Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesetimbangan massa merupakan proses dari suatu bahan dimana nilai
atau jumlah bahan yang masuk akan sama dengan penjumlahan massa yang
keluar dengan massa yang disimpan. Kesetimbangan massa digunakan untuk
mengetahui besarnya jumlah keluar masuknya suatu bahan dalam suatu
proses. Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai aplikasi dari
kesetimbangan massa dengan menggunakan proses pengentalan dan pencairan
bahan. Bahan yang digunakan adalah larutan gula.
Prinsip dari kesetimbangan materi dapat direalisasikan dalam suatu proses
pengolahan pangan. Perubahan yang akan terjadi adalah dalam perubahan
wujud dari input menjadi bentuk lainnya. Masukkan bahan ke dalam suatu
tahap proses dapat berupa satu jenis bahan atau lebih, begitu juga bahan yang
keluar dapat berupa satu atau lebih produk yang dikehendaki.
Praktikum ini juga dilakukan untuk membuktikan hukum kesetimbangan
massa. Selain itu, mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa.
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa secara umum
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan
gula
b. Menentukan model neraca massa steady state pada alir massa dan
unsteady state pada komponen gula
c. Mahasiswa dapat mempelajari dan menerapkan analisis kesetimbangan
massa dalam teknik unit operasi dalam penangann hasil pertanian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan Massa
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum LomonosovLavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup
akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut
(dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama).
Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa
adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa
dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada
tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia
modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide
yang serupa dan telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya,
kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi.
Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting
dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami
bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi
kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua
proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.
Dalam Satuan Operasi bentuk kesetimbangan massa dan energi dapat
direpresentasikan dalam bentuk kotak diagram proses. Massa atau energi yang
masuk ke dalam kotak diagram proses harus setimbang dengan massa atau energi
yang ke luar darinya.
Hukum konservasi massa : massa tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
(kecuali reaksi atom/ nuklir). Sehingga kesetimbangan massa dalam sebuah proses
dapat ditulis sebagai berikut :
Input = Output
input = uotput + akumulasi

bahan baku = produk + limbah + akumulasi


SmR = Smp +SmW +SmS
SmR = mR1 + mR2 + mR3
Smp = mp1 + mp2 + mp3
SmW = mW1 + mW2 + mW3
SmS = ms1 + ms2 + ms3
2.2 Pengenceran
Pengenceran adalah pencampuran larutan pekat (berkonsentrasi tinggi)
dengan pelarut umum yang bertujuan untuk meningkatkan volume dari larutan
dan menurunkan kepekatan larutan. Pelarut ialah senyawa yang mendominasi
jumlahnya dalam suatu larutan, contohnya garam yang dilarutkan dalam air, maka
pelarutnya ialah air yang jumlahnya lebih banyak. Jika suatu larutan senyawa
kimia

dilarutkan

dalam

pelarut,

terkadang

dilepaskan

sejumlah

panas

(eksotermik). Contohnya saja pada pengenceran H2SO4. Maka salah satu teknik
dasar laboraturium yang diperlukan ialah melakukan penambahan asam sulfat ke
dalam pelarutnya(air) dan tidak boleh sebaliknya, karena jika air yang dituangkan
ke dalam asam sulfat, asam sulfat akan memercik karena reaksi kimia eksotermik
yang tejadi. Percikan zat asam ini berbahaya dan dapat merusak kulit. (Braddy,
1999)
Pengenceran merupakan penambahan pelarut ke dalam suatu larutan.
Prinsip dasar dari pengenceran ialah jumlah mol dari zat terlarut tidak akan
berubah, shingga dapat dirumuskan dalam persaman:
M1.V1= M2.V2
dengan,
M1= Konsentrasi Pekat
V1 = Volume Zat Pekat
V2 = Volume Total (Zat Pekat + Pelarut)
2.3 Pengentalan
Pengentalan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air pada
produk pangan cair. Tujuan pengentalan adalah mengurangi sejumlah air sehingga
menurunkan volume produk. Dengan turunnya volume produk pangan ini, maka
akan memudahkan transportasi dan penyimpanan.

