LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. M
: 9 hari/ 03-03-2014
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal Masuk RS
: 06 Maret 2014
Nama Ibu
: Ny. M
Umur
: 33
Umur
: 33
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Perkawinan
: Pertama
Perkawinan
: Pertama
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Pekerjaan
II.
ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara Allo-Anamnesa pada tanggal 12 Maret 2014 dengan ibu os.
A. KELUHAN UTAMA
Anak terlihat kuning sejak berusia 3 hari
B. KELUHAN TAMBAHAN
bidan, dengan berat lahir 2000 gram dan panjang badan + 50 cm. Menurut ibu os saat
os lahir, os menangis namun tidak terlalu kencang sehingga os dibantu dengan
pemberian oksigen selama beberapa saat setelah lahir Air ketuban hijau dan bau
disangkal.
G. SUSUNAN KELUARGA
Os adalah anak ketiga dari tiga orang bersaudara.
H. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Motorik Kasar.
o Os merupakan bayi yang bergerak aktif
Motorik halus.
Bahasa.
Os belum dapat berbicara
Sosial.
Interaksi sosial antara os dan lingkungan sekitarnya belum tampak
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit sedang.
Kesadaran
: Somnolen
Tanda Vital
Nadi
: 122kali/menit
Suhu
: 36.8 C
Laju Nafas
: 40 kali/menit
Berat Badan
: 2000 gram
Tinggi Badan
: 50cm
Ballard Score
:
Physical maturity
Neuromuscular score
Skin
Posture
Lanugo
Square window
Plantar surface
Arm recoil
Breast
Popliteal angle
Eye/ear
Scarf sign
Genitals Female
Heel to ear
Ballard score : 32
Sesuai dengan usia kehamilan 36-38 minggu
Hasil kurva lubchenco : Berat badan lahir bayi berada di persentil ke-10.
Kesimpulan : Kecil masa kehamilan (KMK)
STATUS GENERALIS
Kepala
dicabut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Ekstrimitas Atas
Genitalia (Wanita)
Status Neurologis
Os tampak kuning dari kepala hingga keempat ekstermitas, namun tidak terlihat
ikterus pada telapak tangan dan kaki.
Kesan: Kramer IV
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Unit
Nilai Normal
hati)
Bilirubin total
25.60
mg/dl
1.0-10
Bilirubin direk
0.49
mg/dl
<0.8
Bilirubin indirek
25.11
mg/dl
0-10
V.
PEMERIKSAAN ANJURAN
VI.
DIAGNOSIS KERJA
NKB-KMK
VII.
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
Ikterus neonatorum patologis
PENATALAKSANAAN
Fototerapi
Monitor pertumbuhan
IX.
PROGNOSIS
Ad Vitam
: Ad bonam
Ad Fungsionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Ad bonam
X.
-
FOLLOW UP
BAB II
ANALISA KASUS
Neonatus kurang bulang dan berat badan yang rendah berdasarkan usia kehamilan
Ikterik (Hiperbilirubinemia)
NKB-KMK
Pada anamnesis didapatkan keterangan bahwa bayi lahir sebelum taksiran partus dan
berat badan lahir yang rendah. Berdasarkan Ballard score didapatkan perkiraan usia gestasi
pasien adalah 36-38 minggu dengan interpretasi pada kurva Lubchenko adalah kecil masa
kehamilan (KMK).
Ballard Score
Physical maturity
Neuromuscular score
Skin
Posture
Lanugo
Square window
Plantar surface
Arm recoil
Breast
Popliteal angle
Eye/ear
Scarf sign
Genitals Female
Heel to ear
Ballard score : 32
Sesuai dengan usia kehamilan 36-38 minggu
Hasil kurva lubchenco : Berat badan lahir bayi berada di persentil ke-10.
Kesimpulan : Kecil masa kehamilan (KMK)
Tatalaksana pada pasien ini dapat dilakukan early feeding sebagai berikut:
Early Feeding
- frekuensi minum :
berat badan 1.250 gram: 24 X/24 jam
berat badan 1.250 2.000 gram : 12 X / 24 jam
berat badan lebih dari 2.000 gram : 8 X / 24 jam
- Jumlah cairan.
Hari pertama 60 cc / Kg BB / hari
Hari kedua 90 cc / Kg BB / hari
Hari ketiga 120 cc / Kg BB / hari
Hari keempat 150 cc / Kg BB / hari
Hari seterusnya 180 - 200 cc / Kg BB / hari
- Jumlah kalori : 110 140 cal / Kg BB / hari
- Jumlah protein 3 6 gram / Kg BB / hari
- Jumlah Karbohidrat : 10 15 gram / Kg BB / hari
- Jumlah lemak : 5 7 gram / Kg BB / hari
- Macam nutrisi : ASI dan ASS ( Air Susu Sapi )
- Cara pemberian:
Oral: menghisap sendiri, dengan sendok, NGT, gastrik drip ( cek residu lambung )
Parenteral
Prematuritas pada pasien ini dapat berperan pada timbulnya hiperbilirubinemia pada
pasien ini mengingat adanya imaturitas dari fungsi hepar
Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia yang terjadi pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh
imaturitas dari fungsi hepar sehingga konversi HbF ke Hb A terganggu, sebagai akibat dari
terganggunya proses dari konjungasi dari billirubin 1 ke bilirubin 2, kadar billirubin indirek
meningkat. Kemungkinan adanya hiperbilirubinemia patologis akibat dari rhesus atau ABO
incompatibility juga belum Pada pasien ini ditemukan kadar billirubin total dan billirubin
direk yang cukup tinggi, namun pada pemeriksaan, klinis tidak menunjukkan gejala yang
sesuai dengan peningkatan kadar billirubin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 BBLR
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir.
