Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar
penilaian pendidikan dikatakan bahwa penilaian pendidikan adalah
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Tes, sebagai alat ukur, perlu dirancang secara khusus sesuai
dengan tujuan peruntukannya, dan perlu dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya, sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunannya.Tes
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar harus benar-benar
didesain sesuai dengan kegunaannya. Tes yang digunakan untuk
penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis
pendidikan tertentu akan berbeda dengan desain tes formatif yang
digunakan untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses
pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi siswa. Penggunaan
bentuk tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi
yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur /
ditanyakan dengan mempergunakan tes tertulis dalam bentuk tes
objektif. Ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
mempergunakan tes essay atau uraian. Jenis tes objektif memang
baik dan efektif jika digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.Akan
tetapi

tes

objektif

tidak

tepat

digunakan

untuk

mengukur

kemampun siswa dalam tingkat sintesis dan evaluasi.


Untuk mengukur kemampuan siswa dalam tingkat sintesis
dan evaluasi, diperlukan jenis tes lain yaitu tes essay. Tes essay
sangat

baik

digunakan

untuk
1

menarik

hubungan

antara

pengetahuan atau fakta-fakta

yang telah mengendap dalam

struktur kognitif siswa dengan pengertian materi yang sedang


dipikirkannya (Suherman, E, 1993). Tetapi tes ini tidak akan efektif
jika dalam perencanaan,penyusunan dan pengadministrasiannya
tidak sesuai dengan aturan-aturannya. Berdasarkan hal tersebut di
atas,

penulis

menyusun

makalah

yang

berjudul

Perencanaan,Penyusunan, dan Pengadministrasian serta Rubrik


Penilaian guna mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan tes essay.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
teknikPerencanaan,

Penyusunan

Pengadministrasian Tes Essay ?


2. Bagaimana rubrik penilaian pada Tes Essay?
C. Tujuan
Adapau tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui teknik
Perencanaan,
Penyusunan
2.

Pengadministrasian Tes Essay


Mengetahui rubrik penilaian pada tes essay.

dan

dan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes Essay
Tes essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan
terstruktur

dan

siswa

menyususn,

mengoragnisasikan

sendirijawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes


essay sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menjelaskan atau mengungkapkan

suatu pendapat dalam

bahasa sendiri.
Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes
tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang
masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban
siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berpikir siswa (Sukardi, 2008). Senada dengan itu, menurut Oemar
Hamalik (2001) tes essay adalah salah satu bentuk tes yang terdiri
dari satu atau beberapa pertanyaan essay, yakni pertanyaan yang
menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan
pendapatnya

sendiri.Setiap

siswa

memiliki

kesempatan

memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban


siswa lainnya.
Tes

essay

juga

dapat

disebut

sebagai

tes

dengan

menggunakan pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut


siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes essay juga
sering disebut sebagai tes uraian karena untuk menjawab soal
siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban
tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi
3

memerlukan uraian yang lengkap dan jelas.Selain harus menguasai


materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam
bahasa tulisan dengan baik.
Dari beberapa pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa, tes
uraian

adalah

terstruktur

tes

dan

yang

siswa

disusun

menyusun,

dalam

bentuk

pertanyaan

mengorganisasikan

sendiri

jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini
sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam
menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa
sendiri.
Secara umum ada dua macam fungsi tes yaitu:
1.

Tes sebagai alat pengukur peserta didik dalam hal ini


tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan aatu kemajuan
yang

telah

menempuh

dicapai
proses

oleh

peserta

didik

belajar-mengajar

setelah

dalam

merekea

jangka

waktu

tertentu.
2.

Tes

sebagai

alat

pengukur

keberhasilan

program

pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui


sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan,
telah dapat dicapai.
B. Jenis-Jenis Tes Uraian
Dilihat dari ruang lingkup, tes uraian dibedakan menjadi:
1. Uraian terbatas (restricted response items)
Tes uraian terbatas tepatdigunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menjelaskan hubungan sebab
akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan
alasan

yang

relevan,

merumuskan

hipotesis,membuat

kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan


sebagainya.
Ruang lingkup diarahkan pada aspek tertentu
Contoh Soal:
Jelaskan

macam

gerak

tropisme,

berdasarkan

jenis

rangsang yang diterima oleh tumbuhan.


