Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Brucellosis atau penyakit keluron menular merupakan salah satu penyakit
hewan menular strategis karena penularannya yang relative cepat antar daerah dan
lintas batas serta memerlukan pengaturan lalulintas ternak yang ketat (DITJENNAK,
1988). Brucellosis mengakibatkan tingginya angka keguguran pada sapi, pedet lahir
mati/ lemah, infertilitas,sterilitas dan turunnya produksi susu(HUBBERT et al., 1975).
Pulau Jawa sebagai sentra sapi perah dengan populasi
mencapai
brucellosis

98%

dari

dengan

populasi
angka

nasional

prevalensi

menghadapi
yang

masih

masalah
cukup

tinggi.Peningkatan kasus brucellosis sejalan dengan peningkatan populasi ternak di


Indonesia. Selain itu, seringnya mutasi sapi perah merupakan faktor utama penyebab
meningkatnya kasus brucellosis di Indonesia. Oleh sebab itu , penyakit brucellosis
dimasukkan dalam daftar 5 penyakit menular yang menjadi prioritas utama dalam
pengendalian dan pemberantasannya secara nasional sejak tahun 1959 (Peraturan
Direktur Jenderal Peternakan No. 59/KPTS/PD610/05/2007).
Sejak ditemukannya bakteri Pasteurella multocida oleh Louis Pasteur lebih dari
satu abad yang lal hingga sekarang, mekanisme infeksi secara molekuler dan faktor
virulensi belum diketahui secara jelas (Supar,2007).
Bakteri Pasteurella multocida berbentuk coccobacillus, mempunyai ukuran
yang sangat halus, dan bersifat bipolar. Bakteri Pasteurella rentan terhadap suhu
panas rendah (550C). Selain itu bakteri ini juga sangat rentan terhadap disinfektan (OIE
2009) .Pasteurella multocida umumnya berukuran 0,2-0,4 dan ada juga 0,6-2,5 mm,
sensitive

terhadap penisilin.Pasteurella

multocida

dapat

menyebabkan

infeksi zoonotik pada manusia, Pasteurella multocidapertama kali ditemukan tahu


1878 oleh Louis Pasteur yang di isolasi dari ayam yang menderita kolera.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit brucellosis dan pasteurellosis?
2. Bagaimana etiologi penyakit brucellosis dan pasteurelosis?

3. Bagaimana cara mendiagnosis penyaki brucellosis dan pasteurellosi?


4. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit brucellosis dan
pasteurelosis?
C. Manfaat
1. Mengetahui pengertian brucellosis dan pasteurellosis
2. Mengetahui etiologi penyakit brucellosis dan pasteurellosis
3. Memahami cara mendiagnosis penyakit brucellosis dan pasteurellosis
4. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit brusellosis dan
pasteurellosis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian brucellosis dan pasteurellosis


Brucellosis adalah salah satu penyakit hewan menular strategis
di Indonesia. Penyakit ini pada sapi tela menyebar di 26 propinsi,
kecuali Bali dan Lombok yang dinyatakan bebas. Kerugian ekonomi
brucellosis mencapai 138,5 milyar rupiah setiap tahun akibat
tingginya angka keguguran, infertilitas, sterilitas, kematian dini pedet
yang lahir lemah dan penurunan produksi susu.Brucellosis atau
penyakit keluron menular merupakan salah satu penyakit hewan
menular strategis karena penularannya yang relative cepat antar
daerah dan lintas batas serta memerlukan pengaturan lalulintas
ternak yang ketat.(Noor ,2014)
Di Indonesia brucellosis pada sapi dikenal sebaga penyakit keluron
menular. Selain menyerang ternak brucellosis juga bersifat zoonosis sehingga
dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Sumber penularan penyakit ini di
antaranya cairan genital, susu dan semen sapi yang sakit. Padang rumput,
pakan dan air yang tercemar oleh Brucella merupakan sarana yang utama
dalam penularan penyakit.( Sudibyo,1995 ).
Bakteri Pasteurella multocida berbentuk coccobacillus, mempunyai ukuran
yang sangat halus, dan bersifat bipolar. Bakteri Pasteurella rentan terhadap suhu
panas rendah (550C). Selain itu bakteri ini juga sangat rentan terhadap
disinfektan.Pasteurella multocida umumnya berukuran 0,2-0,4 dan ada juga 0,6-2,5
mm,

sensitif

terhadap penisilin.

