BAB I
PENDAHULUAN
Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh.Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika
didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine
1,002 1,035.Volume normal perhari 900 1400 ml.
Komposisi Urine : Air ( seperti urea ), Garam terlarut, Materi organik.
Secara kimiawi kandungan zat dalam urine diantaranya
adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat),
asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badanketon zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit
(Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone, zat
toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal
(protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
Proses Pembentukan Urin
Yaitu proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme
yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.
Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan
proses pembentukan urine, yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan
malpighi
menyaring
darah
dalam
glomerus
yang
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam urine
primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urine
sekunder) dengan kadar urea yang tinggi yang dapat bersifat racun bagi tubuh.
3. Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan
zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion Na + dan Cl- dan sekresi H+
dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa
dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (vesika urinaria)
kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh.
Pengeluaran Urin
Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada dalam ren
diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.
1. Pengeluaran urin diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika Hormone). Bila air minum
yang masuk banyak maka pengeluaran hormone ADH akan berkurang, sehingga urin
yang dikeluarkan juga banyak. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone
ADH sedikit.
2. Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH akan terpacu
menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan akanmenjadi sedikit. Hal ini
terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH banyak.
Fungsi Urin
1. Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
2. sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat
atau cokelat.
BAB II
HASIL PERCOBAAN
A. Pemeriksaan fisik
Tujuan: mengamati sifat fisik urin
1. Jumlah (volume)
Tentukan jumlah/volume urin yang diproduksi selama 24 jam dengan mengalikan jumlah
satu kali buang air kecil dengan beberapa kali buang air kecil setiap hari.
2. Warna
Dilakukan pemeriksaan warna urin untuk menentukan normal atau tidak (non patologis
atau patologis).
3. Buih
Masukkan beberapa ml urin dalam tabung reaksi kemudian kocok, amati apa yang terjadi.
4. Kekeruhan
Amati urin yang ditampung apakah keruh atau tidak. Tentukan penyebab kekeruhan.
5. Bau
Segera setelah diambil, tentukan bau urin. Jangan dibiarkan lama karena akan
mempengaruhi hasil.
Hasil Pengamatan:
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Keterangan
Volume
150 ml x 8
1200 ml/hari
Warna
Kuning
Non Patologis
Buih
Ada
Non Patologis
Kekeruhan
Bau
Normal
Normal
B. Pemeriksaan kimiawi
1. Derajat Keasaman (pH)
Tujuan : menentukan pH urin
Alat dan Bahan : kertas lakmus/indikator, urin
Prosedur : mmenentukan pH urin menggunakan kertas lakmus atau indikator universal
Hasil pengamatan:
Jenis Pemeriksaan
Derajat keasaman
(pH)
Hasil
Kertas lakmus merah tetap merah
Kertas lakmus biru menjadi merah
Keterangan
Asam (pH 3)
glukosa 0,3%, larutan glukosa 1%, larutan glukosa 5%. Kocok berlahan
Memanaskan campuran pada penangas air selama 5 menit atau didihkan selama 2 menit
Mendinginkan campuran, dan mengamati warna dan endapan yang terbentuk. Hasil
positif: endapan warna hijau, kuning atau merah bata
Penilaian
Negatif
+
++
+++
++++
Kadar
0
< 0,5 %
0,5 - 1,0 %
1,0 2,0 %
> 2,0 %
Hasil pengamatan:
5
Tabung
1
Urin praktikan
2
Glukosa 0,3 %
3
Glukosa 1 %
4
Glukosa 5%
Hasil Pengamatan
Keterangan
++
3. Uji Heller
Tujuan : menentukan adanya protein secara kualitatif di dalam urin.
Alat dan Bahan : tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan, reagen.
Prosedur :
Hasil pengamatan :
Tabung
1
Urin Praktikan
2
Sampel A
3
Sampel B
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
4. Uji
koagulasi
panas
Tujuan
menentukan
Memasukkan sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak
Menambahkan 5 tetes asam asetat pada sample yang terbentuk endapan, mengamati
perubahan yang terjadi.