2. Uraian Bebas (Extended response items)
a. Ruang lingkup jawaban luas
b. Mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif (siswa
dituntut untuk memilih, mengorganisasi, mengevaluasi
fakta, ide-ide kemudian menerapkan, mengintegrasikan,
berpikir kritis dan memecahkan masalah)
c. Dapat mengembangkan kemampuan mengembangkan
menulis dan berbahasa
Contoh:

Mengapa

cahaya

mempengaruhi

arah

gerak

tumbuhan?

3. Uraian berstruktur
Bentuk antara soal uraian dansoal objektif, merupakan
serangkaian soal jawaban singkat bersifat terbuka dan bebas
menjawabnya. Unsur-unsur pada soal berstruktur:
a. Pengantar soal
b. Seperangkat data
c. Serangkaian subsoal
Contoh:
Pada tanaman tomat (solanum lycopersicum) dikenal gen-gen
sbb:
O = buah bulat

H = batang berambut tebal

o = buah oval

h = batang tak berambut


5

Uji silang tanaman dihibrid menghasilkan kerturunan sbb:


32 tanaman buah bulat, batang berambut
7 tanaman buah bulat, batang tak berambut
5 tanaman buah oval, batang berambut
56 tanaman buah oval, batang tak berambut
a. Apakah gen-gen itu berpautan ataukah tidak ?alasannya?
b. Tuliskan genotip dan fenotip tanaman dihibridnya?
Walaupun sebenarnya jika dilihat lebih dalam, kedua jenis tes
terakhir ini (uraian objektif dan uraian non-objektif) merupakan
bagian dari tes essay terbatas, karena pengelompokkan tes
uraian

menjadi

uraian objektif dan uraian non-objektifve hanya

didasarkan kepada pendekatan pemberian skor saja.


Perbedaan
uraian

antara

soal

non-objektif terletak

bentuk

pada

uraian

kepastian

objektif

dengan

pemberian

skor.

Pada soal bentuk uraian objektif, kunci jawaban dan pedoman


penskorannya

lebih

pasti

(diuraikan

secara

jelas

hal-

hal/komponen yang diskor dan berapa skor untuk masing-masing


komponen tersebut. Sedangkan

pada

soal

uraian

non-objektif

pedoman penskoran dinyatakan dalam rentangan (1 10 atau 1


100), sehingga pemberian skor (penentuan kualitas jawaban)
sedikit

banyak

akan

pemberi

skor.

dilakukan

dengan

dipengaruhi

Untuk mengurangi
cara

membuat

oleh

unsur

subjektifitas

subjektif
ini,

si

dapat

pedoman penskoran secara

rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama.


1. Tes Uraian Objektif
Tes

uraian

objektif

adalah

bentuk

tes

uraian

yang

butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan


yang relatif lebih pasti, sehingga dapat dilakukan penskoran
6

secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun dapat


menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya model tes ini
memiliki
bisa

kunci

jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar

diberi skor 1 dan jawaban salah 0. Anthony

(1996)

mengatakan

dipergunakan

bahwa

untuk

tes

mengevaluasi

essay
hasil

J.

Nitko

terbatas

tepat

belajar

kompleks

yang berupa kemampuan-kemampuan:


a.
b.
c.
d.

merumuskan asumsi-asumsi yang tepat


melukiskan keterbatasan-keterbatasan data
merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat
menjelaskan metode dan prosedur dan hal-hal sejenis yang
menuntut

kemampuan

siswa

untuk

melengkapi

jawabannya.
2. Tes Uraian Non-Objektif
Tes uraian non-objektif adalah bentuk tes uraian yang
butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan
jawaban

yang bebas, menuntut siswa untuk mengingat dan

mengorganisasikan

gagasan-gagasan

memadukan gagasan-gagasan) pribadi


telah

dipelajarinya

mengekspresikan

dengan

gagasan

(menguraikan
hal-hal

yang

cara mengemukakan

atau

tersebut

atau

dan

dalam

bentuk

uraian

tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsur


subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif).Tes essay bebas
tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang
bersifat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan:
a. menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide
b. memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi
c. merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah
eksperimen
d. mengevaluasi nilai suatu ide
7

Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam menulis tes


uraian adalah sebagai berikut:
1. Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes (kisi-kisi)
yang ada.
2. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang
kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif.
3. Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang
dapat ditanyakan dalam satu waktuujian.
4. Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak
hanya sekadar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata
tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan,
analisislah,kelompokkanlah,
sebagainya.

