapat dihitung dengan menggunakan rumus,


sbb :

Dimana :
Hc

= Kehilangan energy pada penyempitan tiba-tiba (m)

= Kecepatan dalam pipa kecil (m/detik)

Kelompok 12 (Kelas C) | 22

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Kc

2014

= Koefisien kehilangan energy pada penyempitan

Koefisien kehilangan energy pada penyempitan merupakan fungsi dari


kecepatan pada pipa diameter yang lebih kecil dan perbandingan antara
diameter pipa kecil dan diameter pipa besar seperti ditunjukkan pada
tabel berikut :
Tabel 0-1 Koefisien Kc pada Penyempitan Tiba-tiba
Kec dlm

Rasio Diameter Pipa Kecil dan Pipa Besar D2/D1

pipa
kecil v1

0,00

0,1

0,2

0,30

040

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

(m/det)
1

0,49

0,4

0,4

0,45

0,42

0,38

0,28

0,18

0,07

0,03

0,48

9
0,4

8
0,4

0,44

0,41

0,37

0,28

0,18

0,09

0,04

0,47

8
0,4

7
0,4

0,43

0,40

0,36

0,28

0,18

0,10

0,04

0,44

6
0,4

5
0,4

0,40

0,37

0,33

0,27

0,19

0,11

0,05

12

0,38

3
0,3

2
0,3

0,33

0,31

0,29

0,25

0,20

0,13

0,06

2.4.4.2 Kehilangan Energi Akibat Pelebaran Tiba-tiba


Kehilangan energy sekunder akibat pelebaran tiba-tiba dapat dilihat pada
gambar 2-4 dan dihitung mengikuti rumus persamaan berikut :

Kelompok 12 (Kelas C) | 23

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Gambar 0-9 Pelebaran Tiba-tiba pada Pipa seri

Dimana :
hc

= Kehilangan energy pada pelebaran tiba-tiba (m)

v1

= Kecepatan air dalam pipa diameter kecil (m/detik)

v2

= Kecepatan air dalam pipa diameter besar (m/detik)

2.4.4.2 Kehilangan Energi Akibat Tikungan


Perhitungan kehilangan energy akibat tikungan pada pipa dapat
menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan kehilangan energy
akibat perubahan penampang (konstraksi/ekspansi), yaitu :
hL = KL .

v2
2g

Dimana :
hL

= Kehilangan energy akibat tikungan (m)

KL

= Koefisien kehilangan energy akibat tikungan\

Kelompok 12 (Kelas C) | 24

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

= Kecepatan air (m/detik)

= Percepatan gravitasi (m/detik2)

2014

Dengan subskrip menunjukkan tipe kehilangan energy.


Kehilangan tinggi tekan yang timbul pada aliran dalam pipa akibat
tikungan dibedakan atas dua macam :
1) Akibat geometri pipa (hLB) dengan koefisien kehilangan energy
KB
2) Akibat geometri dan gesekan pada tikungan lingkaran (hLL)
dengan koefisien kehilangan energy KL
Ad. 1) Kehilangan energy akibat geometri pipa:
Kehilangan energy di dalam pipa di tikungan dan sepanjang pipa yang
diamati (ht)
ht = hLB + hf
Dimana :
ht

= Kehilangan energy total (m)

hLB= Kehilangan energy akibat geometri pipa (m)


hf

= Kehilangan energy pada pipa lurus (m)

dengan :
hf =

f . L . v2
D .2 g

Atau dapat ditulis :


f=

D .2 g . h f
L . v2

Dimana :

Kelompok 12 (Kelas C) | 25

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

= Panjang lintasan fluida pada pipa lurus

= Koefisien gesekan pipa

2014

Maka, kehilangan energy akibat bentuk geometri pipa adalah :


hLB = ht - hf
Sementara rumus kehilangan energy akibat tikungan tikungan adalah :
hLB = KB .

v2
2g

maka :
KB = 2g .

hLB
v

Ad. 2) Kehilangan energy akibat geometrid an gesekan pada tingkungan


Lingkaran :
Kehilangan energy akibat gesekan pada tikungan (hLL) adalah :
hLL = hLB + hs
Sementara :
hs =

f . L . v2
D .2 g

Dengan Ls = Keliling Lingkaran = .R


Maka :

hs =

L . v2 . hf
D.2 g

] [ ]
x

D .2 g
2
L.v

Karena :
Kelompok 12 (Kelas C) | 26

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

h LB =ht hf
Maka :
h =( h th f ) + hs
Dimana :
hLL = Kehilangan energy akibat geometri dan gesekan pada tikungan (m)
hs

= Kehilangan energy akibat gesekan pada tikungan (m)

Karena itu :
ht =

f . L . v2 f . L . v2
+
D.2 g D .2 g

R f . L v 2
.
2L
D .2 g

ht = 1

)(

h =ht 1

R
.h
2L f

Ketika koefisien energy KL adalah :


K L =2 g .

h
v2

Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan diatas, akan didapatkan :


K L=

( [

])

2g
R
ht 1
h
2
2L f
v

2.4.5 Persamaan Bilangan Reynolds

Kelompok 12 (Kelas C) | 27

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan yang tak berdimensi yang


menunjukkan sifat suatu aliran. Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang
mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan zat cair (myu), rapat massa zat
cair (rho), dan diameter pipa D. Hubungan antara , dan D yang mempunyai
dimensi sama dengan kecepatan adalah /D.
Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklarifikasikan berdasarkan
suatu angka tertentu. Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan
aliran di dalam pipa dengan nilai /D, yang disebut dengan angka Reynolds.
Angka Reynolds mempunyai bentuk sbb :
=

v
Lv
=

Atau,
=

vD

Dengan (nu) adalah kekentalan kinematic.