Hasil pengamatan :
Tabung
Hasil Pengamatan
Urin Praktikan
endapan
Sampel A
3
Sampel B
endapan
Kesimpulan
5. Uji
Gerhardt
Tujuan : mengetahui adanya asam asetoasetat dalam urin
Alat dan Bahan : tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan, reagen.
Prosedur :
Memasukkan sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak
Hasil pengamatan :
Tabung
1
Urin Praktikan
2
Sampel A
3
Sampel B
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
6. Uji Rothera
7
Memasukkan sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak
Sampel B
Hasil pengamatan :
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
7. Uji Kreatinin
Tujuan : menentukan kreatinin urin sebatas kualitatif
Alat dan Bahan : tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan, reagen.
Prosedur :
Memasukkan sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak
Hasil pengamatan :
Tabung
1
Urin Praktikan
2
Sampel A
3
Sampel B
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Urin orange
8. Uji Urobilinogen
Tujuan : menentukan urobilinogen dalam urin
Alat dan Bahan : tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan, reagen.
Prosedur :
Memasukkan sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak
Hasil pengamatan :
Tabung
1
Urin Praktikan
2
Sampel A
3
Sampel B
Fehling
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
9. Uji
Memasukkan sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak
Hasil pengamatan :
Tabung
1
Urin Praktikan
2
Sampel A
3
Sampel B
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Setelah diketahu dari cirri-ciri diatas kami dapat menyimpulkan bahwa yang dipakai
sebagai sampel A adalah protein (putih telur). Sedangkan yang dipakai sebagai sampel B
adalah karbohidrat (larutan pati).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Fisik Urin
1. Volume urin
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam.Dihitung dalam gelas ukur.
Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masing-masing orang bervariasi
tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara /
penguapan. Pada urin praktikan (noevil) sekali pengeluaran urin 150 ml, dan dalam satu hari
praktikan mengeluarkan urin sebanyak 8 kali. Jadi, dalam 1 hari praktikan memproduksi urin
sebanyak 1200 ml yang artinya normal.
2. Warna
Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urine, makin banyak diuresa makin muda
warna urine itu. Warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat.
Warna urine yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada
10
orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urine.
Urin yang di hasilkan oleh praktikan adalah kuning jadi, urin praktikan termasuk normal.
3. Buih
Buih pada urin normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih,menunjukkan bahwa urine
tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal
tersebut disebabkanoleh adanya pigmen empedu (bilirubin) dalam urine. Pada urin praktikan
terdapat buih setelah dikocok, yang artinya urin praktikan non patologis.
4. Kekeruhan
Biasanya urine segar pada orang normal jernih. Tapi, tidak semua macam kekeruhan bersifat
abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan
ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun
mengendap. Pada urine praktikan didapati warnanya jernih, yang berarti urine tersebut
normal.
5. Bau
Untuk menilai bau urin dipakai urine segar. Bau urine yang normal, tidak tajam( seperti amonia).
Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik yang mudah
menguap. Bau urin praktikan seperti ammonia, yang berarti non patologis.
B. Pemeriksaan Kimiawi
1. Derajat keasamaan (pH)
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, karena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan. Dalam menguji pH urin, digunakan indikator universal,
dan kertas lakmus merah dan biru. Urin praktikan memilki pH 3 (pH asam), dan dapat
dikatakan bahwa kondisi tubuh praktikan sedang asam.
Urin dapat bersifat asam, netral, atau basa. Hal ini disebabkan karena urine mengandung
protein tetapi dalam kadar rendah, sesuai dengan pernyataan dalam tinjauan pustaka. Ekskresi
urin yang pada pH berbeda dari cairan tubuh, mempunyai dampak yang penting bagi
elektrolit tubuh dan penghematan asam-basa. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran
kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya
urine bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak
11
ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urine bersifat basa. Dalam pengobatan batu
karbonat atau kalsium fosfat urine dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah
terbentuknya batu urat atau oksalat pH urine sebaiknya dipertahankan basa.