Pengentalan dilakukan dengan menaikkan suhu produk sampai titik


didihnya dengan lama tertentu. Untuk produk pangan yang sensitive terhadap
panas, maka pengentalan dapat dilakukan dengan tekanan vakum.
Empat komponen utama alat pengental (evaporator) adalah:
a)
b)
c)
d)

tabun g evaporator
sumber panas
kondensor
metode untuk membuat vakum.

2.4 Refraktometer
Refractometer

adalah

alat

yang

digunakan

untuk

mengukur

kadar/konsentrasi bahan terlarut misalnya : gula, garam, protein dsb. Prinsip kerja
dari refractometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi
cahaya. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini sebuah sedotan yang dicelupkan
ke dalam gelas yang berisi air akan terlihat terbengkok. Pada gambar kedua
sebuah sedotan dicelupkan ke dalam sebuah gelas yang berisi lauran gula. Terlihat
sedotan terbengkok lebih tajam. Fenomena ini terjadi karena adanya refraksi
cahaya. Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut (Rapat Jenis Larutan), maka
sedotan akan semakin terlihat bengkok secara proporsional. Besarnya sudut
pembengkokan ini disebut Refractive Index (nD). Refractometer ditemukan oleh
Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari German pada permulaan abad 20.

Gambar 1. Percobaan Prinsip Kerja Refractometer


Sumber: https://duniaanalitika.wordpress.com

Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai berikut :


a. Dari gambar dibawah ini terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan
Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan
dengan sample.
b. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut
refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample
besar. Maka pada papan skala sinar a akan jatuh pada skala rendah.
c. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut
refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil.
Pada gambar terlihar sinar b jatuh pada skala besar.

Gambar 2. Cara Membaca Refraktometer


Sumber: https://duniaanalitika.wordpress.com

Dari penjelasan di atas jelas bahwa konsentrasi larutan akan berpengaruh


secara proporsional terhadap sudut refraksi. Pada prakteknya Refractometer
akan ditera pada skala sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh
Refractometer yang dipakai untuk mengukur konsentrasi larutan gula akan
ditera pada skala gula. Begitu juga dengan refractometer untuk larutan garam,
protein dll.
Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu
merupakan pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar
bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula,
garam, protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah
gram dari cane sugar yang terdapat dalam larutan 100g cane sugar. Jadi pada
saat mengukur larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan
konsentrasinya.

2.5 Keadaan Steady dan Steady State


a. Keadaan tunak (steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat
suatu sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata
lain, konstan. Keadaan steady state dapat ditunjukkan dengan laju alir
input (QF : mL/detik) sama dengan output (QR : mL/detik) sehingga
tercapai kondisi steady state (QF = QR).
b. Keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai
atau diinisiasi. Kondisi awal ini sering disebut sebagai keadaan transien.
c. Sistem steady menunjukkan akumulasi sama dengan nol, dan tidak
bergantung pada waktu.
d. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem berubah
dengan berjalannya waktu.

BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.1.2

Gelas ukur 100 ml


Gelas ukur 200 ml
Stopwatch, untuk menghitung waktu pengadukan percobaan.
Refraktometer, untuk mengukur nilai brix.
Kesetimbangan
Peralatan proses kontinu berpengaduk

Bahan
1. Air
2. Gula pasir
3. Kertas tissu

3.2 Prosedur Pelaksanaan


Prosedur dalam melakukan praktikum yaitu:
1. Memasang peralatan tangki kontinu
2. Mempelajari dan uji coba terlebih dahulu peralatan tersebut sebelum
digunakan dengan menggunakan air sebagai bahan.
3. Dalam uji coba tersebut menentukan volume maksimum tangki (V)
ketika pengaduk sedang berjalan dan menentukan laju alir input (QF:
ml/detik) output (QR: ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state
(QF=QR)
4. Menjalankan masing-masing operasi dengan membuka penjepit untuk
mengalirkan bahan dari gelas ukur yang berisi air dan gelas ukur yang
berisi gula.
5. Mengaaduk gelas ukur berisi air untuk percobaan pengentalan dan
gelas ukur berisi gula untuk percobaan pengenceran setiap 3 menit.
6. Memeriksa konsentrasi gula (0Brix) menggunakan refraktometer setiap
3 menit.
7. Membuat grafik konsentrasi gula (ln (Xf-Xt)) terhadap waktu (t)
berdasarkan hasi percobaan dan menentukan model persamaan dari
grafik tersebut (y=ax+b)
8. Bandingkan antara proes pemekatan dan

proses pengenceran.

