Anda di halaman 1dari 3

PNEUMONIA

Tn. KL 64 thn (65 kg) masuk UGD akibat nyeri perut hebat, demam dan dehidrasi sejak 24 jam terakhir. TD : 90/60
mmHg (N 120/80); nadi 135x/menit (N 60-110 x/menit); RR 30x/menit (N 12-20 x/menit) ; takikardia ; suhu tubuh 40
C, leukosit 16.000/l (3.89.8 103/L). Diagnosa dokter adalah appendicitis perforata. Antibiotik yang diterima
pasien adalah ampisilin-sulbaktam dan levofloxacin. Pasien menjalani operasi appendectomi. Sehari setelah operasi,
pasien tidak demam, leukosit menurun menuju normal. Antibiotik tetap dilanjutkan selama masa perawatan.
Pada hari ke 10 setelah operasi, pasien mulai batuk berdahak, demam hingga 39,5 C dan sekali lagi leukosit
meningkat hingga 12.000.Dokter memutuskan utk mengganti central venous catheter, melakukan kultur mikroba pada
catheter tip, dan CT scan abdomen. Hasil CT scan abdomen tidak menunjukan adanya abses pada daerah yg telah
dioperasi . Lalu dilakukan pemeriksaan paru melalui X-ray, dan ditemukan infiltrasi pada paru kanan pada lobus
tengah dan sedikit infiltrasi pd lobus bawah. Kemudian dokter mengganti terapi antibiotik dengan imipenem cilastatin
i.v. 4 x 500 mg dan vancomycin i.v. 2 x 1 gram. Hari perawatan ke 13, batuk mulai mereda, suhu tubuh 37,5 C,
leukosit 10.500 dan hasil kultur dari sputum menunjukkan adanya bakteri kokus gram positif,yaitu MRSA.
Riwayat penyakit : Diabetes mellitus (rutin menggunakan injeksi insulin) sejak 8 thn yang lalu, hipertensi sejak 15
thn yang lalu
Kebiasaan hidup : perokok aktif.
Pertanyaan:
1. Dokter mendiagnosa pasien Tn. KL mengalami hospital-acquired pneumonia. Jelaskan mengapa Tn. KL dapat
terkena pneumonia selagi dalam masa perawatan.
Kemungkinan Tn. KL dapat mengalami HAP karena lama tinggal pasien dirumah sakit cukup lama, dan
selama itu posisi tubuh pasien bisa dipastikan terus terbaring dengan kondisi lambung sejajar dengan
kerongkongan sehingga dapat terjadi aspirasi asam lambung. Pasien juga sudah cukup berumur sehingga
respon imun tubuhnya juga bisa dipastikan telah menurun.
Factor resiko terjadinya pneumonia nosokomial adalah
a. penggunaan ventilator yang menyebabkan kolonisasi bakteri pathogen, misalnya terapi antimikroba yang
sebelumnya, kontaminasi pada peralatan atau ventilator, penurunan asam lambung,
b. yang memfasilitasi aspiirasi dari isi oropharyngeal ke bagian bawah saluran pernapasan, misalnya
intubasi, penurunan kesadaran, penggunaan nasogastric tube.
c. Dan hal lain yang bisa menyebabkan penuruna host defense pada paru-paru dan menyebabkan over
pertumbuhan dari bakteri pathogen , misalnya umur yang tua dan operasi pada perut bagian atas.
2. Faktor predisposisi apa saja yang ada pada pasien tsb sehingga dapat mengalami HAP?
a. Faktor sistim imun
Penyakit kronik DM 8 thun lalu dan HT sejak 15 thun lalu.
Perokok
Usia lanjut : 64 tahun
b. Faktor eksogen
Pembedahan (appendictomi)
Penggunaan antibiotik, ampisilin-sulbaktam gol penisilin menurunkan kolonisasi flora normal
Lingkungan rumah sakit :
a. Penyebaran langsung dari px lain/petugas RS yang menderita MRSA
b. Alat-alat RS yang tidak disterilisasi dengan baik sehingga terinfeksi MRSA yang ada di RS

tertular ke Tn KL
c. Ceceran cairan biologis yang terinfeksi oleh MRSA
kolonisasi bakteri gram negative meningkat di orofaring infeksi.

