PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang
melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut garis fraktur
(transversal, spiral, oblik, segmental, komunitif), lokasi (diafise, metafise, epifise)
dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilingi (terbuka atau
compound dan tertutup). 1
Fraktur humerus adalah salah satu fraktur yang cukup sering terjadi. Insiden
terjadinya fraktur shaft humerus adalah 1-4% dari semua kejadian fraktur.2 Fraktur
shaft humerus dapat terjadi pada sepertiga proksimal, tengah dan distal humerus.1,3
Fraktur korpus humeri dapat terjadi semua usia. Pada bayi, humerus sering
mengalami fraktur pada waktu persalinan sulit, atau cedera non-accidental.
Fraktur ini dapat menyembuh dengan cepat dengan pembentukan kalus massif dan
tidak perlu perawatan. Pada orang dewasa, fraktur pada humerus tidak umum
terjadi. Terdapat beberapa jenis fraktur, tetapi dapat dirawat dengan cara yang
sama. Jika perawatan dilakukan dengan baik, maka tidak akan menimbulkan
masalah.3
Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur korpus humerus adalah cedera
nervus radialis.1-10 Biasanya hanya memar (neuropraksia) yang sembuh sempurna
secara spontan dalam waktu dua sampai empat minggu. Tetapi kadang-kadang
terjadi kerusakan yang permanen.1
LAPORAN KASUS
I. Keterangan Umum
Nama
: Ny.Hikmah Sanusi
Usia
: 58 tahun
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Bone
Tgl masuk
: 3 Januari 2016
RM
: 131532
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
Dialami kurang lebih 3 jam sebelum masuk ke RS. Ibnu Sina Makassar
Mekanisme trauma
Pasien sedang berada dalam mobil yang dalam keadaan kencang di Tol,
kemudian tiba-tiba mobil kehilangan kendali sehingga menabrak pembatas
jalan kemudian menabrak mobil yang berada didepannya. Pasien duduk tepat
dibelakang supir, sehingga saat menabrak pembatas jalan, tangan pasien
terjepit diantara mobil dan pembatas jalan.Riwayat pingsan tidak ada. Riwayat
mual dan muntah tidak ada.
III. Pemeriksaan Fisik
a.
Primary Survey
Airway
: Paten, tidak terdapat sumbatan jalan nafas.
Breathing : Pernafasan 24x/menit, tipe torakoabdominal, pengembangan
dada simetris.
Circulation : Nadi 84x/menit, reguler, kuat angkat. Tekanan darah
110/70mmHg.
Disability : GCS
response 5).
Look
deformitas (+)
Feel
: Suhu sama dengan daerah sekitarnya, nyeri tekan (-),
sensabilitas (+), krepitasi (-), capillary refil (<2 detik), pulsasi arteri (+).
Move
: Gerakan terbatas karena nyeri, gerakan aduksi terbatas,
(-),
Hasil
Nilai normal
WBC
8,2
4,00-10,0
RBC
4,00-6,00
HGB
12
12,0-16,0
HCT
36,5
37,0-48,0
PLT
179
150-400
CT
4-10
BT
1-7
SGPT
29
2-41
SGOT
22
2-38
HbsAg
Non Reactive
Non Reactive
V. RESUME
Seorang wanita 58 tahun masuk IGD RS Ibnu Sina dengan keluhan nyeri
pada lengan atas sebelah kiri setelah kecelakaan di tol kurang lebih 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien sedang berada dalam mobil yang dalam keadaan
kencang di Tol, kemudian tiba-tiba mobil kehilangan kendali sehingga menabrak
pembatas jalan kemudian menabrak mobil yang berada didepannya. Pasien duduk
tepat dibelakang supir, sehingga saat menabrak pembatas jalan, tangan pasien
terjepit diantara mobil dan pembatas jalan.Riwayat pingsan tidak ada. Riwayat
mual dan muntah tidak ada.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan: pada inspeksi di lengan atas kiri
tampak deformitas ada, edema ada. Pada palpasi lengan kiri didapatkan nyeri
tekan(+). Dari pemeriksaan radiologi, kesan Fraktur obliq 1/3 distal os humerus
sinistra
VII. DIAGNOSA
Closed Fraktur 1/3 distal Humerus (s)
VIII. PENATALAKSANAN
-
IVFD RL 28 tpm
Ketorolac 1 amp/8jam/IV
Ranitidin 1 amp/8jam/IV
Rencana ORIF
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad fungsional
: Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus yang terbagi atas :1
6
pectoralis mayor, teres mayor, teres minor, subscapularis dan tendon insersio mm.
supraspinatus dan infraspinatus 4
M. Latissimus Dorsi
Otot ini besar dan berbentuk segitia. Batas posterior trigonum lumbale
dibentuk oleh m. latissimus dorsi. Bersama m. teres mayor, otot ini membentuk
plica axillaris posterior, serta ikut membentuk dinding posterior fossa axillaris.
