metode untuk kontrol nyeri atau untuk anestesi dengan cara mendepositkan
larutan anestesi di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi di
sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi
dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. (Malamed, 2007)
Kontraindikasi teknik ini antara lain apabila terdapat inflamasi akut ataupun
infeksi pada area yang ingin dianestesi dan apabila ada tulang padat yang
menutupi apikal gigi yang ingin dianestesi. Keuntungan dari teknik infiltrasi
adalah mudah diterapkan, umumnya atraumatik dan memiliki tingkat keberhasilan
yang tinggi yaitu 95%.
Area yang dianestesi adalah area yang diinervasi oleh cabang-cabang
nervus terminal besar antara lain pada area pulpa dan apeks gigi, periosteum
bukal, dan membrane mukosa serta jaringan ikat. (Malamed, 2007)
Gambar
Bersihkan area yang akan dianestesi dengan gauze steril yang kering
Aplikasikan antiseptic local bila perlu.
Aplikasikan anestesi topikal minimal 1 menit
Arahkan jarum suntikan dengan bevel menghadap tulang
Angkat bibir dan tarik mukosa hingga tegang
Pegang syringe paralel dengan sumbu panjang gigi
Insersikan jarum ke lipatan mukobukal vertikal pada gigi target
Masukkan jarum lebih dalam hingga bevel mencapai region apikal dari
gigi target
9. Aspirasi dua kali
10. Jika aspirasi negative, masukkan larutan anestesi 0,6 ml perlahan selama
20 detik ( jangan sampai jaringan menggembung)
11. Tarik syringe perlahan
12. Tunggu tiga hingga lima menit sebelum prosedur dental dilakukan
Gambar
gejala objektif yaitu tidak adanya rasa nyeri selama prosedur dental dilakukan,
dan dengan EPT (electrical pulp testing) tidak menimbulkan respon dari gigi
hingga output (80/80).
Kegagalan teknik ini dapat terjadi apabila ujung jarum terletak di bawah
apeks gigi target yang menyebabkan tertumpuknya larutan anestesi di bawah gigi
maksila sehingga menyebabkan anesthesia jaringan lunak namun gigi tidak
teranestesi dengan baik. Kegagalan juga dapat terjadi apabila ujung jarum terletak
jauh dari tulang yang menyebabkan tertumpuknya larutan di jaringan bukal. Cara
membenarkan kesalahan tersebut yaitu dengan mengarahkan jarum lebih dekat ke
jaringan periosteum. (Malamed, 2007)
2.6.2
teranestesi adalah sama seperti pada infiltrasi rahang atas yaitu ujug cabang saraf
terminal. Daerah yang teranestesi terbatas pada tempat di mana larutan anestesi
local diinjeksikan. Langsung pada tempat yang dituju, Teknik ini diindikasikan u
ntuk menganestesi membrane mukosa dan jaringan submukosa pada daerah yang
akan dilakukan tindakan, misalnya
1. Pada insisi mukosa, gingivektomi, atau eksisi lesi pada jaringan lunak
2. Untuk menganestesi gingiva sisi lingual pada pencabutan gigi gigi
anterior rahang bawah untuk menganestesi gingiva sis bukal pada
pencabutan gigi gigi posterior rahang bawah,
Teknik anestesi sebagai berikut
Gejala subjektif yang ditimbulkan yaitu terasa kebas pada daerah yang dianestesi..
(Malamed, 2007)
Gambar
Gambar
2.7
Gambar
2.7.1
nervus blok. Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus major.
Sedangkan daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari palatum durum
mulai dari premolar atau mukoperiosteum dan mukosa palatal duapertiga
posterior palatum durum, mulai dari pertengahan kaninus atau sampai dengan
batas posterior palatum durum.
Gambar
maka arah jarum dari kiri menuju kanan) sehingga membentuk sudut 90
dengan curve tulang palatinal
(2) Tusukkan jarum tersebut perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang
(3) injeksikan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc secara perlahan lahan.
Gejala subjektif yang dirasakan kebas pada mukosa palatum bagian posterior
apabila dirasa dengan lidah.
