Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI AKUNTANSI

LAB A

Disusun Oleh :
YUDHA SATRIYO
TEGUH PUSPANDOYO

NIM S431508037
NIM S431508032

MAGISTER AKUNTANSI STAR BPKP BATCH IV B

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
BAB X
L A B A (INCOME)

Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi), istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang
dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih
menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Bahasan kita fokus
pada istilah laba untuk income.
Masalah yang paling rumit berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba secara
tepat untuk pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang bermakna baik
secara intuituf maupun ekonomik bagi berbagai pemakai statemen keuangan. Pemaknaan atau
pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap pengukuran dan penyajian laba.
Karena akuntansi secara umum menganut konsep kos historis, asas akrual dan konsep
penandingan, laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan
dan biaya. Definisinya yakni selisih antara pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual.
Sementara itu, pendapatan dan biaya diukur dan diakui melalui prosedur tertentu sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
A. TUJUAN PELAPORAN LABA
Apapun pengertian dan cara pengukurannya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya
diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital)


Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
Dasar kompensasi dan pembagian bonus
Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
Dasar pembagian deviden

Teori akuntansi tentang laba akan melibatkan pengukuran dan penyajian laba yang dapat
memenuhi berbagai tujuan di atas. Untuk melayani berbagai kebutuhan di atas, ada dua
pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba yaitu
1. Satu laba untuk berbagai tujuan (single income for different purpose). Pendekatan ini
berusaha untuk memformulasi konsep laba tungga (umum) dan menyajikannya untuk

memenuhi berbagai tujuan secara umum. Inilah pendekatan yang ingin dicapai dalam
merekayasa pelaporan keuangan umum (general purpose financial reporting).
2. Beda tujuan beda laba (different incomes for different purposes). Pendekatan ini
menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara jelas berbagai konsep
laba tersebut secara khusus. Kebutuhan khusus ini dapat dipenuhi dengan menyertai
statement keuangan umum (khususnya statemen laba-rugi) dengan berbagai laporan
pelengkap.
B. KELEMAHAN KONSEP LABA KONVENSIONAL
Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai
beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara
intuitif dan ekonomik bermakna
2. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual
3. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya inkonsistensi antarperusahaan
4. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
5. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang
informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga
ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak
C. KONSEP LABA DALAM TATARAN SEMANTIK
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
direkatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk menjawab
pertanyaan apakah yang harus dipresentasi oleh laba. Pemaknaan laba akhirnya akan
menentukan pemaknaan laba secara sintaktik yaitu pengukuran dan penyajiannya.
1. Pengukur Kinerja

Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan keuangan,
dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu untuk mengevaluasi
prospek perusahaan di masa datang. Kinerja perusahaan merupakan manifestasi dari
kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterpretasi sebagai pengukur keaktifan
dan keefisienan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Pelaporan keuangan berkepentingan dengan informasi tentang kemampuan atau daya
melaba suatu kesatuan usaha dengan sumber daya (aset) yang dikuasainya dalam suatu
periode. Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharapkan dibawa oleh
informasi akuntansi melalui statemen keuangan yakni objek, ukuran, dan hubungan.
Untuk menentukan daya melaba, ada tiga komponen yang harus diketahui yakni laba,
periode, dan tingkat sumber daya (investasi).
Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran (output) tertinggi
dengan sumber daya tertentu sebagai masukan (input). Bila keluaran atau sasaran tertentu
telah ditentukan, efisiensi adalah kemampuan mencapai keluaran tersebut dengan sumber
daya terendah (minimum) yang dimungkinkan. Dalam akuntansi, laba dimaknai dan
diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk kembalian atas
investasi (return on investment atau ROI). Bagi manajemen, efisiensi dapat
diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi penggunaan sumber daya dalam bentuk
kembalian atas aset (return on asset atau ROA). Bagi kreditor, efisiensi dapat ditunjukkan
dengan tingkat bunga (return on loan atau ROL).
Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI, ROA dan
ROL sebagai pengukur efisiensi. Karena kegiatan usaha sangat kompleks, laba dipandang
cukup kaya (komprehensif) untuk merepresentasi pengukur efisiensi. Namun validitas
pengukur efisiensi tersebut bergantung pada bagaimana laba dan tingkat investasi diukur
serta dari sudut pandang siapa informasi efisiensi ditujukan
2. Konfirmasi Harapan Investor
Perekayasaan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa
harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan
memang terealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk
3

mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para investor telah


menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan
investasinya melalui prediksi laba. Bila diasumsikan bahwa pasar cukup efisien, laba
yang diprediksi investor harus mendekati atau sama dengan laba yang dilaporkan. Bila
hal ini terjadi, laba merupakan sarana untuk mengkonfirmasi harapan investor dan
investor diharapkan tidak bereaksi terhadap pengumuman laba. Sebaliknya jika pasar
tidak efisien, angka laba justru ditunggu oleh investor sebagai dasar dalam mengubah
atau mengambil keputusan.
3. Estimator Laba Ekonomik
Perekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba
ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik.
Artinya, perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksi pula perubahan ekonomik
perusahaan. Dengan demikian, laba akuntansi masih tetap bermanfaat bagi investor yang
mungkin lebih berkepentingan dengan laba ekonomik
Laba akuntansi adalah laba dari kacamata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha
karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Oleh
karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data hipotesis
yang dapat berupa kos kesempatan (opportunity cost). Pengetian ekonomik dari segi
akuntansi adalah kelayakan ekonomik (economic resonableness) jangka panjang dan
bukan penilaian ekonomik (economic valuation) jangka pendek.
Sementara itu, laba ekonomik adalah laba dari kacamata investor karena keperluan untuk
menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subjektif bergantung pada
karakteristik investor. Dalam menilai investasinya, investor selalu mendasarkan diri pada
kos kesempatan yang diwujudkan dalam bentuk tingkat pengembalian pasar (market rate
of return). Dengan demikian, laba dimata investor adalah tingkat kembalian internal
(internal rate of return) aliran-aliran kas masa datang yang dapat dihasilkan seandainya
investor menanamkan asetnya di tempat lain (kos kesempatan). Di mata investor,
penilaian aset lebih banyak didasarkan informasi pasar yang berubah-ubah setiap saat dan
depresiasi dipandang sebagai proses penilaian aset (penurunan nilai). Padahal dalam
akuntansi depresiasi merupakan proses alokasi bukan proses penilaian. Perbedaan sudut

pandang di atas, menjadikan laba akuntansi berbeda dengan laba ekonomik sebagaimana
ringkasan berikut ini:
Aspek Pembeda
Laba Akuntansi
Laba Ekonomik
Sudut
pandang Perekayasaan
akuntansi, Pemegang saham
pemaknaan

penyusunan

standar

penyusunan

atau

statemen

Dasar pengukuran

keuangan
Kos historis

Pengertian

nilai likuidasi
Kelayakan ekonomik jangka Penilaian ekonomik

ekonomik:
Makna depresiasi
Unit pengukur
Sasaran pengukuran

panjang
Alokasi kos
Rupiah nominal
Laba uang/nominal

atau sifat laba


Konsep dasar

yang Kontinuitas

melandasi
Fungsi Aset

Kos kesempatan, nilai pasar,

usaha,

akrual
Sisa potensi jasa

jangka

pendek
Penurunan nilai ekonomik
Daya beli
Laba real
asas Likuidasi, nilai tunai
Simpanan/sediaan nilai

D. MAKNA LABA
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator laba
ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi (konsep/makna) laba yang
tepat untuk tujuan akuntansi. Secara semantik belum ada kesepakatan tentang makna laba
yang mantap yang menjadi basis akuntansi dalam jangka panjang.
Definisi Laba:
Comprehensive Income atau laba komprehensip adalah perubahan modal (aktiva bersih)
perusahaan selama satu periode, dari transaksi, peristiwa lain dan keadaan dari sumber
selain pemilik. Termsauk juga semua perubahan modal selama periode kecuali yang
dihasilkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik
(FASB dama SFAC no. 6)

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu
dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi,
dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
(Belkaoui : 1993)
Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk
penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban
melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.
(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)
Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini
berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya. Hal ini sejalan dengan konsep
kesatuan usaha yang dikemukakan oleh paton dan littleton yang memandang bahwa laba
mengungkapkan jumlah sumber daya yang dapat ditarik untuk memenuhi beban bunga, pajak
penghasilan, dan alokasi dividen tanpa penurunan modal dan surplus di awal periode.
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki
karakteristik umum sebagai berikut :
1. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2. Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran
awal dan kemakmuran akhir
3. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran (umumnya disebut kapital) dapat berupa aset bersih perusahaan, modal
pemegang saham, kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat
dinilai dengan uang.
1. Laba dan Kapital
Kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu, sementara laba
dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensi jasa yang
dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat
potensi jasa mula-mula.
2. Konsep Pemertahanan Kapital

Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas berhak mendapatkan kembalian/
imbalan atau return dan menikmati iya setelah kapital dipertahankan keutuhannya atau
pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting dan konsekuensi dalam
beberapa hal yang saling berkaitan, sebagai berikut :
1. Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
2. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan
transaksi pendanaan dari pemilik.
3. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
4. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomi.
5. memungkinkan penggunaan berbagai dasar pemikiran untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu.
6. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan
laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomi.
Atas dasar uraian di atas, laba kemudian didefinisikan secara umum, formal dan semantik
sebagai berikut
Laba adalah tambahan kemampuan ekonomi yang ditandai dengan kenaikan kapital
dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat
dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/ pemilik kapital tanpa mengurangi
kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal periode).

E. KONSEP LABA DALAM TATARAN SINTAKTIK


Konsep laba dalam tataran sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan
disajikan. Terdapat beberapa kriteria atau pendekatan dalam konsep ini yakni sebagai berikut:
1.

Pendekatan Transaksi
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi dan kemudian
terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan laba juga akan paralel
dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini
7

sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan
pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat (consumption of benefit).
Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan antara lain;
a. Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci misalnya berdasar produk/pelanggan
untuk kepentingan manajerial
b. Laba yang berasal dari berbagai sumber transaksi dapat dipisahkan dan dilaporkan
untuk keperntingan eksternal.
c. Jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode
d. Perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif.
2.

Pendekatan Kegiatan
Pada pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan
atau kejadian, bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini
mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan analisis internal.
Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap
kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan sistem
pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam aplikasinya, pendekatan
transaksi dan pendekatan kegiatan tidak berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi. Kriteria
pendapatan adalah terealisasi dan terbentuk. Artinya, kedua kriteria harus dipenuhi.

3.

Pendekatan Pemertahanan Kapital


Kedua pendekatan yang dibahas di atas sebenarnya mengikuti pendekatan pendapatanbiaya dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan
kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar
penandingan. Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari
pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen
statement keuangan diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan
bahwa laba adalah perubahan atau kenaikan kapital dalam suatu periode.

F. PENGUKURAN ATAU PENILAIAN KAPITAL


Faktor-faktor yang menentukan nilai suatu kapital:
1. Jenis kapital
a. Kapital finansial
8

Kapital finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut, tapi jika kapital tersebut
berwujud fisis, itu merupakan instrumen atau aset financial. Pada umumnya kapital
finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau obligasi. Dengan konsep
ini, laba atas kapital financial akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada
akhir suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal periode. Kapital
finansial dari sudut pandang pemegang saham perusahaan, laba akan timbul bila
jumlah rupiah aset bersih pada akhir periode melebihi jumlah rupiah aset aset bersih
pada awal periode. Kapital finansial dari sudut badan usaha adalah jumlah rupiah
yang melekat pada asset total badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen
asset. Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumlah pinjaman yang
tertanam di perusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan kapital akhir atau laba kreditor.
b. Kapital fisis
Kapital fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang
sebagai kapasitas produksi fisis, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis
pada akhir suatu periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode. Dalam
konsep kapital finansial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau rugi
menahan dan dilaporkan melaui statemen laba-rugi. Sedangkan dalam kapital fisis,
pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak termasuk dalam
statemen laba-rugi.
2. Skala pengukuran
a. Skala Nominal
Skala nominal atau skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah
terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat
perubahan kondisi ekonomik. Karena nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa,
akuntansi atas dasar pengukuran ini sering disebut akuntansi dengan asumsi nilai
rupiah konstan.
b. Skala Daya Beli
9

Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli konstan
merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala ini,
rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks
harga tertentu.
3. Dasar penilaian
a. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam sistem pembukuan. Kos historis dipilih biasanya karena kos tersebut
objektif dan dapat diuji kebenaranya.
b. Kos Sekarang
Kos sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang menunjukkan jumlah
rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha
untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang
setara.
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital
Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap penentuan laba antara lain:
1. Kapitalisasi aliran kas harapan (capitalization of expected cash flow)
2. Penilaian pasar atas asset bersih perusahaan (market valuation of the firm)
3. Setara kas sekarang (current cash equivalen)
4. Harga masukan historis (historical input prices)
5. Harga masukan sekarang (current input prices)
6. Pemertahanan daya beli konstan (maintenance of constant purchasing power)
G. KONSEP LABA DALAM TATARAN PRAGMATIK
Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah pesan
sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Teori akuntansi
pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku

10

pemakai informasi akuntansi. Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas apakah
informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.
1. Prediktor Aliran Kas ke Investor
Para perekayasa akuntansi (misalnya FASB) berteori bahwa investor dan kreditor
berkepentingan dengan aliran kas yang masuk ke mereka atas investasinya. Aliran kas
yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
untuk menciptakan kas yang cukup untuk (a) membayar semua kewajiban pada saatnya,
(b) mendanai kepreluan operasi, (c) reinvestasi, (d) membayar bunga, dan (e) membayar
deviden. Oleh karena itu, investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba
(earning power) jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi
laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang.
2. Laba dan Harga Saham
Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham. Bahwa
laba merupakan predictor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba
menentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk
menentukan apa yang disebut nilai intrinsic (intrinsic value) sekuritas atau saham.
Nilai intrinsic ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham yang terjadi di pasar
modal pada saat tertentu. Investor atau analis akan membandingkan nilai intrinsic saham
dan harga pasar sekarang (current market price) untuk menengarai apakah terjadi salah
harga (mispricing). Hubungan antara nilai intrinsic (NI), harga pasar sekarang (NPS), dan
strategi investasi digambarkan sebagai berikut:

Bila NI > NPS berarti sekuritas dinilai lebih rendah oleh pasar sehingga harus dibeli

atau ditahan bila telah dimiliki.


Bila NI < NPS berarti sekuritas dinilai lebih tinggi oleh pasar sehingga harus

dihindari, dijual bila telah dimiliki atau lakukan short sale.


Bila NI = NPS berarti sekuritas dinilai benar dan terjadi ekuilibrium harga

3. Sarana Kontrak Efisien


Teori perkontrakan efisien (efficient contracting theory) merupakan bagian atau turunan
dari teori keagenan (agency theory). Teori ini didasarkan atas berbagai aspek dan
11

implikasi hubungan keagenan. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk


kontrak. Kontrak diakatakan efisien apabila mendorong pihak yang berkontrak
melaksanakan apa yang diperjanjikan tanpa perselisihan dan para pihak mendapatkan
hasil yang paling optimal dari berbagai kemungkinan alternatif tindakan yang dapat
dilakukan agen. Aspek pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada
gagasan bahwa kontrak akan efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak
tanpa memandang aspek semantic (makna) laba tersebut.
4. Alat Pengendalian Manajemen
Ikatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan investor atau
pihak luar lainnya tetapi juga antara pihak internal perusahaan. Dalam tataran pragmatik,
laba digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Laba mempunyai peran
penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen (management control system).
Sistem

ini

dirancang

untuk

meangarahkan

perilaku

manajer

agar

mereka

memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama
kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah
apa yang disebut keselarasan tujuan (goal congruence).
Pengendalian manajemen menuntut adanya kontrak kontrak internal yang memerlukan
berbagai tingkat laba akuntansi sebagai unsur kesepakatan. Jadi, secara pragmatik, laba
akuntansi memang digunakan oleh manajemen. Hal ini memberi indikasi bahwa laba
akuntansi bermanfaat untuk kepentingan atau kontrak internal.
5. Menguji Kandungan Informasi dalam Teori Pasar Efisien
Pasar modal dapat merepresentasi pemakai informasi secara bersama. Variabel penting
pasa modal adalah harga saham, volume perdagangan saham, pengembalian, dan indeks
harga saham. Oleh karena itu, reaksi pasar modal terhadap informasi dapat digunakan
untuk mengukur atau menguji kebermanfaatan informasi. Hubungan antara informasi dan
harga saham dibahas dalam konteks yang disebut efisiensi pasar.
Terdapat tiga bentuk efisiensi pasar modal yaitu:
a. Bentuk Lemah

12

Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume sekuritas
masa lalu. Pelaku dalam pasar ini masih dimungkinkan untuk memperoleh
pengembalian abnormasl dengan memanfaatkan informasi selain data pasar.
b. Bentuk Semi Kuat
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara
publik

termasuk

data

statemen

keuangan.

Hal

ini

dapat

mempengaruhi

ketidakmampuan pengembalian abnormal secara terus-menerus.


c. Bentuk Kuat
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi
privat atau dalam yang tidak dipublikasikan. Hal ini akan mempengaruhi
pengembalian yang berlebihan dalam jangka panjang bahkan tidak memperolehnya.
Hipotesis pasar efisien hanya bermakna bila dikaitkan dengan seperangkat informasi
yang disediakan atau tersedia dalam suatu sistem pelaporan keuangan. Pasar modal
dikatakan efisien bila harga saham merefleksikan secara penuh informasi tersebut.
Informasi privat tidak selalu disampaikan secara eksplisit dalam laporan keuangan. Laba
membawa serta informasi privat yang ingin disampaikan oleh managemen. Oleh
karenanya laba mengandung informasi dalam.
Pengujian kandungan informasi laba dalam teori pasar efisien dilakukan melalui:
a. Pengujian asosiasi
Studi asosiasi sering disebut juga studi koefisien respons laba. Koefisien respon laba
adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan. Studi
empiris menunjukkan bahwa asosiasi atau kolerasi antara laba dan return tidak begitu
kuat atau tidak sempurna. Alasan pertama, angka laba hanya sebagian kecil faktor
yang mempengaruhi harga saham. Kedua, fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan
perubahan ekonomi. Ketiga, laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh karakteristik
manajemen. Keempat, investor tidak selalu seragam dalam menginterprestasi
informasi yang tersedia di pasar.
b. Pengujian peristiwa

13

Reaksi pasar diukur dalam return abnormal mean (RAM) atau retur abnormal
kumulatif mean (RAKM). Reaksi pasar dianggap ada bila hasil uji beda terhadap
RAM atau RAKM tidak sama dengan nol. Bila secara statistic bernilai positif berarti
terhadap pengumuman laba, pasar meresponnya sebagai berita baik dan begitu pula
sebaliknya.
H. LABA DAN TEORI ENTITAS
Teori entitas (kesatuan) disebut juga dengan teori ekuitas (equity theory) karena berkaitan
dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan
ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk menikmati laba. Teori entitas selalu
dikaitkan dengan pelaku kegiatan ekonomi yaitu manajemen, karyawan, investor, kreditor,
pemerintah, dan entitas lain yang terlibat.dampak dari teori ini adalah tentang tujuan
pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statement laba-rugi (income statement).
Teori entitas akan menentukan bentuk persamaan akuntansi, komponen penentu laba dan
siapa penerima laba. Secara lengkap disajikan dalam tabel berikut ini:
Teori Entitas
Usaha bersama

Persamaan Akuntansi
Komponen Penentu laba
Laba U
Aset = Ekuitas Pemegang Penjualan/pendapatan
dikurangi Manager, kar
Pancang

transfer antar entitas usaha bersama kreditor, dan pe


yaitu bahan baku, bahan habis
pakai, dan overhead nontenaga
kerja.

Untuk

perusahaan

perdagangan: kos barang terjual


Usaha atau bisnis

Aset=

Ekuitas

dan biaya operasi nontenaga kerja


spesifik Semua jenis pendapatan dikurangi Pemerintah, kre

(pemerintah, kreditor, dan semua biaya termasuk untung dan saham


investor)

rugi. Bunga, pajak penghasilan, dan


dividin tidak masuk sebagai tetapi

Investor

pembagian laba
Aset-utang jangka pendek Seperti pada teori entitas bisnis Kreditor
= ekuitas investor

Pemilik

jang

tetapi pajak penghasilan dianggap pemegang saha

sebagai biaya
Aset-kewajiban = ekuitas Seperti pada teori entitas investor Pemegang saha
14

Teori Entitas

Pemilik Residual

Persamaan Akuntansi
pemilik

Komponen Penentu laba


tetapi bunga dianggap sebagai

Laba U

biaya
Aset Ekuitas spesifik = Seperti pada teori entitas pemilik Pemegang saha
ekuitas residual

tetapi dividen untuk pemegang


saham istimewa dianggap sebagai

Pengendali

biaya
Seperti dalam teori entitas Seperti pada teori entitas pemilik
pemilik

terutama

Manajemen ata

bila

pemilik merangkap sebagai


Dana

manajemen
Untuk
kesatuan
nonbelanja:

aset

pembatasan aset

dana Seperti pada entitas bisnis dengan Unit

= pusat perhatian pada pemerintah membawakan k


sebagai pemegang pancang utama
(dapat

disebut

sebagai

ekuitas

dana)
Untuk

kesatuan

kepe

dana Karena penerimaan kas atau

Selisih pendapa

laba tetapi berm

belanja: aset likuid = saldo sumber likuid harus dibelanjakan

rupiah

dana

dipertanggungja

sesuai tujuan, perhitungan laba


tidak relevan. Tujuan utama
akuntansi adalah
pertanggungjaw3aban dan
pertanggungjelasan publik

15

yag

I. REVIU ARTIKEL
CHANGES IN REPORTING COMPREHENSIVE INCOME
Oleh Ernst & Young
a. Latar Belakang
Dengan adanya pembaharuan standar akuntansi dan update standar akuntansi
internasional, FASB dan IASB telah mencapai kesepakatan terkait penyajian laba
komprehensif lainnya/ other comprehensive income (OCI) dalam laporan keuangan.
b. Pembahasan
OCI didefinisikan sebagai perubahan ekuitas dari suatu entitas bisnis selama periode
tertentu yang berasal dari transaksi atau peristiwa lain serta keadaan dari sumber lain
di luar pemilik. Tujuan dari pelaporan OCI adalah merefleksikan perubahan dalam
ekuitas yang berasal dari hasil transaksi dan peristiwa ekonomi lainnya.
Perusahaan sebelumnya memiliki tiga pilihan dalam menyajikan OCI dan
komponennya dalam laporan tahunan, yaitu sebagai berikut:
1) Dilaporkan dalam laporan tunggal secara kontinu yang mencakup komponen dari
laba bersih.
2) Dilaporkan secara terpisah dari laba komprehensif.
3) Dilaporkan dalam ekuitas pemegang saham.
Dengan adanya pembaharuan standar akuntansi telah menghilangkan ketiga pilihan
pelaporan OCI di atas dan mengharuskan total pendapatan OCI beserta
komponennya dilaporkan dalam laporan tunggal secara kontinu sebagai laporan
komprehensif (single continuous statements approach) atau dilaporkan secara
terpisah sebagai laba bersih dan laba komprehensif (two consecutive statements
approach).
Untuk

menghindari perhitungan ganda maka terhadap komponen OCI perlu

dilakukan penyesuaian reklasifikasi. Penyesuaian reklasifikasi dari AOCI disajikan


dalam laporan keuangan dimana komponen OCI disajikan baik dengan
menggunakan penyajian secara bruto atau netto. Ketika menyajikan secara netto,
jumlah bruto harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
16

