Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Aliran beban (atau aliran daya) merupakan solusi untuk kondisi operasi
keadaan normal dari suatu sistem tenaga listrik. Secara umum, perhitungan aliran
daya dilakukan untuk perencanaan sistem tenaga dan perencanaan operasional
dan untuk operasi dan kendali sistem. Data yang diperoleh dari studi aliran daya
digunakan untuk studi operasi normal, analisis kontingensi, penjadwalan
optimum dan stabilitas.
Pentingnya
masalah
aliran
daya
telah
menarik
perhatian
para
matematikawan dan insinyur dunia selama beberapa tahun. Banyak peneliti telah
menghabiskan banyak waktu dari karir profesionalnya untuk mencari solusi dari
masalah aliran daya. Sejumlah upaya yang telah dilakukan untuk solusi masalah
aliran daya telah menghasilkan banyak hasil yang dilaporkan dalam sejumlah
publikasi-publikasi teknik.
Sebelum tahun 1929, semua perhitungan
dan Stot.
Metoda
dkk
untuk
menyelesaikan
yang
sangat
efisien
oleh
pada
akhir-akhir
ini
telah
dikonsentrasikan
pada
2.1.
dimana i=1,2,3,...,n.
Misalnya kita tentukan nilai-nilai awal x(0) sebagai berikut x1(0) = 0, x 2(0) =
0, x3(0) = 0 dan x4(0) = 0. Atau dinyatakan seperti ini x(0) = (0; 0; 0; 0)t.
Maka pada k = 1 kita akan memperoleh nilai-nilai x(1) sebagai berikut
(1)
= 0, 6000
(1)
= 2, 3272
(1)
= 0, 9873
x1
x2
3x
(1)
= 0, 8789
x4
Lalu proses perhitungan diulangi lagi dengan k = 2. Begitu seterusnya
proses ini diulang- ulang lagi untuk nilai-nilai k berikutnya sampai x (k)
mendekati solusi yang sesungguhnya,
yaitu
x = (1; 2; 1;1)t
Marilah kita amati hasil seluruh iterasi. Tabel di bawah ini menampilkan
hasil perhitungan hingga iterasi yang ke-5. Kita bisa saksikan bahwa
dibandingkan dengan iterasi Jacobi, problem sistem persamaan linear yang
sama, bisa diselesaikan oleh metode iterasi Gauss- Seidel dalam 5 kali iterasi
Dari kasus ini, bisa kita simpulkan bahwa iterasi Gauss-Seidel bekerja
lebih efektif diband- ingkan iterasi Jacobi.
demikian, akan tetapi ternyata ditemukan kondisi yang sebaliknya pada kasuskasus yang lain.
Algoritma Iterasi Jacobi
Langkah 1: Tentukan k=1
Langkah 2: Ketika (k N) lakukan Langkah 3-6
Langkah 3: Untuk i=1,...,n, hitunglah
A,B,X,XO,EPS,NORM,S1,S2
INTEGER N,I,J,K,ITMAX
WRITE(*,*)
WRITE(*,*) ==> ITERASI GAUSS-SEIDEL UNTUK SISTEM LINEAR
<== WRITE(*,*)
WRITE (*,(1X,A)) JUMLAH PERSAMAAN ?
READ (*,*) N
WRITE (*,*) MASUKAN ELEMEN-ELEMEN MATRIK A DAN
VEKTOR B DO 52 I = 1,N
DO 62 J = 1,N
WRITE (*,(1X,A,I2,A,I2,A)) A(,I,,,J,) = READ
(*,*) A(I,J)
62
CONTINUE
WRITE (*,(1X,A,I2,A)) B(,I,) ?
READ (*,*) B(I)
WRITE (*,*)
52
CONTINUE
WRITE (*,(1X,A)) JUMLAH ITERASI
MAKSIMUM ? READ (*,*) ITMAX
WRITE (*,(1X,A)) NILAI EPSILON ATAU TOLERANSI ?
