Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.N/ Perempuan / 52 tahun
b. Pekerjaan
: IRT
c. Pendidikan terakhir
: Tidak sekolah
d. Alamat
: Rt. 01 Lorong Family Talang Sari
II.
a.
b.
c.
d.

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


Status Perkawinan
: Menikah
Jumlah anak/saudara
: 2 orang
Status ekonomi keluarga : Menengah - kurang
Kondisi Rumah
: Baik,
Rumah dibangun dari batu bata dan berlantai semen, atap genteng. Rumah terdiri
dari 3 kamar. Tiap kamar dilengkapi dengan jendela. Rumah memiliki ruang tamu,
ruang keluarga, dapur yang tidak permanen dan sebuah WC. Fasilitas listrik
memadai, fasilitas air tidak ada sehingga pasien harus meminta air ke tetangga
sebelah.
Lingkungan sekitar rumah terdapat pepohonan namun gersang dan berdebu
dikarenakan lorong tempat tinggal pasien sering dilalui oleh truk. Jarak antar rumah
tidak terlalu jauh.

III. Kondisi Lingkungan Keluarga

Baik, pasien tinggal bersama suami, kedua anak,

kedua menantu dan tiga orang cucu. Suami dan kedua anak pasien bekerja kasar,
sedangkan kedua menantunya tinggal di rumah mengurus anak.
IV. Aspek Psikologis di Keluarga
: Baik
V.
Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Pasien mengaku memiliki sakit jantung.
VI.

Keluhan Utama :
Bintil - bintil kecil berisi di paha dan di lipat paha sebelah kanan sejak 2 hari
yang lalu.
1

VII.

Keluhan Tambahan : Nyeri hebat pada paha kanan saat malam hari.
VIII. Riwayat Perjalanan Penyakit : (autoanamnesa)
4 hari yang lalu pasien mengeluh demam panas tidak terlalu tinggi disertai
kepala pusing dan badan terasa lemas. Di sekitar paha kanan terasa gatal dan pasien
menggaruk daerah tersebut. Kemudian kelamaan kulit paha mulai tampak kemerahan
dan gatal diikuti oleh kelainan di daerah lipat paha.
2 hari yang lalu pasien mengeluh di paha dan lipat paha sebelah kanan timbul
bintil - bintil kecil sebesar jarum pentul berisi cairan berwarna jernih, dan kulit
sekitarnya tampak merah dan terasa perih, gatal dan nyeri. Mual (-), muntah (-), nyeri
ditelinga (-), BAK/BAB normal.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran

:
:

Tampak sakit ringan


Compos mentis

Tanda-tanda Vital

TD
Respirasi
Nadi
Suhu

: 100/60 mmHg
: 20 x/menit
: 75 x/menit
: 37,80C

Pemeriksaan Organ
1. Kepala
2. Bentuk
: normocephal
Simetri
3. Mata

: simetris

Exopthalmus/enophtal
Kelopak
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil

: (-)
: normal
: anemis (+/+)
: ikterik (-)
: normal
: bulat, isokor, reflex cahaya +/+
2

Lensa
Gerakan bola mata
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
Bibir
Gigi geligi
Palatum
Gusi
Selaput Lendir
Lidah
KGB
Kel.tiroid
JVP

4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut

7. Leher
8. Thorax
Jantung
Paru

: normal, keruh (-)


: baik
: lembab
: lengkap
: deviasi (-)
: warna merah muda, perdarahan (-)
: normal
: putih kotor (-), ulkus (-)
: tak ada pembengkakan
: tak ada pembesaran
: normal

: BJ I/II reguler, murmur(+), gallop (-)


: Vesikuler normal ka/ki, ronki -/-, whezing -/-

9. Abdomen
: Supel, nyeri tekan (-), Bu (+) normal.
10. Ekstremitas Atas
Status dermatologis
11. Ekstremitas bawah
Akral hangat, edema -/Status Dermatologis
Lokasi

: Femoral anterior et inguinal dextra

Lesi

: Vesikel, multipel, herpetiformis, eritematous, unilateral, dermatom


L2

I. Diagnosis Kerja
Herpes Zoster
3

II.