Dalam analisis disaluan tertutup, sangat penting diketahui apakah aliran tersebut
laminar atau turbulen. Penentuan ini atas bilangan Reynolds yang didapat dari
hasil perhitungan dan dibandingkan dengan batas-batas yang telah ditentukan,
yaitu :

Re < 2000 aliran laminar


2000 < Re < 4000 aliran transisi
Re > 4000 aliran turbulen

Kecenderungan sifat aliran apakah laminar atau turbulen ditunjukkan oleh besar
kecilnya bilangan Reynolds, seperti pada batas-batas yang telah ditentukan
diatas.

Kelompok 12 (Kelas C) | 28

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

2.5 Prosedur Percobaan


2.5.1 Pengukuran Debit
1) Kosongkan bak penampung dengan jalan memutar tuas pada bangku
hidrolik. Tuas ini berguna untuk membuka dan menutup saluran
pembuang pada bak penimbang. Setelah dikosongkan, pastikan tuas
dalam posisi menutup bak penimbang dan balok penopang dalam
keadaan tak seimbang.
2) Pastikan alat percobaan sudah dikalibrasikan dan siap digunakan.
3) Jalan pompa dan atur debit dengan yang di inginkan dengan jalan
memutar tuas katup V.
4) Air yang keluar dari alat percobaan masuk ke dalam bak penimbang
hingga t waktu. Pada saat tersebut balok penopang akan naik
(seimbang lagi). Tepat pada saat balok penimbang mulai naik, mulailah
menyalakan stopwatch, kemudian masukkan beban kedalam
penggantung beban hingga balok tak seimbang
5) Saat balok penimbang mulai naik (setimbang), hentikan stopwatch dan
catat waktu tersebut sebagai t. Catat juga massa beban yang sebanding
dengan masaa air (W). Yaitu 2,5 : 3 : 5 Kg
6) Untuk pengukuran debit selanjutnya, ulangi langkah diatas. Perlu
diingat bahwa setiap percobaan sediakan interval waktu 1 menit agar
diperoleh pengukuran yang cermat.
2.5.2 Tata Pipa
7) Catat diameter dalam dan panjang setiap pipa seperti dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel 0-2 Panjang dan Diameter Dalam Segmen Pipa
Nomor Pipa
Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4

Diameter Pipa (mm)


Luar
Dalam
15,88
15,88
15,88
15,88

14
14
14
14

Panjang Pipa
(mm)
713,5
1218,5
959
224

Kelompok 12 (Kelas C) | 29

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88
15,88

14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

2014

1492
1366,5
320
80
835
230
87,5
220
77,5
723,5
66
435,5
109
917
148
378
266
1102
888
190
962,5
935
77,5

8) Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada udara yang


terjebak didalamnya. Prosedur ini dilakukan dengan jalan mengalirkan
air ke dalam system pipa dengan membuka keran pemasukan air dan
mengatur bukaan keran agar seluruh segmen pipa terisi oleh air.
9) Kemudian tutup sirkuit outlet (biru), sementara sirkuit inlet (abu-abu)
dibuka semaksimal mungkin guna mendapatkan aliran yang
maksimum disepanjang pipa.
10) Setelah debit konstan bacalah dan catatlah angka pada piezometer dan
tabung U.
11) Ukur debit air yang keluar dari pipa dengan prinsip kerja bangku
hidraulik
12) Merubah besar debit air dengan jalan mengatur keran pengatur masuk
air pada system pipa dan mencatat ketinggian tabung dan debit.
Dilakukan 3 kali percobaan, debit yang dipakai adalah debit rata-rata
dari keenam pengukuran tersebut.

Kelompok 12 (Kelas C) | 30

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

13) Setelah selesai pada sirkuit inlet, ganti ke sirkuit outlet dengan jalan
menutup kran pada sirkuit inlet dan buka kran pada sirkuit outlet,
Kemudian dilakukan langkah percobaan dari 3 sampai 6.
14) Ukur suhu air di ak pengatur tekanan dengan alat thermometer celcius.
15) Tutup kran inlet, bersihkan alat yang dipakai dan kembalikan kepada
petugas laboratorium.
2.6 Prosedur Perhitungan
Mulai

Pengumpulan data :
* Tinggi air didalam
manometer pada
kondisi
tanpa dan dengan aliran (H)
* Volume (V)
* Waktu (t)
* Suhu (T)

Hitung :
* Luas penampang pipa (A)
* Kecepatan Aliran (V)
* Tinggi tekan dan tinggi
kecepatan
* Tinggi energy dan
kehilangan energy (h)

