Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN OPERASI

TUGAS ANALISIS KASUS BAB 4 DAN 5

Disusun oleh:
Nurul Kusumawardani, S. Farm.

(158 115109)

Vanny Christy Silviani, S. Farm.

(158 115122)

Kristiiyani Irawati, S.Farm.

(128115144)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi

menjadi

alternatif

yang

diambil

masyarakat

untuk

meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat


menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena
keterbatasan pengetahuan masyarakat akanobat dan penggunaannya (Meriati,
Geonawi dan Wiyono, 2013).
Penggunaan

obat

yang

tidak

sesuai

dengan

aturan,

selain

dapat

membahayakan kesehatan, juga pemborosan waktu dan biaya karena harus


melanjutkan upaya pengobatan ke pelayanan kesehatan lain, seperti puskesmas atau
dokter swasta (Roringpandey, dkk., 2013).
Salah satu obat yang banyak diiklankan dan diperoleh tanpa resep dokter atau
dikenal sebagai obat bebas (over the counter medicine) yaitu obat batuk. Jenis obat
batuk bebas yang sering ada di pasaran adalah jenis ekspektoran dan antitusif.
Diketahui bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk yang
diderita.Oleh karena itu, perlu dicapai pengetahuan yang benar mengenai penggunaan
jenis-jenis obat batuk terhadap jenis batuk yang diderita (Meriati, dkk., 2013).
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemilihan obat batuk :
Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pemilihan Obat Batuk
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Kurang

Cukup

Baik

Pengetahuan masyarakat atau responden sebelum penyuluhan, dimana tingkat


pengetahuan masyarakat yang paling banyak pada tingkat pengetahuan cukup yakni
65 responden (43,3%). Hal ini berarti masyarakat sudah cukup tahu mengenai
informasi pemilihan dan penggunaan obat batuk. Namun tingkat pengetahuan
masyarakat pada tingkat pengetahuan kurang masih banyak yakni 56 responden
(37,3%), hal ini berarti masih banyak yang menganggap symptom batuk merupakan
suatu symptom yang ringan dan bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Ini juga
menunjukkan masyarakat masih kurang aktif untuk membaca brosur obat dan mau
berkomunikasi pada apoteker tentang pemilihan dan penggunaan obat batuk . Tingkat
pengetahuan baik 29 responden 19,3%. (Meriati, Geonawi dan Wiyono, 2013).
Dalam swamedikasi, peran profesi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
(sebagai tim farmasi) sangatlah penting, yakni tidak sekedar menjual obat (obat
sebagai komoditas), namun harus mampu berperan klinis dengan memberikan
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kompetensi tim farmasi dalam
mengedukasi pasien semakin dituntut oleh masyarakat yang membutuhkan informasi
obat. Tuntutan pergeseran peran tersebut semakin besar dengan semakin
berkembangnya teknologi formulasi dan banyaknya penemuan obat baru yang sering
membingungkan masyarakat. Tim farmasi di komunitas (apotek) adalah tenaga ahli
asuhan kefarmasian yang paling mudah diakses dan dipercaya oleh masyarakat.
Farmasis harus memberikan informasi lebih kepada pasien daripada hanya
menyampaikan produk obat. Filosofi utama dari pelayanan swamedikasi adalah
mengamankan pasien dari bahaya penyakit dan obat. Oleh karena itu pemahaman tim
farmasi tentang obat dan penyakit merupakan hal yang harus dikuasai dan tidak bisa
ditawar. Tim farmasi harus selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan klinis
dalam menanggapi gejala penyakit, termasuk ketrampilan berkomunikasi, agar dapat
berperan aktif dalam pelayanan swamedikasi.
Setelah mendapat materi mengenai batuk, diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang penyakit yang dialami serta tenaga kesehatan,
2