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya
keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
o Hipotermia
o Hipoglikemia
o Gangguan cairan dan elektrolit
o Hiperbilirubinemia
o Sindroma gawat nafas
o Paten duktus arteriosus
o Infeksi
o Perdarahan intraventrikuler
o Apnea of Prematurity
o Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
o
Umur ibu
Aktivitas
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Kulit keriput.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)
2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan
bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 2500 gram
Bayi Sehat
o
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2
jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
o
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya
memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir
<1500>
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari :
-
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan
lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi
neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila
hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Petunjuk penggunaan
KMC
Pemancar panas
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Inkubator
Ruangan hangat
Berat (g)
Umur (hari)
1
5+
>1500
60
80
100
120
150
<1500
80
100
120
140
150
Pemberian
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali)
10
15
18
22
26
28
30
<1000
1000 - <1500
1500 2500
>2500
Hari I
120 cc D5%
100 cc D7,5%
80 cc D10%
80 cc D10%
Hari II
140 cc D5%
120 cc D7,5%
100 cc D10%
90 cc D10%
Hari III
170 cc D5%
130 cc D7,5%
110 cc D10%
100 cc D10%
Hari >IV
200 cc
140-150 cc
130-150 cc
120-150 cc
II.2 Hiperbilirubinemia
Definisi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus
ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan(Mansjoer,2008). Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar,
tetap tergolong non patologis sehingga disebut Excess Physiological Jaundice. Digolongkan
sebagai hiperbilirubinemia patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum
bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani(Etika et al,2006).
Gambar 2.1 Kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram
Bhutani
Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum adalah keadaan
klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih(Sukadi,2008). Pada orang dewasa, ikterus akan
tampak apabila serum bilirubin >2 mg/dl(>17mol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak
apabila serum bilirubin >5mg/dl(86mol/L)(Etika et al,2006). Ikterus lebih mengacu pada
gambaran klinis berupa pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih
mengacu pada gambaran kadar bilirubin serum total.
Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.
a. Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak
mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena ikterus. Adapun
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
b. Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut
:
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5%
pada neonatus kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
(Arief ZR, 2009. hlm. 29)
Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi:
a) Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis
yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk
konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukorinil transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah
defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel
hepar.
c) Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfarazole.
Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d) Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan
di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya
akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
(Hassan et al.2005)
Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel
retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan
dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan
untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol
bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tak
terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin
untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus
hati ,hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat
bilirubin ke asam glukoronat(bilirubin terkonjugasi, direk)(Sacher,2004).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke sistem
empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus ,bilirubin diuraikan oleh bakteri
kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan
diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur
enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini
umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian
dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut
air bersama urin(Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul pada dewasa
bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus bila
kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati(karena
rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya
kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia.
Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya
mencapai nilai tertentu(sekitar 2-2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan
yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice(Murray et
al,2009).
Manifestasi klinis
Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira
6mg/dl(Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit
mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus
obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor.
Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat(Nelson, 2007).
Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a) Tampak pada hari 3,4
b) Bayi tampak sehat(normal)
c) Kadar bilirubin total <12mg%
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko
f)Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi fisiologis)(Sarwono et al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:
a) Timbul pada umur <36 jam
b) Cepat berkembang
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)
Diagnosis
Anamnesis
a)Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, ibu DM, gawat janin,
malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal)
b)Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c)Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya
d)Riwayat inkompatibilitas darah
e)Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa(Etika et al,
2006).
Pemeriksaan fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan
terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila
penderita sedang mendapatkan terapi sinar(Etika et al, 2006).
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah dan
sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer(1969). Caranya dengan jari telunjuk
ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung,dada,lutut dan
lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada
masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar
bilirubinnya(Mansjoer et al, 2007).
Derajat Ikterus pada Neonatus menurut Kramer
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek
Anjuran Pemeriksaan
berdasarkan
*Penyakit hemolitik
Inkompatibilitas
Hb,
darah(Rh,ABO)
Sferositosis.
Ht,
retikulosit,sediaan
hemolitik
nonsferositosis(defisiensi
G6PD)
Hari ke-2 s.d ke-5
Darah
Polisitemia
infeksi
Sferositosis kongenital
Galaktosemia, Obat-obatan
urin
Atresia
biliaris,
neonatal
golongan
Kista
koledokusm, fetoprotein,
Sepsis(terutama
infeksi
bakteri,
saluran
Stenosis pilorik
alfa1antitripsin,
Kolesistografi,
kemih), Bengal
Uji
Rose-
Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan
Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
2. Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama.Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
3. Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.
4. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
5. Anestherita, fithri, dr. Dkk. 2000. Kumpulan kasus pediatri. Media Dika. Jakarta.
6. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Janin dan bayineonatus. Dalam: Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. Vol 1. Ed 15. Jakarta: EGC, 1999. 556-568
7. http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/28/14343231/Vanishing.Twin..Kembar.ya
ng.Hilang
8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15597/1/mkn-des2005-%20(8).pdf