Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Brucellosis atau penyakit keluron menular merupakan salah satu penyakit
hewan menular strategis karena penularannya yang relative cepat antar daerah dan
lintas batas serta memerlukan pengaturan lalulintas ternak yang ketat (DITJENNAK,
1988). Brucellosis mengakibatkan tingginya angka keguguran pada sapi, pedet lahir
mati/ lemah, infertilitas,sterilitas dan turunnya produksi susu(HUBBERT et al., 1975).
Pulau Jawa sebagai sentra sapi perah dengan populasi
mencapai
brucellosis
98%
dari
dengan
populasi
angka
nasional
prevalensi
menghadapi
yang
masih
masalah
cukup
terhadap penisilin.Pasteurella
multocida
dapat
menyebabkan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit brucellosis dan pasteurellosis?
2. Bagaimana etiologi penyakit brucellosis dan pasteurelosis?
BAB II
PEMBAHASAN
sensitif
terhadap penisilin.
Pasteurella
multocida
dapat
menyebabkan
berjalan lama tanpa menunjukkan reaksi positif dalam uji serologi sampai saat beranak
yang pertama ( Sudibyo,1995 )
C. Etiologi
Brucellosis dikenal sebagai penyakit keluron menular yang disebabkan bakteri
dari genus Brucella. Genus ini termasuk famili Brucellaceae seperti Pasteurella sp.,
Bordetella sp., Haemophilus sp., dan Actinobacillus sp., berbentuk coccobacillus atau
batang pendek dan termasuk gram negatif yang kesemuanya bersifat patogenik, baik
pada manusia maupun hewan. Bakteri ini adalah parasit obligat karena berpredileksi di
dalam sel (intraseluler) dan berkemampuan untuk menginvasi semua jaringan hewan
sehingga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi (Gul dan Khan, 2007; Chin,
2007).
Brucellosis dapat menyerang bebagai ternak diantaranya sapi, domba, kambing dan
babi.Brucelosis ini bersifat zoonosis sehingga dapat menyerang manusia. Sumber
penularan penyakit ini adalah cairan genital, semen dan susu. Dijelaskan juga bahwa
padang rumput, pakan dan air yang tercemar merupakan sarana utama penyebarannya.
Pada sapi dewasa yang sudah dewasa kelamin terutama sapi bunting sangat peka
terhadap infeksi Brucella abortus. Namun sapi dara dan tidak bunting banyak yang
resisten terhadap infeksi ini. Penularan penyakit ini juga dapat melalui kontak langsung
dengan kulit luka, ambing terinfeksi dan inseminasi dengan semen yang tercemar
(Manthei et al, 1950; Neta et al., 2009).
D. Penularan
Brucellosis pada sapi disebabkan oleh infeksi bakteri Brucella abortus. Secara
morfologi kuman B. abortus bersifat gram negatip, tidak bergerak, tidak berspora,
berbentuk kokobasilus dengan panjang 0,6 m 1,5m. Sel kuman terlihat sendirisendiri, berpasangan atau membentuk rantai pendek. Koloni kuman berbentuk bulat,
halus, permukaan cembung dan licin berkilau dan tembus cahaya Brucellosis pada sapi
bersifat kronis dengan fase bakterimia yang subklinis. Sumber penularan brucellosis
pada sapi yang utama berasal cairan plesenta dan sisa-sisa abortusan. Predeleksi
bakteri tersebut terutama pada uterus sapi betina. Penularan penyakit biasanya terjadi
melalui makanan atau saluran pencernaan, selaput lendir mata kulit yang luka, ambing
4
inseminasi buatan dengan semen yang tercemar dan plasenta. Sapi dewasa dan
terutama sapi yang sedang bunting sangat peka terhadap infeksi B. abortus, sedangkan
pada dara dan sapi tidak bunting banyak yang resisten terhadap infeksi. Penularan
melalui inhalasi juga dilaporkan terutama ketika ternak sehat dan ternak yang
mengalami abortus ditempatkan dalam satu kandang yang padat
dengan sanitasi
kolera.
Namun,
itu
tidak
terisolasi,
hingga
tahun
1880, Louis
F. Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif terhadap brucellosis
G. Pencegahan
Pencegahan terutama ditujukan kepada
1. Tindakan sanitasi
2.
Tata laksana.
3. Vaksinasi
Tindakan sanitasi yang bisa dilakukan yaitu :
a. Sisa-sisa abortusan yang bersifat infeksius dihapus hamakan. Fetus dan plasenta harus
dibakar dan vagina apabila mengeluarkan cairan harus diirigasi selama 1 minggu.
b. Bahan-bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu : phenol,
kresol, amonium kwarterner, biocid dan lisol.
c. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami kluron. Apabila
seekor ternak pejantan mengawini ternak betina tersebut, maka penis dan preputium
dicuci dengan cairan pencuci hama
d. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita brucellosis sebaiknya diberi
susu dari ternak lain yang bebas brucelosis
e. Kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan dihapus
hamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
6
B.Saran
Pembuatan makalah ini masih memiliki banayk kekurangan kritik dan saran
dari pembaca/kawan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.