khususnya apoteker, dapat membantu dalam pemilihan pengobatan yang tepat untuk
mengatasi batuk sesuai dengan gejala yang dialami pasien sehingga terapi dapat
dilakukan dengan tepat.
B. Pengertian dan Klasifikasi Batuk berdasarkan Gejala
Batuk merupakan mekanisme pertahanan alami dari saluran pernapasan. Hal
tersebut juga dapat menjadi tanda dari beberapa penyakit pernapasan dan nonpernapasan. Batuk akut, dapat berkaitan dengan infeksi saluran napas atas dan dapat
sembuh sendiri dalam waktu 3 minggu. Sedangkan batuk kronik dapat bertahan lebih
dari delapan minggu. Kebanyakan pasien dengan batuk kronik ditunjukkan dengan
batuk kering atau batuk dengan produktivitas minimal.
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran
pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang
saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan
benda tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas
(misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran
pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering. Batuk berdahak adalah
batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang tenggorokan. Batuk kering

adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak (DepKes RI, 2007).
Gejala dari batuk, antara lain :
Pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang mungkin disertai dengan
pengeluaran dahak
Tenggorokan sakit dan gatal (DepKes RI, 2007).
Untuk mengobati batuk tergantung dari jenis batuk yang diderita. Pada
makalah ini, penulis akan membahas tentang pemilihan obat untuk swamedikasi
batuk berdahak.
C. Etiologi / Penyebab Batuk
Penyakit infeksi : bakteri atau virus misalnya tuberkulosa, influenza, campak,
batuk rejan. Adanya infeksi virus. Batuk kering dapat muncul setelah seseorang
3

terkena flu. Batuk kering dapat terjadi selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Batuk kering dirasakan semakin berat ketika malam hari sehingga
mengganggu tidur dikarenakan tenggorokan yang terasa gatal.

Bukan infeksi

misalnya

debu, asma,

alergi,

makanan

yang

merangsang tenggorokan, batuk pada perokok dan sebagainya.


-

Penyempitan saluran napas aatau bronchospasme. Batuk kering akibat


penyempitan saluran napas ini sering terjadi di malam hari diakibatkan oleh iritasi

yang terjadi di bronkus atau tenggorokan.


Alergi. Alergi ini dapat berupa alergi debu atau alergi dingin. Batuk kering yang

disertai alergi ini dapat disertai bersin-bersin yang terbilang sering.


Asma. Batuk kering dapat pula menjadi gejala awal timbulnya asma.
Efek penggunaan obat-obatan. Seperti halnya penggunaan obat hipertensi yang
dapat memicu timbulnya batuk seperti captopril.

D. Patofisiologi Batuk
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk saraf
aferen, pusat batuk, saraf eferen,dan efektor . Refleks batuk tidak akan sempurna
apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya rangsangan pada reseptor batuk
akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk yaitu medula untuk diteruskan ke
efektor melalui saraf eferen. Reseptor batuk terdapat pada farings, larings, trakea,
bronkus, hidung (sinus paranasal), telinga, lambung, dan perikardium sedangkan
efektor batuk dapat berupa otot farings, larings, diafragma, interkostal, dan lain-lain
(Supriyanto, 2010).
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis,
peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara eksplosif
untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik. Inspirasi
diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya sehingga terjadi
peningkatan tekanan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan
mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar . Pada fase ini
terjadi kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain
tekanan intratorakal tinggi tekanan intraabdomen pun tinggi. Setelah tekanan
4

intratorakal dan intraabdomen meningkat maka glotis akan terbuka yang


menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan
kuat sehingga terjadi pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus
dan lain-lain. Setelah fase tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat
berlangsung singkat atau lama tergantung dari jenis batuknya. Apabila diperlukan
batuk kembali maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk persiapan batuk
(Supriyanto, 2010).
E. Jenis Obat Batuk Berdahak
Obat batuk digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit sehingga disebut
simtomatik. Batuk

menyerang saluran pernapasan bagian atas dan seringkali

mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dapat digunakan bila dirasakan gejala
sudah mengganggu.
Ekspektoran
Ekspektoran berfungsi untuk memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan
dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarnnya
dengan batuk. Mekanisme kerjanya adalah merangsang reseptor-reseptor di mukosa
lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari saluran
lambung usus dan sebagai refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di
saluran napas.