AOCI adalah total kumulatif dari OCI yang dimasukkan sebagai komponen dari
pemegang saham ekuitas. Perusahaan sebelumnya menyajikan AOCI secara terpisah
dalam laporan posisi keuangan dan akumulasi saldo dari masing-masing komponen.
Berdasarkan pedoman baru, perusahaan harus menyajikan perubahan AOCI beserta
komponen dalam laporan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan. Jumlah
yang disajikan sesuai persyaratan ini akan berbeda dengan jumlah yang disajikan
untuk masing-masing komponen dari OCI pada pernyataan mana yang laba
komprehensif disajikan jika sebuah perusahaan memiliki kepentingan non
pengendali dalam waktu kurang dari sepenuhnya dimiliki anak perusahaan.
Adapun persyaratan dalam ASC 220 terkait pajak penghasilan tidak berubah.
Perusahaan diharuskan untuk mengungkapkan pengaruh pajak yang dialokasikan
untuk masing-masing komponen OCI, termasuk reklasifikasi penyesuaiannya.
Masing-masing komponen dapat ditampilkan secara (1) netto setelah pajak terkait
atau (2) sebelum pengaruh pajak penghasilan terkait, dengan satu jumlah yang
terpisah ditampilkan untuk beban pajak penghasilan agregat atau manfaat yang
terkait dengan total komponen OCI. Apapun metode yang dipilih, jumlah beban
pajak penghasilan atau keuntungan yang dialokasikan untuk masing-masing
komponen dari OCI termasuk penyesuaian reklasifikasi harus ditampilkan baik pada
laporan keuangan maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
Pedoman baru ini efektif berlaku bagi perusahaan publik untuk tahun fiskal dan
periode interim dalam tahun-tahun yang dimulai setelah 15 Desember 2011. Untuk
perusahaan non publik, amandemen perubahan ini efektif berlaku untuk tahun fiskal
yang berakhir setelah 15 Desember 2012 dan periode interim dan tahunan
setelahnya.
c. Kesimpulan
Perubahan besar bagi perusahaan yang melaporkan comprehensive income
berdasarkan US GAAP adalah sebagai berikut:
1) Pada periode tahunan, perusahaan diminta untuk menyajikan komponen laba
bersih dan OCI dan total pendapatan komprehensif baik dalam laporan tunggal

17

atau dua laporan. Mereka tidak akan lagi diperbolehkan menyajikan komponen
dari OCI semata-mata pada laporan ekuitas.
2) Perusahaan

harus menyajikan total pendapatan komprehensif baik dalam

laporan tunggal atau laporan terpisah berturut-turut dalam periode interim.


Sebelumnya, informasi yang tidak diperlukan untuk disajikan dalam sebuah
pernyataan untuk periode interim. Sebaliknya, perusahaan diizinkan untuk
menyajikan total untuk pendapatan komprehensif dalam catatan atas laporan
keuangan interim.
3) Perusahaan harus menyajikan perubahan akumulasi pendapatan komprehensif
lain (AOCI) oleh komponen (misalnya, keuntungan dan kerugian yang belum
direalisasi atas sekuritas yang tersedia untuk dijual) dalam laporan ekuitas atau
dalam catatan atas laporan keuangan. Perusahaan sebelumnya diminta untuk
secara terpisah menyajikan AOCI dalam laporan posisi keuangan dan
akumulasisaldo

untuk

masing-masing

komponen

dalam laporan

posisi

keuangan,laporan perubahan ekuitas atau catatan atas laporan keuangan..


Beberapa langkah tindak lanjut yang harus diambil adalah:
1) Perusahaan

harus

memutuskan

pendekatan penyajian.

Informasi tahun

sebelumnya harus disusun kembali menggunakan pendekatan baru.


2) Perusahaan harus memonitor secara ketat pertimbangan FASB ini pada penyajian
penyesuaian reklasifikasi dan mempertimbangkan penyediaan umpan balik
secara tepat waktu pada setiap usulan baru.

18

Anda mungkin juga menyukai