Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MANAJEMEN KEUANGAN
Memahami Kondisi Keuangan Perusahaan
Dalam materi ini pertama kali akan dibahas mengenai
pemahaman laporan keuangan karena semua keputusan manajer
keuangan akan didasarkan pada laporan keuangan yang telah disusun.
Secara umum, laporan keuangan yang disusun oleh setiap perusahaan
antara lain laporan neraca, laporan rugi laba dan laporan arus kas.
Laporan neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat, biasanya pada
akhir periode.
Laporan rugi laba adalah laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha suatu perusahaan selama satu periode.
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan
posisi kas suatu perusahaan pada akhir periode.
Dari laporan-laporan tersebut dapat dilihat kinerja perusahaan
tersebut apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik atau tidak.
Untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan, kita dapat
melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan
rasio keuangan.
Rasio keuangan dapat dikelompokkan dalam 5
kelompok yaitu :
A.
Rasio leverage. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahan
menggunakan utang. Beberapa analisis menggunakan rasio
solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan memenuhi
kewajiban keuangannya. Beberapa rasio yang dapat digunakan
diantaranya sebagai berikut.
1) Debt to equity ratio. Rasio ini menunjukkan perbandingan
antara utang dengan modal sendiri. Dinyatakan dalam rasio
sebagai berikut.
total kewajiban
Debt to equity ratio =
modal sendiri
*Perhatikan bahwa rasio ini menggunakan angka-angka
yang ada dalam laporan laba rugi.
2) Times interst earned. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba
operasi (kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu
membayar bunga utang. Dinyatakan dalam rumus:
Laba operasi + penyusutan
Times interest earned =
bunga
C.
x 1 kali
(rata-rata) piutang
7) Perputaran persediaan. Rasio ini mengukur berapa lama ratarata barang berada di gudang.
x 1 kali
(rata-rata) persediaan
D.
x 1 kali
Laba per lembar saham
x1
Nilai buku per saham
Contoh.
Neraca PT. TSR pada 31 Desember 19x1 dan 19x2 (dalam jutaan rupiah).
Sekuritas
Piutang
Persediaan
Total aktiva lancar
Aktiva tetap (bruto)
Akumulasi penyusutan
Aktiva tetap (neto)
TOTAL
19x2
22
25
10
170
117
319
15
176
112
328
700
(100)
600
700
(150)
550
919
878
19x1
19x2
91
89
Utang wesel
Utang pajak
Utang bank
Kewajiban lancar
40
30
120
281
20
32
120
261
200
100
300
138
919
300
217
878
Utang dagang
Kas
19x1
Laporan Lab Rugi PT. TSR, 1/1/19x2 - 31/12/19x2 (dalam jutaan rupiah)
Penjualan
2,200
1,850
350
Depresiasi
Amortisasi
Depresiasi dan amortisasi
Laba operasi (EBIT)
dikurangi bunga
Laba sbl pajak (EBT)
Pajak 32%
Laba stlh pajak (EAT)
50
0
50
300
56
244
78
166
Rasio-rasio keuangan:
1. Debt to equity ratio 19x2 = (100+261)/(517) = 0,411 = 41,1%
Artinya perusahaan dibiayai oleh utang sebesar 41,1 %. Atau
kreditor menyediakan Rp0,411 pendanaan untuk setiap Rp1
yang disediakan oleh pemegang saham. Semakin rendah rasio
ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas
pengaman kreditor jika terjadi kerugian.
2. Time interest earned 19x2 = 300/56 = 5,36
Artinya biaya bunga dapat ditutup 5,36 kali dari laba sebelum
bunga dan pajak. Jika nilai ini lebih rendah dari nilai rata-rata
industri, maka perusahaan akan menghadapi kesulitan jika
berusaha mencari pinjaman dana.
3. Debt service coverage 19x2 = (300+56)/[56+{50/(1-0,35)}] =
2,63
Artinya
(misal, angsuran pokok
pinjaman ter th yg hrs dibayar
perusahaan adalah Rp50 jt dan tarif pajak (=t) adalah 35%)
4. NWC-TA 19x2 = (328-261)/878 x 100% = 0,076
Artinya: kira-kira 7,6% dari total aktiva bisa diubah menjadi kas
dalam waktu pendek setelah dipakai melunasi kewajiban jangka
pendeknya.