Mukolitik
Mukolitik bekerja dengan mengencerkan dahak yang kental. Cara kerja

mukolitik ada beberapa mekanisme yaitu meningkatkan ketebalan lapisal sol,


mengubah viskositas lapisan gel, menurunkan kelengketan lapisan gel, dan
meningkatkan kerja silia. mukolitik dapat pula memecah ikatan mukoprotein atau
ikatan disulfid dari sputum sehingga sputum mudah untuk dikeluarkan (Supriyanto,
2010).
F. Zat Aktif dalam Obat Batuk Berdahak
Bromhexin

Bromhexin termasuk golongan mukolitik yang bekerja mengencerkan


dahak sehingga dahak mudah dikeluarkan. Efek samping yang mungkin
timbul akibat penggunaan bromhexin, antara lain rasa mual dan kembung
(Djunarko dan Hendrawati, 2011).
a. Hal yang harus diperhatikan : Konsultasikan ke dokter atau Apoteker
untuk penderita tukak lambung dan wanita hamil 3 bulan pertama.
b. Aturan pemakaian : Dewasa : 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8
jam). Anak : Di atas 10 tahun: 1 tablet (8 mg) diminum 3 kali sehari
(setiap 8 jam). Anak 5-10 tahun : 1/2 tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari
(setiap 8 jam).
(DepKes RI, 2007).

Gliseril Guaiakolat (Guaifenesin)


Gliseril guaiakolat atau guaifenesin termasuk golongan ekspektoran.
Obat ini bekerja dengan merangsang batuk sehingga dahak dapat dikeluarkan
dari saluran pernapasan.Sering kali obat ini dikombinasikan dengan obat
obat pengencer dahak sehingga lebih membantu pengeluaran dahak (Djunarko

dan Hendrawati, 2011).


a. Hal yang harus diperhatikan : Hati-hati atau minta saran dokter untuk
penggunaan bagi anak di bawah 2 tahun dan ibu hamil.
b. Aturan pemakaian
Dewasa : 1-2 tablet (100 -200 mg), setiap 6 jam atau 8 jam sekali
Anak : 2-6 tahun : tablet (50 mg) setiap 8 jam
6-12 tahun : - 1 tablet (50-100 mg) setiap 8 jam
(DepKes RI, 2007).
Kombinasi Bromhexin-Guafenesin
a. Kegunaan obat : Mengencerkan lendir saluran napas
b. Hal yang harus diperhatikan :
Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi anak di bawah 2 tahun.
Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita tukak lambung.
Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi ibu hamil.
c. Efek samping : Rasa mual, diare, kembung ringan

Obat Batuk Hitam (OBH)


OBH merupakan singkatan dari obat batuk hitam. Disebut OBH
karena memilki kandungan utama berupa ekstrak akar manis atau Succus
6

liquiritae, yang jika diproses akan berwarna cokelat kehitaman. Sejak dahulu
tanaman ini dikenal dapat mengatasi batuk, membantu pengeluaran dahak,
dan menyembuhkan peradangan.Saat ini banyak OBH dikombinasikan
dengan bahan kimia, seperti CTM, difenhidramin (antialergi), atau
dekongestan (obat yang membantu melegakan hidung tersumbat) untk
mengatasi batuk yang menyertai flu. Saat memilih OBH, periksalah
kandungan apa saja yang ada di dalamnya, dan sesuaikan dengan kebutuhan
penderita.
Dosis :
Dewasa : 1 sendok makan (15 ml) 4 x sehari (setiap 6 jam)
Anak : 1 sendok teh (5 ml) 4 x sehari (setiap 6 jam)
(DepKes RI, 2007).
G. Swamedikasi dan Pemilihan Obat Batuk yang Tepat
Pengobatan sendiri dalam pengertian umum adalah upaya yang dilakukan
untuk mengobati diri sendiri menggunakan obat, obat tra disional, atau cara lain tanpa
nasihat tenaga kesehatan.Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan
kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah
perawatan dokter.
Pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang termasuk golongan
obat bebas dan obat bebas terbatas (SK Menkes No.2380/1983). Semua obat yang
termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan
keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan,
aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan (SK Menkes No.917/1993)
(Supardi, dan Notosiswoyo, 2005).
Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan
petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan
karena 80% sakit bersifat self-limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga
kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan
kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan,
kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi, berperan