Kelompok 12 (Kelas C) | 31

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Gambar 0-10 Diagram Alir Perhitungan dan Analisis Data Percobaan Teorema Bernoulli

2.7 Data dan Hasil Percobaan


Tabel 0-3 Pembacaan manometer
Nomor Pipa

Tinggi air di

Diameter Dalam

manometer awal
(mm)
Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11

(mm)
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

Tinggi air di

Tinggi air di

Manometer saat

manometer saat

tidak ada aliran


(mm)

ada aliran
(mm)

Kelompok 12 (Kelas C) | 32

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2014

14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

Tabel 0-4 Pengukuran Volume dan Suhu Air


Volume (Liter)

Waktu (Detik)

Suhu Air (oC)

25oC

2.8 Analisa Debit (Q)


2.8.1 Perhitungan Debit (Q)
Nilai debit dapat dihitung dari perbandingan volume dan waktu seperti
perhitungan berikut :
Q n=

V
= cm 3 /detik
tn

Kelompok 12 (Kelas C) | 33

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Nilai debit rata-ratanya adalah :


Qratarata =

Q1 +Q 2 ++Qn
n

= cm3/detik

2.8.2 Pengkoreksian Pembacaan Tinggi Air di Manometer


Posisi manometer yang tidak sejajar menyebabkan perlunya dilakukan koreksi
terhadap pembacaan tinggi air pada tabung manometer. Koreksi dilakukan
dengan cara berikut (contoh pada manometer nomor 1) :

Datum didasarkan pada tinggi air maksimum di manometer saat tidak ada

aliran, yaitu = cm
Tinggi air di manometer nomor 1 saat tidak ada aliran = cm
Tinggi air di manometer nomor 1 saat ada aliran sebelum dikoreksi =

cm
Tinggi air di manometer nomor 1 saat ada aliran setelah dikoreksi =
cm

Hasil koreksi terhadap keseluruhan pembacaan tinggi air di manometer dapat


dilihat pada tabel 2-5 di bawah :
Tabel 2-5 Koreksi Pembacaan Tinggi Air Manometer
Nomor Pipa

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7

Tinggi air di

Tinggi air di

Tinggi air di

manometer saat

manometer saat

manometer saat

tidak ada aliran

ada aliran

ada aliran,

(mm)

(mm)

terkoreksi
(mm)

14
14
14
14
14
14
14

Kelompok 12 (Kelas C) | 34

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2014

14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14

2.8.3 Tinggi Kecepatan


Hukum Kontinuitas menyatakan bahwa di sepanjang pipa nilai debit akan sama
selama tidak mengalami gangguan. Dengan demikian, kecepatan aliran di setiap
pipa dengan diameter sama adalah tetap, sehingga tinggi kecepatan pada sebuah
segmen pipa yang berdiameter sama juga tetap. Nilai tinggi kecepatan pada
masing-masing pipa dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut
(contoh perhitungan pada pipa nomor #1)

Debit Aliran = m3/detik


Diameter dalam pipa (D) = mm ; sehingga luas penampang (A) = 0,25
x x D2 = mm2

Kecepatan aliran pada pipa nomor #1 (v1) =

Q
A

= mm/detik

Kelompok 12 (Kelas C) | 35

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Tinggi kecepatan : hkecepatan =

v2
2g

2014

= . m

Hasil perhitungan tinggi kecepatan untuk seluruh pipa adalah sbb :


Nomor Pipa

Luas Penampang (A)


mm2

Kecepatan Aliran
mm/detik

Tinggi Kecepatan
m

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2.8.4 Tinggi Energi Praktis dan Kehilangan Energi Praktis


Tinggi energy praktis dapat diperoleh dari penjumlahan tinggi tekan dan
tinggi kecepatan di setiap titik di dalam pipa. Tinggi energy di sepanjang pipa

Kelompok 12 (Kelas C) | 36

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

dapat ditentukan berdasarkan perhitungan berikut (contoh perhitungan untuk titik


tinjau ke-1 dan ke-2.

Tinggi tekan berdasarkan tinggi air di manometer setelah terkoreksi

pada titik ke 1 adalah m dan tinggi tekan titik ke-2 adalah m


Titik ke-1 dan ke-2 memiliki tinggi kecepatan yang sama yaitu : m
Tinggi energy di titik 1 : H1 = htekan + hkecepatan = m
Tinggi energy di titik 2 : H2 = htekan + hkecepatan = m
Kehilangan energy antara titik 1-2 adalah : H = H1 H2 = . m

Hasil perhitungan titik lainnya dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 0-6 Tinggi Energi Praktis dan Kehilangan Energi Praktis
Tinggi Tekan
Nomor Pipa

Tinggi Kecepatan

Tinggi Energi

Kehilangan

(v /2g)

Total

Energi

cm

cm

cm

cm
Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23

Kelompok 12 (Kelas C) | 37

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2.8.5 Jenis Kekasaran Pipa


Jenis pipa yang digunakan adalah galvanized iron yang memiliki nilai
kekasaran absolute (e) 0,15 mm. Untuk dapat menentukan jenis kekasaran pipa,
perlu diketahui terlebih dahulu tebal lapis batas laminair berdasarkan perhitungan
berikut (contoh untuk pipa #1) :

h1h2
L12

Kemiringan pipa : I =

Diameter pipa : 0,014 m , sehingga luas penampang (A) = 0,00015386

m2 dan keliling basah (P) = 0,04396 m


A
Jari-jari hidraulik = R = P = m

= .