5. Current ratio 19x2 = 328/261 = 1,26
B.
2 = Rp2.000.000,00 X 0,857
= Rp 1,714.000,00
3 = Rp3.000.000,00 X 0,794
= Rp 2.382.000,00
4 = Rp4.000.000,00 X 0,735
= Rp 2.040.000,00
--------------------------Total PV Proceed = Rp 7.062.000,00
PV pengeluaran
= Rp8.000.000,00 X 1
= Rp 8.000.000,00
---------------------------NPV
= Rp - 938.000,00
Kesimpulan : Proyek yang diterima adalah Proyek A karena
menghasilkan NPV positif sebesar Rp1.455.000,00
Contoh 2 :
Sebuah perusahaan akan berinvestasi dengan membeli satu mesin
baru. Terdapat penawaran mesin yang akan diimpor dari Jepang
dengan harga Rp300.000.000, taksiran umur ekonomis mesin
selama 4 tahun dan nilai sisa sebesar Rp80.000.000 pada tahun
keempat berdasarkan perhitungan metode penyusutan garis lurus.
Mesin ini diharapkan mampu memberikan laba setelah pajak
sebesar Rp100.000.000 pada tahun pertama sampai dengan tahun
keempat. Pihak manajemen harus menentukan apakah mesin
tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan ataukah tidak.
Apabila hasil analisis finansial menunjukkan bahwa mesin tersebut
memberi keuntungan, maka perusahaan akan membelinya.
Sebaliknya, apabila ternyata mesin tersebut tidak memberikan
keuntungan, maka perusahaan akan beralih ke tawaran lain yang
lebih menguntungkan.
Pertanyaan:
Tentukan apakah penawaran mesin dari Jepang tersebut sebaiknya
dibeli atau tidak dengan menggunakan metode Net Present Value
(NPV) dengan tingkat bunga yang relevan adalah 16% per tahun !
Jawab:
Penyusutan per tahun = (harga perolehan nilai sisa) / usia ekonomis
= (300.000.000 80.000.000) / 4 = Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I tahun IV =Rp100.000.000 +
Rp55.000.000 = Rp155.000.000
= 155.000.000/
133.620.689,7
= 155.000.000/(1+0,16)2
115.190.249,7
= 155.000.000/(1+0,16)3
99.301.939,4
= 155.000.000/(1+0,16)4
85.605.120,17
------------------ +
433.717.999
Dengan demikian, karena NPV bernilai positif, maka berarti mesin dari
Jepang tersebut menguntungkan sehingga keputusannya adalah dibeli.
Alternatif jawaban kedua dengan menggunakan tabel PV:
Penyusutan per tahun = (harga perolehan nilai sisa) / usia ekonomis
= (300.000.000 80.000.000) / 4 = Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I tahun IV = Rp100.000.000 +
Rp55.000.000 = Rp155.000.000
PV kas masuk tahun I s.d tahun IV adalah: Tabel A2 (16%,4) x
155.000.000
= 2,798 x 155.000.000 =
433.690.000
PV nilai sisa di tahun IV: Tabel A1 (16%,4) x 80.000.000
= 0,552 x 80.000.000 = 44.160.000
NPV = -300.000.000 + 433.690.000 + 44.160.000 = 177.850.000
Dengan demikian, karena NPV bernilai positif, maka berarti mesin
dari Jepang tersebut menguntungkan sehingga keputusannya
adalah dibeli.
Payback Period
Metode ini mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan investasi semula, melalui proceed yang dihasilkan
dalam setiap periode. Untuk itu metode ini sering disebut metode
yang paling sederhana, karena tidak memperhitungkan konsep nilai
waktu uang
(time value of money), sehingga cash flows tidak
dikaitkan dengan discount rate tertentu.
Contoh 1:
Proyek B.