serta dalam sistem pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila
harus menampakkan bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan, dan
membantu pemerintah untuk mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada
masyarakat (Supardi, dan Notosiswoyo, 2005).
Kekurangan dari pengobatan sendiri adalah obat dapat membahayakan
kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan
waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat
yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi,
penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat,
tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit bertindak objektif
karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu
dan lingkungan sosialnya (Supardi, dan Notosiswoyo, 2005).
Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan menurut Young
(1980) adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap
obat/ pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya, dan jarak ke sumber
pengobatan. Dari empat kriteria tersebut, keparahan sakit merupakan faktor yang
dominan (Supardi, dan Notosiswoyo, 2005).
H. Terapi Non-Farmakologi (Non-Obat)
Pada umumnya batuk dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut :
1. Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong membersihkan
tenggorokan, jangan minum soda atau kopi.
2. Hentikan kebiasaan merokok
3. Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau
berminyak) dan udara malam.
4. Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong meringankan
iritasi tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan
anda kering atau pedih.
5. Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi
hidung yang kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan
sesendok teh balsam/minyak atsiri untuk membuka sumbatan saluran
pernapasan.

(DepKes RI, 2007).


I. Bantuan Tenaga Kesehatan
Penderita disarankan ke dokter, apabila :
-

Penderita merasa sulit bernapas, dada seperti tertekan atau terbakar


Bila batuk lebih dari 3 hari belum sembuh segera ke dokter
Pada bayi dan balita bila batuk disertai napas cepat atau sesak harus segera

dibawa ke dokter atau pelayanan kesehatan.


Batuk disertai darah
(DepKes RI, 2007).

Analsis P-Med pada Swamedikasi Batuk


Pemilihan 10 Obat Batuk Berdahak yang Sering Digunakan oleh
Masyarakat
1. OBH IKA

KOMPOSISI

Tiap 5 ml mengandung : Succus liquiritiae 167 mg, ammonium chloride 50 mg,


anise oil 0,99 mg, ammonium liquid 7,0 mcl, menthol crystal 4,44 mg,
peppermint oil 3,16 mg, ethyl alcohol 2,0%.
INDIKASI
Ekspektoran pada gangguan batuk.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.

DOSIS
2. OBH Combi Batuk Berdahak
Dewasa : 1 - 4 kali sehari 1 sendok makan.
Anak usia 6 - 12 tahun : 1 - 4 kali sehari 1 sendok teh.
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
PENYIMPANAN
Simpan di bawah suhu 30 derajat celcius.
KEMASAN
Tersedia dalam kemasan : OBH Combi Batuk Berdahak rasa menthol, 1 botol @
100 mL.
PRODUKSI
Combiphar.
HARGA : Rp. 8.053

10

KANDUNGAN
Bromheksin HCl atau Bromhexine HCl.. 4 mg
INDIKASI
Mucohexin digunakan untuk batuk yang memerlukan pengencer dahak (sebagai ekspektoran),
seperti batuk pada pasien yang juga mengalami influenza dan batuk karena radang pada saluran
pernafasan.
FARMAKOLOGI
Bromhexine HCl adalah senyawa sinteti turunan vasicine, suatu zat berkhasiat yang terkandung
dalam Adhatoda vasica. Bromhexine mengencerkan secret saluran pernafasan dengan cara
mengurangi atau menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida. Hal ini akan
menjadikan dahak lebih encer dan kekentalannya berkurang sehingga lebih mudah dikeluarkan
ketika batuk sehingga volume dahak akan berkurang dan viskositasnya tetap rendah.
KONTRAINDIKASI
Hipersensitivitas terhadap bromheksine.
PERHATIAN
Hati-hati bila diberikan kepada penderita dengan tukak lambung dan wanita hamil terutama pada
3. Mucohexin Elixir
kehamilan tiga bulan pertama.
EFEK SAMPING
Gangguan saluran pencernaan, peningkatan nilai aminotransferase dalam serum yang bersifat
sementara, mual dan diare.
DOSIS
Dewasa dan anak-anak usia > 10 tahun
Anak-anak berusia 5-10 tahun
Anak-anak berusia 2-5 tahun
Bayi berusia < 2 tahun