Menggunakan referensi yang sesuai untuk keseimbangan massa dalam


pembahasan.

BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Pengentalan Larutan Gula
4.1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1 Pengentalan Larutan Gula
Waktu (menit) Pengentalan (Brix) Ln (Xf-Xt)
0
Xf =8.1
t0= 3
Xt3 = 0.7
t3= 2
6
Xt6 = 0.8
t6= 1.99
9
Xt9 = 2
t9= 1.81
12
Xt12= 1.8
t12= 1.89
15
Xt15 = 1,9
t15= 1.82
18
Xt18= 1.8
t18= 1.84
21
Xt21 =1.9
t21= -1.82
24
Xt24 = 1.9
t24=1.82
27
Xt27=1.9
t27= 1.82
(Sumber: Data Hasil Pengamatan, 2015)

Grafik Pengentalan
2.05
2
1.95

f(x) = - 0.01x + 1.97


R = 0.57

1.9
ln (Xf-Xt) 1.85

ln(Xf-Xt)
Linear (ln(Xf-Xt))

1.8
1.75
1.7
0

10

15

Waktu

(Gambar 3. Grafik Pengentalan)


4.1.2 Hasil Perhitungan
a. Laju Pengentalan

20

25

30

Qinput =

volume ( ml ) V 1V 2
=
t
waktu ( s )

200 x
=
3.5 4
X= 22.86
Q=

x
60 s

Q=

22.86
60

Q=0.38 ml /s

b. Perhitungan Tabel
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-0.7) = 2
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-0.8)=1.99
ln (Xf-Xt) = ln (8-1.2) = 1.81
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.8) = 1.89
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.8) = 1.89
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82
ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82
4.2 Pengenceran Larutan Gula
4.2.1 Hasil Pengamatan
Tabel 2. Pengenceran Larutan Gula
Waktu (menit) Pengenceran (Brix)
0
Xf =8
3
X3 = 8
6
X6 = 8
9
X9 = 8
12
X12= 7.99
15
X15 = 7.9
18
X18= 7.86
21
X21 = 8.1
24
X24 = 8.1
27
X27=8
(Sumber: Data Hasil Pengamatan, 2015)

Ln (Xf-Xt)
t0= t3= t6= t9= t12= -4.6
t15= -2.30
t18= 1.966
t21= t24= t27= -

Grafik Pengenceran
3
2
1
0
ln (Xf-Xt) -1 0
-2

f(x)
0.04x 15
- 1.1 20
5 = 10
R = 0.03

25

30

-3
-4
-5
Waktu

(Gambar 3. Grafik Pengenceran )


a.

Laju Pengentalan
Qinput =

volume ( ml ) V 1V 2
=
t
waktu ( s )

Q= 1 ml/s
b. Perhitungan Tabel
ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = ln (Xf-Xt) = ln (8-7.99) = -4.6
ln (Xf-Xt) = ln (8-7.9) = -2.3
ln (Xf-Xt) = ln (8-7.86) = -1.966
ln (Xf-Xt) = ln (8-8.1) = ln (Xf-Xt) = ln (8-8.1) = ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = 4.3 Responsi
SOAL:

Q=

60
60 s

Y-Values
Linear (Y-Values)