Otot ini berorigo pada processi spinosi vertebrae thoracales VII sacrales V dan
crista iliaca. Dan berinsersi pada sulcus intertubercularis humeri. Otot ini
berfungsi untuk ekstensi, adduksi dan endorotasi pada artikulasi humeri. 4
M. Deltoideus
Otot yang tebal dan letaknya superficial ini berorigo di tepi anterior dan
permukaan superior sepertiga bagian lateral clavicula, tepi lateral permukaan
superior acromion, serta tepi inferior spina scapulae. Insersi pada tuberositas
deltoidea humeri. Otot ini diinervasi oleh n. axillaris. Otot ini berfungsi untuk
abduksi artikulasi humeri, bagian anterior untuk fleksi dan endorotasi artikulasi
humeri, sedang bagian posterior untuk ekstensi dan eksorotasi artikulasi humeri. 4
M. Supraspinatus
Bagian medial fossa supraspinatus merupakan origo otot ini dan insersinya
di tuberculum majus humeri. Otot ini mendapat inervasi dari n. suprascapularis.
Otot ini berfungsi untuk abduksi artikulasi humeri. Otot ini bersama mm.
infraspinatus, teres minor et subscapularis membentuk rotator cuff, yang berfungsi
mempertahankan caput humeri tetap pada tempatnya dan mencegahnya tertarik
oleh m. deltoideus menuju acromion. 4
M. Infraspinatus
Mm. deltoideus et trapezius berada di superficial dari sebagian otot ini.
Origonya di dua pertiga bagian medial fossa infraspinatus dan permukaan inferior
spina scapulae. Tendo insersinya juga menyatu dengan capsul artikulasi humeri
dan berinsersi pada tuberculum majus humeri. Otot ini diinervasi oleh n.
suprascapularis. Otot ini berfungsi untuk eksorotasi artikulasi humeri. Bagian
superior untuk abduksi dan bagian inferior untuk adduksi artikulasi humeri. 4
M. Subscapularis
Otot ini membentuk dinding posterior fossa axillaris. Origonya di fossa
subscapularis. Tendo insersinya berjalan di anterior dan melekat pada capsula
artikulasi humeri serta tuberculum minor humeri. Otot ini diinervasi oleh n.
subscapularis. Otot ini berfungsi untuk endorotasi artikulasi humeri. 4
M. Teres Minor
Otot ini mungkin sulit dipisahkan dengan m. infraspinatus. Otot ini
berorigo pada tepi lateral fossa infraspinata dan tendo insersinya mula-mula
melekat pada capsula articularis humeri, kemudian melekat pada tuberculum
minor humeri. Otot ini diinervasi oleh n. axillaris. Otot ini berfungsi untuk
eksorotasi artikulasi humeri. 4
M. Teres Mayor
Otot ini berorigo di facies dorsalis scapulae dekat angulus inferior.
Berinsersi di labium medial sulcus intertubercularis humeri di inferior dari tempat
insersi m. subscapularis. Inervasi otot ini berasal dari n. subscapularis. Bersama
m. latissimus dorsi, otot ini berfungsi untuk adduksi artikulasi. 4
M. Biceps Brachii
Otot yang berorigo di scapula ini, memiliki dua caput yaitu caput longum
et brevis. Caput brevis berorigo bersama dengan m. coracobrachialis di processus
coracoideus. Sedang caput longum berorigo di tuberositas supraglenoidalis.
Ketika melalui sulcus intertubercularis humeri, tendo origonya di fiksasi oleh
ligamentum transversum humeri. Insersi otot ini pada tuberositas radii. Sebagian
tendo insersinya, sebagai lacertus fibrous, berinsersi di fascia antebrachii dan ulna.
10
Fungsi caput longum m. biceps brachii untuk fleksi artikulasi humeri et cubiti,
sedangkan caput brevisnya untuk supinasi artikulasi radioulnaris. 4
M. Coracobrachialis
Otot ini berorigo di processus coracoideus. Otot ini ditembuw oleh n.
musculocutaneus dan insersi di sepertiga distal medial humeri. Otot ini berfungsi
untuk fleksi dan adduksi artikulasi humeri. 4
M. Brachialis
Otot ini berorigo di dua pertiga distal fascia anteromedial et anterolateral
humeri dan insersi pada capsula artikulasi cubiti, processus coronoideus et
tuberositas ulna. Otot ini berfungsi untuk fleksi artikulasi cubiti. 4
M. Triceps Brachii
Otot ini berada di regio brachii dorsalis. Otot ini memiliki tiga caput dan
tersusun dalam dua lapisan. Caput longum et lateralis menempati lapisan
superficial, sedang caput medial menempati lapisan profundus. Caput longumnya
berorigo pada tuberositas infraglenoidalis. Dalam perjalanannya ke inferior, caput
ini memisahkan hiatus axillaris medialis dari hiatus axillaris lateralis. Origo lateral
et medial dipisahkan oleh sulcus n. radialis humeri. Caput lateral berorigo di
facies posterior humeri di superior dari sulcus ini, sedang caput medial berorigo di
inferiornya. Insersinya di bagian posterior permukaan superior olecranon, fascia
antebrachii dan capsula articularis cubiti. Inervasi otot ini berasal dari n. radialis.
Fungsi dari caput longum m. triceps brachii untuk ekstensi dan adduksi
artikulasi humeri, sedangkan caput lateral et medial untuk ekstensi artikulasi
cubiti. 4
Persarafan yang berjalan pada regio brachii adalah saraf axillaris, medianus dan
ulnaris
N. Axillaris (C5-C6)
Awalnya saraf ini berjalan sejajar dengan n. radialis. Setinggi inferior m.
subscapularis memisahkan diri dari n. radialis dan berada di lateralnya, kemudian
berjalan ke posterior bersama a. circumflexa humeri posterior melewati hiatus
axillaris lateralis. Selanjutnya saraf ini berjalan di inferior dari tepi inferior m.
11
cabang
fasciculus
lateralis
pleksus
brachialis.
M.
coracobrachialis ditembus oleh saraf ini. N. musculocutaneus menginervasi otototot fleksor regio brachii (mm. biceps brachii et brachialis), kulit sisi lateral regio
antebrachii dan arilkulasi cubiti. Selanjutnya saraf ini muncul di lateral dari m.
biceps brachii sebagai n. cutaneus antebrachii lateralis.4
N. Medianus (C5-T1)
Di sisi anterolateral dari a. axillaris, saraf ini terbentuk dari pertemuan
radiks lateralisnya yang merupakan cabang fasciculus lateralis plexus brachialis
dan radiks medialis, yang merupakan cabang fasciculus medialis plexus
brachialis. Selanjutnya berjalan bersama a. axillaris dan lanjutannya, yaitu a.
brachialis. Saraf ini menyilang di anterior a. brachialis untuk berada di medial dari
arteri ini di dalam fossa cubiti. N. medianus bersama a. brachialis berjalan di
permukaan anterior m. brachialis menuju fossa cubiti. 4
N. Radialis (C5-T1)
Cabang terbesar dari pleksus brachialis ini awalnya berjalan di posterior
dari a. axillaris dan di anterior dari m. subscapularis. Saraf ini menginervasi kulit
di sisi posterior regio brachii, antebrachii et manus, otot-otot ekstensor regio
brachii et antebrachii, artikulasi cubiti dan beberapa artikulasi di regio manus.4
N. Ulnaris (C7-T1)
Saraf ini berjalan ke inferior di posteromedial dari a. brachialis, jadi sejajar
dengan n. medianus. Kira-kira di pertengahan region brachii, n. ulnaris menjauhi
a. brachialis dan n. medianus untuk berjalan ke poter oinferior menembus septum
intermusculare medial bersama a. collateralis ulnaris proksimal menuju sisi
medial m. triceps brachii. Akhirnya berada di sisi posterior epicondylus medialis
humeri. 4
12
Gambar 3.. (a) Anterior and (b) Posterior Humerus. (c) Humerus dengan tiga saraf utama yaitu n.
axillaris, n. radialis and n. ulnaris.11
13
Gambar 4. Anterior dan Posterior Humerus. Tempat insersi otot-otot berhubungan dengan
pergerakan humerus.11-12
C. ETIOLOGI
Umumnya fraktur yang terjadi, dapat disebabkan beberapa keadaan berikut:
1.