PV Proceed
tahun
1 = Rp3.000.000,00 X 0,926
2 = Rp4.000.000,00 X 0,857
= Rp
3 = Rp3.000.000,00 X 0,794
= Rp
4 = Rp4.000.000,00 X 0,735
= Rp
= Rp 2,778.000,00
3,428.000,00
2,382.000,00
2.940.000,00
Tahun 1: Rp 2,778.000,00
Tahun 2: Rp 3,428.000,00
Tahun 3: Rp 2,382.000,00
Rp 8.588.000,00
Sisa: Rp.10.000.000 Rp. 8.588.000 = Rp.1.412.000
Pemasukan tahun ke 4: (Rp.1.412.000/Rp.2.940.000) x 12 bln = 5,76
bulan = 5,8 bulan
Pengembalian Proyek B selama
O u tla y
Pr
( 1r )1
Pr
( 1r ) 2
Pr
( 1 r ) 3
. . . . . ( 1 P rr n) n
Keterangan :
Pr 1,2,3. . . .n
= Proceed tahun ke
r
= IRR
Untuk mencari besarnya r dapat dilakukan dengan metode trial and
error (coba-coba).
Contoh 1:
Lihat Contoh 1 soal pada NPV, untuk proyek A dan proyek B dapat
dicari IRR nya dengan menggunakan discount rate pada alternatif
tingkat bunga 8 % dan 18 %.
Proyek A.
PV penerimaan
DF 8 %
tahun 1 = Rp4.000.000,00 X 0,926 = Rp 3,704.000,00
2 = Rp4.000.000,00 X 0,857
= Rp 3,428.000,00
3 = Rp2.000.000,00 X 0,794
= Rp 1,588.000,00
4 = Rp1.000.000,00 X 0,735
= Rp
735.000,00
---------------------------Total PV Proceed = Rp 9.455.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1
= Rp 8.000.000,00
--------------------------NPV
= Rp 1.455.000,00
PV penerimaan
DF18 %
tahun 1 = Rp4.000.000,00 X 0,847 = Rp 3,388.000,00
2 = Rp4.000.000,00 X 0,718
= Rp 2,872.000,00
3 = Rp2.000.000,00 X 0,609
= Rp 1,218.000,00
4 = Rp1.000.000,00 X 0,516
= Rp
516.000,00
---------------------------Total PV Proceed = Rp 7.994.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1
= Rp 8.000.000,00
--------------------------NPV
Rp 6.000,00
Dari hasil perhitungan tersebut, discount rate yang dicari terletak
antara 8 % dan 18 %. Untuk mencari discount rate yang tepat, dapat
dilakukan dengan interpolasi sebagai berikut :
- 6.000
18 %
0
IRR
1,455.000
8%
6 .0 0 0
X 10 %
1 .4 6 1 .0 0 0
= 18 % - 0.04 %
= 17,96 %
IRR = 18 % -
Proyek B.
PV penerimaan
DF 8 %
tahun 1 = Rp 1.000.000,00 X 0,926
= Rp
926.000,00
2 = Rp 2.000.000,00 X 0,857
= Rp 1,714.000,00
3 = Rp 3.000.000,00 X 0,794
= Rp 2.382.000,00
4 = Rp. 4.000.000,00 X 0,735
= Rp 2.040.000,00
---------------------------Total PV Proceed = Rp 7.062.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1 = Rp 8.000.000,00
--------------------------NPV
= Rp - 938.000,00
PV penerimaan
DF 2 %
tahun 1 = Rp1.000.000,00 X 0,980 = Rp
980.000,00
2 = Rp2.000.000,00 X 0,961
= Rp 1,922.000,00
3 = Rp3.000.000,00 X 0,942
= Rp 2,826.000,00
4 = Rp4.000.000,00 X 0,924
= Rp 3.696.000,00
---------------------------Total PV Proceed = Rp 9.424.000,00
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 X 1= Rp 8.000.000,00
--------------------------NPV
= Rp 1.424.000,00
Dari hasil perhitungan tersebut, discount rate yang dicari terletak
antara 2 % dan 8 %. Untuk mencari discount rate yang tepat, dapaat
dilakukan dengan interpolasi sebagai berikut :
- 938.000
8%
1,424.000
IRR
2%
9 3 8 .0 0 0
X6%
2 .3 6 2 .0 0 0
= 8 % - 3,95 %
= 4,05 %
IRR = 8 % -
Contoh 2:
PT. MERAH DELIMA
PT. Merah Delima merupakan produsen makanan dan memiliki produk
unggulan berupa mie instant yang merupakan produk dengan tingkat
penjualan terbesar. Untuk produk mie instant, PT. Merah Delima juga
berhasil melakukan ekspor ke berbagai negara antara lain Jepang,
Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Namun demikian, dalam
dua tahun terakhir, terjadi penurunan penjualan produk mie instant
karena semakin banyaknya produk pesaing. Berkaitan dengan hal
Angsuran
Rp16,5 juta
Rp16,5 juta
PV pembayaran angsuran
Rp323,4066 juta
Rp285,3180 juta
Rp 38,0886 juta
Selanjutnya, mahasiswa dapat menjawab dengan pendekatan pada bunga 3% atau 4% sebagai berikut.