Suhu air 22oC sehingga kekentalan kinematiknya () = 0,9874 m2/detik


12
Tebal lapis batas laminair berdasarkan rumus Prandtl = = gR 1 =

8,880829 mm
Jenis kekasaran pipa ditentukan dengan membandingkan

4e dan 1/6e. Nilai dari 4e = 0,0006 m dan 1/6 e = 1111,111 m


Karena > dari 4e maka kekasaran pipa #1 adalah hidraulik licin

dengan

Jenis kekasaran pipa untuk segmen lainnya dapat dilihat pada Tabel 2-7 berikut :
Tabel 0-7 Tabel Lapis Batas Laminair dan Jenis Kekasaran Pipa
Nomor Pipa

Kemiringan

Jari-jari

Kekentalan

Tebal Lapis

Jenis

Pipa (I)

Hidraulik

kinematik ()

Batas

Kekasaran

(R)
cm

Laminair ()
mm

Pipa

cm2/detik

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3

Kelompok 12 (Kelas C) | 38

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2.8.6 Jenis Aliran dalam Pipa


Jenis aliran di dalam pipa ditentukan berdasarkan nilai Bilangan Reynolds
yang dihitung sebagai berikut (contoh perhitungan pada pipa #1) :
Diameter pipa (D) = 0,014 m
Kecepatan aliran (v) = . m/detik
Kekentalan kinematic () = 0,9874
v .D
Bilangan Reynolds = Re =
=

Berdasarkan teori pada sub bab sebelumnya, nilai Re > 400 adalah
menunjukkan aliran turbulen

Jenis aliran di dalam segmen pipa lainnya dapat dilihat pada tabel 2-8 berikut :

Kelompok 12 (Kelas C) | 39

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Tabel 2-8 Jenis Aliran dalam Pipa


Nomor Pipa

Diameter (m)

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014

Kecepatan

Bilangan

(cm/detik)

Reynolds

Jenis Aliran

2.8.7 Kehilangan Energi Teoritis


Secara teori, kehilangan energy yang terjadi disepanjang aliran pipa terdiri dari
dua jenis yaitu kehilangan energy primer dan sekunder. Kehilangan energy
primer dapat ditentukan berdasarkan perhitungan berikut (contoh perhitungan
pada pipa #1) :

Kelompok 12 (Kelas C) | 40

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Berdasarkan bilangan Reynolds serta e/D dan menggunakan diagram


Moody diperoleh koefisien kekasaran pipa (f) = m

Gambar 0-11 Penentuan Nilai f Berdasarkan Diagram Moody

Kehilangan energy primer ditentukan berdasarkan perhitungan :

Kehilangan energy primer di segmen pipa yang lain dapat dilihat pada Tabel 2-9
dibawah ini :
Tabel 0-9 Kehilangan Energi Primer Secara Teoritis

Nomor Pipa

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17

Panjang
Pipa (L)

Diameter
Pipa (D)

Kecepatan
Aliran (v)

Koefisien
Kekasaran
(f)

m
0,7135
1,2185
0,959
0,224
1,492
1,3665
0,320
0,080
0,835
0,230
0,0875
0,220
0,0775
0,7235
0,066
0,4355
0,109

m
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014

cm/detik

Kehilangan
Energi
Primer
Teoritis (hf)
cm

Kelompok 12 (Kelas C) | 41

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

0,917
0,148
0,378
0,266
1,102
0,888
0,190
0,9625
0,935
0,0775

2014

0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014

Kehilangan energy sekunder pada aliran didalam pipa pada percobaan ini terjadi
akibat penyempitan, pelebaran dan tikungan yang ditentukan sebagai berikut :
Perbandingan diameter pipa pada penyempitan (kontraksi) :

BO
P
dan kecepatan aliran di pipa D#16 adalah
0,0285
D 3 =
=
D 16
0,014
. cm/detik , sehingga koefisien kehilangan energy pada penyempitan:
KC = (lihat Tabel 2-1)

Kehilangan energy pada penyempitan dapat dihitung : hc =

m
Kehilangan energy pada pelebaran dapat dihitung : he =

BO
P
2
v 4 v 19 2
2g

Kc

v2
2g

( )

=m
2

Kehilangan energy pada tikungan dapat dihitung : hL =

KL .

v
2g

=m

Kelompok 12 (Kelas C) | 42

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Perhitungan kehilangan energy sekunder dapat dirangkumkan seperti pada tabel


2-10
Tabel 2-10 Kehilangan Energi Sekunder Secara Teoritis

Nomor Pipa

Kecepatan

Kehilangan Energi

Kehilangan

Kehilangan

Aliran (v)

akibat

Energi akibat

Energi akibat

cm/detik

Penyempitan (hc)
m

Pelebaran (he)
m

Tikungan (ht)
m

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2.8.8 Perbandingan Kehilangan Energi Teoritis dan Praktis