2. Uji Benedict Semikuantitaif
Prinsip dalam uji Benedict adalah glukosa (yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas)
dalam urine akan mereduksi garam-garam kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict, dan
mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O berwarna merah.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan diperoleh bahwa setelah urin dipanaskan, pada
bagian dasar sampel urin terdapat endapan yang berwarna kehijauan atau bisa disebut biru
kehijauan. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan ginjal dalam menyaring glukosa sangat baik,
dengan kata lain urin tersebut normal. Setelah urin dipanaskan sebenarnya terdapat dua lapisan
dalam sampel urin, yaitu lapisan permukaan berupa cairan berwarna orange yang sebenarnya urin
itu sendiri sedangkan pada dasar tabung reaksi terdapat endapan kehijauan tadi. Urin berwarna
orange tersebut juga menunjukan bahwa sampel urin masih dalam keadaan normal.
Terbentuknya warna-warna tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam larutan. Makin
besar kadar glukosa, makin banyak endapan merah yang terbentuk. Tidak tebentuknya endapan
oranye/merah pada larutan glukosa konsentrasi rendah disebabkan karena baru sedikit glukosa
yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan reagen Benedict yang
berwarna biru. Tampak bahwa glukosa dengan kadar 5% baru memberikan endapan merah paling
banyak.
3. Uji Heller
Fungsi ginjal merupakan membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan
mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Setiap saat, secara teratur, darah yang
beredar di tubuh kita akan melewati ginjal untuk menjalani proses filtrasi di ginjal. Proses filtrasi
tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta sisa metabolisme tubuh yang tidak
diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna bagi tubuh, seperti protein, tidak terfiltrasi dan
tidak keluar di urin.
Uji heller untuk mengetahui adanya protein pada urin dengan menggunakan asam pekat yang
ditandai dengan terbentuknya presipitasi putih. Pada percobaan kami, urin praktikan tidak
mengandung protein karena, tidak terbentuk praesipitasi putih. Jadi, urin praktikan dinyatakan
non patologis atau tidak menderita proteinuria. Dan pada sampel A hasilnya positif karena sampel
A adalah putih telur yang mengandung protein, sedangkan pada sampel B hasilnya negatif karena
sampel B adalah larutan pati yang mengandung karbohidrat atau glukosa.
12
5. Uji Gerhardt
Badan keton adalah asam organik yang terdapat dalam tubuh manusia yang terdiri
dari asam asetoasetat, asam betahidroksibutirat, dan aseton. Peningkatan badan keton
mengakibatkan penumpukan benda keton dalam darah yang disebut ketosis. Untuk
membuang kelebihan badan keton, maka badan keton dieksresikan ke dalam urin (ketonuria).
Ginjal memerlukan banyak cairan untuk membuang badan keton, akan ditarik cairan dari sel
yang mengakibatkan terjadinya dehidrasi seluler yang berkibat kematian.
Pada uji Gerhardt prinsipnya yaitu ion ferri chloride bereaksi dengan asam asetoasetat
membentuk zat warna merah. Kepekaan nya terhadap asetoasetat hanya 1:1000.
Pada praktikum kami, urin tidak mengandung badan keton yang ditandai dengan tidak
terbentuknya warna merah dan endapan. Jadi, urin praktikan dikatakan normal. Pada sampel
A dan B juga hasilnya negatif, namun menurut teori pada sampel B hasilnya akan positif
karena sampel B adalah larutan pati yang mengandung karbohidrat karena, badan keton
adalah hasil dari proses metabolism karbohidrat dan asam lemak melalui steril KoA ke siklus
asam sitrat.
6. Uji Rothera
Uji rothera sama dengan uji gerhardt yaitu untuk melihat adanya badan keton. Tapi
bedanya pada prinsip.Prinsip uji rothera yaitu natrium nitroprussida dalam suasana alkalis
dapat mereduksi aseton dan asam asetoasetat menghasilkan warna ungu. Kepekaan terhadap
aseton adalah 1:20.000, dan terhadap asam asetoasetat 1:400.000.
13
Pada praktikum kami, urin tidak mengandung badan keton yang ditandai dengan tidak
terbentuknya warna ungu.Jadi, urin praktikan dikatakan normal. Sama seperti uji Gerhardt
pada sampel harusnya positif, karena sampel B adalah larutan pati yang mengandung
karbohidrat.