Gambar
Gambar
Gambar
2.7.2
diperlukan untuk terapi restorative pada lebih dari dua gigi (misalnya pada
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Anestesi Inhalasi
Jenis anestesi ini sangat berguna untuk anak-anak atau orang dewasa yang
memliki phobia. Juga digunakan untuk pasien yang memiliki risiko aspirasi
pulmonari. Agen anestesi inhalasi yang ideal memiliki syarat antara lain memiliki
odor yang sewajarnya, tidak mengiritasi saluran pernapasan, dapat menginduksi
secara cepat dan cepat pula pulih,stabil secara kimiawi pada kemasan
1. Nitrous oxide
Gas nitrous oksida merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mengiritaasi, non-inflammable dan memilik rasa manis. Anestesi lemah, dengan
nilai MAC lebih dari 100. Kurang poten untuk induksi, sehingga dipakai untuk
penjagaan anestesi. Untuk anestesi, digunakan campuran 70% nitrous oxide dan
30% oksigen menghasilkan kegembiraan oleh sebab itu gas ini disebut dengan
Laughing gas dan
analgesik, digunakan campuran 50% nitrous oxide dan 50% oksigen. Nitrous
oxide karena memiliki akfi analgesik dapat digunakan untuk operasi minor seperti
pencabutan gigi. Gas ini murah dan sangat umum digunakan. Paparan yang
berulang akan menyebabkan depresi sumsum tulang. Gas ini tidak dimetabolisme
tubuh karena dalam waktu 2-5 menit sudah dieliminasi melalui paru paru.
( Singh.2007; Gilder.2009)
2. Halothane
Gambar
http://www.slideshare.net/aramshah2
Halothane merupakan agen anestesi volatile liquid yang poten, bersifat
non-iritan dan non-inflammable. Dapat menghambat refleks pada laring dan
faring.
Halothane
menyebabkan
depresi
pernapasan
yang
lebih
besar,
menghambat kontraksi usus dan uterin. Curah jantung juga dikurangi sebesar 20
50 persen apabila anestesi dihisap pada konsentrasi 0,8 sampai 1,2 persen yang
diperlukan untuk anestesi bedah.
: Singh, 2007
I.
Inhalational Anasthethics
a. Gases
Nitrous oxide
Cyclopropane
b. Volatile liquids
Ether ( Diethyl ether )
Trichloroethylene (TRILENE)
Hakothane (FLUOTHANE)
Methoxyflurane (PENTHRANE)
Enflurane (ETHRANE)
Isoflurane (FORANE)
II.
Intravenous anesthetics
a. Ultra Short acting barbiturates
Hexobarbitone (sodium salt )
Thiopentone sodium
Methohexitone sodium ( Brevital )
b. Non Barbiturate intravenous
anasthetics
Propanidid ( EPONTOL )
Ketamine (KETMIN)
Droperidol (INNOVER) + Fentanyl
over 10 min
0.2-0.4 mg/kg slow IV
0.05-0.1 mg/kg slow IV
0.05-0.1 mg/kg slow IV
Diazepam
Lorazepam
Midazolam
2.8.2
Anestesi Intravena
Merupakan
sistem saraf pusat. Agen anestesi intravena yang ideal memiliki syarat yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Onset cepat
Pemulihan cepat
Analgesik pada konsentasi subanestesi
Depresi minimal pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan
Tidak ada efek emetik
Tidak menyebabkan fenomena exicitatory (batuk, cegukan, gerakan
1. Thiopentone
Gambar
http://www.cironpharma.com/
Thiopentone merupakan obat anestesi umum dari golongan barbiturat.Aksi
cepat, biasanya dengan onset tidur perlahan, pasien hilang kesadaran dalam
waktu 30 45 detik, kemudian pulih kembali setelah 4-7 menit.Obat ini
tidak memiliki efek analgesik, alkalin kuat, dapat menyebabkan nekrosis
parah pada kecelakaan administrasi ekstravaskuler. Sebaiknya diinjeksikan
melalui cateter untuk mencegah hal ini.
Tidak digunakan sebagai anestesi utama pada prosedur pembedahan,
karena menyebabkan zero-order elimination kinetic. Dimetabolisme di
hepar. Efek samping: hipotensi, apnea, obstruksi jalan napas, aritmia,
batuk, bersin, reaksi hipersensitif. Dosisnya untuk anak dan dewasa 3-5
mg/kg diberikan perlahan selama 10-15 detik. ( Singh.2007; Gilder.2009)
2. Propofol
Gambar
http://www.cironpharma.com/
Induksi cepat (30 detik) dan pemulihan cepat pula (4 menit). Digunakan untuk
induksi dan maintenance.Terkadang terasa sakit ketika diinjeksikan intravena,
dapat dikurangi rasa sakitnya dengan lidocaine. ( Singh.2007; Gilder.2009)
3. Ketamine
Gambar
http://www.cironpharma.com/
Ketamine sudah jarang digunakan walaupun obat ini memiliki efek analgesik
yang baik. Anestesi bertahan hingga 15 menit dan tidak menyebabkan hipotensi,
jarang
menyebabkan
bronkospasme,tidak
menghasilkan
relaksasi
otot,