Kehilangan energy di sepanjang pipa hasil pengamatan dan perhitungan
menghasilkan suatu perbedaan. Perbedaan tersbut dinyatakan dalam suatu nilai

Kelompok 12 (Kelas C) | 43

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

persentase yang ditentukan sebagai berikut (contoh perhitungan pada titik tinjau
BO#3 dan PO#16 :
%Beda=

| H teoritis H praktis|
H Praktis

x 100 =

Tabel 0-11 Perbandingan Kehilangan Energi Teoritis dan Praktis


Nomor Pipa

HPraktis (m)

HTeoritis (m)

%Beda (%)

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

Kelompok 12 (Kelas C) | 44

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Nilai persen beda antara Hpraktis dan HTeoritis terutama kehilangan energy primer
relative cukup besar. Salah satu penyebab perbedaan nilai ini adalah berubahnya
nilai kekasaran pipa absolute (e) pada pipa dikarenakan umur pipa. Untuk
memeriksa hal ini, maka dilakukan perhitungan untuk mencari nilai kekasaran
pipa absolute yang sesuai dengan kondisi pipa saat ini. Pemeriksaan dilakukan
dengan melakukan perhitungan berikut (contoh perhitungan berdasarkan pipa #1)
:

Hpraktis diasumsikan sebagai hf = cm


hf . D.2 g
=
Nilai f berdasarkan nilai hf : f =
L . v2

Dengan menggunakan persamaan Colebrook & White, dapat ditentukan


nilai e/D = dan diperoleh nilai kekasaran pipa absolute (e) untuk pipa
#1 adalah :

Nilai kekasaran pipa absolute untuk setiap pipa dapat dilihat pada Tabel
dibawah:
Tabel 2-12 Kekasaran Pipa Absolute pada Kondisi Eksisting
Nomor

HPraktis (m)

e/D

Diameter

Kekasaran Pipa

Pipa

dalam Pipa

Absolut pada

(m)
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014

Nomor Pipa

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13

Kelompok 12 (Kelas C) | 45

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2014

0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014
0,014

Dengan nilai kekasaran pipa absolute yang diperoleh pada setiap ruas pipa,
dilakukan kembali perhitungan HTeoritis dan diperoleh perbedaan antara Hpraktis
dan HTeoritis sebagai berikut :
Tabel 2-13 Kehilangan Energi Sesuai Kekasaran Pipa Absolute Eksisting
Nomor Pipa
Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17

E (m)

Hpraktis (m)

HTeoritis (m)

% Beda (%)

Kelompok 12 (Kelas C) | 46

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Pipa #18
Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

Selain mempengaruhi besarnya kehilangan energy, perubahan nilai kekasaran


pipa absolute juga akan mempengaruhi jenis kekasaran pipa. Dengan nilai
kekasaran pipa absolute tersebut, maka kekasaran pipa pada percobaan ini
sebagai berikut :
Tabel 2-14 Jenis Kekasaran Pipa Berdasarkan Kekasaran Pipa Absolute
Eksisting
Nomor Pipa

4e (m)

1/6e (m)

(m)

Jenis
Kekasaran Pipa

Pipa #1
Pipa #2
Pipa #3
Pipa #4
Pipa #5
Pipa #6
Pipa #7
Pipa #8
Pipa #9
Pipa #10
Pipa #11
Pipa #12
Pipa #13
Pipa #14
Pipa #15
Pipa #16
Pipa #17
Pipa #18

Kelompok 12 (Kelas C) | 47

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Pipa #19
Pipa #20
Pipa #21
Pipa #22
Pipa #23
Pipa #24
Pipa #25
Pipa #26
Pipa #27

2.9 Grafik Tinggi Tekan dan Tinggi Energi


Gambar garis tekan dari garis energy di sepanjang pipa dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 2-12 Garis Tekan dan Garis Energi di Sepanjang Pipa

2.10 Simpulan dan Saran


2.10.1 Simpulan

Kelompok 12 (Kelas C) | 48

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

2.10.2 Saran

Modul 3 Percobaan Osborn Reynolds

3.1 Pendahuluan

Kelompok 12 (Kelas C) | 49

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Percobaan Osborne-Reynolds ini bermaksud untuk mengidentifikasi dan


mengklasifikasikan jenis aliran. Prinsip percobaannya adalah mengamati secara
langsung/visual bentuk gerakan dan arah dari gerak aliran zat warna tertentu (dalam
hal ini tinta) dalam suatu aliran air pada debit tertentu.
Tinta dipilih karena mempunyai kekentalan relatif mendekati kekentalan
relatif air. Apabila arah dan getak tinta lurus dan teratur maka aliran air tersebut
didefinisikan sebagai aliran laminar, aliran laminar ini cenderung menghasilkan debit
yang lebih sedikit secara teori yang ada. Bila tidak, gerakannya berputar dan tidak
teratur , maka disebut aliran turbule , yang mempunyai debit paling besar. Ada
kalanya tinta tersebut bergerak lurus lalu berputar sedikit dan terkadang alirannya
tebal tipis , maka kita definisikan sebagai aliran transisi, yaitu peralihan dari aliran
laminar dan turbuler. Dengan mengidentifikasikan gerakan tinta tersebut secara
visual, maka setelah debit nya dihitung pada jenis aliran tertentu dan data-data
tertentu diketahui, maka kita dapat menghitung bilangan Reynolds. Bilangan
Reynolds tersebut berguna untuk mengklasifikasikan jenis aliran berdasarkan
batasan-batasan nilai tertentu
Setelah bilangan Reynolds diketahui kita juga dapat menghitung

faktor

gesekan untuk masing-masing jenis aliran.