Pasteurella

multocida

dapat

menyebabkan

infeksi zoonotik pada manusia, Pasteurella multocidapertama kali ditemukan tahun


1878 oleh Louis Pasteur yang di isolasi dari ayam yang menderita kolera.( Oie,2009 )
B. Penyebaran penyakit
Proses jalannya penyakit penetrasi membran mukosa saluran pencernaan, MUM,
saluran reproduksi dan selaput lendir mata. Selain itu penularan penyakit juga dapat
melalui kontak langsung dengan kulit yang luka, ambing yang terinfeksi selama
pemerahan dan inseminasi buatan dengan semen yang tercemar. Kuman Brucella
abortav juga ditularkan kepada janin melalui plasenta . Infeksi pada pellet dapat
3

berjalan lama tanpa menunjukkan reaksi positif dalam uji serologi sampai saat beranak
yang pertama ( Sudibyo,1995 )
C. Etiologi
Brucellosis dikenal sebagai penyakit keluron menular yang disebabkan bakteri
dari genus Brucella. Genus ini termasuk famili Brucellaceae seperti Pasteurella sp.,
Bordetella sp., Haemophilus sp., dan Actinobacillus sp., berbentuk coccobacillus atau
batang pendek dan termasuk gram negatif yang kesemuanya bersifat patogenik, baik
pada manusia maupun hewan. Bakteri ini adalah parasit obligat karena berpredileksi di
dalam sel (intraseluler) dan berkemampuan untuk menginvasi semua jaringan hewan
sehingga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi (Gul dan Khan, 2007; Chin,
2007).
Brucellosis dapat menyerang bebagai ternak diantaranya sapi, domba, kambing dan
babi.Brucelosis ini bersifat zoonosis sehingga dapat menyerang manusia. Sumber
penularan penyakit ini adalah cairan genital, semen dan susu. Dijelaskan juga bahwa
padang rumput, pakan dan air yang tercemar merupakan sarana utama penyebarannya.
Pada sapi dewasa yang sudah dewasa kelamin terutama sapi bunting sangat peka
terhadap infeksi Brucella abortus. Namun sapi dara dan tidak bunting banyak yang
resisten terhadap infeksi ini. Penularan penyakit ini juga dapat melalui kontak langsung
dengan kulit luka, ambing terinfeksi dan inseminasi dengan semen yang tercemar
(Manthei et al, 1950; Neta et al., 2009).
D. Penularan
Brucellosis pada sapi disebabkan oleh infeksi bakteri Brucella abortus. Secara
morfologi kuman B. abortus bersifat gram negatip, tidak bergerak, tidak berspora,
berbentuk kokobasilus dengan panjang 0,6 m 1,5m. Sel kuman terlihat sendirisendiri, berpasangan atau membentuk rantai pendek. Koloni kuman berbentuk bulat,
halus, permukaan cembung dan licin berkilau dan tembus cahaya Brucellosis pada sapi
bersifat kronis dengan fase bakterimia yang subklinis. Sumber penularan brucellosis
pada sapi yang utama berasal cairan plesenta dan sisa-sisa abortusan. Predeleksi
bakteri tersebut terutama pada uterus sapi betina. Penularan penyakit biasanya terjadi
melalui makanan atau saluran pencernaan, selaput lendir mata kulit yang luka, ambing
4

inseminasi buatan dengan semen yang tercemar dan plasenta. Sapi dewasa dan
terutama sapi yang sedang bunting sangat peka terhadap infeksi B. abortus, sedangkan
pada dara dan sapi tidak bunting banyak yang resisten terhadap infeksi. Penularan
melalui inhalasi juga dilaporkan terutama ketika ternak sehat dan ternak yang
mengalami abortus ditempatkan dalam satu kandang yang padat

dengan sanitasi

buruk.( Noor, 2014 )


Pasteurella multocida pertama kali ditemukan pada tahun 1878 pada burung yang
terinfeksi

kolera.

