Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

MODUL IX

OKSIGEN TERLARUT

Disusun oleh :
Andiasti Nada Alifah

1406532242

Danastri P

1406605004

William Y M B

1406605055

Asisten Praktikum

: Ayik Abdillah

Tanggal Praktikum

: 2-11-2015

Tanggal Disetujui

Nilai

Paraf Asisten

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

Dissolved Oksigen
1.

Tujuan
Menghitung nilai oksigen terlarut ( DO ) pada air sampel.

2.

Dasar Teori

2.1. Definisi DO (Dissolved Oxigen)


Dissolved oxygen ( kadar oksigen ) merupakan kadar ukuran relatif
suatu oksigen yang terlarut dalam suatu media tertentu yang dibutuhkan
semua makhluk hidup untuk pernapasan, pertumbuhan, metabolisme.
Sumber oksigen utama media cair adalah proses difusi dari lingkungan
sekitar media tersebut dan juga proses fotosintesis dari tumbuh tumbuhan
yang ada didalamnya.
Proses difusi dapat dipengaruhi kecepatanya oleh parameter-parameter
lainnya seperti suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Sehingga diperlukan alat ukur untuk
membantu mengetahui indikasi nilai dari kondisi riil kandungan kualitas
airnya oleh. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan alat ukur oksigen
terlarut namun pada saat ini alat ukur tersebut masi jarang dan mahal bagi
petambak petambak udang. oleh karena itu pada tugas akhir kali ini
dilakukan rancang bangun alat ukur dissolved oxygen dengan biaya
rendah.dengan memanfaakan persamaan weiss (e.g. Weiss, 1970) sebagai
dasar didapatkanya nilai dissolved oxigen.
2.2. Metode Pengukuran DO (Dissolved Oxigen)
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara,
yaitu Metoda titrasi dengan cara winkler dan Metoda elektrokimia.

Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan


untuk

menentukan

kadar

oksigen

terlarut.

Prinsipnya

dengan

menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih


dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI, sehingga akan
terjadi endapan MnO2 .

Persamaan reaksi
Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2 (s)

(persamaan 1)

Mn2+ + 2OH- + O2 MnO2 (s) + H2O

(persamaan 2)

Apabila sampel memiliki okseigen terlarut, maka yang terbentuk adalah


endapan coklat dan reaksi yang terjadi adalah seperti persamaan 2.
Apabila air sampel tidak mempunyai oksigen terlarut, maka yang
terbentuk adalah endapan berwarna putih dan reaksi yang terjadi adalah
seperti persamaan 1.
Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi
akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2)
yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini
selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang
terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH (persamaan 3)
2Na2S2O3.5H2O + I2 Na2S4O6 + 2NaI + 5H2O

(persamaaan 4)

Metoda elektrokimia.
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah
cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari
katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO
meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda
timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran
plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia
yang akan terjadi adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O + 4- 4 HO- (persamaan 5)
Anoda : Pb + 2 HO-PbO + H2O + 2e- (persamaan 6)
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada
katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus
terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Penentuan oksigen terlarut (DO)
dengan cara titrasi berdasarkan metoda winkler lebih analitis apabila
dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan

dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,


standarisasi

larutan

tiosulfat

dan

pembuatan

larutan

standar

kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan


kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh
hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Peranan suhu dan
salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut
dengan cara DO meter. Di samping itu, sebagaimana lazimnya alat yang
digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil
penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen
terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat
penentuannya hanya bersifat kisaran (Saimin, 2005).
2.3. Alasan DO (Dissolved Oxigen) Jadi Parameter
DO digunakan sebagai parameter karena dapat menunjukkan kadar oksigen
yang terpakai untuk menguraikan bahan polutan tersebut dimana hal
tersebut dapat mengindikasikan tingkat pencemaran yang terjadi. DO juga
menunjukan keseimbangan penghasilan (fotosintesis dan difusi) dan
pemakaian (respirasi aerobik, nitrifikasi, oksidasi kimia) oksigen. Semakin
besar nilai DO maka kualitas air semakin baik. Jika kualitas air baik maka
semakin banyak biota air yang dapat ditampung didalamnya.
Sebaliknya jika nilai DO rendah maka dapat diketahui bahwa air tersebut
tercemar. Dengan mengetahui nilai DO dapat ditentukan pengolahan seperti
apa yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas air.
2.4. Dampak DO (Dissolved Oxigen) Terhadap Lingkungan
DO mempunyai dampak yang cukup besar terhadap lingkungan. Apabila
DO rendah maka keseimbangan kehidupan akuatik akan terganggu. Banyak
tumbuhan dan hewan perairan yang akan mati. Apabila hewan dan
tumbuhan ini mati, maka jasad reknik yang terdapat pada air akan
menyebabkan peningkatan jumlah bakteri pengurai yang terdapat pada air.
Akibatnya air tidak dapat di konsumsi oleh masyarakat.