= 3 x sehari 2 sendoh teh


= 3 x sehari 1 sendok teh
= 3 x sehari sendok teh
= 3 x sehari sendok teh

KEMASAN
Eliksir 4 mg/5mL x 120 mL
PENYIMPANAN
Simpan di tempat sejuk (150-250C)
KOCOK DAHULU SEBELUM DIPAKAI
HARGA
Rp. 12.760 (120ml)

11

SANBE
KOMPOSISI
Bromhexine HCl
INDIKASI

Mucohexin Tablet

Batuk yang memerlukan ekspektoran


DOSIS
Dewasa dan Anak-anak > 10 tahun 1 tablet 3 x sehari
Anak-anak 5-10 tahun tablet 2 x sehari
Anak-anak < 2 tahun
PERHATIAN
Tukak lambung
EFEK SAMPING OBAT
Gangguan GI, dan kenaikan transaminase sementara
12

HARGA
Tablet 8 mg x 25 x 4 (Rp. 36.000)

4. Bisolvon

13

14

Zat Aktif
Bromhexine HCl

Harga
Rp 27.000 (60 mL)
Rp 1.800 per tablet (8mg)

15

5. Siladex

16

Harga
Rp 6.325 (30 mL)
Rp 10.120 (60 mL)

17

18

6. Mosavon

19

Harga
Rp 22.000 (per Dus 25 strip @4 tablet)
Rp 450.000 (per Dus 50 botol @100 mL)

20

7. Nufadipect

Harga
Rp 77.250(Tablet 10 strip @ 10 tablet)
Rp 21.780(Sirup 60 mL)

21

8. WOODS Peppermint Expectorant Syrup

Harga
Deskripsi
mg /
Indikasi
bronchitis,

: Rp 9.570,- (50 mL) & Rp 15.840,- (100 mL)


: Per 5 mL : Bromhexine HCl 4 mg, Guaiphenesin 100
Bromheksin HCl 4 mg, Guaifenesin 100 mg
: Menghilangkan gejala-gejala batuk berdahak,

atau emfisema
Kontraindikasi: Penggunaan produk ini harus mendapat perhatian khusus
pada penderita gangguan pencernaan, wanita hamil, dan
menyusui
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, mual, dan muntah
Kemasan
: Sirup 50 mL, 60 mL, dan 100 mL
Dosis
: Dewasa dan anak berusia lebih dari 12 tahun : 3x sehari
10 mL
Anak berusia 6-12 tahun : 3x sehari 5 mL
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
Pabrik
: Kalbe Farma

22

9. Ethisolvan

Harga
: Rp 27.500,- (per strip) & Rp 11.500,- (per botol 60 ml)
Deskripsi
: Bromheksin HCl
Indikasi
: Batuk produktif atau bronchitis akut/kronik
Kontraindikasi: Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, sakit kepala, vertigo, ruam,
kringat
Kemasan
Dosis

Pabrik

berlebihan. Peningkatan kadar serum transaminase.


: Tablet 8 mg x 5 x 10 & Elixir 4 mg/5 mL x 60 mL x 1
: Tablet : Dewasa dan anak >10 tahun : 1 tablet 3x sehari
Anak 5-10 tahun : 0,5 tablet 3x sehari
Anak 2-5 tahun : 0,5 tablet 2x sehari
Elixir : Dewasa : 2 sdt 3x sehari
Anak 5-10 tahun : 1 sdt 3x sehari
Anak 2-5 tahun 0,5 sdt 3x sehari
Anak <2 tahun : 0,25 sdt 3x sehari
: Ethica Industri Farmasi