Namun,

itu

tidak

terisolasi,

hingga

tahun

1880, Louis

Pasteurmengisolasinya, sebagai tanda kehormatan maka bakteri tersebut diberi nama


Pasteurella.
E. Diagnosis
Diagnosis definitif kejadian brucellosis harus didukung oleh uji laboratorium,
meliputi uji serologis atau melalui direct diagnostic test, seperti isolasi dan
karakterisasi sifat biokimia agen infeksi. Diagnosis berbasis biologi molekuler telah
banyak dilakukan dalam pendeteksian secara tepat kejadian brucellosis pada manusia.
Metode molekuler yang terus dikembangkan untuk mendeteksi brucellosis pada
manusia dan hewan yaitu PCR-based assay (Widiasih dan Budiharta, 2012).
Uji screening terhadap kejadian brucellosis biasanya menggunakan buffer acidified
plate antigen test dan Milk Ring Test (MRT), kedua uji screening tersebut merupakan
uji serologis dengan sensitifitas paling tinggi. Metode uji tidak langsung seperti uji
competitive ELISA dan flourescent polarisation assay dapat juga digunakan sebagai uji
konfirmasi. Uji serologi yang sering digunakan di laboratorium adalah Serum
Agglutination Test (SAT), Complement Fixation Test (CFT) dan Rose Bengal Test
(RBT) yang telah digunakan secara luas di berbagai negara untuk menentukan
diagnosis brucellosis (Mohammed et al, 2011; Scacchia et al., 2013; Widiasih dan
Budiharta, 2012)
1. Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu
2. Perubahan warna air susu yang dihasilkan.
3. Pengujian lapang dapat dilakukan dengan menggunakan California Mastitis Test (CMT),
yaitu dengan suatu reagen khusus,
4. Dengan Whiteside Test
5

F. Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif terhadap brucellosis

G. Pencegahan
Pencegahan terutama ditujukan kepada
1. Tindakan sanitasi
2.

Tata laksana.

3. Vaksinasi
Tindakan sanitasi yang bisa dilakukan yaitu :
a. Sisa-sisa abortusan yang bersifat infeksius dihapus hamakan. Fetus dan plasenta harus
dibakar dan vagina apabila mengeluarkan cairan harus diirigasi selama 1 minggu.
b. Bahan-bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu : phenol,
kresol, amonium kwarterner, biocid dan lisol.
c. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami kluron. Apabila
seekor ternak pejantan mengawini ternak betina tersebut, maka penis dan preputium
dicuci dengan cairan pencuci hama
d. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita brucellosis sebaiknya diberi
susu dari ternak lain yang bebas brucelosis
e. Kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan dihapus
hamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
6

Brucellosis adalah salah satu penyakit hewan menular strategis di Indonesia.


Penyakit ini pada sapi tela menyebar di 26 propinsi, kecuali Bali dan Lombok yang
dinyatakan bebas. Bakteri Pasteurella multocida berbentuk coccobacillus, mempunyai
ukuran yang sangat halus, dan bersifat bipolar. Bakteri Pasteurella rentan terhadap
suhu panas rendah (550C). Selain itu bakteri ini juga sangat rentan terhadap
disinfektan.Pasteurella multocida umumnya berukuran 0,2-0,4 dan ada juga 0,6-2,5
mm, sensitif terhadap penisilin.

B.Saran
Pembuatan makalah ini masih memiliki banayk kekurangan kritik dan saran
dari pembaca/kawan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai