Disusun Oleh :
Nama
: M.Radipta Dhira.P
NRP
: 123020345
Kelompok
:C
Meja
: 02 (Duaa)
Tanggal Praktikum : 19 April 2016
Asisten
: Teguh Nugraha
1.1.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pembuatan Corned beef adalah diversifikasi produk
olahan daging, untuk mengetahui proses pembuatan corned beef, serta menambah
nilai eknomis dalam produk olahan dan mengawetkan.
1.1.
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pembuatan Corne beef adalah berdasarkan proses curing
pada daging, nitrit membentuk nitroksida yang dengan pigmen daging akan
membentuk nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah, kemudian dilakukan
proses pemasakan sehingga daging dapat menyerap bumbu dan membunuh m.o
serta dilanjutkan proses pengemasan.
Bahan-bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daging sapi, kentang,
bawang merah, bawang putih, merica, pala, susu full cream, air dan saus tomat.
2.2.
Alat-alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah baskom, timbangan,
Daging Curing
Pencampuran
Penggilingan
Perebusan kentang
Pemasakan
Corned beef
Gambar 1. Alur pembuatan Corned Beef
8.
Gambar Produk
juga berfungsi
mampu mengikat sejumlah air, tetapi mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
emulsifikasi (Soeparno, 1994).
Garam dapur (NaCI) merupakan bahan penolong dalam proses pembentukan
emulsi daging kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat fungsional produk
daging dengan cara mengekstrak protein miofibriler dari serabut daging selama
proses penggilingan dan pelunakan daging. Garam berinteraksi dengan protein
daging selama pemanasan, sehingga protein membentuk massa yang kuat, dapat
menahan air, dan membentuk tekstur yang baik (Astawan, 2006).
Selain itu, garam memberi cita rasa asin pada produk, serta bersama-sama
senyawa fosfat, berperan dalam meningkatkan daya menahan air dan
meningkatkan kelarutan protein serabut daging. Garam juga bersifat bakteriostatik
dan bakteriosidal, sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan
mikroba pembusuk lainnya.
Fungsi nitrit adalah menstabilkan warna merah daging, membentuk flavor
yang khas, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan beracun, serta
memperlambat terjadinya ketengikan. Jumlah nitrit yang
diizinkan
tersisa pada produk akhir adalah 50 ppm (mg/kg). Kemampuan nitrit dalam
mempertahankan warna merah daging adalah dengan cara bereaksi dengan
pigmen mioglobin (pemberi warna merah daging) membentuk nitrosomioglobin
berwarna merah cerah yang bersifat stabil.
Penambahan senyawa alkali fosfat pada daging akan meningkatkan daya ikat
air dan protein daging dan mengurangi pengerutan kornet yang dihasilkan. Alkali
fosfat akan meningkatkan pH dan menyebabkan terbukanya ikatan-ikatan
antargugus protein daging yang akan memudahkan pengikatan air. Bersama-sama
dengan asam askorbat, senyawa fosfat dapat menghambat proses ketengikan
oksidatif, dan bisa memperbaiki tekstur. Fosfat dapat meningkatkan keempukan
dan juiciness daging kornet, meningkatkan daya terima warna, keseragaman dan
stabilitas produk, serta melindungi dari kemungkinan pencokelatan selama
penyimpanan.
Air yang ditambahkan ke dalam massa daging berfungsi untuk membantu
melarutkan garam-garam yang ada, sehingga dapat tersebar dan terserap dengan
baik dalam massa produk. Selain itu, air juga dapat memperbaiki sifat fluiditas
emulsi dan meningkatkan tekstur (kekenyalan) produk akhir.
Penambahan bahan pengisi dan pengikat pada produk daging adalah untuk
meningkatkan stabilitas, daya ikat air, flavor dan karakteristik irisan produk, serta
untuk mengurangi pengerutan selama pemasakan dan mengurangi biaya
formulasi. Bahan pengisi yang dapat ditambahkan adalah tepung tapioka, terigu,
atau susu skim. Penambahan bahan pengisi pada produk daging harus tidak
melebihi 3,5 persen dari produk (Astawan, 2006).
Penambahan lemak pada pembuatan daging kornet berfungsi untuk
membentuk produk yang kompak dan empuk, serta memperbaiki rasa dan aroma.
Bertambahnya kadar air dan lemak di dalam kornet akan menambah juiciness dan
pemotongan,
curing,
pencucian,
perebusan,
akan pecah. Diusahakan air bekas mencuci tidak ada yang tersisa pada daging,
sehingga kaldu yang dihasilkan dari perebusan tidak tercampur dengan air
pencucian. Semakin sedikit kaldu yang dihasilkan semakin baik (Anonim, 2006).