Diagnosa Banding
- Herpes Zoster
- Herpes simplex
- Impetigo vesikobulosa
III.
Pemeriksaan Anjuran
Dilakukan Pemeriksaan Tzanck
IV. Manajemen
a. Preventif :
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak memecahkan gelembung/ bintilbintil.
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak di garuk.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga daya tahan tubuh dengan makanmakanan bergizi, vitamin, istirahat yang cukup dan olahraga teratur.
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan badan.
b. Promotif :
o Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya.
o Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan herpes zoster ini minimal
dalam satu minggu, jadi apabila dalam satu minggu masih muncul lesi baru
teruskan penggunaan obat hingga 2 hari tidak timbul lesi baru.

c.
Kuratif :
Nonmedikamentosa
Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular lewat droplet dan kontak dengan
lesi kulitnya langsung sehingga pasien sebaiknya dijauhkan dari orang-orang
sekitarnya hingga sembuh.
Menganjurkan pasien untuk menjaga lepuh-lepuh yang masih utuh agar tidak
pecah dan menghindari penggarukkan.
Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memperkuat imunitas
tubuh.
Medikamentosa
Topikal : Asiklovir salep
Sistemik :- Asiklovir tablet 5 x 800 mg selama 7 hari
4

- Antalgin 4 x 1 tab
- Vitamin B1 3 x 1 tab
d. Rehabilitatif
Menerangkan kepada pasien bahwa lesi-lesi di kulit akan hilang dalam 7 12
hari bila tidak terjadi infeksi sekunder akibat penggarukan.
Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat pemulihan
daya tahan tubuh.

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas

Talang Bakung

Dokter

Putri Ayu

Tanggal

21 September 2015

R/ Acyclovir zalf

no. I

Sue
R/ Acyclovir tab mg 800

no. X

S 5 dd tab 1
R/ Antalgin

no.VIII

S 4 dd tab I
R/ Vitamin B1

no.VI

S 3 dd tab I

Pro

: Ny.N

Umur : 52 tahun

Alamat

: Rt. 01 Lorong Family Talang Sari

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi
Herpes Zoster adalah suatu infeksi yang menyebabkan erupsi kulit yang terasa sangat

nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan.1


Herpes zoster adalah radang kulit akut, yang mempunyai sifat khas yaitu vesikelvesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik kulit sesuai dermatom. 1,2
2.2

Epidemiologi
Penyebarannya sama dengan varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam

definisi, merupakan reaktivasi virus yang dapat terjadi setelah penderita mendapat varisela.
Kadang kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan
kemungkinan transmisi virus secara aerogan dari pasien yang sedang menderita varisela atau
herpes zoster. 1,2,3
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh
musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara lakilaki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju
seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun
6

sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang
pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh
virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di
ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan
tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20
tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.
2.3

Etiologi
Penyebabnya adalah virus Varicela Zooster yang termasuk kelompok virus sedang

berukuran 140 200 m dan berinti DNA. Biasanya terjadi pada usia dewasa, meski kadang
juga pada anak- anak. Dimana insidennya sama banyaknya pada pria dan wanita dan tidak
tergantung musim. Herpes Zoster disebabkan oleh virus varicela zoster (VVZ) dan tergolong
virus berinti DNA yang termasuk subfamili alfa herpes viride. Berdasarkan sifat biologisnya
seperti siklus replikasi, pejamu, sifat sel tempat hidup laten diklasifikasikan sitotoksik dan 3
subfamili alfa, beta dan gama. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas
menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. 1
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten di dalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan
menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai
tempat berkembang biak yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek. Virus ini
Mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polymerase dan
virus spesifik deoxyperidine (thymidine) kinase yang disintesa di dalam sel yang terinfeksi. 1
Infeksi awal oleh virus varicella-zoster (yang bisa berupa cacar air) berakhir
dengan masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf
kranialis dan virus menetap disana dalam keadaan tidak aktif. Herpes zoster selalu terbatas
pada penyebaran akar saraf yang terlibat di kulit (dermatom). Virus herpes zoster bisa tidak
pernah menimbulkan gejala lagi atau bisa kembali aktif beberapa tahun kemudian. Herpes
zoster tejadi jika virus kembali aktif. Kadang pengaktivan kembali virus ini terjadi jika
7

terdapat gangguan pada sistem kekebalan akibat suatu penyakit (misalnya karena AIDS atau
penyakit Hodgkin) atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan. Yang sering
terjadi adalah penyebab dari pengaktivan kembali virus ini tidak diketahui. 1,2