3.2 Tujuan Percobaan


percobaan ini bertujuan untuk :
1. Mengamati keadaan gerak zat warna dalam aliran sebagai visualisasi dari sifat
aliran
2. Mengklasifikasikan jenis aliran berdasarkan Bilangan Reynolds
3. Mengetahui hubungan antara Bilangan Reynolds dan koefisien gesekan dari
masing-masing sifat aliran
4. Mampu menganalisa grafik dari hasil percobaan

Kelompok 12 (Kelas C) | 50

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

3.3 Alat-alat Praktikum


Pada percobaan ini akan digunakan alat-alat sebagai berikut :
1. Osborne-Reynolds apparatus
Osborne-Reynolds apparatus merupakan alat untuk merupakan suatu
eksperimen untuk menentukan sifat aliran, baik laminar, transisi dan turbulen
dengan bantuan tinta yang menggambarkan pola aliran.

Gambar 13 Aparatus Osborn-Reynolds

2. Stopwatch
Stopwatch dalam percobaan ini akan dipakai dalam perhitungan waktu pada
pengaliran jumlah air dan debit yang masuk

3. Gelas Ukur 900 ml

Kelompok 12 (Kelas C) | 51

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Gelas ukur yang di gunakan adalah yang berkapasitas 900 ml yang berfungsi
untuk menghitung debit dari air yang keluar nanti.

4. Fluida air dan tinta


Digunakan sebagai peraga dari jenis aliran yang akan keluar dari alat
Osborne-Reynolds apparatus

3.4 Dasar Teori


3.4.1 Perhitungan Debit Aliran
Untuk menghitung debit aliran dari data volume air pada gelas ukur yang
mengalir selama selang waktu tertentu dinyatakan dalam hubungan :
(1)
Dengan :
Q

= Debit aliran (m3/detik)

= Volume air (m3)

= Waktu pengukuran (detik)

Kelompok 12 (Kelas C) | 52

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

3.4.2 Percobaan Osborn-Reynolds


Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, menurut Reynolds, ada tidak
faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan zat cair (myu),
rapat massa zat cair (rho) dan diameter pipa D. Hubungan antara , dan D
yang mempunyai dimensi setara dengan kecepatan adalah /D.
Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan
suatu nilai tertentu. Nilai tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran
didalam pipa dengan nilai /D , yang disebut sebagai Angka Reynolds. Angka
Reynolds ini memiliki bentuk sbb :

Re =

Dengan v

VD
v

(2)
(3)

(nu) adalah kekentalan kinematic yang nilainya bervariasi, yang

merupakan fungsi dari temperature


3.4.3 Klasifikasi Aliran
Sifat aliran cair dapat dikalsifikasikan atas aliran laminer dan aliran
turbulen. Serta aliran transisi yang berada di tengah-tengah antara kedua sifat
aliran tersebut. Suaut cairan disebut laminer apabila lapisan-lapisan fluida yang
berdekatant bergerak dengan kecepatan yang sama (atau sama) dan garis gerak
dari masing-masing partikel fluida tidak saling menyilang atau berpotongan.
Kecenderungan ke arah ketakstabilan dan turbulensi diredam oleh gaya-gaya
geser viskos yang memberikan tahanan terhadap gerakan relatif lapisan-lapisan
fluida yang bersebelahan. Lapisam-lapisan yang berdekatan, saling tukarmenukar momentum secara molecular saja.

Kelompok 12 (Kelas C) | 53

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Apabila lapisan-lapisan yang berdekatan bergerak dengan kecepatamyang


berbeda-beda dan arah gerak dari maing-masing partikel fluida menyilang dan
saling memotong, maka aliran tersebut disebut aliran turbulen. Pertukaran
momentum terjadi dalam arah melintang.
Aliran transisi berada ditengah-tengah, dalam artian sifat-sifatnya
kadang-kadang menunjukkan laminar dan kadang-kadang turbulen
Dalam analisa aliran di saluran tertutup, sangat penting diketahui apakah
aliran tersebut laminar atau turbulen. Penentuan itu berdasarkan perhitungan
untuk memperoleh bilangan Reynolds (Re) dan di bandingkan dengan batasbatas yang telah ada, yaitu :

Re < 2000 aliran laminar


2000 < Re < 4000 aliran transisi
Re > 4000 aliran turbulen

3.4.3 Persamaan Tahanan Gesek Pipa


Kehilangan tenaga selama pengaliran melaui pipa tergantung pada koefisien
gesekan Darcy-Weisbach (f).
Persamaan kehilangan tenaga pada aliran laminar memiliki bentuk :
hf=

