Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

KELOMPOK 2
Penanggung Jawab:
Adrian Aulia A AH (A1M014001)
Muna Ridha Hanifah (A1M014013)
Shofiyah Bannan S (A1M014027)
Latifa Mutiara Tsani (A1M014037)
Beneficia Rosy Acca (A1M014047)
Fadella Hutami Puteri (A1M014059)
Cahyo Primancauko (A1M014067)
Nadya Hendayani A (A1M014071)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan tugas terstruktur mengenai
spektrofotometer selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan guna penulisan makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih banyak.
Purwokerto, Juni 2015
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi......................................................................................................... 3
Pendahuluan:
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
Pembahasan.................................................................................................... 5
Penutup :
A. Kesimpulan................................................................................................ 11
B. Saran.......................................................................................................... 11
Daftar Pustaka................................................................................................ 12
Job Descrition................................................................................................. 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang
mempelajari interaksi anatara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa
hamburan (scattering), absorpsi (absorption), emisi (emission). Interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan atom atau molekul yang berupa absorbsi melahirkan
spektrofotometri

absorpsi

antara

lain

spektrofotometri

ultraviolet

(UV),

spektrofotometri sinar tampak (VIS), spektofotometri infra merah (IR).


Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan
peralatan yang digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer.
Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan
dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu
perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi
radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran
ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar.
Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia
dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas
fungsi polimer campuran, pemodifikasi dan aditif digunakan untuk plastik dan
elastomer. Spektroskopi infra merah, metoda pengukuran fotometer UV, gas dan
liquid kromatografi dan spektroskopi masa bersama sama dengan dari metoda
pengukuran termoanalisis (DSC-TGA) merupakan alat yang teliti sebagai pilihan
untuk analisis kwalitatif dan kwantitatif bahan.
B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan spektrofotometer


Sebutkan bagian atau komponen dari spektrofotometer
Bagaimana prinsip kerja dari spektrofotometer
Sebutkan Jenis jenis spektrofotometer

II.

PEMBAHASAN

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi


dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Herliani, 2008).
Kelebihan

spektrofotometer

dibandingkan

fotometer

adalah

panjang

gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar
dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu (Hardjadi, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara
garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk
daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola
lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 2200 nanometer (nm).
b. Monokromator

Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya


polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).

c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis.

Cuvet biasanya terbuat dari kwars,

plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan
tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass,
sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV.
Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik
yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk
atau angka digital (Khopkar, 2003).
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk
menentukan

konsentrasinya

dengan

menggunakan

hukum

Lambert-Beer.

Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan


membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut
transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa
dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan
dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang
keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki
hubungan dengan konsentrasi sampel (Underwood, 2003).
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat
yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah ultra
lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di dalam
kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi di
dalam molekul tersebut (Keenan 1992).

Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.


Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah
cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan
energi dasar dan energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi
dasar pengukuran absorbansi dalam spektrofotometer (Syukri, 1999).
Cara

kerja

spektrofotometer

dimulai

dengan

dihasilkannya

cahaya

monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat
sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan
akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Chang,
2004).
Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna
tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi
cahaya yang diberikan. Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan
identik dengan jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang
gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Chadijah,
2012).
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang
digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Spektrofotometri Vis (Visible)


Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri IR (Infra Red)

Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)


Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah

cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang


dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380
sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih,
merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut
termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah
lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur
kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang
tertinggi (3422 C) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan
sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample
7

yang memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna
harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan
menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik
hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa
berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble
protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan
ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah
reagent Folin (Alimin, 2007).

Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV

berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang


gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil
yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu
proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak
memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti
dua, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel. Karena sinar UV tidak dapat
dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang
merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun
tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan
filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus
jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh
pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri
visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin, maka bila
menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa (Hastuti, 2007).

Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV visible merupakan gabungan antara spektrofotometri

UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV
dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah

menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode
yang dilengkapi dengan monokromator.

Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis

paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.
Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau
UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini berarti
menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat
dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara
langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat.

Di wilayah ini dari

spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.

Teknik ini

melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari


ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul,
melalui 3 proses yaitu :
a) Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan electron anti ikatan.
b) Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks.
c) Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau
transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS,
UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan dapat berupa spektrum jika telah dihubungkan
dengan komputer. Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita
yang lebar sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak
tajam (Hardjadi, 1990)
Analisis kuantitafif dapat diketahui dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Penentuan panjang gelombang maksimum yang digunakan dalam
pengukuran absorbansi larutan standar maupun larutan sampel ditentukan dengan
mengukur nilai absorbansi maksimum konsentrasi larutan standar. Untuk memperoleh
panjang gelombang maksimum pengukuran absorbansi dilakukan pada rentang
panjang gelombang 265-280 nm. Hasil pengamatan untuk absorbansi maksimum
adalah pada panjang gelombang 280 nm kemudian dilakukan penentuan nilai
absorbansi pada delapan larutan standar (Sumarauw, dkk, 2013).
Data spektra UV-VIS secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk
identifikasi kualitatif obat dan metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan cara
lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa,
maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/analisis kualitatif suatu senyawa
9

tersebut. Data yang diperoleh dari spekstroskopi UV dan VIS adalah panjang
gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut yang kesemuan yaitu dapat
diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan. ( Rohman, 2007 ).

Spektrofotometri IR (Infra Red)


Spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra

merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh.
Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan yang
mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 m. Pada spektro IR meskipun bisa
digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif.
Umumnya spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu
senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu
menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.
Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR
terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan
dengan signal standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus
dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan
mengganggu signal kurva yang diperoleh. Terdapat juga satu jenis spektrofotometri
IR lainnya yang berdasar pada penyerapan sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di
sebut Near Infrared Spectropgotometry (NIR). Aplikasi NIR banyak digunakan pada
industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang bersifat rutin dan cepat
(Sastrohamidjojo, 1992).

10

III.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Spektofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi


secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.


Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam

medium.
Spektofotometer memiliki 4 bagian penting yaitu: sumber cahaya,

monokromator, kuvet dan detektor.


Terdapat 4 jenis spektrofotometer berdasarkan sumber cahayanya, yaitu
spektrofotometer visible, spektrofotometer UV, spektrofotometer UV visible,

dan spektrofotometer infra red.


Cahaya dari Spektofotometer dilewatkan ke sampel dan diteruskan ke
detektor.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya
penulis ucapkan terimakasih.

11

DAFTAR PUSTAKA
Alimin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press.
Chadijah, Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani. 2012. Penuntun
Praktikum Kimia Analitik. Makassar: UIN Alauddin Makassar
Chang Raymond.2004. Kimia Dasar, Edisi Ketiga. Jakarta ; Erlangga.
Hardjadi. 1990. Ilmu Kima Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.
Hastuti, Sri, M.Si, dkk. 2007. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar I.
Surakarta : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNS
Herliani, An an. 2008. Spektrofotometri. Pengendalian Mutu Agroindustri-Program
D4

PJJ.

Keenan,W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Summarauw, W., Fatimawali, & A. Yudistira. 2013.Identifikasi Dan Penetapan Kadar
Asam Benzoat Pada Kecap Asin Yang Beredar Di Kota Manado. Jurnal
Ilmiah Farmasi UNSART. Vol.2, No.01.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Underwood AL.2003. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

JOB DESCRIPTION
Latar Belakang dan Daftar isi

: Muna Ridha Hanifah (A1M014013)

Kata Pengntar dan Rumusan Masalah

: Latifa Mutiara Tsani

Mencari jurnal dan Cover

: Beneficia Rosy Acca


12

Penutup dan daftar Pustaka

: Fadella Hutami Puteri dan Shofiyah


Bannan S

Pembahasan dan Mencari Pustaka

: Adrian Aulia A A H, Cahyo


Primancauko, dan Nadya Hendayani A

13

Anda mungkin juga menyukai