Hindarkan

formulasikan,
penggunaan

dan
kata

lain
tanya

seperti:sebutkan, karena kata tanya seperti itu biasanya


hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja.
5. Rumuskan butir soal dengan jelas sehingga

tidak

menimbulkan salah tafsir.


6. Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam
waktu yang telah ditentukan.
7. Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada
setiap butir soal.
Setelah menulis butir soal, penulis diwajibkan untuk
membuat pedoman penskoran sebagai berikut:
1.

Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada

2.

jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis.


Tandai butir, kata kunci atau konsep penting yang harus

3.

muncul pada jawaban tersebut.


Adakah butir, kata kunci atau konsep yang lebih penting dari

4.

yang lain?
Beri skor pada setiap butir, kata kunci, atau konsep yang
harus muncul pada jawaban tersebut.

5.

Butir, kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi
skor lebih dari yang lain.Tes yang baik adalah tes yang dapat
mengukur

hasil

belajar

siswa

dengan

tepat.

Untuk

dapatmenghasilkan tes yang seperti itu maka tes tersebut


harus dibuat melalui perencanaan yang baik.
C. Ciri-Ciri Tes yang Baik
Menurut arikunto (2009), sebuah tes yang dapat
dikatakan

baik

sebagai

alat

pengukur

harus

memilki

persyaratan tes, yaitu memiliki:


1. Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat
tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk
mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,
bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu
ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya
perhatian

pada

pelajaran,

ketepatan

menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti


relevan pada permasalahannya.
2. Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat
dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes
tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan
validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas
adalah ketetapan.
3. Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila
dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang
9

mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem


scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka
objektivitas

menekankan

ketetapan

pada

sistem

scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan


dalam hasil tes
4. Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang
tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5. Ekonomis
Yang

dimaksud

ekonomis

disini

ialah

bahwa

pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau


biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang
lama.
D. Perencanaan Tes
Dalam

merencanakan

tes

kita

harus

mengetahui

karakteristik instrumen mengukur yang baik.Apa tujuan tes dan


informasi apa yang ingin diperoleh dalam tes sangat penting
diperhatikan dalam merencanakan tes. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan tes adalah :
1.

Relevansi
Tes

harus

mengukur

hasil

yang

merefleksikan

pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus suatu materi.


Tes harus mengandung materi yang telah diajarkan,selain
itu tes juga mengukur hanya pengetahuan dan ketrampilan
yang telah diajarkan
10

2.

Pengambilan sampel yang tepat.


Setiap

item

tes

harus

merefleksikan

hasil

pembelajaran yang diinginkan.Jika hal ini tidak mungkin


maka tes harus mencakup sampling representatitif hasil
pembelajaran yang penting.
3.

Kondisi standar
Jika pengguna tes tidak menggunakan tes dibawah
kondisi yang sama (waktu yang diberikan sama, tingkat
kesukaran dan content sama dsb), perbedaan faktor akan
mempengaruhi performance sehingga skor mereka tidak
dapat langsung dibandingkan.

4.

Kesukaran yang sesuai


Kesukaran

item

didefinisikan

sebagai

persentase

manusia yang menjawab item dengan benar.Kesukaran


item ditentukan beberapa hal antara lain umur siswa.
Dalam mastery testing item yang bagus akan dijawab
benar oleh siswa yang menguasai materi. Dalam keadaan
lain kesukaran item digunakan untuk menentukan grade,
tujuan testing untuk membedakan antara siswa yang
memiliki berbagai tingkat pengetahuan mengenai suatu
subyek.
5.

Konsistensi
Konsistensi atau reliability adalah hal penting dalam
tes karena jika tes tidak mengukur secar konsisten skor
individu akanbervariasi dari waktu ke waktu.

6.

Skor yang penuh arti


Skor akan memberikan informasi yang berguna, skor
yang akurat akan menggambarkan pencapaian siswa dan
dapat digunakan untuk mengambil keputusan.
11

Hal-hal

yang

perlu

diperhatikan

dalam

membuat

perencanaan tes yang baik adalah sebagai berikut:


1. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
2. Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan
untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Tentukan proses berpikir yang ingin diukur.
4. Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur
tujuan pembelajaran tersebut.
5. Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.
6. Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa
dalam satu waktu ujian yang telahditentukan
Dalam

merencanakan

suatu

tes

terdapat

tiga

metode.Metode I merencanakan tes content/skill. Pengukuran


pencapaian disini dengan memperhatikan pengetahuan (dimensi
isi)

dan

proses

kognitif

(dimensi

skill).