READ (*,*) EPS
WRITE (*,*) MASUKAN NILAI AWAL
UNTUK XO DO 72 I = 1,N
WRITE (*,(1X,A,I2,A)) XO(,I,) ? READ (*,*)
72
C
XO(I)
CONTINUE
WRITE (*,*)
MENAMPILKAN MATRIK A
WRITE (*,(1X,A)) MATRIK A: DO
110 I = 1,N
WRITE (*,6) (A(I,J),J=1,N)
110
C
CONTINUE
WRITE (*,*)
MENAMPILKAN VEKTOR B
CONTINUE
WRITE (*,*)
LANGKAH 1
K=1
C
LANGKAH 2
100
C
20
CONTINU
E S2 = 0.0
DO 23 J=1,I-1
S2 = S2-A(I,J)*X(J)
23
CONTINUE
X(I) = (S2+S1+B(I))/A(I,I)
10
CONTINUE
DO 40 I=1,N
NORM = NORM + (X(I)-XO(I))*(X(I)-XO(I))
40 CONTINUE
NORM = SQRT(NORM)
WRITE(*,(1X,A,I3)) ITERASI KE-, K WRITE(*,(1X,A,F14.8)) NORM-2 = ,
NORM WRITE(*,(1X,A,I3,A,F14.8)) (X(,I,) = , X(I),I=1,N) WRITE(*,*)
C
LANGKAH 4
LANGKAH 5
K = K+1
C
LANGKAH 6
200
CONTINUE WRITE(*,9)
400 STOP
5
FORMAT(1X,I3)
FORMAT(1X,(6(1X,F14.8)))
* , NORM= ,F14.8)
9
2.3.
xr
x r+1
adalah titik
f ( x r +1 )
yang didefinisikan sama dengan nol, dapat disusun kembali untuk menghasilkan
f ( x r +1 )=x r
f ( xr)
'
f ( xr )
ur
u
+ ( y r +1 y r ) r
x
y
Dan
v r +1=v r + ( x r +1x r )
u r
u
+ ( y r+1 y r ) r
x
y
dan
x y y x
ur
vr
u
v r r
x
x
y r +1= y r +
u r v r ur v r
x y y x
ur
u ( x , y )=x + xy5=0
v ( x , y )= y+ 2 xy15=0
Jika persamaan ini dimasukkan dalam matlab maka
clc;
clear;
x0=1;
y0=2;
disp('Metode Newton Rapshon untuk persamaan nirlanjar');
disp('f1(x,y)=x^2 + xy - 5');
disp('f2(x,y)=y + 2xy - 15');
disp('iterasi
akar1
akar2');
for iterasi=1:100;
10
x1=x0-(((x0.^2+x0*y0-5)*(1+2*x0)-(y0+2*x0*y0-15)*(x0))/
((2*x0+y0)*(1+2*x0)-(x0)*(2*y0)));
y1=y0+(((x0.^2+x0*y0-5)*(2*y0)-(y0+2*x0*y0-15)*(2*x0+y0))/
((2*x0+y0)*(1+2*x0)-(x0)*(2*y0)));
fprintf(' %3g
if (abs(x1-x0)<0.000001)||(abs(y1-y0)<0.000001);
break;
end;
x0=x1;
y0=y1;
end;
akar1=x1;
akar2=y1;
fprintf('Akar akarnya adalah %10.7f dan %10.7f\n',akar1, akar2);
fprintf('Jumlah iterasi = %g\n',iterasi);
dan hasilnya
Metode Newton Rapshon untuk persamaan nirlanjar
f1(x,y)=x^2 + xy - 5
f2(x,y)=y + 2xy - 15
iterasi
akar1
akar2
0.6250000 5.5000000
0.7448308 6.0808271
0.7340693 6.0774838
0.7340361 6.0776180
11
0.7340361 6.0776180
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
a. Operasi
matematik
dibandingkan
metode Newton
dengan
Raphson
matrik
komputernya,
sistem
sulit
bila
lebih
ada pembentukan
penyusunan program
Raphson
untuk
menghitung
aliran beban
Gauss-Seidel
bersifat sebaliknya.
3.2. SARAN
a. Penulis
menyarankan
dibandingkan metodenya
perbandingan.
Dan
adanya pengembangan
dengan
juga
metode- metode
dapat dicoba
diterapkan
selanjutnya
lainnya
pada
untuk
sebagai
model sistem
jaringan bus yang besar contohnya seperti model jaringan standar IEEE 57
bus 80 saluran.
b. Simulasi ini masih menggunakan asumsi umum studi aliran daya, yakni
kondisi system dianggap stabil (Balance System) untuk
menyarankan untuk
mencoba
menggunakan pula
12
pada
itu
penulis
kondisi
tak
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahft.umm.ac.id 12 April 2016.
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documentsSTUDI ALIRAN
DAYA.pdf
April 2016.
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.Iterasi_Gauss_Seidel.pdf 12 April 2016.
13
12