Bunga 4%:
Rp300 juta Rp285,318 juta = Rp14,682 juta
Nilai dalam % angka:
(14,682/38,0886) x 1% = 0,38547%
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 4% - 0,38547% = 3,61453%
Atau
Bunga 3%:
Rp323,4 juta Rp300 juta = Rp23,4066 juta
Nilai dalam % angka:
(23,4066/38,088) x 1% = 0,61453
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 3% + 0,61453 = 3,61453%
Alternatif II
Pinjaman Rp320 juta, cicilan Rp19,5 juta selama 35 bulan
320 juta = 19,5 juta [1/(1+i) + 1/(1+i)2 ... + 1/(1+i)35]
320/19,5 = 16,41026
Apabila dilihat pada tabel A2, maka angka 16,41026 dengan n=35 terletak pada tingkat bunga 4% dan 5%.
Oleh karena itu harus dilakukan interpolasi.
Tingkat bunga
4%
5%
Selisih 1%
Angsuran
Rp19,5 juta
Rp19,5 juta
PV pembayaran angsuran
Rp363,9597 juta
Rp319,2969 juta
Rp 44,6628 juta
Selanjutnya, mahasiswa dapat menjawab dengan pendekatan pada bunga 4% atau 5% sebagai berikut.
Bunga 4%:
Rp363,9597 juta Rp320 juta = Rp43,9597 juta
Nilai dalam % angka:
(43,9597 /44,6628) x 1% = 0,984258%
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 4% + 0,984258% = 4,985258%
Atau
Bunga 5%:
Rp320 juta Rp319,2969 juta = Rp0,7031juta
Nilai dalam % angka:
(0,7031/44,6628) x 1% = 0,015742
Dengan demikian, tingkat bunga yang ditanggung:
i = 5% - 0,015742% = 4,958258
R a t a - r a t a la b a s e t e la h p a ja k
x 100 %
R a ta - r a ta in v e s ta s i
ARR =
Rata-rata investasi = I n v e s t a s i a w a l +2 I n v e s t a s i a k h i r
Contoh soal :
Berikut ini adalah rencana investasi proyek A dan B
- Inv. proyek A = Rp600 juta usia investasi 6 tahun
- Inv. proyek B = Rp720 juta usia investasi 6 tahun
Proceed untuk proyek A dan B diperkirakan sebagai berikut :
Tahun
1
2
3
4
5
6
Proyek A
Rp 200 juta
Rp 200 juta
Rp 200 juta
Rp 200 juta
Rp 200 juta
Rp 200 juta
Proyek B
Rp 450 juta
Rp 220 juta
Rp 200 juta
Rp 130 juta
Rp 130 juta
Rp 130 juta
R p 7 2 0 ju ta
= Rp120 juta
6
Rp
Rp
jt :2)
Proyek A
600 juta
Rp
Proyek B
720 juta
Laba stlh
pajak Tahun
Rp
100 juta
Rp
330 juta
Rp
100 juta
Rp
100 juta
Rp
100 juta
Rp
80 juta
Rp
100 juta
Rp
10 juta
: 1
Rp
100 juta
Rp
10 juta
Rp 100 juta
Rp
10 juta
---------------------------------------Rp 600 juta : 6
Rp 540 juta : 6
Rata laba Rp 100 juta
Rp
90 juta
setelah
pajak
ARR
Rp 100 juta
Rp
90 juta
------------------ = 33,33 -----------------=
%
25,00 %
Rp 300 juta
Rp 360 juta
Proyek yang dipilih berdasarkan metode ARR adalah proyek A karena
menghasilkan ARR terbesar.