7. Percobaan Kreatinin Urin
Kreatinin merupakan hasil pemecahan keratin fosfat dalam otot, pada pemecahan ini akan
dihasilkan kreatinin dan energi fosfat (Pi). Jadi, keratin fosfat merupakan salah satu senyawa
karier energi. Karier energi yang lain 1,2 Bifosfogliserat, Fosfoenolpiruvat, dan Asetil KoA.
Kontraksi otot
Kreatin fosfat + ADP
Kreatinin + ATP
hemoglobin diubah menjadi biliverdin dan kemudian diubah lagi menjadi bilirubin yang
belum terkonjugasi (tidak larut dalam air). Kemudian bilirubin ini diambil di hepar dan
mengalami perubahan menjadi bilirubin terkonjugasi (larut dalam air) oleh aktivitas enzim
glukuronil di dalam hepar. Bilirubin ini kemudian disimpan di dalam empedu dan kemudian
dikeluarkan ke usus halus. Di dalam usus, bilirubin akan dimetabolisme oleh bakteri usus dan
mengalami proses reduksi menjadi sterkobilin dan urobilinogen. Sterkobilin adalah senyawa
yang membuat feses kita berwarna kecoklatan. Sebagian urobilinogen (10 - 20 %) akan
diserap dari rongga usus dan masuk ke dalam vena porta untuk menjalani siklus
enterohepatik. Sebagian lagi akan diserap untuk dikeluarkan melalui ginjal. Urobilinogen
(tidak berwarna) mudah mengalami oksidasi dan berubah menjadi urobilin (merupakan
pigmen kuning). Urobilin memberi kontribusi terhadap warna dari urin kita. Oleh karena
itulah di dalam urin kita seharusnya tidak terdapat urobilinogen.
Pengujian yang dilakukan terjadi perubahan warna dari warna kuning dan berubah,
namun terdapat cincin merah. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam urin praktikan terdapat
urobilinogen. Hasil ini menunjukkan bahwa urin praktikan adalah urin yang patologis.
9. Uji Fehling
Dilakukan dengan penambahan fehling A dan fehling B. Setelah itu dilakukan
pemanasan di penangas air selama kurang lebih 5 menit. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah bata di campuran urin dengan fehilng A dan
fehling B.
Pengujian yang dilakukan tidak terlihat adanya endapan berwarna merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam urin praktikan tidak terdapat karbohidrat. Hasil ini
menunjukkan bahwa urin praktikan adalah urin yang normal. Sedangkan hasil positif
dapat ditemukan pada sampel B. Karena sampel B mengandung karbohidrat.
15
BAB IV
KESIMPULAN
1. Sifat fisik urin (normal) volume 1200-1500ml/hari, warna kuning muda jernih,
terdapat sedikit buih, tidak keruh, berbau amoniak.
2. Derajat keasaman untuk menentukan pH urin. pH urin digunakan untuk menentukan
kondisi tubuh seseorang.
3. Uji Bennedic di lakukan untuk menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif
4. Uji Heller di gunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitatif di dalam
urin menggunakan asam pekat
5. Uji koagulasi panas digunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitatif di
dalam urin menggunakan pemanasan
6. Uji Gerhardt di gunakan untuk mengetahui adanya badan keton pada urin
7. Uji kreatinin digunakan untuk mengetahui adanya kreatinin pada urin secara kualitatif
8. Uji urobilinogen digunakan untuk mengetahui adanya urobilinogen pada urin secara
kualitatif
9. Uji Fehling digunakan untuk mengetahui adanya karbohidrat pada urin.
16
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa
oleh dr. Petrus Andrianto.
Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W.R, Biokimia Harper edisi
22, Penerbit bku kedokteran, EGC
17
LAMPIRAN
Lakmus
Lakmus
Univers
Menentukan pH urin
Glukosa 1
Urin
18
Glukosa 5
Glukosa
Sampel
A
Sampel
B
Urin
praktikan
Uji Heller
Uji gehardt
19
Urin
praktikan
Sampel
A
Sampel
B
Uji Kreatinin
UJI ROTHERA
20
Sampel
B
Sampel
A
Urin
praktikan
Uji urobilinogen
Sampel
A
Sampel
B
Uji fehling
Urin
praktikan
21
22