Jika

kita

akan

mengembangkan dimensi skill dalam perencanaan kita harus


dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kognitif skill.
Klasifikasi

yang

Educational

diberikan

Objectives

menggunakan

:Cognitive

Domain

Taxonomy
dari

Bloom

of
:

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.


Metode

ke

II

adalah

sampling

objectif

yang

mengukur

pencapaian hasil pembelajaran yang diinginkan dan lebih


menekankan kepada tujuan khusus perilaku.Pendekatan ketiga
adalah

pendekatan

kombinasi

dengan

mengembangkan

content/skill tes dengan mengidentifikasi perilaku yang tepat


pada setiap sel konten/ skill.
Petunjuk praktis dalam perencanaan tes:
1.

Bentuk tes

2.

Waktu pelaksanaan
12

3.

Format item
Tes diberikan untuk beberapa alasan berbeda.Hal ini untuk

mencapai

beberapa

tujuan

perlu

berhati-hati

dalam

merencanakan sebuah tes.Dalam setting kelas perencanaan ini


sering

diinstruksikan

secara

objektif

atau

ke

dalam

tabel

spesifikasi.Ketika guru menggunakan perintah spesifik yang


objekti untuk menjadi lebih jelas.Apakah yang menjadi keharusan
dalam tes.
Tabel spesifikasi adalah alat lain yang digunakan di dalam
desain tes. Dua dimensi berisi proses kognitif yang digunakan
dalam merencanakan nomor dan macam-macam item yang ada
dalam tes.Penggunaan tabel spesiikasi dapat diaplikasikan untuk
pembentukan

tes,

tetapi

banyak

dari

tes

ditentukan

oleh

pertimbangan. Pembuat tes harus mempertimbangkan beberapa


hal seperti berapa lama waktu tes yang tersedia, item apayang
memformat sehingga siswa dapat menjawab dan peningkatan
level dari latihan, atau perencanaan tes yang tidak saling
tumpang tindih.
E. Penyusunan Tes Essay
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati dalam
menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur
tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah
diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta
didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan satu unit
pengajaran tertentu.
1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil
belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai
dengan tujuan instruksional.Kejelasan mengenai pengukuran

13

hasil belajar yang dikehendaki akan memudahkan bagi guru


dalam menyusun butir-butir soal tes hasil belajar.
2. Butir-butir soal hasil tes hasil belajar harus merupakan sampel
yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah
diajarkan,

sehingga

dapat

dianggap

mewakili

seluruh

performance yang telah diperoleh selama peserta didik


mengikuti suatu unit pengajaran.
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur
hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu
sendiri.Untuk mengukur hasil belajar yng berupa ketampilan
misalnya, tidak tepat kalau hanya menggunakan soal-soal
yang

berbentuk

essay

test

yang

jawabannya

hanya

menguraikan dan bukan melakukan atau mempraktekkan


sesuatu.

Demikian

pula

untuk

mengukur

kemampuan

menganalisis suatu prinsip, tidak cocok jika digunakan butirbutir soal yang berbentuk essay test yang jawabannya hanya
menguraikan dan bukan melakukan atau mempraktekkan
sesuatu.

Demikian

pula

untuk

mengukur

kemampuan

menganalisis suatu prinsip, tidak cocok jika digunakan butirbutir soal yang berbentuk objective test yang pada dasarnya
hanya mengungkap daya ingat peserta didik.
4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang diinginkan pernyataan tersebut
mengandung makna, bahwa desain tes hasil belajar harus
disusun relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masingmasing jenis tes. Desain dari placement test (yaitu tes yang
digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu
jenjang atau jenis program pendidikan tertentu). Sudah barang
tentu akan berbeda dengan desain dari formative test (yaitu
14

tes

yang

digunakan

untuk

mencari

umpan

balik

guna

memperbaiki proses pembelajaran, baik guru maupun bagi


siswa). Dan summative test (yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur atau menilai sampai dimana pencapaian siswa
terhadap
selanjutnya

bahan
untuk

pelajaran

yang

menentukan

telah

diajarkan

dan

kenaikan

tingkat

atau

kelulusan siswa yang bersangkutan). Demikian pula desain


dari diagnostic test (yaitu tes yang digunakan dengan tujuan
untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti
latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial ekonomi
siswa) tentu akan berbeda pula dengan tiga jenis tes yang
telah disebutkan diatas.
5. Tes hasil belajar harus

memiliki

reabilitas

yang

dapat

diandalkan. Artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan


berkali-kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu sama
atau relatif sama. Dengan demikian tes hasil belajar itu tidak
diragukan lagi.
6. Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat
pengukur

keberhasilan

belajar

siswa,

juga

harus

dapat

dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk


memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu
sendiri.
Petunjuk penyusunan tes essay adalah:
1. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari
bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang
sifatnya komprehensif.
2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan.
3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan
kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
15

4. Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara


jelaskan, mengapa, bagaimana, seberapa jauh, agar
dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap
bahan.
5. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah dipahami oleh siswa.
6. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki
oleh penyusun tes.
Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian adalah
sebagai berikut:
Pertama, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh
mungkin harus dapat diusahan agar butir-butir soal tersebut
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah
diajarkan,

atau

yelah

diperintahkan

kepada

testee

untuk

mempelajarinya. Dengan cara demikian maka sekalipun jumlah


butir soalnya terbatas, namun di dalamnya terkandung materi
yang luas dan bersifat komprehensif.
Kedua, untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh
testee (misalnya: menyontek atau bertanya kepada testee lain),
hendaknya

diusahakan

agar

susunan

kalimat

soal

dibuat

berlainan dengan susuna kalimat yang terdapat dalam buku


pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk dipelajarinya.
Dengan demikian sebelum testee menentukan dan menuliskan
jawabannya di atas lembar jawaban, mereka akan berfikir lebih
dahulu secara cermat, apakah jawaban yang dituliskan itu
adalah jawaban yang benar atau tidak.
Ketiga, sesaat setelah butir soat tes uraian dibuat, hendaknya
segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau
seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh
16

tester

sebagai

mengandung

jawaban

makna,

yang

bahwa

betul.Pernyataan
segera

setelah

tersebut
selesainya

penyusunan butir-butir soal tes urian, hendaknya segera pula


dibuat kunci jawabannya, atau setidaknya disiapkan ancar-ancar
jawaban

betulnya,

dilengkapi

pula

dengan

pedoman

penilaiannya. Misalnya, jika jawaban testee itu 100% betul diberi


skor 10, jawaban betul 50% diberikan skor 5 dan seterusnya.
Dengan

cara

demikian

maka

faktor

subyektivtas

yang

menyelinap ke dalam diri tester akan dapat dikurangi sampai


sekecil-kecilnya.
Keempat, dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya
diusahakan

agar

pertanyaan-pertanyaanya

atau

perintah-

perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara


bervariasi.
a. Contoh yang jelek:
1. Jelaskan, perbedaan antara ........dengan..........
2. Jelaskan, hubungan antara ...... dengan...........
3. Jelaskan mengapa.............?
b. Contoh yang baik:
1. Jelaskan perbedaan antara............dengan.........
2. Buatlah sebuah uraian sehingga dapat tergambar dengan
jelas, hubungan antara.............dengan..........
3. Kemukakan alasannya, mengapa......
Dengan contoh yang disebutkan terakhir itu, maka akan
dapat dicegah timbulnya rasa jenuh di kalangan testee dalam
mengerjakan soal tes yang dihadapkan kepada mereka.
Kelima, kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat
dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak
menimbulkan keraguan atau kebingungan bagi testee dalam
memberikan jawabannya.

17

Keenam, suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh


tester ialah, agar dalam menyusun butir-butir soal tes uraian,
sebelum sampai pada butir-butir soal yang harus dijawab atau
dikerjakan

oleh

testee,

hendaknya

dikemukakan

pedoman

tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal


tersebut. Misalnya: Jawaban soal harus dituliskan di atas
lembar berdasarkan nomor urut soal, atau petunjuk lainnya
yang dipandang perlu.

F. Pengadministrasian Test
Petunjuk-petunjuk berikut harus diperhatikan sungguhsungguh dalam pengadministrasian tes:
1. Dalam memberikan tes jangan sampai menyimpang dan
prosedur yang telah digariskan. Penyimpangan sedikit saja
dapat mempengaruhi nilai ilmiah tes itu
2. Usahakanlah untuk memegang teguh

pada

kata-kata

dan/atau kalimat-kalirnat yang sudah dicantumkan dalam


petunjuk-petunjuk khusus dan setiap tes. Petunjuk-petunjuk
itu menuntun secara jelas apa yang harus dikerjakan dan apa
yang harus dikatakan oleh pemberi tes (tester) kepada yang
mengerjakan tes (testee). Petunjuk-petunjuk yang harus
dikatakan itu dicetak dalam huruf hesar dan harus dibenikan
secara verbatim (kata demi kata, kalimat demi kalimat, apa
adanya).

