TINJAUAN PUSTAKA
Pala
(Myristica
fragrans
Houtt)
termasuk
tumbuhan
dari
famili
2.1.2 Taksonomi
Sistematika penulisan taksonomi pala menurut Katzung (2004) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famiili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica Fragant
Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropik yang
memiliki 200 spesies, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan
pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan
tinggi batang 10-18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian
paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna
hijau mengkilat, panjangnya 5-15 cm, lebar 3-7 cm dengan panjang tangkai daun
0,7-1,5 cm (Departemen Pertanian, 1986).
Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal,
meskipun terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang
memiliki perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan. Tanaman
pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal
(mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya
yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuningkuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara
3-9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai
bulat, panjangnya berkisar antara 1,5-4,5 cm dengan lebar 1-2,5 cm. Kulit biji
berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputihputihan sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih
kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala (Departemen
Pertanian, 1986).
2.1.3 Kandungan Kimia
Komposisi kimia daging buah pala dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai
berikut (Soetanto, 1998):
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Buah Pala (100 gram)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Komposisi
Kalori
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Jumlah
42,00 kal
88,10 %
0,30 g
0,20 g
10,90 g
32,00 mg
24,00 mg
1,50 mg
29,00 S. I.
0,00 mg
22,00 mg
Persentase
Minyak Atsiri
2 16%
Minyak Kental (Fixed Oil) seperti asam palmetic, stearic, dan 25 40%
myristic
Karbohidrat
30%
Protein
6%
88%
Myristicin,
termasuk
jenis
alkohol
seperti
eugenol
dan 4 8%
methyleugenol
Zat antioksidan di bagian biji pala dan fuli
2,38 3,72%
sample ditutup dengan kapas. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak
tercampurnya bahan dengan pelarut lemak secara langsung. Pelarut dan bahan
tidak dibiarkan tercampur secara langsung agar bahan-bahan lain seperti
fosfolipid, sterol, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, klorofil dan lain-lain
tidak ikut terekstrak sebagai lemak. Hal ini dilakukan agar hasil akhir dari
penentuan kadar lemak ini lebih akurat. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu
didih.Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan
didinginkan, labu diisi dengan pelarut anhydrous (Lucas, 1949).
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet.Alat
ekstraksi soxhlet disambungkan dengan labu lemak yang telah diisi pelarut lemak
dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor.Alat pendingin
disambungkan dengan soxhlet.Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi
lemak mulai dipanaskan. Penentuan kadar lemak pada bahan tersebut dilakukan
selama beberapa jam tergantung dari jumlah emak yang terkandung dalam bahan.
Semakin banyak kadungan lemak yang terdapat pada bahan, semakin lama proses
ekstraksi lemak dilakukan (Darmasih, 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa
pendingin.Air
dingin
yang
dialirkan
melewati
bagian
luar
kondenser
ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan
dikeringkan (Darmasih, 1997).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan
dengan adanya pendingin balik.
Soklet terdiri dari:
1. pengaduk / granul anti-bumping
2. still pot (wadah penyuling)
3. Bypass sidearm
4. thimble selulosa
5. extraction liquid
6. Syphon arm inlet
7. Syphon arm outlet
8. Expansion adapter
9. Condenser (pendingin)
10. Cooling water in
11. Cooling water out
Bahan yang akan diekstraksi ialah jagung, dedak, tepung ikan, pelet.
Penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut
Fosfolipida, Sterol, Asam lemak bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang lain .
Karena itu hasil ekstraksinya disebut Lemak kasar .
Mekanisme soxhletasi adalah sebagai berikut :
Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dikeringkan.