32 vVL
2
gD

(4)

Yang dapat ditulis dalam bentuk:

Kelompok 12 (Kelas C) | 54

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

hf =

64 v L V 2
VD D 2 g

64 L V
D 2g

2014

(5)

Yang kemudian ditulis dalam persamaan Darcy-Weisbach:


h f =f

L V2
D 2g

(6)

Dengan :
hf=

64

(7)

Sementara itu untuk aliran Turbulen dengan nilai 4000 < Re < 105, menggunakan
rumusan:
f=

0,316
0,25

(8)

3.5 Prosedur Percobaan


Menghitung perbandingan debit pada aliran laminar, transisi dan
turbuler :
1. Pertama-tama siapkan semua peralatan yang di perlukan
2. Isi penuh terlebih dahulu tabung air Osborne-Reynolds apparatus dengan air
3. Isilah tinta pada tabung tinta yang terletak diatas tabung air Osborne-Reynolds
apparatus
4. Aturlah perlahan kedua keran pada alat tersebut, yaitu keran pengatur debit air
turun dan juga keran pengatur debit tinta

Kelompok 12 (Kelas C) | 55

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

5. Aturlah sampai di dapatkan aliran laminer yang berbentuk seperti jarum, lurus
dan stabil yang di peragakan oleh tinta, biasanya didaptkan dengan pengaturan
keran debit yang agak pelan kecepatannya
6. Jika sudah di dapatkan langsung tampung air pada gelas ukur sampai 2 menit
lamanya dan hitung lah volume yang di dapat dalam waktu 2 menit
7. Lakukan lah percobaan nomor (4) sampai di dapatkan lagi aliran transisi yang
bentuk aliran dalam pipanya kadang-kadang lurus dan kadang-kadang
membelok/bergoyang biasanya di dapatkan dengan pengaturan keran debit
yang sedang kecepatannya
8. Setelah mendapatkan aliran transisi lanjutkan dengan menampung air dengan
gelas ukur untuk menghitung volumenya yang di lakukan selama 2 menit
9. Lakukan lagi prcobaan nomor (4) sampai di dapatkan aliran turbulen yang
bentuk tintanya tidak beraturan, biasanya didapatkan dengan pengaturan keran
debit yang cepat
10. Setelah di dapat lakukan lagi perhitungan volume aliran turbulen yang
didapatkan, lakukan selama 2 menit dan di tampung pada gelas ukur
11. Lakukan lah percobaan mencari aliran laminer , transisi , dan turbulen tersebut
1 kali lagi, sebagai perbandingan
Menghitung debit air serta waktu sampai air tidak mengalir pada pipa 1,
2 dan menghitung volume pada pipa 3 dengan waktu 2 menit :
1. Siapkan peralatan yang di butuhkan dan isi tabung air Osborne-Reynolds
apparatus dan pastikan keran tinta tertutup
2. Siapkan 3 buah ember pada 3 keran di alat Osborne-Reynolds apparatus
3. Untuk keran 1 (Pada sebelah kiri) dan 2 (Pada bagian tengah) akan di lakukan
percobaan untuk mendapatkan volume air sampai air tidak mengalir dan untuk
keran 3 (Paling kanan) akan di lakukan percobaan untuk mendapatkan volume
air dalam waktu 2 menit
4. Untuk memulai percobaan, hidupkan pompa air terlebih dahulu
5. Putar lah ketiga pompa secara bersama-sama sampai ketentuan pada nomor
(3) sehingga di dapatkan waktunya masing-masing pada keran 1 dan 2 . Untuk
keran 3 baru di tutup setalah 2 menit

Kelompok 12 (Kelas C) | 56

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

6. Hitung Volume dengan menggunakan gelas ukur untuk keran 1 dan 2 serta
untuk keran tiga
7. Catalah hasil dari percobaan
8. Lakukan lah hal ini sebanyak 2 kali lagi sehingga di dapatkan 3 kali hasil
percobaan
9. Menghitung bilangan Reynolds (Re) dengan rumus serta bandingkan dengan
yang teoritis
10. Menghitung koefisien gesek (f) untuk aliran laminer , transisi dan turbulen
11. Menggambar grafik :
Re terhadap f
Log Re terhadap log f
3.6

Prosedur Perhitungan
Mulai

Pengumpulan Data :
* Tinggi air di dalam
manometer (h)
* Volume air (V)
* Waktu (t)
* Diameter Venturimeter (d)
Hitung :
* Luas penampang
venturimeter (A)
* Debit aliran (Q)
* Kecepatan aliran (v)
Analisis Data :
* Tinggi energy teoritis (H
teoritis)
* Tinggi energy praktis (H

Beda < 5%

Tidak
Kelompok 12 (Kelas C) | 57

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Ya
Gambar Garis Tinggi Tekan dan
Garis Tinggi Energi Ya
di sepanjang
venturimeter
Simpulan Hasil
Praktikum