Dalam

memperkenalkan

tes

dan

menjelaskan

halaman atau soal-soal latihan, jangan menggunakan katakata dan/atau kalimat-kalimat lain, kecuali seperti apa yang
ditulis dalam huruf besar itu.
18

3. Pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh testee selama


mereka menerima penjelasan tentang contoh-contoh soal
atau soal-soal latihan harus dijawab dengan pedoman sebagai
berikut:Jika pertanyaan-pertanyaan itu berhubungan dengan
penjelasan sesuai jawaban soal, maka petunjuk-petunjuk
yang berhubungan dengan itu harus dibaca kembali, jangan
diubah, ditambah dan/atau dikurangi. Jika pertanyaan itu
berhubungan dengan detail-detail dan prosedur, misalnya
dimana jawaban-jawaban itu harus dimasukkan maka hal itu
dapat dijawab secara langsung. Tegaskan kepada mereka
bahwa

tidak

akan

ada

jawaban

terhadap

pertanyaan-

pertanyaan semacam itu, setelah mereka mulai mengerjakan


tes.
4. Disamping memegang teguh pada petunjuk-petunjuk khusus,
maka harus dicegah adanya gangguan-gangguan perasaan
atau kesehatan, misalnya perasaan: takut, tegang, tertekan,
bingung dsb pada testee. Hal itu dapat dicapai dengan jalan
menyelenggarakan kegiatan itu sebagai kegatan sekolah yang
wajar dan bukan sebagai kejadian yang istimewa atau khusus.
5. Jagalah, jangan sampai testee melihat soal-soal tes sebelum
waktu mengerjakan tiba. Usahakan sunguh-sungguh jangan
sampai testee saling dapat melihat atau mencontek satu
dengan lainnya selama mereka mengerjakan tes.
6. Pakailah stopwatch atau petunjuk waktu lainnya asalkan ada
petunjuk/jarumdetik. Jika bukan
catatlah

dengan

teliti

waktu

stopwatch yang dipakai

mulai

danberakhirnya

tes

sekaligus. Batas waktu (time limit) untuk setiap bagian tes


harusditepati dengan teliti dan sungguh-sungguh.
G. Keunggulan dan Kelemahan Tes Uraian
19

Tes hasil belajar bentuk uraian, disamping memiliki


keunggulan-keunggulan juga tidak terlepas dari kekurangankekurangan.
Di antara keunggulan yang dimiliki oleh tes uraian adalah,
bahwa:
1. Tes uraian adalah merupakan jenis tes hasil belajar yang
pembuatannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Hal ini disebabkan karena kalimat-kalimat soal pada tes
uraian

itu

adalah

cukup

pendek,

sehingga

dalam

penyusunannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu banyak


memakan waktu, tenaga, pikiran, peralatan dan biaya.
2. Dengan menggunkan tes uraian, dapat dicegah kemungkinan
timbulnya permainan spekulasi dikalangan testee. Hal ini
dimungkinkan karena hanya testee yang mampu memahami
pertanyaan atau perintah yang diajukan dalam tes itu sajalah
yang akan dapat memberikan jawaban yang benar dan tepat.
Adapun

bagi

testee

yang

tidak

memahami

butir-butir

pertanyaan atau perintah yang dikemukakan dalam tes


tersebut, kecil sekali kemungkinan untuk dapat memberikan
jawaban dengan benar dan tepat.
3. Melalui butir-butir soal tes uraian, penyusun soal akan dapat
mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat
penguasaan

testee

dalam

memahami

materi

yang

ditayangkan dalam tes tersebut.