Hidrolisis dengan mengganakan air murni reaksi yang terjadi sangat lambat
sehingga tidak pernah digunakan, dimana reaksi ini dikatalisis oleh asam encer,
sehingga ester dipanaskan dibawah refluks dengan sebuah asam encer seperti
asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer. Berikut ini adalah dua contoh yang
sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam yaitu (Brady, 1998):
1. Hidrolisis etil etanoat
2. Hidrolisis metil propanoat
Sedangkan hidrolisis menggunakan basa encer merupakan cara yang lazim
digunakan untuk hidrolisis ester. Ester dipanaskan dibawah refluks dengan sebuah
basa encer seperti larutan natrium hidroksida. Ada dua kelebihan utama dari cara
ini dibandingkan dengan menggunakan asam encer yaitu, reaksi yang terjadi
berlangsung dengan satu arah dan tidak reversibel, serta produknya lebih mudah
dipisahkan, contoh hidrolisis menggunakan larutan natrium hidroksida yaitu
(Brady, 1998):
1. Hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida
2. Hidrolisis metil propanoat menggunakan larutan natrium hidroksida
400 435 nm
Ungu (Lembayung)
Hijau kekuningan
450 480 nm
Biru
Kuning
480 490 nm
Biru kehijauan
Oranye
490 500 nm
Hijau kebiruan
Merah
500 560 nm
Hijau
Merah anggur
560 580 nm
Hijau kekuningan
Ungu (Lembayung)
580 595 nm
Kuning
Biru
595 610 nm
Oranye
Biru kekuningan
610 750 nm
Merah
Hijau kebiruan
HCl biasanya digunakan untuk titrasi, bisa juga untuk penukar kation (Gita,
2009).
2.7.3 Asam Miristat
Asam n-tetradekanoat, asam lemak jenuh yang mempunyai rumus kimia
C13H27COOH dan rumus struktur CH3(CH2)12COOH; Kristal berbentuk
serpihan tak berwarna. t.l 58 ; t.d 250,5 ; d 0,844 (Mulyono, 2007).
2.7.4 Etanol
Etanol juga disebut etil alkohol, etanol mudah menguap dan mudah terbakar.
Etanol berbentuk cairan dan tak berwarna. Ethanol termasuk dalam alkohol rantai
tunggal dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empirisnya adalah C2H6O.
Ethanol larut dalam air dan pelarut organik lainnya seperti asam asetat, aseton,
benzena, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, dan lain lain. Etanol
memiliki titik didih yang rendah dan cenderung aman. Keuntungannya dibanding
menggunakan aseton yaitu ethanol mempunyai kepolaran yang tinggi sehingga
mudah untuk melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, karbohidrat, dan organik
lainnya (Rahma, 2012).
2.7.5 Methanol
Metanol,
juga
dikenal
sebagai
metil
alkohol,
wood
alcohol
paling
sederhana.
Pada
"keadaan atmosfer"
ia
berbentuk
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan
beracun dengan bau yangkhas (berbau lebih ringan dari pada etanol). Massa
molar dari methanol adalah 32,04 gr/mol. Methanol bersifat toxic, bisa dipakai
didih 69 pada 1,013 kPa, titik nyala -22 . Berat jenis uap 2,79. Kelarutan
dalam air 0,0095 g/L pada 20 . Koefisien partisi (n-heksana) log Povy : 4,11.
Viskositas dinamis 0,326 mPa.S. n-heksana bersifat non polar (Mulyono, 2007).
2.7.8 Petroleum Eter
Petroleum eter dikenal sebagai bensin adalah sekelompok berbagai volatile,
mudah terbakar. Petroleum eter ini termasuk cairan hidrokarbon campuran yang
digunakan terutama sebagai pelarut nonpolar. Petroleum eter bukan merupakan
eter seperti dietil eter, tetapi sejenis hidrokarbon ringan. Berat jenis petroleum eter
adalah 0,6 dan 0,8 tergantung pada komposisinya. Petroleum eter ini kurang
berbahaya terhadap resiko kebakaran dan ledakan, serta lebih selektif untuk lemak
nonpolar (Rozi, 2011).
2.7.9 Trimiristin
Trimiristin merupakan salah satu bahan dalam golongan lemak yang
ditemukan pada biji buah pala. Trimiristin terkandung sekitar 25 % dari berat
kering biji buah pala. Mempunyai titik leleh 57 . Trimiristin merupakan
trigliserida yang tersusun atas 3 asam miristat dimana ketiganya bergabung
melalui reaksi esterifikasi dengan gliserol (Arsyad, 2001).