3. Sebutkan bakteri patogen apa saja yang dapat menyebabkan pneumonia pada Tn.KL? jelaskan alasannya.
Pasien mengalami gejala setelah hari ke 10 setelah operasi, maka bila onset lambat ( 5 hari) dengan tx
AB: Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, and methicillin-resistant

Staphylococcus

aureus (MRSA).
Penggunaan kateter / kontaminasi pada peralatan ini dapat menyebabkan infeksi terutama oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
Merokok ,diabetes, pembedahan, penggunaan antibiotik factor predisposisi HAP
(HOSPITAL-ACQUIRED PNEUMONIA) S. aureus, 10% - 20% pada kasus HAP,organisme gram

positif yang paling sering ditemui


Bakteri masuk melalui rute hematogenik pada catheter tipmengikuti aliran darahbersarang di paru-

paruterjadi infeksi pneumonia.


Sebelumnya, pasien telah mendapatkan terapi antibiotic Ampicillin-Sulbactam yang termasuk golongan
beta lactam, sedangkan bakteri yang menyebabkan pneumonia adalah bakteri kokus gram positif MRSA
yang juga sudah resisten terhadap Methicillin yang termasuk golongan beta lactamsehingga pasien
masih saja terinfeksi oleh bakteri MRSA dan menyebabkan terjadi HAP (Hospital Acquired Pneumonia).

Gram-Negative Bacilli
Pseudomonas aeruginosa
Acinetobacter sp.
Enterobacter sp.
Staphylococcus aureus
Anaerobic bacteria
Haemophilus influenzae
Streptococcus pneumonia
Legionella
Viral
Cytomegalovirus
Influenza
Respiratory syncytial virus
Fungi
Aspergillus

5070

1530
1030
1020
1020
4
1020

<1

4. Jelaskan parameter klinis dan laboratoris apa saja yang digunakan untuk menentukan penggantian dari terapi
parenteral ke terapi oral.
d. Parameter klinis adanya perbaikan, dapat dilihat dari suhu tubuh kembali normal (tidak demam, tidak
panas 8jam), frekuensi pernapasan kembali normal, batuk reda
e. Parameter laboratoris adanya perbaikan disertai dengan keluarnya hasil kultur, perbaikan ini dapat
dilihat dari jumlah leukosit yg kembali normal atau menuju normal (<10.000), pemeriksaan paru mll Xray (rontgen) juga menunjukkan berkurangnya area yg terinfeksi, saturasi oksigen,
5. Jika akan dilakukan de-eskalasi pada terapi antibiotik Tn. KL, antibiotik apa yang anda pilih? Bagaimana
regimentasinya? jelaskan.
De-eskalasi dilakukan jika:
- Tidak ada indikasi untuk pemberian suntikan lagi
- Tidak ada kelainan pada penyerapan saluran cerna

- Penderita sudah tidak panas 8 jam


- Gejala klinik membaik (mis : frekuensi pernapasan, batuk)
- Leukosit menuju normal/normal
Pada hari ke10 pasien mendapat terapi antibiotik imipenem cilastatin i.v. 4 x 500 mg dan vancomycin i.v. 2
x 1 gram.
Hari ke 13 batuk mulai mereda (gejala klinis membaik), suhu tubuh 37,5 C (menuju ke arah
normal), leukosit 10.500 (menuju arah normal) dan
hasil kultur dari sputum menunjukkan adanya bakteri kokus gram positif,yaitu MRSA.
Jadi bisa dilakukan de-eskalasi

Imipenem cilastatin i.v. 4 x 500 mg step down clindamycin 600 mg PO TID 7-21 hari tergantung
tingkat infeksi
CotrimoxazolePO 160 mg TMP/800 mg SMZ q 12 hr for 1014 days

Vancomycin i.v. 2 x 1 gram switch over golongan oxazolidinones linezolid bekerja pada rantai
MRSA yang mempunyai MIC (minimal inhibitory concentration) lebih tinggi dibanding vancomycin
Dosis: PO 600 mg BID selama 7-8 hari dan reassess
Pada randomized trial efikasi linezolid vs vancomycin untuk tx pneumonia nosocomial
menunjukkan efek survival rate > vancomycin tidak konklusif
Sebaliknya, pada 2 trial multi center linezolide equivalen dengan vancomycin pada px HAP
Efek samping : thrombocytopenia 14 hari atau lebih
Kelebihan dibanding vancomycin biovailabilitas bagus PO, tidak perlu adjustment dosis pada pasien
gagal ginjal, dan tidak perlu therapeutic drug level monitoring.

Anda mungkin juga menyukai