4. Dengan menggunakan tes uraian, testeeakan terdorong dan
terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat dengan
menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang
merupakan hasil olahannya sendiri.
Adapun kelemahan-kelemahan yang disandang oleh tes
subyektif antara lain adalah:
20

1. Tes uraian pada umumnya kurang dapat menampung dan


mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi atau bahan
pelajaran

yang

telah

diberikan

kepada

testee,

yang

seharusnya diujikan dalm tes hasil belajar. Seperti diketahui


jumlah butir soal tes uraian itu sangat terbatas, sehingga
sangat sulit bagi pembuat soal untuk menyusun soal dalam
jumlah

yang

amat

terbatas.Akan

tetapi

dalam

keterbatasannya itu, butir-butir soal tes tersebut harus dapat


menjadi wakil yang representatif bagi keseluruhan materi
pelajaran yang telah diberikan atau yang telah diperintahkan
untuk dipelajari kepada testee.
2. Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit. Hal ini
disebabkan karena sekalipun butir soalnya sangat terbatas,
namun jawabannya bisa panjang lebar dan bervariasi.
Sehingga pekerjaan koreksi akan banyak menyita waktu,
tenaga dan pikiran.
3. Dalam memberikan

skor

hasil

ter

uraian,

terdapat

kecenderungan bahwa tester lebih banyak bersifat subyektif.


Beberapa

faktor

yang

dapat

mendorong

tester

untuk

bertindak kurang obyektif ini misalnya adalah: walaupun


testee dapat menjawab dengan betul terhadap butir-butir
soal yang diajukan dalam tes, namun karena tulisannya jelek,
tidak teratur, jorok dan sebagainya, maka skor atau nilai
yang diberikan kepada testee menjadi lebih rendah dari pada
yang semestinya. Sebaliknya testee yang sebenarnya tidak
lebih baik kualitas jawabannya daripada testee yang telas
disebutkan di atas akan tetapi karena tulisannya baik,
jawaban disusun secara teratur, urut dan rapi, justru

21

mendapat skor atau nilai yang lebih tinggi dari yang


semestinya.
4. Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes
uraian sulit untuk diserahkan kepada orang lain, sebab pada
tes uraian orang yang paling tahu mengenai jawaban yang
sempurna adalah penyusun tes itu sendiri. Karena itu maka
apabila pekerjaan koreksi dimaksud di atas diserahkan
kepada orang lain, akan mengalami banyak kesulitan juga
ada kemungkinan pemberian skor atau nilai hasil tes bisa
berbeda dari yang semestinya.
5. Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan
megukur (reliabilitas) yang dimiliki oleh tes uraian pada
umumnya rendah sehingga kurang dapat diandalkan sebagai
alat pengukur hasil belajar yang baik.
H.Rubrik
Rubrik

merupakan

panduan

penilaian

yang

menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai


atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa. Rubrik perlu
memuat

daftar

ditunjukkan
panduan

karakteristik

dalam

untuk

suatu

yang

diinginkan

pekerjaan

mengevaluasi

yang

siswadisertai

masing-masing

perlu

dengan

karakteristik

tersebut.
1. Tujuan Penyusunan Rubrik
Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan
secara jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan
untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua pihak (guru dan
siswa)

akan

mempunyai

pedoman

bersama

yang

jelas

tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan

22

pula dapat menjadi pendorong atau motivator bagi siswa


dalam proses pembelajaran.

2. Isi Rubrik
Dalam setiap komponen terdiri dari satu atau beberapa
dimensi. Secara singkat scoring rubrik terdiri dari beberapa
elemen, yaitu :
a. Dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja anak
didik.
b. Definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai
setiap dimensi
c. Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi
d. Standar untuk setiap kategori kinerja.
Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam
bentuk holistic rubric. Rubrik holistik adalah pedoman untuk
menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua
kriteria. Serta dapat pula dalam bentuk analytic rubric, rubrik
analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa
kriteria yang ditentukan. dengan menggunakan rubrik ini dapat
dianalisis kelemahan atau kelebihan siswa.
3. Macam-Macam Penilaian Rubrik
Jangkar Penampilan: Konsisten dan fokus
Menyokong Feed back yang detail dan formatif
Dengan rubrik kita bisa melakukan pekerjaan lebih
cepat karena tidak perlu menuliskan catatan-catatan ekstensif
pada

setiap

makalah

tugas.

Karena

hanya

dengan

mencentang atau membuat lingkaran pada rubric, atau


23

menuliskan

satu

atau

dua

kata

pada

rubrik

panduan

penilaian.
Kunci dari penilaian rubrik adalah cek, lingkaran dan
kata-kata terpilih, memudahkan dan mempercepat proses
penilaian sambil tetap memberikan feedback yang detail dan
formatif. Pilihan pilihan itu tergantung jenis rubrik yang
dipakai, seperti :
a. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk
dicenteng
b. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan lingkaran pada
teks (lingkaran)
c. Rubrik panduan penilaian untuk feedback naratif.
Menampilkan feedback sumatif : Menetapkan Nilai.
4. Pemberian Skor
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah
proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka
yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap
item

dalam

instrumen.