2.
Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
3.
fraktur spiral sepertiga tengah dari shaft kadang-kadang dihasilkan dari aktifitas
otot-otot yang kuat seperti melempar bola. Pada fraktur humerus kontraksi otot,
seperti otot-otot rotator cuff, deltoideus, pectoralis mayor, teres mayor, latissimus
14
15
16
Gambar 5. Tipe A = fraktur sederhana. A1 = fraktur spiral (.1 pada sepertiga proksimal, .2 pada sepertiga
tengah, dan .3 pada sepertiga distal), A2 = fraktur oblik, A3 = fraktur transversa. 12
Gambar 6. Tipe B = fraktur baji (wedge fracture). B1 = fraktur baji spiral (spiral wedge fracture), B2 =
bending wedge fracture, A3 = fragmented wedge fracture.12
17
Gambar 7. Tipe C = complex fracture. C1 = fraktur spiral kompleks, C2 = fraktur segmental kompleks, C3 =
fraktur ireguler.12
Lokasi fraktur dan arah pergeseran fragmen. (dari kiri ke kanan) Fraktur diatas
insersi pectoralis mayor, fraktur antara insersi pectoralis mayor dan deltoid, fraktur
di bawah insersi deltoid.12
18
Secara ringkas dapat penjelasan posisi fragmen fraktur dapat dilihat pada table 2.1
berikut:9
Tabel 8. Tabel posisi fragmen fraktur.9
Lokasi fraktur
Fragmen proksimal
Fragmen distal
Diatas insersi
pectoralis mayor
rotator cuff
Antara pectoralis
deltoideus
deltoideus
Distal tuberositas
deltoideus
19
F. GAMBARAN KLINIS
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.1-12
2. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.1-12
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur.1-12
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.1-12
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.1-12
6. Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis dan
arteri brakialis. Saat pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi
pergelangan tangan atau ekstensi jari-jari tangan.1-12
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.7
Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis
fraktur (transversa, spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat
terbaca jelas). Radiografi humerus AP dan lateral harus dilakukan.
20
Sendi bahu dan siku harus terlihat dalam foto. Radiografi humerus
kontralateral
dapat
membantu
pada
perencanaan
preoperative.
patologis.
Venogram/anterogram
menggambarkan
arus
21
Coaptation splint
Diberikan untuk efek reduksi pada fraktur tapi coaptation splint
memiliki stabilitas yang lebih besar dan mengalami gangguan lebih
kecil daripada hanging arm cast. Lengan bawah digantung dengan
collar dan cuff. Coaptation splint diindikasikan pada terapi akut
fraktur shaft humerus dengan pemendekan minimal dan untuk jenis
fraktur oblik pendek dan transversa yang dapat bergeser dengan
penggunaan hanging arm cast. Kerugian coaptation splint meliputi
iritasi aksilla, bulkiness dan berpotensial slippage. Splint seringkali
diganti dengan fuctional brace pada 1-2 minggu pasca trauma. 9
Functional bracing
Memberikan efek kompresi hidrostatik jaringan lunak dan
mempertahankan aligment fraktur ketika melakukan pergerakan pada
sendi yang berdekatan. Brace biasanya dipasang selama 1-2 minggu
pasca trauma setelah pasien diberikan hanging arm cast atau
23
24
kanal medulla yang kecil, fraktur proksimal dan distal shaft humerus,
fraktur humerus dengan ekstensi intraartikuler, fraktur yang memerlukan
eksplorasi untuk evaluasi dan perawatan yang berhubungan dengan lesi
neurovaskuler, serta humerus non-union.7,9
Interlocking intramedullary nail diindikasi pada fraktur segmental
dimana penempatan plate akan memerlukan diseksi jaringan lunak, fraktur
humerus pada tulang osteopenic, serta pada fraktur humrus patologis.