2.4

Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis.
Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan
ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian
motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. 1,2,3,4
Selama proses infeksi varicella, VZV lewat dari luka di kulit dan permukaan mukosa
ke akhiran saraf yang berdekatan dan ditranspor secara sentripetal ke saraf sensoris ke
ganglia sensoris. Dalam ganglia, virus membentuk infeksi laten yang bertahan untuk hidup.
Herpes zoster terjadi paling sering pada dermatom di mana ruam dari varisela mencapai
densitas tertinggi yang pertama diinervasi oleh (ophtalmic) divisi saraf trigeminal dan oleh
spinal sensori ganglia dari T1 ke L2. 1,2,3,4
Walaupun virus bersifat laten, ganglia mempertahankan potensi untuk inefektivitas
penuh, reaktifasi yang terjadi bersifat sporadis, jarang, dan terkait dengan imunosupresi,
radiasi dari columna vertebralis, tumor, trauma lokal; manipulasi bedah tulang belakang dan
sinusitis frontalis. VZV mungkin juga mengaktifkan kembali tanpa menghasilkan penyakit
yang nyata. Walaupun asimtomatik reaktivasi VZV tidak terbukti pasti, kuantitas kecil
antigen virus yang dilepaskan selama reactivasi diharapkan dapat merangsang dan
mempertahankan kekebalan host terhadap VZV. Ketika resistensi host jatuh di bawah tingkat
kritis, virus berkembang biak dan menyebar dalam ganglion, kemudian menyebabkan
nekrosis neuron dan peradangan hebat, sebuah proses yang sering disertai neuralgia berat.
Infeksi VZV kemudian menyebar ke saraf sensorik, beresiko neuritis hebat, dan dilepaskan di

sekitar ujung akhiran saraf sensorik di kulit, di mana ia menghasilkan karakteristik kluster
vesikula zoster. 1,2,3,4
Penyebaran infeksi ganglionic secara proksimal sepanjang radix saraf posterior
menuju meninges dan corda menghasilkan leptomeningitis lokal, cairan cerebrospinal
pleocytosis, dan segmental myelitis. Infeksi motor neuron di kornu anterior dan radang pada
syaraf di bagian radix anterior dicatat untuk palsies lokal yang mungkin menyertai erupsi
kutaneus, dan perluasan infeksi di dalam sistem saraf pusat dapat dihasilkan pada komplikasi
jarang herpes zoster (misalnya, meningoensefalitis, transverse myelitis). 1,2,3,4
2.5

Manifestasi Klinis
Herpes zoster biasanya mengenai suatu dermatom, dimana yang paling sering

biasanya adalah pada dada dan perut. Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di
daerah dermatom, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis sebagai
kelainan dibagian dalam. Rasa nyeri bisa bersifat membakar (panas), tajam (seperti tersayat
atau robek), menusuk atau berupa perasaan pegal. Lesi berupa sederetan kelompok vesikel
unilateral dengan dasar kulit yang eritematosa. 1,2,3,4,5

Gambar 2.1 Dermatom


Isi vesikel pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh. Bisa berupa vesikel-vesikel
yang menyebar menjauhi bagian tengah tubuh, dan pada usia lanjut cenderung lebih banyak.
Selain itu, vesikel yang menyebar luas (zoster diseminata) juga terdapat pada orang-orang
dengan imunosupresi.1
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi.Gejala
konstitusi seperti sakit kepala, malaise, dan demam terjadi pada 5% penderita (terutama pada
anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi. 1
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi lokalisata dan hampir
selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umunya lesi terbatas
pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik. 1

10

Erupsi duimulai dengan makulopapula eritematus. 12-24 jam kemudian terbentuk


vesikula yang dapat berubah menjadi pustule pada hari ke 3. Seminggu sampai 10 hari
kemudian, lesi mongering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap 2-3 minggu. 1,2,3,4,5
Herpes zoster pada orang dewasa yang sehat biasanya terlokalisasi dan bersifat
benigna. Namun pada pasien yang sistem kekebalannya terganggu penyekit tersebut dapat
menjadi berat dan perjalan kliniknya bisa menimbulkan ketidakmampuan yang akut,
Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. 1,2,3,4,5
Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh, Rasa
sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah
menghilang. 1,2,3,4,5
Gangguan pada nervus fasialis dan otikus dapat menimbulkan sindrom ramsay-hunt
dengan gejala paralisis otot-otot muka (bells palsy), tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, dan nausea. 1
Penularan
Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada
banyak orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit
antar individu. 1-5

2.6

Factor pencetus
Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster, antara lain : 1-5

