PENDAHULUAN
A Judul
Kapasitas Paru-paru
B Tujuan
1 Mempelajari cara mengukur kemampuan/ kapasitas paru paru
2
3
4
dan berdiri.
Mempelajari cara menghitung frekuensi pernafasan pada manusia.
Mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas paru
paru dan frekuensi pernafasan pada manusia.
II
TINJAUAN PUSTAKA
melalui aktivitas atau kontraksi rongga dada dan diafragma yang menyebabkan
tekanan udara di dalam paru-paru lebih kecil daripada tekanan di lingkungan luar
sehingga oksigen masuk ke dalam paru-paru. Ekspirasi merupakan mekanisme
keluarnya gas karbondioksida ke lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas
relaksasinya diafragma dan rongga dada yang menyebabkan tekanan udara di
dalam paru-paru lebih besar daripada tekanan di luar paru-paru sehingga
karbondioksida dapat keluar dari paru-paru menuju lingkungan (Kimball, 1993).
Menurut Wulangi (1993), respirasi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Respirasi luar
Respirasi luar merupakan proses pertukaran gas (O 2 dan CO2) antara
atmosfer dengan paru-paru. Pertukaran gas O 2 meliputi pergerakan O2 dari
atmosfer ke paru-paru dan difusi O2 dari paru-paru ke kapiler paru-paru.
Pertukaran gas CO2 meliputi difusi CO2 dari kapiler paru-paru ke alveolus
paru-paru dan pergerakan udara dari alveolus paru-paru ke atmosfer.
2. Pengangkutan gas O2 dan CO2
Pengangkutan gas ini meliputi pengangkutan gas O2 dari kapiler paru-paru
ke seluruh sel-sel dan pengangkutan CO2 dari sel-sel ke kapiler paru-paru.
3. Respirasi dalam
Respirasi dalam merupakan reaksi oksidasi-reduksi dimana O2 dikonsumsi
dan CO2 diproduksi.
Menurut Guyton (1992) volume paru-paru dibedakan menjadi:
1. Volume tidal merupakan volume udara yang di inspirasikan dan di
ekspirasikan di setiap pernafasan normal dan jumlahnya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (Inspiratory reserve volume) merupakan volume
tambahan udara yang dapat di inspirasikan di atas volume tidal normal dan
kira-kira 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory reserve volume) merupakan jumlah
udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir
suatu ekspirasi tidal yang normal. Jumlahnya sekitar 1100 ml.
4. Volume sisa adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru
setelah kebanyakan ekspirasi kuat. Jumlahnya sekitar 1200 ml.
Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru-paru adalah merekam
volumen pergerakan udara yang masuk dan yang keluar dari paru-paru, prosesnya
dinamai spirometri. Spirometer yang khas terdiri dari drum yang terbalik di atas
suatu ruang yang berisi air dan drum diseimbangkan oleh suatu beban. Di dalam
drum ini biasanya terdapat campuran gas pernapasan, biasanya udara atau
oksigen. Suatu pipa menghubungkan mulut dengan ruang gas ini. Bila seseorang
menarik atau meniupkan nafas ke ruangan ini maka drum akan naik dan turun,
dan perekamannya akan muncul pada kertas yang memperlihatkan perubahan
berbagai volumen paru-paru pada berbagai keadaan pernapasan (Guyton, 1992).
Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total
dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum yang
diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting
untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan
fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif
(hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang
dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang dari
75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital
kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar (Alsagaf, 2002).
III
METODE
actually
+100
prediction
IV
A Hasil
Pada percobaan kapasitas paru-paru diperoleh hasil pada tabel sebagai
berikut
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kapasitas Paru-paru
Probandus
Umur
Berat Tinggi Merokok Actually Prediction %
(tahun)
(kg)
(cm)
/Tidak
19
43
153
2,46
3,20
77
18
55
162
1,99
3,65
55
19
83
177
3,98
5,45
73
21
71
168
+
3,03
4,90
62
20
73
148
2,32
2,97
78
19
80
170
1,71
3,99
43
19
43
168
2,87
4,90
59
19
71
178
2,43
5,51
44
Keterangan : Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru
obstruktif bila nilai FEV1/FVC kurang dari 75% dan menderita gangguan
fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding
dengan nilai standar (Alsagaf, 2002).