Angka-angka

hasil

penilaian

selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).Skor adalah


hasil

pekerjaan

menyekor

(memberikan

angka)

yang

diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah


dijawab dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot
jawaban betulnya.
Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala
pengukuran, misalnya skala 1-5, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya
jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka
1.Semakin tinggi skala pengukuran yang digunakan maka
hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku
sama

untuk

semua
24

nomor

soal.

Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah


menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran
soal.Sebaiknya gunakan skala 1-10.misalnya soal yang mudah
diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit
bobotnya 5.
Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban
tidak mengikuti cara di atas, dimana setiap soal langsung
diberi

bobot

nilai

tanpa

mempertimbangkan

skala

pengukuran. Sehingga skala pengukuran tiap item tidak


sama.
Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada
bobot

(weight) yang

diberikan pada

setiap

butir

soal,

didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal


tersebut dan atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat
dalam jawaban yang dianggap paling benar.
Menurut Zainal Arifin (2011:223) system bobot ada dua
macam:
Pertama bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai
dengan tingkat kesukarannya.
Rumus :skor = Xx 100%
s
Keterangan:
X= jumlah skor
S = jumlah soal
Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu
sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
Rumus: skor = XB
B
keterangan:
TK

= Tingkat kesukaran
25

X
B

= skor tiap soal


= bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
XB = jumlah hasil perkalian X dengan B

Skor = ( Bi x bi )
St
Bi = banyaknya butir soal yang dijawab benar peserta tes
bi = bobot setiap butir soal
St = skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal)

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Teknik perencanaan test essay terdiri dari :
a. Relevansi
b. Pengambilan sampel yang tepat
c. Kondisi standar
d. Kesukaran yang sesuai
e. Konsistensi
f. Skor yang penuh arti
2.
Prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam
menyusun tes hasil belajar yaitu:

26

a. Kejelasan

mengenai

dikehendaki

akan

pengukuran

hasil

belajar

memudahkan

bagi

guru

yang
dalam

menyusun butir-butir soal tes hasil belajar.


b. Butir-butir soal hasil tes hasil belajar harus merupakan
sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran
yang telah diajarkan.
c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi.
d. Tes hasil belajar

harus

didesain

sesuai

dengan

kegunaannya.
e. Tes hasil belajar harus memiliki reabilitas yang dapat
diandalkan.
f. Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat
pengukur keberhasilan belajar siswa.
Pengadministrasian test

3.

Petunjuk-petunjuk berikut harus diperhatikan sungguhsungguh dalam pengadministrasian tes:


1.
2.

Dalam

memberikan

tes

jangan

sampai menyimpang dan prosedur yang telah digariskan.


Usahakanlah untuk memegang teguh
pada

kata-kata

dan/atau

kalimat-kalirnat

yang

sudah

dicantumkan dalam petunjuk-petunjuk khusus dan setiap


tes.
3.
4.
4.

Jagalah,

jangan

sampai

testee

melihat soal-soal tes sebelum waktu mengerjakan tiba.


Pakailah stopwatch atau petunjuk
waktu lainnya asalkan ada petunjuk/jarumdetik.
Rubrik merupakan panduan penilaian yang

menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai


atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa.
B. Saran

27

Sebaikanya sebagai calon guru memprhatikan aspek-aspek penilaian dalam


pembelajaran sehingga tidak menilai dari satu aspek saja.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. PT. Remaja Rosda Karya
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi. Jakarta:

Bumi

Aksara
Depdiknas. 2009. Penulisan dan Analisis Butir Soal. PPT. Depdiknas.

H.B.Uno. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.


Jihar,

Asep.

2009.

Evaluasi

Pembelajaran.Yogyakarta:

Pressindo

28

Multi

Anonim a. 2013.
https://www.google.com/search?
q=indikator+dalam+perencanaan+tes+essay&ie=utf8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firef
oxaDiakses tanggal 16 Maret 2013
Anonim b. 2013 http://tiameifharahap.blogspot.com/2012/12/tehnikmenskor.html Diakses tanggal 16 Maret 2013
Anonim,

c.

2013

pjjpgsd.dikti.go.id/file.../assessmen_pembelajaran_6.pdf.
Diakses tanggal 25 Maret 2013

29

Anda mungkin juga menyukai