1. Pada evaporasi minyak bawang bahan dimasukkan sebanyak 1000 kg/ hari
dengan kadar minyak 38%. Produk yang dihasilkan mengandung minyak
bawang sebesar 74%. Hitung berat produk dan air yang teruapkan.
2. Dalam pembuatan selai buah-buahan dengan kandungan padatan 14%
dibuat bubur dan dicampur dengan gula (1.22 kg/ 1 kg buah) dan pektin
(0.00025 kg pektin/1 kg buah). Kemudian bahan dikurangi kadar airnya
dengan pengeringan vacuum sehinga kadar air produk 33%. Untuk buahbuahan sebanyak 1000kg, berapa bahan yang keluar dari pencampuran, air
teruapkan dan jumlah produk.
3. Hitung jumlah udara yang harus diberikan untuk mengeringkan 126 g
bahan dari kadar air 80% menjadi 5%. Udara yang masuk mempunyai
kelembaban 0.002 kg uap air/kg udara dan udara kelua dengan
kelembaban 0.3 kg uap air/kg udara.
4. Komoditi pertanian dengan kadar air 20% dikeringkan sehingga mencapai
kadar air 9%, menggunakan pengeringan tipe air flow driver. Udara
pengeringan yang sudah digunakan untuk mengeringkan dialirkan kembali
dan dicamput dengan udara yang berasal dari pemanas. Jika kelembapan
udara dari pengeringan yang digunakan lagi 0.1 kg uap air/kg udara dan
kelembaban udara yang tercampur keduanya 0.03 kg uap air/kg udara,
udara sebanyak 126 kg/jam berapa udara masuk yang dibutuhkan/jam,
udara yang direcycle dan jumlah produk kering

JAWAB:
1. Diketahui :
F input = 1000 kg/hari
Kadar minyak 1 = 38%
Kadar minyak 2 = 74%
Ditanyakan:
a. P (berat produk)?
b. W (air yang terlupakan)?
Jawab:
Finput = 1000 kg/hari
Km 1= 38%

W
(uap)
EVAPORASI

a. P (berat produk)
F= W+P
10000 (0,38) = 0 + 0,74(P)
3800
P
= 0,74
= 5135,135 kg/hari
b. W (air yang teruapkan)
F
= W+P
W
= F-P
= 10000 5135,135 kg/hari
= 4864,865 kg/hari
2. Diketahui:
Kp1
= 14%
Kap
= 33%
Kp= 100%-35% = 67% (kadar)
F buah
= 1000kg
F gula
= 1,22 kg gula/1 kg buah
F pektin = 0,0025 kg pektin/1 kg buah
Ditanyakan:
Untuk buah-buahan sebanyak 1000kg, berapa:
a. Pc (bahan yang dikeluarkan dari pencampuran)?
b. W (air yang teruapkan)?
c. Jumlah produk?
Jawab:
F buah
F gula
F pektin
Kp = 14%

W
(uap)

P(produk)
Km2 = 74%

Penyaringan
Vacuum

P(produk)
Kp2 = 67%

a. Pc (bahan yang dikeluarkan dari pencampuran)?


F = W+P
(1,22 x 1000) + (0,0025 x 1000) + (14% x 1000) = 0+ 67% (P)
1362,5 kg = 0,67 P
P
= 2033,582 kg
b. W (air yang teruapkan)
F = W+P
W = F-P
W = (F gula. F buah + F pektin . F buah + Fbuah) P
=((1,22 x 1000) =(0,00025 x 1000) +1000)-2032,582
= (1220 + 2,5 + 1000) 2033,582
= 188,918 kg
c. Jumlah Produk
Jumlah Produk
3. Diketahui:
Fs bahan
KAin

= W+P
= 138,918 + 2033,582
= 2222,5 kg

WS1

= 126 g = 0,126 kg
= 80%
0.8
=4
= 10.8

KAout

= 5%

WS2

Wa1
Wa2

= 0.002 kg uap air/ kg udara


= 0.3kg uap air/ kg udara

0.05
=0.0526
10.0 .5

Ditanyakan:
a. Jumlah udara yang harus diberikan?
Jawab:
(Fa Wa1) + (Fs Ws1)
(Fa x 0.002) + (1x4)
0.002 Fa + 4
3.0474
Fa
Fa

= (Fa Wa2) + (Fs WS2)


= (Fa x 0.2) + (1 x 0.0526)
= 0.2 Fa + 0.0526
= 0.198 Fa
= 19.936 kg
= 19.936 kg x 0.126 kg

Fa

= 2.511936 kg

4. Diketahui:

Ka1 in
Ka2 out

Ws1

= 20 %
= 9%
0.2
= 102 = 0.25 kg air

Ws2

WF
= 0.01 kg uap air/kg udara
WR
= 0.1 kg uap air/kg udara
W campuran = 0.03 kg uap air/kg udara
= 126 kg/jam

Fs

0.09
10.09

= 0.098901 kg air

Ditanyakan:
a. FR (kg/jam)?
b. Fr (kg/jam)?
c. Jumlah produk?
Jawab:

FR, WR
FS, Wr
Dryer

Fcamp, WCamp
FS2, WS2

a. (Fa1 + FR) Wcamp + (Fs.Ws1) = (Fa1 + FR)WR + Fs.Ws2


0.03X + (126 . 0.25)

= 0.1X + 126 . 0.098901

0.03 Fc + 31.5 = 0.1 Fc + 12.461526


19.038474= 0.07 Fc
Fc= 271.9782 kg/jam
FR + Fa1 = 271.9782 kg
FR= 271.9782 kg/jam Fa1 .....(1)
b. Keseimbangan titik O
(Fa1 .Wa1) + (FR . WR) = Fc. Wcamp
(Fa1 0.01) + (FR . 0.1) = Fc. 0.03

FS1, WS1

Fc + 0.01 FR = (271.9782-Fa1) 0.03


Fa1 + (271.9782 Fa1) 0.1 = 8.159346
Fa1. 0.01 + 27.19782 0.1Fa1 = 8.159346
-0.09 Fa1=-19.038474
Fa1 =211.5386 kg/ jam
FR= 271.9782 kg /jam Fa1
FR= 271.9782 kg /jam 211.5386 kg/jam
FR = 483.5168 kg/ jam

c. Basis Padatan
BB2 = 9%

p1 = BK1. P + W
100.8 = 0.91 P
P=

100.8
0.91 =110.769 gram

Dryer

Fs = 126 kg
BB1 = 20%

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang kesetimbangan massa dengan
menghitung kadar air dari laurtan gula dengan menggunakan refraktometer. Kadar
air yang dihitung terdiri dai kadar aing saat pengentalan dan pengenceran. Pada
percobaan ini, perhitungan dilakukan setiap 3 menit.
Nilai kadar air awal saat pengentalan adalah 8.10 brix dan nilai akhirnya
adalah 1.90 Brix. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya penurunan nilai brix saat
pengentalan. Perubahan nilai brix menunjukkan bahwa semakin rendah kadar air
dalam gula, maka semakin tinggi kepekatan larutan tersebut yang menyebabkan
semakin kental. Nilai brix pada pengentalan pada menit 3 sampai 21 mengalami
naik turun setelah akhirnya mengalami kenaikan konstan pada menit ke 24 sampai
27 dengan nilai sebesar 1.9. Setiap menit pengadukan seharusnya berpengaruh
pada nilai Brix yang terjadi.
Pada nilai awal kadar air saat pengenceran adalah 8 0 Brix dan nilai akhir
kadar air ada pada angka 8.10 Brix. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori
yang ada, karena saat pengenceran nilai Brix yang dihasilkan harusnya mengalami
penurunan, sedangkan dalam percobaan kali ini, nilai Brix yang dihasilkan
mengalami kenaikan. Namun pada menit ke 12 sampai menit ke 18 kadar air
pengenceran larutan gula mengalami penurunan. Ketindakkonstan data yang
dihasilkan disebabkan karena refraktometer yang kurang bersih saat digunakan
sehingga menyebabkan hasil percobaan yang tidak akurat. Kodisi gelas ukur yang
mengalami kebocoran juga dapat saja mempengaruhi data percobaan karena
adanya hambatan saat pengadukan pada larutan gula.
Laju pengentalan yang terjadi berada pada nilai 0.38ml/s dimana
menunjukkan bahwa laju pengentalan lebih kecil dibanding laju pengenceran
karena pada peristiwa pencampuran yang diaduk adalah dari air ke gula.
Sedangkan untuk laju pengenceran yang terjadi berada pada nila 1ml/s. Dimana
proses pengenceran gula laju pengencerannya naik yang dikarenakan yang kita
campurkan adalah gula dan air jadi gula yang dicampurkan akan meningkatkan
angka laju pengencerannya.