23

10. Hexon

Harga
Deskripsi
Indikasi

: Rp. 15.000,- (per strip) & Rp 6.700,- (per botol 60mL)


: Bromheksin / Bromhexine HCl
: Seluruh bentuk kondisi saluran nafas atas dan

bawah berkaitan dengan retensi sekresi lender kental (dahak/riak)


Kontraindikasi: Efek Samping : Gangguan Gastrointestinal
Kemasan
: Tablet 8 mg x 10 x10 & Sirup 4 mg/5 mL x 60 mL
Dosis
: Sirup : Dewasa dan anak berusia >10 tahun : 3x sehari 10
mL

Pabrik

Anak berusia 5-10 tahun : 3x sehari 5 mL


Anak berusia 2-5 tahun : 3x sehari 2,5 mL
Anak berusia <2 tahun : 3x sehari 1,25 mL
Tablet : Dewasa dan anak >10 tahun : 1 tablet 3x sehari
Anak berusia 5-10 tahun : 0,5 tablet 3x sehari
: Global Multi Pharmalab (GMP)

24

ANALISIS OBAT
Tabel. P-Med Obat Batuk Berdahak
No

Merk Dagang

Kriteria Obat
Safety
Suitabilit
y
++
+

Efficacy
1

3
4
5
6
7
8
9
10

OBH IKA
(Succus liquiritiae, ammon Cl,
SASA)
OBH Combi Batuk Berdahak
(Succus liquiritiae, ammonium Cl,
anise oil)
Bisolvon
(Bromhexine HCl)
WOODS Peppermint Expectorant
(Bromhexine HCl, Guaifenesin)
Siladex
(Bromhexine HCl, Guaifenesin)
Hexon
(Bromhexine HCl)
Mosavon
(Bromhexine HCl)
Mucohexin
(Bromhexine HCl)
Nufadipect
(Bromhexin HCl)
Ethisolvan
(Bromhexine HCl)

Index
Cost
50++

3.25

++

80++

3.25

450-

2.5

++

158+

3.0

++

168+

3.0

111+

3.0

++

90++

3.5

++

106

3.0

363-

2.5

191+

3.0

Keterangan :
++

: menunjukkan kualitas obat yang sangat baik

(4)

: menunjukkan kualitas obat yang baik

(3)

: menunjukkan kualitas obat yang cukup

(2)

: menunjukkan kualitas obat yang kurang

(1)

Hasil analisis : Tiga peringkat obat batuk teratas berdasarkan hasil analisis terkait
efikasi, safety, suitability, dan cost adalah Mosavon (Bromhexine HCl), OBH Combi
25

Batuk Berdahak, (Succus liquiritiae, ammonium Cl, anise oil), dan OBH IKA (Succus
liquiritiae, ammon Cl, SASA).
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah kami lakukan berdasarkan efficacy, safety,
suitability dan cost, didapatkan tiga merek dagang obat batuk berdahak terbaik yaitu
Mosavon, OBH IKA dan OBH Combi Batuk Berdahak.

26

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 23-25.
Djunarko, I., dan Hendrawati, Y. D., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT.
Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Meriati, N.W.E., Geonawi, L.R., dan Wiyono, W., 2013, Dampak Penyuluhan pada
Pengetahuan Masyarakat terhadap Pemilihan dan Penggunaan Obat Batuk
Swamedikasi di Kecamatan Malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi,
PHARMACON,2(03), hal. 100-103.
Roringpandey,

M.B.,

Wullur,

A.C.,

dan

Citraningtyas,

G.,

2013,

Profil

Penyalahgunaan Obat Dekstrometorfan pada Masyarakat di Kecamatan


Tombariri Timur Kabupaten Minahasa, Jurnal Ilmiah Farmasi,
PHARMACON, 2(04), hal. 129-134.
Supardi, S., dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam,
Batuk, dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2(3), hal. 134-144.
Supriyanto, B., 2010, Batuk Kronik pada Anak, Maj. Kedokt. Indon, 60(6), hal. 285288.

27

Anda mungkin juga menyukai