Antegrade nailing terbentuk dari paku pengunci yang kaku (rigid
interlocking nail) yang dimasukkan kedalam rotator cuff dibawah kontrol
(petunjuk) fluoroskopi. Pada cara ini, dibutuhkan diseksi minimal namun
memiliki kerugian, yaitu menyebabkan masalah pada rotator cuff pada
beberapa kasus yang berarti. Jika hal ini terjadi, atau apabila nail keluar dan
fraktur belum mengalami union, penggantian nailing dan bone grafting
mungkin diperlukan; atau dapat diganti dengan external fixator. 7,9
Retrograde nailing dengan multiple flexible rods dapat menghindari
masalah tersebut, tapi penggunaannya lebih sulit, secara luas kurang
aplikatif dan kurang aman dalam mengontrol rotasi dari sisi yang fraktur. 7,9
External fixation mungkin merupakan pilihan terbaik pada fraktur
terbuka dan fraktur segmental energy tinggi. External fixation ini juga
prosedur penyelamatan yang paling berguna setelah intermedullary nailing
gagal. 6 Indikasi umumnya pada fraktur humerus dengan non-union infeksi,
defek atau kehilangan tulang, dengan luka bakar, serta pada luka terbuka
dengan cedera jaringan lunak yang luas. 7,9
25
I. KOMPLIKASI
Komplikasi Awal
Cedera vaskuler
Jika ada tanda-tanda insufisiensi vaskuler pada ekstremitas,
kerusakan arteri brakhialis harus disingkirkan. Angiografi akan
memperlihatkan tingkat cedera. Hal ini merupakan kegawatdaruratan,
yang memerlukan eksplorasi dan perbaikan langsung ataupun cangkok
(grafting) vaskuler. Pada keadan ini internal fixation dianjurkan.7,9
Cedera saraf
Radial nerve palsy (wrist drop dan paralisis otot-otot ekstensor
metacarpophalangeal) dapat terjadi pada fraktur shaft humerus,
terutama fraktur oblik pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus.
Pada cedera yang tertutup, saraf ini sangat jarang terpotong, jadi tidak
diperlukan operasi segera.7-9
Pergelangan tangan dan telapak tangan harus secara teratur
digerakkan
dari
pergerakan
pasif
putaran
penuh
hingga
26
Komplikasi Lanjut
Delayed Union and Non-Union
Fraktur transversa kadang membutuhkan waktu beberapa bulan
untuk menyambung kembali, terutama jika traksi digunakan berlebihan
(penggunaan hanging cast jangan terlalu berat). Penggunaan teknik
yang sederhana mungkin dapat menyelesaikan masalah, sejauh ada
tanda-tanda
pembentukkan
kalus
(callus)
cukup
baik
dengan
Joint stiffness
Joint stiffness sering terjadi. Hal ini dapat dikurangi dengan
aktivitas lebih awal, namun fraktur transversa (dimana abduksi bahu
nyeri disarankan) dapat membatasi pergerakan bahu untuk beberapa
minggu.7
Tambahan, pada anak-anak, fraktur humerus jarang terjadi. Pada
anak-anak di bawah 3 tahun kemungkinan kekerasan pada anak perlu
difikirkan. Fraktur dirawat dengan bandage sederhana pada lengan
hingga ke badan untuk 2-3 minggu. Pada anak yang lebih tua
memerlukan plaster splint pendek.7
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C.2007. Pengantar Bedah Ortopedi. PT. Yarsef Watampone : Jakarta.
Hal 380-395.
2. Hermansyah,
MD;
Fraktur
Shaft
Humerus
(.ppt)
(online)
2009.
(http://www.google.com//fraktur-shaft-humerus-hermansyah-MD.pdf.) diakses
tanggal 19 Mei 2009.
3. King Maurice; 1987; Fracture of the Shaft of the Humerus In: Primary
Surgery Volume Two: Trauma; Oxford University Press; UK; p. 233-235
4. Santoso M.W.A, Alimsardjono H dan Subagjo; 2002; Anatomi Bagian I,
Penerbit Laboratorium Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga; Surabaya
5. Anonymous.
Fraktur
Patah
Tulang
(online).
2009.
28
12. Holmes E.J and Misra R.R; 2004; Humerus fracture Shaft fracture In: A-Z of
Emergency Radiology (e-book); UK; Cambridge University Press; p 110-111.
29