Selesai

Gambar 0-2 Diagram Alir Perhitungan dan Analisis data Percobaan Teorema Bernoulli

3.7 Data dan Hasil Percobaan


Tabel 0-1 Pengukuran Volume dan Suhu Air
No. Percobaan

Volume (liter)

Waktu (detik)

Suhu Air (oC)

Diameter
(mm)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3.8 Analisis Data
3.8.1 Volume Rata-rata
Nilai volume rata-rata dapat dihitung dengan :
V A=

V 1 +V 2 +V 3 ++V n
n

= . Liter

Kelompok 12 (Kelas C) | 58

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

V B=

V 1 +V 2 +V 3 ++V n
n

= . Liter

V C=

V 1+ V 2+ V 3+ +V n
n

= . Liter

2014

3.8.2 Waktu Rata-rata


Nilai waktu rata-rata dapat dihitung dengan:
tA=

t 1 +t 2 +t 3 ++ t n
n

= . Detik

tA=

t 1 +t 2 +t 3 ++ t n
n

= . Detik

tA=

t 1 +t 2 +t 3 ++ t n
n

= . Detik

3.8.3 Debit Aliran


Nilai debit dapat dihitung dari perbandingan volume dan waktu seperti berikut :
QA=

VA
tA

= . Cm3/detik

QB =

VB
tB

= . Cm3/detik

QC =

VC
tC

= . Cm3/detik

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1-2 sampai Tabel 1-4 dibawah ini :

Kelompok 12 (Kelas C) | 59

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

Tabel 0-2 Perhitungan Debit Percobaan A


Pencatatan keVolume (V) (Liter)
Waktu (t) (detik)

1,35
68

1,39
70

1,40
71

Debit (Q)

0,01985

0,01986

0,01986

(mm3/detik)
Debit rata-rata

0,0198567

(mm3/detik)
Ketelitian (%)

Tabel 0-3 Perhitungan Debit Percobaan B


Pencatatan keVolume (V) (Liter)

5,70

5,75

5,50

Waktu (t) (detik)

77

66

64

Debit (Q)

0,074

0,087

0,086

(mm3/detik)
Debit rata-rata

0,0823

(mm3/detik)
Ketelitian (%)

Tabel 0-4 Perhitungan Debit Percobaan C


Pencatatan keVolume (V) (Liter)
Waktu (t) (detik)

9,10
120

1,010
120

1
120

Debit (Q)

0,0758

0,00842

0,0083

(mm3/detik)

Kelompok 12 (Kelas C) | 60

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Debit rata-rata

2014

0,03084

(mm /detik)
Ketelitian (%)

3.8.4 Perhitungan Bilangan Reynolds


Setelah mendapatkan nilai debit rata-rata, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai bilangan Reynolds :
Debit Percobaan

Kecepatan

Diameter

Bilangan

Jenis

(ml)

Air Rata-rata

(D)
(mm)

Reynolds

Aliran

(v)
780
490
990
995
1.400
2.450

3,881
2,438
4,926
4,951
6,966
12,191

16
16
16
16
16
16

71374712,64
44836781,61
90593103,45
91052873,56
128110344,8
224202298,9

Laminair
Laminair
Transisi
Transisi
Turbulen
Turbulen

3.8.5 Perhitungan Faktor Gesekan


Setelah didaptkan jenis aliran yang terjadi, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan nilai faktor gesekan (f) dari jenis aliram yang ada.
Percobaan
ke1
2
3
4
5
6

Bilangan Reynolds
71374712,64
44836781,61
90593103,45
91052873,56
128110344,8
224202298,9

Jenis Aliran
Laminair
Laminair
Transisi
Transisi
Turbulen
Turbulen

Faktor Gesekan
0,00009375
0,00009375
0,00009375
0,00009375
0,00009375
0,00009375

Kelompok 12 (Kelas C) | 61

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

2014

3.10 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dengan Faktor Gesekan (f)


Grafik bilangan Reynolds dengan faktor gesekannya dapat di gambarkan sebagai
berikut :

Gambar 0-15 Grafik Re terhadap f

Gambar 0-16 Grafik Log Re terhadap f


Dari grafik tersebut dapat ditarik suatu hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Seharusnya apabila bilangan Reynolds makin besar maka koefisien gesekan
semakin kecil untuk aliran laminar dan turbulen. Hal ini di sebabkan, bilangan
Reynolds hanya terpengaruh oleh kecepatan aliran (D konstan) sehingga bila
kecepatan-membesar maka bilangan Reynolds membesar. Sedangkan
koefisien gesekan (f) hanya dipengaruhi oleh bilangan Reynolds (berbanding
terbalik) tapi pada grafik koefisien gesekan aliran turbulen seharusnya lebih
besar dari aliran laminar
2. Dari grafik fungi Re dan log f maka dapat diketahui nilai faktor gesekan (f)
untuk aliran transisi, yaitu dengan cara menggunakan rumus untuk mencari
persamaan garis

Kelompok 12 (Kelas C) | 62

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

3.11

2014

Simpulan dan Saran


3.11.1 Simpulan

3.11.2 Saran

Kelompok 12 (Kelas C) | 63

Anda mungkin juga menyukai