Pada grafik yang terbentuk, terlihat bahwa grafik tidak linear. Hal tersebut
disebabkan karena ketidakakuratan data yang ada. Pada grafik pengentalan
nilainya naik turun, berikut juga dengan grafik pengenceran yang bentuknya naik
turun. Grafik pengentalan seharusnya semakin lama waktu pengentalan, maka
semakin rendah nilai kadar airnya. Sendangkan pada proses pengenceran, semakin
lama waktu pengenceran maka semakin tinggi nilai kadar airnya.
Dalam percobaan praktikum kali ini, praktikan mendapat kendala dimana
nilai Brix pada percobaan pengenceran terdapat nilai yang tetap di angka 8 dan
mengalami kenaikan nilai Brix dengan hasil 8,1 pada akhir percobaan. Hal
tersebut tentu saja tidak sesuai dengan teori. Refraktometer yang tersedia hanya
satu sehingga menyebabkan pemakaian secara bergantian sehingga hal tersebut
membuat waktu tidak efisien. Selain itu penggunaan refraktometer yang
bergantian juga dapat menyebabkan data hasil pengukuran kurang akurat karena
kurang bersihnya refraktometer saat pemakaian secara bergantian. kHal yang
harus diperhatikan sebelum mencampur gula dengan air pada gelas ukur adalah
memastikan selang yang digunakan tidak bocor karena hal tersebut akan
berpengaruh terhadap proses pencampuran.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Semakin tinggi kadar air larutan maka semakin cair larutan tersebut.
Sedangkan rendah kadar air larutan maka semakin kental larutan tersebut.
2. Waktu yang digunakan saat mengaduk bahan mempengaruhi laju
pengentalan dan pencairan serta perubahan pada nilai Brix.
3. Grafik yang terbentuk tidak beraturan dan tidak linear.
4. Faktor yang mempengaruhi dalam nilai briks pada percobaan pengenceran
adalah pengunaan refraktometer yang kurang bersih dan kondisi alat yang
kurang baik.
6.2 Saran
Saran yang didapatkan dari praktikum ini adalah:
1. Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan memahami prosedur
yang akan dilaksanakan agar praktikum berjalan dengan lancar dan
efektif.
2. Periksalah kondisi alat yang dipakai sebelum memulai praktikum agar
menghindari kesalahan dalam melakukan praktikum
3. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum karena hal
tersebut akan mempengaruhi keakuratan data yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bab VII Proses Pengentalan Pangan. Terdapat pada:
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan
%20Pangan/bab7.php (diakses pada tanggal 20 September pukul 19.45)
Brady J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara
Charm, S.E.1971.Fundamentals of Food Engineering. AVI Publishing Company.
Westport.Connecticut.
Olovans. 2011. Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri.. Terdapat pada:
http://olovans.wordpress.com/2011/03/29/19/ (diakses pada tanggal 20
September pukul 19.28 WIB)
Raharjo, Mugi. 2010. Refractometer. Terdapat pada:
https://duniaanalitika.wordpress.com/2010/03/04/refractometer/ (diakses
pada tanggal 20 September 2015 pukul 20.34 WIB)

LAMPIRAN

Gambar 1. Gelas ukur


Sumber : Dokumen Pribadi,
2015

Gambar 2. Batang Pengaduk


Sumber : Dokumen Pribadi,
2015

Gambar 3. Pengunaan
Refraktometer
Sumber : Dokumen Pribadi,

Gambar 5. Refraktometer
Sumber : Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4. Percobaan Pada Pengentalan


Sumber : Dokumen Pribadi, 2015

Anda mungkin juga menyukai