Anda di halaman 1dari 24

KORUPSI

KOLUSI
NEPOTISME

KORUPSI

Definisi
Korupsi sendiri adalah suatu tindakan pejabat publik, baik politisi,
pegawai negeri, yang menyalahgunakan kekuasaannya mengambil atau
mengakali hak milik orang lain demi kepentingannya sepihak sehingga
dapat merugikan banyak kalangan masyarakat

Peraturan
Internasional:
UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG KORUPSI, 2003)


Indonesia:
UU NO 7 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATION CONVENTION

AGAINST CORRUPTION, 2OO3 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI


KORUPSI, 2003)
UU NO 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI
UU NO 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
UU NO 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI


UU NO 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN

BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

Unsur-unsur Korupsi
Unsur-unsur korupsi menurut Kurniawan et. al. (2003 : 15) adalah :
a.

Tindakan melawan hokum

b.

Menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, kelompok


dan golongan.

c.

Merugikan negara baik secara langsung maupun tidak langsung.

d.

Dilakukan oleh pejabat publik/penyelenggara negara maupun


masyarakat.

Jenis Tindak Pidana Korupsi


1.

Pemberian Suap/Sogok (Bribery)

2.

Penggelapan (Embezzlement)

3.

Pemalsuan (Fraud)

4.

Pemerasan (Extortion)

5.

Penyalahgunaan Jabatan atau Wewenang (Abuse of Power)

6.

Pertentangan Kepentingan/Memiliki Usaha Sendiri (Internal/Insider


Trading)

7.

Pilih Kasih (Favoritism)

8.

Menerima Komisi (Commision)

9.

Nepotisme (Nepotism)

10. Kontribusi atau Sumbangan Ilegal (Illegal Contribution)

Penyebab
Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam
bukunya berjudul "Strategi Pemberantasan Korupsi," antara lain:
1. Aspek Individu Pelaku
Sifat tamak manusia
Moral yang kurang kuat
Penghasilan yang kurang mencukupi
Kebutuhan hidup yang mendesak
Gaya hidup yang konsumtif
Malas atau tidak mau kerja
Ajaran agama yang kurang diterapkan

2. Aspek Organisasi
Kurang adanya sikap

keteladanan pimpinan
Tidak adanya kultur

organisasi yang benar


Sistim akuntabilitas yang

benar di instansi pemerintah


yang kurang memadai
Kelemahan sistim

pengendalian manajemen
Manajemen cenderung

menutupi korupsi di dalam


organisasi

3. Aspek Tempat Individu dan Organisasi


Berada
Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk

terjadinya korupsi Korupsi bisa


ditimbulkan oleh budaya masyarakat.
Masyarakat kurang menyadari sebagai

korban utama korupsi


Masyarakat kurang menyadari bila

dirinya terlibat korupsi


Masyarakat kurang menyadari bahwa

korupsi akan bisa dicegah dan diberantas


bila masyarakat ikut aktif
Aspek peraturan perundang-undangan

Akibat Korupsi
Korupsi mendelegetimasi proses demokrasi dengan mengurangi

kepercayaan publik terhadap proses politik melalui politik uang.

Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik,

membuat tiadanya akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of


law.

Korupsi meniadakan sistim promosi dan hukuman yang berdasarkan

kinerja karena hubungan patron-client dan nepotisme.

Korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas

umum bermutu rendah


masyarakat
sehingga
berkelanjutan.

dan tidak sesuai dengan kebutuhan


mengganggu
pembangunan
yang

Korupsi mengakibatkan kolapsnya sistem ekonomi karena produk

yang tidak kompetitif dan penumpukan beban hutang luar negeri.

Akibat Korupsi
Korupsi yang sistimatik menyebabkan:
Biaya ekonomi tinggi oleh penyimpangan insentif;
Biaya politik oleh penjarahan terhadap suatu lembaga publik; dan
Biaya sosial oleh pembagian kesejahteraan dan pembagian

kekuasaan yang tidak semestinya.


Selama tiga tahun terakhir terdapat trend kenaikan kerugian keuangan

negara yang menurut catatan akhir tahun Indonesian Corruption Watch


(24/1/07) pada tahun 2004 mencapai Rp. 4,3 triliun, tahun 2005
mencapai Rp 5,3 triliun dan tahun 2006 meningkat tiga kali lipat
menjadi Rp 14,4 triliun.

KPK

KPK
Menurut UU No. 30 Tahun 2002 Pasal 3:
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun.

Tugas KPK
Pasal 1 Butir 3 UU No. 30 Tahun 2002:
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah
serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui
upaya
koordinasi,
supervisi,
monitor,
penyelidikan,
penyidikan,
penuntutan,
dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran
serta
masyarakat
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Tugas KPK: Koordinasi (Pasal 7 UU No. 30 Tahun


2002)
Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :
a.

mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana


korupsi;

b.

menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana


korupsi;

c.

meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi


kepada instansi yang terkait;

d.

melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang


berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;

e.

meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Tugas KPK: Supervisi (Pasal 8 UU No. 30 Tahun 2002)


Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan,

penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas


dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak
pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan
publik.

Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak

pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.

Tugas KPK: Monitoring (Pasal 14 UU No. 30 Tahun


2002)
Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:
a.

melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di


semua lembaga negara dan pemerintah;

b.

memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah


untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian,
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;

c.

melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan


Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika
saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan
tersebut tidak diindahkan.

Tugas KPK: Pencegahan (Pasal 13 UU No. 30 Tahun


2002)
Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melaksanakan langkah atau upaya
pencegahan sebagai berikut :
a.

melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan


penyelenggara negara;

b.

menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

c.

menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang


pendidikan;

d.

merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan


tindak pidana korupsi;

e.

melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

f.

melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak


pidana korupsi.

Tugas KPK: Penyelidikan, Penyidikan, dan


Penuntutan (Pasal 11 UU No. 30 Tahun 2002)
Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang :
a.

melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan


orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara;

b.

mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

c.

menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00


(satu milyar rupiah).

Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999(pasal 41 dan 42):
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud diwujudkan dalam
bentuk :
a.

hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya


dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi;

b.

hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan


memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak
pidana korupsi;

c.

hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab


kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi;

d.

hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya

KOLUSI

Definisi
Kolusi adalah suatu perbuatan yang tidak jujur atau kecurangan dalam
melakukan kesepakatan khusus secara diam-diam atau tersembunyi
dengan melakukan penyuapan sebagai pelancar atau pelicin agar segala
urusannya bisa berjalan lancar tanpa hambatan.

NEPOTISME

Definisi
Nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang memiliki arti

"keponakan" atau "cucu".


Jadi, jika disimpulkan Nepotisme adalah sikap plihkasih dengan lebih

mementingkan anak, kerabat, atau orang terdekat dalam segala


urusan sehingga tidak memandang nilai atau kemampuan
seseorang yang tidak dekat dengannya .

Anda mungkin juga menyukai