Trauma / luka

Kelelahan

Demam

Alkohol

11

2.7

Gangguan pencernaan

Obat obatan

Sinar ultraviolet

Haid

Stress

Komplikasi
Neuralgia Pasca Herpetik (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic
(singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di
dermatom yang terkena setelah erupsi. Dapat timbul pada umur di atas 40 tahun
presentasenya 10-15 %. Makin tua makin tinggi presentasinya.5
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
sebaliknya disertai defisiensi imunitas , infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut
dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. 1,5
Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi diantaranya ptosis
paralitik, keratitis, kleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis oprik. 1,5
Paralisis motorik terdapat pada 1-5 % kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus
secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi misalnya di muka, diagfragma, batang tubuh, ekstremitas,
vesika urinaria, dan anus. umumnya akan sembuh spontan. 1,5
Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu
bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan
menghilang spontan setelah 16 bulan. 1,5

12

Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan


hambatan peyembuhan dan pembentukan jaringan parut. 1
Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder,
ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata. 1,4,5
Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf
motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral
granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster
optalmik). 1,4,5
2.8

Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes

simplek:1
Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit

Pemeriksaan histopatologik

Pemerikasaan mikroskop electron

Kultur virus

Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ

13

Deteksi antibody terhadap infeksi virus

Diagnosa Banding 1
1. Herpes Zoster
2. Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal sering salah diagnosis dengan

2.9

penyakit reumatik maupun dengan angina pectoris, jika terdapat di daerah setinggi
jantung.

2.10

Penatalaksanaan 1
1. Pengobatan topical

Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah

Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit

Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah asiklovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topikal atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel.
Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat
diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk
14

menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi


karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.

3. Penderita dengan keluhan mata


Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan
cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis.
Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat
diberikan.
4. Neuralgia Pasca Herpes zoster

Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka
dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75 mg/hari)

Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan
bagian terpenting perawatan

Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang
tidak teratasi.

BAB III
ANALISIS KASUS
15

1. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pada kasus ini didapatkan keadaan rumah pasien yaitu rumah dibangun dari batu
bata dan berlantai semen, atap genteng. Rumah terdiri dari 3 kamar. Tiap kamar
dilengkapi dengan jendela. Rumah memiliki ruang tamu, ruang keluarga, dapur yang
tidak permanen dan sebuah WC. Fasilitas listrik memadai, fasilitas air tidak ada
sehingga pasien harus meminta air ke tetangga sebelah.
Herpes Zoster adalah suatu infeksi yang menyebabkan erupsi kulit yang terasa
sangat nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan yang disebabkan oleh virus dan
ditularkan melalui kontak langsung.
Tidak ada hubungan dengan keadaan rumah.
2. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pada kasus ini didapatkan status ekonomi keluarga pasien menengah - kurang,
pasien tinggal bersama suami, kedua anak, kedua menantu dan tiga orang cucu. Suami
dan kedua anak pasien bekerja kasar, sedangkan kedua menantunya tinggal di rumah
mengurus anak. Tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan dan hubungan keluarga.

3. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan


sekitar
Pasien tidak pernah sekolah dan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
kesehatan, ditambah pasokan air yang tidak memadai membuat tingkat kebersihan
pasien dan keluarga kurang. Pasien juga mengaku ia menggaruk lesi yang ada sehingga
vesikelnya pecah membuat penyakit bertambah parah. Selain itu, menurut pasien
dahulu tetangga seberang rumahnya pernah mengidap penyakit yang serupa beberapa
tahun yang lalu dan pasien sering berkunjung ke rumah tetangga tersebut.
Ada hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan keluarga dan lingkungan
sekitar.
4. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit ini pada
pasien
Pada pasien ini yang menjadi faktor risiko yaitu pengetahuan yang kurang
mengenai penyakit dan kebersihan, perilaku menggaruk lesi dan kontak dengan orang
yang diduga menderita penyakit ini.
16

5. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan


faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini menular
melalui kontak langsung sehingga untuk sementara waktu menjaga jarak agar tidak
terjadi penularan, menjelaskan kepada pasien untuk tidak memecahkan lesi sehingga
penyebaran ke daerah sekitar bisa dicegah, dan menjelaskan mengenai kebersihan diri
dan sering mencuci tangan dengan sabun.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Virus. Editor : Djuanda Adhi Dalam : Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK UI.2006. Hal 106-9.
2. Siregar R.S. Saripati Penyakit Kulit, Atlas Berwarna. EGC. 2000.
3. Janniger CK,MD. Herpes Zoster. http://emedicine.medscape.com. ( diunduh minggu
25-11-2013).2013.

4. Kost RG, Straus SE. Postherpetic neuralgiapathogenesis, treatment, and prevention.


N Engl J Med. Jul 4 1996;335(1):32-42.

5. Pavan-Langston D. Herpes zoster ophthalmicus. Neurology. Dec 1995;45(12 Suppl


8):S50-1.

17

DOKUMENTASI

18

19

Anda mungkin juga menyukai