Mekanisme yang terjadi pada proses curing adalah natrium nitrat direduksi
menjadi natrium nitrit oleh bakteri salt-Tolerant (Micrococcus aurranticus) yang
ada dalam darah. Nitrit pada pH asam dalam daging (pH 5,4 6,0) diubah
menjadi asam nitro (HONO). Asam nitro dalam daging akan mengikat mioglobin
menjadi
nitrosomioglobin
yang
bila
dipanaskan
akan
membentuk
DAFTAR PUSTAKA
Astawan., 2006. Ingin Cepat, Ya Makan Kornet Saja.
http://dangsk.blogspot.com/2006_01_15_dangsk_archive.html. Diakses : 23
April 2016
SNI-01-3775-1995. Corned Beef Dalam Kaleng. Badan Standardisasi Nasional
(BSN).
Soeparno. 1994. Ilmu Dan Teknologi Daging. Cetakan Kedua, Penerbit Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Sutisna, Nana. 2011. Handout Teknologi Pengolahan Pangan II. Universitas
Pasundan: Bandung.
Winarno, (1993), Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia, Jakarta
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan corned beef
Diketahui: Basis= 200 gram
42,53
1. Daging sapi (42,53 %) = 100 x 200 = 85,06 gram
2. Kentang (21,27 %) =
21,27
100 x 200 = 42,54 gram
5,1
3. Bawang merah (5,1 %) = 100 x 200 = 10,2 gram
2,1
4. Bawang Putih (2,1 %) = 100 x 200 = 4,2 gram
0,3
5. Merica (0,3 %) = 100 x 200 = 0,6 gram
0,1
6. Pala (0,1 %) = 100 x 200 = 0,2 gram
2,5
7. Susu Full Cream (2,5 %) = 100 x 200 = 5 gram
13,4
8. Saos tomat (2,1 %) = 100 x 200 = 26,8 gram
12,7
9. Air Putih (12,7 %) = 100 x 200 = 25,4 gram
% Produk
W produk
Basis
155,8
200
x 100%
x 100% = 77,9 %
LAMPIRAN DISKUSI
1. Jelaskan fungsi curing dalam pembuatan corned beef !
Jawab :
Curing memiliki tiga tujuan utama, yaitu pengawetan (preservation), rasa (flavor)
dan warna (color).
2. Jelaskan mekanisme curing, sehingga dapat mempertahankan warna!
Jawab :
LAMPIRAN KUIS
Jawab :
T= Untuk diversifikasi produk olahan daging, untuk mengetahui proses
pembuatan corned beef, serta menambah nilai ekonomi dalam produk olahan dan
untuk mengawetkan.
P= Berdasarkan proses curing pada daging, nitir membentuk nitroksida
yang dengan pigmen daging akan membentuk nitrosomioglobin yang berwarna
merah cerah, kemudian dilakukan proses pemasakan sehingga daging dapat
menyerap bumbu dan membunuh m.o serta dilanjutkan pengemasan.
2. Perbedaan itatsuki kamaboko, fried kamaboko, dan chikuwa
Jawab :
1. Itatsuki kamabako, merupakan kamabako yang dicetak pada potongan
kayu kecil sehingga menghasilkan bentuk lempengan (slab), dipanaskan
dengan cara pengukusan atau pemanggangan. Waktu pemanasan
tergantung pada ukuranya, biasanya 80-90 menit untuk ukuran besar, dan
20-30 menit untuk ukuran yang kecil.
2. Fried kamabako, adalah pasta daging yang dicampur dengan variasi
bahan tambahan, dibentuk dan digoreng dalam minyak kedelai. Jenis ini
biasanya disebut satsumanage atau tempura. Bahan yang digunakan pada
kamabako jenis ini mutunya lebih rendah dibandingkan bahan untuk
itatsuki.
3. Chikuwa, adalah kamabako yang dibuat pada cetakan yang berbentuk
tabung, pembentukanya biasanya otomtis oleh mesin dan dimasak dengan
cara dipanggang. Keistimewaan chikuwa adalah produknya bewarna putih
disebelah dalam dan coklat keemasan disebelah luar atau permukaanya.
Mutu bahan baku untuk kamabako jenis ini juga lebih rendah
dibandingkan dengan itatsuki
3.
Jawab :
W breading = 337,5 -205,3 = 132,2
breading
% produk = W setelah w basis+ w breading