2.5. Faktor yang Mempengaruhi DO DO (Dissolved Oxigen)


1.

Kedalaman, dengan semakin bertambahnya kedalaman suatu perairan


akan maka konsentrasi oksigen terlarut semakin rendah. Hal ini
disebabkan

karena

keberadaan

fitoplankton

yang

melakukan

fotosintesis ada pada perairan yang masih mendapatkan cahaya


matahari. Sehingga pada kedalaman tertentu dimana intensitas cahaya
matahari berkurang, maka proses fotosintesis yang menghasilkan
oksigen pun berkurang.
2.

Suhu perairan. menurut pendapat Yazwar (2008) bahwa suhu


berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan
fitoplankton dimana suhu yang optimal untuk pertumbuhan plankton
20-30oC. Semakin tinggi suhu air ( >300C )maka DO air akan turun. Hal
ini terjadi karena oksigen menguap ke udara.

3.

Total Organik Matter atau jumlah bahan organik yang terdapat di


lingkungan perairan, semakin tinggi bahan organik (yang berasal dari
kelebihan pakan dan feces ikan) kelarutan oksigen akan menurun
dikarenakan penggunaan oleh bakteri dalam proses dekomposisi.

4.

Karbon dioksida, bertambahnya karbon dioksida akan berbanding


terbalik dan menyebabkan penurunan oksigen terlarut di perairan.
Sifatnya yang lebih mudah larut di air akan menyebaban oksigen
terusir dari lingkungan perairan. Kenaikan karbondioksida akan
menyebabkan terhambatnya proses diffusi oksigen dari udara.

5.

pH (derajat keasaman), secara tidak langsung terlalu banyaknya


konsentrasi karbondioksida di perairan akan membuat ion karbonat
meningkat sehingga membuat nilai pH menjadi turun (pH asam). Pada
kondisi pH asam, kelarutan oksigen pasti rendah karena tingginya
respirasi.

(Sumber

http://www.dkpp.mesujikab.go.id/artikel/44-

pentingnya-memperhatikan-oksigen-terlarut-dalam-proses-budidayaikan , Diunduh pada Kamis, 5 November 2015, 20.00 WIB)

2.6. Standar Baku Mutu DO (Dissolved Oxigen)


Peraturan Pemerintah RI No. 82/ 2011 menegaskan bahwa kadar DO
minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg/L. Klasifikasi dan kriteria
mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Tabel 1. Tabel Klasifikasi DO menurut PP no. 82 thn 2001
Komponen

Satuan

Kelas I

Kelas II

DO

mg/L

Kelas III Kelas IV


3

Keterangan :

Kelas 1 : air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau
peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama. Batas
minimum DO yaitu 6 mg/L.

Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,
budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian. Batas minimum DO
yaitu 4 mg/L.

Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,
peternakan dan pertanian. Batas minimum DO yaitu 3 mg/L.

Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/


pertanian. Batas minimum DO yaitu 0 mg/L.

2.7. Aplikasi Data DO (Dissolved Oxigen)


Data DO air dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan
perlakuan terhadap air. Aktivitas manusia, khususnya budidaya ikan
memerlukan DO dalam kadar tertentu. Apabila tidak terpenuhi, maka
budidaya ikan akan terambat dikarenakan ikan sulit untuk hidup.
Selain itu DO juga dibutuhkan untuk mengontrol perkembangan hidup
organisme perairan. Apabila DO terlalu sedikit, maka organisme perairan
tidak dapat hidup.
Data DO juga diperlukan untuk menjaga kehidupan bakteri pengurai limbah.
Bakteri pengurai limbah tidak dapat hidup lama di perairan dengan tingkat

DO yang rendah. Hal ini dapat menyebabka proses penguraian limbah


menjadi terganggu.
2.8. Pengolahan DO (Dissolved Oxigen)
Pengolahan DO dapat dilakukan dengan proses aerasi. Proses ini merupakan
suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air
limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan
dengan baik. Dalam prakteknya terdapat dua cara untuk menambahkan
oksigen ke dalam air limbah, yaitu :
1.

Memasukkan udara ke dalam air limbah; Yaitu proses memasukkan


udara atau oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous
atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah tengah sehingga
akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung udara tersebut dengan
air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat.
Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi.
Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang
dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.

2.

Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen Adalah cara


mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling
baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari
pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan dengan
terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung
dengan udara sekitarnya. (Luluk Edahwati dan Suprihatin)

2.9. Hubungan DO (Dissolved Oxigen) dengan COD dan Warna


Saat kekeruhan dan warna suatu air meningkat maka kemampuan cahaya
untuk menembus permukaan air menurun. Hal ini dikarenakan partikelpartikel yang ada di air menghambat masuknya cahaya kedalam sehingga
menghambat fotosintesis. Hal ini menyebabkan kandungan oksigen air
dalam air berkurang. Sehingga dengan meningkatnya kekeruhan dan ke
gelapan warna air maka DO akan turun.

Apabila nilai COD suatu air tinggi, maka nilai DO akan menjadi rendah.
Hal ini dikarenakan terdapat oksigen terlarut yang dinakan organisme untuk
menguraikan bahan-bahan undegradable
3.

Alat dan Bahan


Alat
1. Winkler 1 buah
2. Buret 25 ml 1 buah
3. Pipet volume 5 ml 1 buah
4. 10 ml 1 buah
5. 50 ml 1 buah
6. Pipet tetes 1 buah
7. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
Bahan
1. Mangan sulfat
2. Air suling
3. Amilum/ kanji
4. Alkali iodida azida
5. Asam sulfat pekat (H2SO4)
6. Sodium thiosulfat (Na2S2O3)

4.

Cara Kerja

Menuangkan
sampel ke gelas
ukur

Menuangkan
sampel ke botol
winkler

Memasukkan
MnSO4 1ml dan
Alkali Azida 1

Masukkan H2SO4

Biarkan
mengendap

Homogenkan

1 ml

Teteskan Amilum
sampai larutan
berwarna biru

Pipet 50 ml
larutan dari
Winkler ke gelas
Erlenmeyer
5.

Titrasi dengan
Sodium thiosulfat
hingga tepat bening

Data Pengamatan
Setelah dilakukan praktikum maka didapatkanalah data sebagai berikut
Tabel 1. Tabel Pengamatan Volume Titrasi Na2S2O3

6.

Larutan

Vo Na2S2O3

Vt Na2S2O3

Sampel

1,0 ml

1,1 ml

Perubahan Warna
Biru

Pengolahan Data
V winkler
V winkler V Alkali Azida V Mangansulfat
300ml

300ml 1ml 1ml


1,0067 ml

F faktor

V N 8000 F
ml sampel titrasi
0,1ml 0,096 8000 1,0067

50ml
1,546 mg / L

DO (mg/L)

Keterangan :
V = Volume Na2S2O3 (ml)

bening

N= Normalitas Na2S2O3 (mg/L)


F= Faktor Pengenceran
7.

Analisis

7.1. Analisis Percobaan


Pada percobaan kali ini praktikan menghitung nilai Oksigen Terlarut
(DO) yang terdapat pada air sampel inlet Danau Mahoni. Pertama, praktikan
menuangkan air sampel ke dalam botol winkler hingga meluap. Penuanngan
ini harus dilakukan dengan memiringkan galon yang berisi air sampel ke
dinding verikal gelas ukur. Hal ini ditujukan untuk menghindarkan
bertambahnya oksigen dari udara bebeas ke dalam gelas ukur karena
turbulensi.
Selanjutnya praktikan menuangkan air sampel ke dalam botol
winkler 300 ml. Penuangan ini juga dilakukan dengan memiringkan gelas
ukur terhadap sisi luar gelas winkler untuk mengindari turbulensi.
Penuangan ini dilakukan hingga air di botol winkler meluber (tumpah). Hal
ini ditujukkan untuk mengindari terbentuknya ruangan kosong yang diisi
oleh udara didalam botol ini. Ruang kosong yang terdapat di botol winkler
ini dapat menyebabkan nilai oksigen yang terdapat di dalam sampel tidak
representatif dikarenakan oksigen yang terdpat pada udara terikat pada air.
Selanjutnya praktikan memipet Mangan sulfat (MnSO4) sebanyak 1
ml ke dalam botol winkler. Pemipetan mangan sulfat juga harus melewati
dinding vertikal dari botol winkler agar tidak terjadi turbulensi. Lalu
praktikan memipet Alkali iodida azida 1 ml melalui dinding vertikal winkler.
Pemipetan Alkali iodida azida ini ditujukan agar terbentuknya suasana basa
dalam botol winkler, kemudian praktikan melakukan homogenisasi pada
botol winkler agar larutan yang terdapat di dalamnya homogen.
Dalam suasana basa Mangan sulfat (MnSO4) akan di oksidasi dari
Mn2+ menjadi Mn4+. Setelah terjadi oksidasi maka akan terbentuk endapan.
Apabila endapannya berwarna putih, maka air sampel tidak mengandung O2.
Apabila yang terbentuk adalah endapan coklat, maka terdapat O2 dalam air

uji sampel tersebut. Kemudian peraktikan menunggu endapan dalam


keadaan statis.
Persamaan reaksinya
Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2 (s)

(persamaan 1)

Putih
Mn2+ + 2OH- + O2 MnO2 (s) + H2O

(persamaan 2)

Cokelat
Setelah endapan terbentuk, praktikan menambahkan H2SO4 1 ml.
Penambahan H2SO4 dilakukan dengan menyentuhkan ujung pipet volume
dengan dinding vertikal botol winkler dan membentuk sudut 450. H2SO4
akan mereduksi Mn4+ kembali ke Mn2+ dan akan terbentuk I2. Dimana
nilainya sebanding dengan jumlah oksigen terlarut yang terdapat di air
sampel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
MnO2(s) + 2I- + 4H+ Mn2+ + I2 + 2H2O (persamaan 7)
Kemudian praktikan menghomogenkan larutan. Setelah itu praktikan
melakukan pemipetan 50 ml air dari winkler ke dalam erlenmeyer 250 ml.
Pemipetan 50 ml air ini juga harus dilakukan dengan menempelkan ujung
pipet ke bagian dinding vertikal erlenmeyer membentuk sudut 450 agar
terhindar dari turbulensi.
Lalu praktikan menambahkan amilum. Amilum berfungsi sebagai
indikator oksigen pada air dengan warna biru yang timbul pada air.
Perbedaan warna yang terjadi dapat dilihat pada gambar 1 dan 2
I3 - + Amilum I2-Amilum (persamaan 8)
Kemudian Iodium dan amilum akan membentuk kompleks amilumiodium yang ditandai dengan terbentuknya warna biru. Berikut adalah
persamaan reaksi yang terjadi
I2 + 2 e - 2 I (persamaan 9)

gambar 1.

gambar 2.

Setelah itu praktikan mentitrasi larutan yang terdapat pada


erlenmeyer dengan Sodium thiosulfat (Na2S2O3) hingga warna larutan tepat
bening. Titrasi ini dilakukan dengan meletakkan alat berupa kertas titar
tegak lurus buret. Pemberian kertas titar ini ditujukan agar praktikan dapat
dengan mudah mengamati perubahan warna yang terjadi. Reaksi yang
berlangsung adalah sebagai berikut
2Na2S2O3.5H2O + I2 Na2S4O6 + 2NaI + 5H2O

(persamaan 4)

Kemudian praktikan mencatat Volume Sodium thiosulfat (Na2S2O3)


yang dipakai untuk ttitrasi.
7.2. Analisis Hasil
Pada praktikum ini praktikan membutuhkan data volume Sodium
thiosulfat (Na2S2O3) 0,096 N yang digunakan untuk mentitrasi sampel (air
inlet Danau Mahoni) hingga larutan tersebut berubah menjadi tepat bening.
Setelah melakukan percoban, ini nilai dissolved oksigen yang
didapatkan

oleh

praktikan

sebesar

1,546

mg/l.

Nilai

ini

dapat

diklasifikasikan ke dalam kelas tiga dimana air dengan DO pada kelas ini
dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar. Misalnya ikan Guppy,Ikan
Plastis, Ikan Molly, dan Ikan Cupang. Selain itu, air yang mempunyia DO
dengan kelas ini juga dapat digunakan untuk peternakan dan pertanian.
Batas minimum DO kelas tiga yaitu 3 mg/L. Nilai DO yang rendah ini
disebakan sampel dari percobaan kali ini diambil dari inlet Danau Mahoni.
Suplai Danau Mahoni yang berasal dari Danau Aghatis.

Danau Aghatis mempunyai warna yang gelap. Warna danau yang


gelap ini menyebabkan sinar matahari sulit untuk menembus air pada danau
sehingga tumbuhan dan fitoplankton yang hendak melakukan fotosintesis
terhambat prosesnya. Ketidakmampuan tumbuhan dan fitoplankton untuk
melakukan fotosintesis ini menyebabkan oksigen terlarut di Danau Aghatis
rendah.
Untuk menaikkan nilai DO pada Danau Mahoni dapat dilakukan
dengan melakukan aerasi. Areasi ini terbagi atas dua yaitu
Pertama, memasukkan udara ke dalam Danau Mahoni. Proses ini
dilakukan dengan memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air
danau melalui benda porous atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di
tengah tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung
udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan
berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada
dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar
yang dipompakan ke dalam air danau oleh pompa tekan.
Cara kedua adalah dengan mengontakkan air limbah dengan oksigen
melalui pemutaran balingbaling yang diletakkan pada permukaan air
limbah. Akibat dari pemutaran ini, air danau akan terangkat ke atas dan
dengan terangkatnya maka air danau ini akan mengadakan kontak langsung
dengan udara sekitarnya.
7.3. Analisis Kesalahan
Pada praktikum ini, terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh
praktikan. Yang pertama adalah penuangan air sampel kedalam botol
winkler yang tidak selalu 450 terhadap dinding vertikal dari winkler. Hal
ini dapat menyebabkan nilai DO pada air sampel menjadi meningkat
karena terjadi turbulensi. Kemudian praktikan melakukan kesalahan dalam
pembacaan meniskus pada buret dan terdapat sisa larutan pada pada ujung
pipet yang tidak bisa dikeluarkan.

8.

Kesimpulan

Air sampel yang berasal dari inlet Danau Mahoni adalah 1,546 mg/l
dan tergolong kelas tiga.

Air inlet Danau Mahoni dapat digunakan untuk budidaya ikan air
tawar, peternakan dan pertanian.

Untuk menaikkan DO inlet Danau Mahoni dapat dilakukan dengan


metode aerasi.

Daftar Pustaka
Edahwati,Luluk dan Suprihatin. Kombinasi Proses Aerasi,Adsorpsi, dan Filtrasi
Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Surabaya: UPN Veteran
Salmin. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Bogor:IPB
Sawyer, McParty, and Parkin. (2002). Chemistry for Environment Engineering
and Science, 5th ed. Colombus: McGraw Hill.
Kementerian PU. (n.d.). Mutu Air. Diunduh pada Kamis, 5 November 2015,
20.30 WIB
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-13835-2407030053-Chapter1.pdf.
Diunduh pada Kamis, 5 November 2015, 19.00 WIB
http://bisakimia.com/2012/11/14/ukuran-kualitas-air/. Diunduh pada Kamis, 5
November 2015, 19.33 WIB
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2001/82TAHUN2001PPLamp.pdf.
Diunduh pada Kamis, 5 November 2015, 21.00 WIB
http://www.dkpp.mesujikab.go.id/artikel/44-pentingnya-memperhatikan-oksigenterlarut-dalam-proses-budidaya-ikan,
November 2015, 20.00 WIB

Diunduh

pada

Kamis,

Lampiran
Bagan Benar
Bagan Salah
Mind Map

Anda mungkin juga menyukai