B Pembahasan
Menurut Guyton (1992) kapasitas vital (Vital capacity) sama dengan
volume cadangan inspirasi ditambah dengan volume tidal dan volume
cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisinya sampai batas
maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira
4600 ml).
gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80%
dibanding dengan nilai standar.
Hasil pada probandus laki-laki pada kelompok 3, 5, 7, dan 8 secara
berturut-turut memiliki nilai actually 3,98 ; 3,03 ; 2,87 ; dan 2,43. Nilai
prediction yang dimiliki tiap probandus yaitu 5,45 ; 4,90 ; 4,90 ; dan 5,51.
Maka hasil persentase secara berurutan yaitu 73% ; 62% ; 59% ; dan 44%.
Hasil dari persentase paling tinggi dimiliki oleh probandus 3 yaitu dengan
nilai %KPV : 73% dan mendekati nilai normal, sedangkan paling rendah
dimiliki oleh probandus no 8 dengan nilai %KPV sebesar 44%. Hal ini
menurut Alsagaf (2002) seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi
paru obstruktif bila nilai FEV1/FVC kurang dari 75% dan menderita
gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80%
dibanding dengan nilai standar.
Pada probandus perempuan memiliki nilai %KPV lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki. Pada umur 19 memiliki nilai %KPV
terendah, sedangkan tertinggi pada umur 20 tahun. Hal ini tidak sesuai
dengan teori menurut Kartolo (1992) bahwa semakin tua umur seseorang
maka kapasitas vital paru parunya memiliki volume yang lebih kecil
dibanding dengan yang umurnya lebih muda, karena sel- selnya lebih aktif.
Berdasarkan berat hasil %KPV paling tinggi ditunjukkan oleh probandus
yang memiliki berat badan 73 dengan tinggi 148 dan paling kecil dengan
berat badan 71 dengan tinggi 178. Faktor merokok atau tidaknya juga tidak
mempengaruhi hasil.
Jika dibandingkan antara hasil dari probandus pria maupun wanita,
dapat disimpulkan bahwa pada hampir semua hasil, probandus pria lebih
rendah dibanding probandus wanita. Probandus wanita hanya lebih tinggi
pada volume kapasitas vital (VC) saja. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Guyton (1992) yaitu umumnya kapasitas paru-paru pria lebih tinggi
daripada wanita. Probandus pria memiliki tinggi serta berat badan yang
lebih besar daripada probandus wanita. Hal ini mengakibatan tubuh
probandus membutuhkan lebih banyak energi, sehingga membutuhkan lebih
banyak oksigen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada percobaan desakan darah maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Mengukur kapasitas paru-paru menggunakan spirometer dilakukan
dengan cara selang spirometer diletakkan pada mulut lalu dilakukan dua
kali tarikan pernapasan normal disusul dengan satu kali tarikan nafas
maksimal dan satu hembusan nafas maksimal (hembusan lewat mulut,
tidak boleh keluar dari hidung), kemudian dua kali pernapasan normal.
2. Nilai kapasitas paru paling tinggi dimiliki oleh probandus dengan berat
73 kg, tinggi 148, dan umur 20 tahun yaitu 78%, sedangkan paling kecil
dimiliki oleh probandus laki-laki dengan berat 71 kg, tinggi 178 cm dan
umur 19 tahun yaitu 44%.
3. Cara menghitung frekuensi yaitu dengan membagi nilai actually dengan
nilai prediction dan dikalikan 100%.
4. Faktor yang mempengaruhi yaitu aktivitas, sedangkan umur, berat
badan, dan tinggi juga merokok atau tidak pada percobaan tidak
mempengaruhi hasil yang sesuai teori.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Airlangga
University Press, Surabaya.
Guyton, A. C. 1992. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Kartolo. 1992. Prinsip Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud Dirjen Pendidikan,
Jakarta.
Kimball, J. W. 1993. Biologi. IPB-Press, Bogor.
Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta.