Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
TRI INDAH IDI RETNANI, SST
NIP : 0176011019
PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PARITAS IBU BERSALIN
DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA
(Studi di Rumah Sakit Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2013)
Penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi Tri Dharma perguruan Tingggi di bidang penelitian
Oleh :
TRI INDAH IDI RETNANI, SST
NIP : 0176011019
ii
iii
HALAMAN PUBLIKASI
Laporan hasil penelitian ini telah diterima dan dipublikasikan di perpustakaan Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya pada ..............................................
No.....................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bias menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) yang berjudul Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Kejadian Pre eklampsia (Studi di Rumah Sakit Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013).
Dalam Penelitian ini dijabarkan bagaimana hubungan antara umur dan paritas ibu
bersalin dengan kejadian pre eklampsia, sehingga nantinya bisa digunakan sebagai
referensi tentang pemberian penyululuhan tentang pre eklampsia.
Pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Ir. Benyamin Hilly, selaku ketua yayasan Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya
2. Dr. Hj. Rina Sulistyani, MM, selaku Direktur Rumah Sakit Assakinah Medika
Sidoarjo.
3. Suami dan anak-anak tercinta, yang telah mendukung penulis dalam melakukan
penelitian ini
4. Teman-teman Staf Dosen, Karyawan dan Perpustakaan di AKBID Griya
Husada yang telah banyak membantu penulis hingga dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan bai
Penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang mebangun demi kesempurnaan penelitian ini kedepannya.
Penulis
vi
P
e
n
u
l
i
s
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................
i
HALAMAN SAMPUL DALAM ..................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
iii
HALAMAN PUBLIKASI.............................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
ABSTRACT .....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................
1.1
Latar Belakang ...........................................................................
1.2
Rumusan Masalah ......................................................................
1.3
Tujuan Penelitian .......................................................................
1.3.1 TujuanUmum........................................................................ ......
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................
1.4
Manfaat Penelitian .....................................................................
1.4.1 Bagi Institusi................................................................................
1.4.2 Bagi Rumah Sakit...........................................................................
1.4.3 Bagi Peneliti...................................................................................
1.4.4 Bagi Profesi....................................................................................
1.4.5 Bagi Masyarakat.............................................................................
1
1
9
9
9
9
10
10
10
10
10
11
12
12
12
12
15
17
19
viii
2.1.6
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9
2.2.10
2.2.11
2.3
2.3.1
2.3.2
2.4
2.4.1
2.4.2
2.5
21
23
23
24
26
27
29
34
36
37
37
40
42
45
45
46
47
47
47
50
50
51
53
53
54
54
54
55
56
56
56
57
57
58
60
60
ix
48
4.7.2
4.7.3
4.7.4
4.8
4.8.1
4.8.2
4.9
60
60
61
62
62
62
62
63
63
64
65
65
66
66
66
68
70
71
72
73
BAB 7 PENUTUP...........................................................................................
7.1
Kesimpulan .............................................................................
7.2
Saran....................................................................................
78
78
79
81
LAMPIRAN ...................................................................................................
83
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1
Judul
Halaman
4.1
59
5.1
65
65
1.2
1.3
5.2
5.3
66
5.4
Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dan Kejadian Pre
eklampsia Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013........................................................................
67
68
69
70
5.5
5.6
5.7
xii
Tabel
5.8
5.9
Judul
Halaman
71
72
xiii
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
2.1
26
3.1
50
4.1
54
4.2
55
4.3
58
xiv
()
/
= Persen
= Sampai dengan
= Positif
= Lebih dari
= Kurang dari
= Lebih dari sama dengan
= Tutup kurung
= Atau, garis miring
= Jumlah
= Derajat
= Chi-Square
Daftar Singkatan
WHO
KIA
KTI
AKBID
AMd. Keb
NIM
AKI
Depkes
DM
MPS
SC
TD
MDGs
Dr
SDKI
LKI
RS
VK
APN
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
xv
HLA-G
HCG
ANC
HELLP
DIC
IV
IM
cc
cm
mg
mmHg
mg/dL
MgSO4
kg
BB
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Daftar Istilah
= keadaan terdapat protein dalam urine, biasanya albumin dalam
urine.
Hidrops fetalis = Edema janin yang berat akibat akibat inkompatibilitas (sifat
tidak dapat dicampur) darah.
Spasme
= penyempitan jalan, saluran atau orifisium secara mendadak.
Iskemia
= keadaan kekurangan darah dalam jaringan.
Angiotensin
= unsur vasokonstriktor yang terbentuk dalam darah ketika
rennin dilepaskan dari ginjal.
= hormon mineralokortikoid yang aktivitas biologik utamanya
Aldosteron
adalah mengatur keseimbangan elektrulit dan air dengan
meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium.
= enzim yang berperan dalam pengaturan tekanan darah dengan
Renin
mengkatalis perubahan angiotensin menjadi angiotensin I.
= pembebasan hemoglobin, terdiri dari pemisahan hemoglobin
Hemolisys
dari sel darah merah dan penampakannya dalam plasma.
= kejang otot kunyah dengan kesukaran untuk membuka mulut.
Trismus
= serangan, permulaan penyakit.
Invasi
Vasodilatasi = keadaan pembuluh darah yang melebar, khususnya pelebaran
arteriol.
Vasokonstriksi = penyempitan lumen pembuluh darah.
Vasopresor
= merangsang kontraksi jaringan otot kapiler dan arteri.
Proteinuria
xvi
Retensi
Nekrosis
Antidotum
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Di negara miskin pada tahun 2006, sekitar 25-50 %
kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda
pada masa puncak produktivitasnya (Saifuddin, A.B., 2006).
Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus
menjadi perhatian masyarakat dunia. Menurut WHO (World Health Organisation)
pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan.
Dalam pernyataan yang diterbitkan secara resmi oleh WHO dijelaskan bahwa
untuk mencapai target MDGs (Millenium Development Goals) pada tahun 2015
yakni Angka Kematian Ibu turun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, maka
penurunan angka kematian ibu antara tahun 1990 sampai tahun 2015 seharusnya
5,5 persen per tahun. Pada kenyataannya selama periode tahun 1990-2005 belum
ada kawasan yang mampu mencapai penurunan angka kematian ibu hingga 5,5
persen per tahun ( Kaban, 2013).
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390/100.000
kelahiran hidup (1992) menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (1997). Selanjutnya
Proporsi penyebab kematian ibu provinsi Jawa Timur tahun 2010 2012
dapat digambarkan sebagai berikut : kejadian perdarahan 28,43% (2010), 29,35%
(2011), 25,03% (2012), Pre eklampsia/ Eklampsia
(2011), 34,88% (2012), Infeksi 7,12% (2010), 6,08% (2011), 4,21% (2012),
penyakit jantung 15,22% (2010), 15,47% (2011), 8,08% (2012), dan lain lain
sebesar 21,24% (2010), 21,28% (2011), 26,98% (2012) ( Profil Dinas Kesehatan
Jawa Timur, 2012).
Dilihat dari penyebab kematian ibu tahun 2010-2012, terjadi peningkatan
pada faktor Pre eklampsia/ Eklampsia dan faktor lain-lain, sedangkan faktor
pendarahan dan infeksi mengalami penurunan tiap tahun. Dari proporsi tahun
2012, faktor Pre eklampsia/ Eklampsia masih menjadi faktor dominan (34,88%)
penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2012).
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan
edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya
(Mochtar, R., 1998).
Angka toleransi terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin tahun 2007
menurut Departemen Kesehatan RI adalah 3-5%. Sedangkan Jawa Timur
menetapkan angka toleransi terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin adalah 5%
(Dinkes provinsi Jawa Timur, 2008).
Menurut data dari RSU Dr. Soetomo tahun 2008, kejadian pre eklampsia
tercatat 30 hingga 50 kasus per tahunnya. Dengan prevalensi 1,08%, angka
kejadian pre eklampsia ini lima kali lebih tinggi daripada angka kejadian di
Bangkok dan 10 kali lebih besar dari Singapura (Dachlan, E.G., 2008).
Total Persalinan
Pre eklampsia
Persentase ( % )
2010
434
67
15,43
2011
450
72
16,00
2012
368
59
16,03
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di RS
Assakinah Medika Sidoarjo mulai tahun 2010-2012 menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan, yaitu pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,57% dan
pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,03%. Berdasarkan hasil penghitungan
menunjukkan bahwa angka kejadian pre eklampsia masih di atas angka toleransi
sebesar 5%.
Dari data yang diperoleh di RS Assakinah Medika Sidoarjo, ditemukan
angka kejadian pre eklampsia berdasarkan umur ibu bersalin tahun 2010-2012
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Angka Kejadian Pre Eklampsia Berdasarkan Umur pada Ibu Bersalin
di RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2010-2012.
Umur Ibu Bersalin
Tahun
Jumlah
Kejadian
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
2010
67
20
29,85
18
26,87
29
43,28
2011
72
18
25,00
24
33,33
30
41,67
2012
59
17
28,81
20
33,90
22
37,29
Dari data pada tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas umur ibu yang
mengalami pre eklampsia adalah ibu bersalin yang berusia > 35 tahun.
Dari data yang diperoleh di RS Assakinah Medika Sidoarjo ditemukan
angka kejadian pre eklampsia berdasarkan paritas ibu bersalin di RS Assakinah
Medika Sidoarjo adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3 Angka Kejadian Pre eklampsia Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin di
RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2010-2012.
Umur Ibu Bersalin
Tahun
Jumlah
Kejadian
Primipara
Multipara
Grandemultipara
2010
67
40
59.70
22
32,84
7,46
2011
72
35
48,61
28
38,89
12,5
2012
59
32
54,24
20
33,90
11,86
Dari data pada tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas paritas ibu
bersalin yang mengalami pre eklampsia di RS Assakinah Medika Sidoarjo adalah
ibu primipara.
Faktorfaktor predisposisi
untuk
terjadinya
pre
eklampsia
adalah
cara
meningkatkan
jumlah
balai
pemeriksaan
antenatal
dan
mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda,
mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan
(Wiknjosastro, H., 2006).
Berdasarkan data di RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2010 - 2012
diketahui adanya masalah yaitu masih tingginya angka kejadian pre eklampsia
pada ibu bersalin, yaitu pada tahun 2012 sebesar 16,03% dan angka tersebut
masih di atas angka toleransi yang telah ditetapkan oleh Depkes RI sebesar 3-5%.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan umur
dan paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan data di atas bahwa angka kejadian pre eklampsia di RS
Tujuan Penelitian
1.3
10
1.4
Manfaat Penelitian
11
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu (JNPK-KR, 2008).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
ke dalam jalan lahir (Saifuddin, A.B., 2006).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri (Lailiyana, Laila. A,
Daiyah. I dan Susanti, A., 2011).
Kesimpulan :
Persalinan (partus) adalah proses (kelahiran) pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir, kemudian disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin. Proses persalinan ini dapat berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, dengan bantuan maupun tanpa
bantuan (kekuatan sendiri).
13
14
7. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab
permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama proses persalinan.
8. Induksi Partus (Induction of Labour).
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
a.
15
16
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses
persalinan tergantung dari kemampuan atau ketrampilan dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.
Perlu diingat oleh bidan adalah persalinan merupakan proses alamiah. Oleh
sebab itu, bidan
merugikan.
Bidan harus bekerja sesuai sesuai standar. Standar yang ditetapkan untuk
pertolongan persalinan normal adalah standar asuhan normal (APN) yang terdiri
dari 60 langkah dengan selalu memerhatikan aspek 5 benang merah asuhan
persalinan normal (Lailiyana, Laila. A, Daiyah. I dan Susanti, A., 2011).
5. Psychologic respons (kejiwaan)
a.
b. Pengalaman bersalin
c.
d. Integritas emosional.
(Ujiningtyas, 2009)
Keadaan psikologis adalah keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat,
dan dukungan dari orang-orang tertentu yang dapat memengaruhi proses
persalinan.
Psikologis ibu dapat memengaruhi persalinan apabila ibu mengalami
kecemasan, stress bahkan depresi. Hal ini akan memengaruhi kontraksi yang
17
dapat memperlambat proses persalinan. Disamping itu, ibu yang tidak siap secara
mental juga akan sulit diajak kerjasama dalam proses persalinannya. Untuk itu
penting bagi bidan dalam mempersiapkan mental ibu menghadapi proses
persalinan (Lailiyana, Laila. A, Daiyah. I dan Susanti, A., 2011).
18
His semakin kuat, dengan interval 2-3 dan durasi 50-100 detik.
19
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan :
a.
Kontraksi uterus.
20
d. Durasi pendek.
e.
3. His Persalinan
Sifat His Persalinan :
a.
21
22
akibat 3 kekuatan : tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus
pada janin, kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua
persalinan.
3. Fleksi
Kepala yang turun tertahan oleh serviks dinding panggul atau dasar panggul.
Dalam keadaan normal dagu didekatkan ke arah dada janin. Dengan fleksi,
suboksipito bregmatika (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4. Putaran paksi dalam
Diartikan sebagai upaya kepala janin untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir
sehingga hipomoklion berada di bawah simfisis. Baik. levator ani maupun tulang
panggul penting untuk putaran anterior kepala janin.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah symphisis pubis
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi.
6. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat
ia memasuki pintu atas panggul. Bahu anterior turun terlebih dahulu dan
dilahirkan setelah mencapai pintu bawah tulang pubis. Bahu posterior diarahkan
ke arah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan
23
24
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa (Saifuddin, A.B., 2006).
Pre eklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunnigham, dkk., 2006).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu (kecuali pada
penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria yaitu ada peningkatan
tekanan darah selama kehamilan (sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg)
yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (0,3 gram protein selama 24 jam
atau 30 mg/dL dengan hasil reagen urin 1%) ( Varney, H., 2007).
Pre eklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah
usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu
yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium
dijumpai protein di dalam urine (proteinuria) ( Fadlun, 2011).
Menurut definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pre eklampsia adalah
suatu penyakit yang timbul pada masa hamil terutama pada usia kehamilan setelah
20 minggu dan triwulan 3, ibu bersalin, nifas yang ditandai dengan 3 gejala yang
disebutTrias (hipertensi, proteinuria, edema).
2.2.2 Klasifikasi
Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu
1. Pre eklampsia ringan, bila disertai keadaan berikut :
25
a.
Tekanan darah sistole 140 mmHg s/d < 160 mmHg, tekanan diastole 90
mmHg s/d < 110 mmHg. Atau kenaikan tekanan darah sistole> 30 mmHg,
kenaikan tekanan darah diastole
>
hamil).
b. Proteinuria kwantitatif 300 mg/24 jam atau lebih per liter atau nilai
kwalitatif 1+ atau 2+.
c.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
mmHg.
b. Proteinuria> 5 gram/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c.
f.
110
26
Meningkat
(TD 140/90)
Normal
Gejala / tanda lain
- Kejang
- Riwayat
kejang (+)
demam (-)
kaku kuduk
(-)
Nyeri kepala
atau gangguan
penglihatan
dan atau
Hiperrefleksi
dan atau
Proteinuria
dan / atau
Koma
Epilepsi
Demam - Trismus
Nyeri kepala - Spasme
Kaku kuduk - Otot muka
Disorientasi
Malaria
Meningitis
Ensefalitis
Tetanus
Hamil < 20
minggu
Hipertensi
- Nyeri
kepala
- Gangguan
penglihatan
- Muntah
- Riwayat
gejala
serupa
Migraine
Hamil > 20
minggu
Super
imposed pre
eklampsia
Hipertensi
Kejang (-)
Kejang (+)
Eklampsia
27
2.2.4 Etiologi
Penyebab dari pre eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui, terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab dari pre
eklampsia dan eklampsia. Tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap
mutlak benar, teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada hypertensi tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya
arteri
spiralis
relatif
mengalami
28
yang merupakan vasodilatator kuat. Sehingga kadar tromboksan lebih tinggi dan
terjadi vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.
3. Teori Intoleransi Imunologik antar Ibu dan Janin
Pada wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leucocyte Antigen Protein G
(HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi peran imun, sehingga si ibu
tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Selain itu HLA-G merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada hypertensi
kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua
daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur, sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. Apabila invasi trofoblas ke dalam
desidua terhambat kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada pre
eklampsia.
4. Teori Adaptasi Kardiovaskular
Pada hypertensi dalam kehamilan, kehilangan daya refrakter terhadap bahanbahan vasokonstriktor, dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Peningkatan kepekaan daya refrakter pada kehamilan yang akan
menjadi hypertensi dalam kehamilan.
5. Teori Stimulus Inflamasi
Pada Pre eklampsia terjadi stres oksidatif, sehingga produksi nekrotik trofoblas
meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misal : placenta besar, hamil
29
ganda, maka reaksi oksidatif akan sangat meningkat. Keadaan ini menimbulkan
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, yang
menimbulkan gejala-gejala pre eklampsia pada ibu.
( Saifuddin, A.B., 2009)
Umur
Ibu hamil dengan usia sangat muda (umur < 20 tahun), maupun ibu dengan umur
diatas 35 tahun cenderung mengalami pre eklampsia. Hal ini disebabkan oleh
adanya perubahan patologis, yaitu terjadinya spasme pembuluh darah arteriole
menuju organ penting dalam tubuh sehingga menimbulkan gangguan metabolisme
jaringan, gangguan peredaran darah menuju retroplasenter, sedang tubuh ibu
belum siap untuk terjadinya kehamilan ( Manuaba, I.B.G., 1998).
b. Paritas
Pada wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leucocyte Antigen Protein G
(HLA-G), yang berperan dalam penting dalam modulasi peran imun, sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi (placenta). Selain itu HLA-G merupakan
prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada
hypertensi kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G, menghambat invasi
30
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua
menjadi lunak dan gembur, sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri
spiralis. Apabila invasi trofoblas ke dalam desidua terhambat kemungkinan
terjadi Immune-Maladaptation pada pre eklampsia (Saifuddin, A.B., 2009).
1) Primipara
Pada primipara dapat terjadi pre eklampsia karena semua rahim kosong tanpa ada
janin kemudian terjadi kehamilan sehingga tubuh ibu menyesuaikan terutama
pada saat plasenta mulai terbentuk akan terjadi iskemia implantasi placenta,
bahan trofoblast akan diserap kedalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan
sensivitas terhadap angiotensin II, rennin dan aldosteron, spasme pembuluh
darah.
2) Multipara
Pada multipara disebabkan karena terlalu seringnya rahim tegang saat kehamilan
dan terjadi penurunan angiotensin, rennin dan aldosteron sehingga dijumpai
edema, hipertensi dan proteinuria.
(Mochtar, R., 1998)
c.
Pendidikan
31
yang
32
proliferasi sel-sel trofoblas. Kadar HCG lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Plasenta mengeluarkan hormon protein salah satunya adalah HCG. Dari urin
wanita hamil Human Chorionic Gonadotropin (HCG) bisa dilihat. Apabila kadar
HCG meningkat produksi protein juga meningkat yang bisa menyebabkan pre
eklampsia (Saifuddin, A.B., 2009).
c.
1) Diabetes Millitus
Pada penyakit kencing manis terjadi perubahan pembuluh darah :
permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi, sehingga terjadi kekurangan
protein ke jaringan. Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan
edema. Hemokonsentrasi darah yang mengganggu fungsi metabolisme tubuh
(Manuaba, I.B.G., 1998 ).
2) Kegemukan (Obesitas)
Kenaikan Berat Badan yang abnormal dan Edema terjadi secara dini,
mencerminkan pemuaian kompartemen cairan ekstra-vaskular. Pemuaian ini
berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh
vasokonstriksi arteriolar. Peningkatan permeabilitas kapiler memungkinkan
cairan berdisfusi dari ruang intra-vaskular, sehingga mengakibatkan pemuaian
ruang ekstra-sel (Hacker, N.F., 2001).
4. Penyebab tidak langsung
a.
Riwayat penyakit
Pada ibu yang mempunyai riwayat hypertensi sebelum hamil, mempunyai risiko
33
25% dari ibu yang tidak mempunyai riwayat hypertensi. Hal tersebut disebabkan
oleh karena konstriksi vaskuler, yang dapat menimbulkan resistensi terhadap
aliran darah dan penyebab hypertensi arterial. Vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan
hypertrofi ventrikel, dan mengakibatkan decompensasi cordis dan kerusakan
intrinsik ginjal.
b. Riwayat keluarga
Wanita hamil yang ibunya pernah mengalami pre eklampsia, cenderung berisiko
ganda terhadap pre eklampsia. Predisposisi genetik merupakan faktor immunologi
yang menunjukkan gen resesif autosom, yang mengatur respon imun maternal.
Risiko ibu hamil yang ibunya mengalami pre eklampsia, dapat terjadi 1 diantara
4 kemungkinan ibu pre eklampsia ( Varney, H., 2001).
c.
34
d. Keteraturan ANC
Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik
optimalisasi memonitor dan mendukung ibu hamil normal dan mendeteksi
kelainan melalui serangkaian kegiatan rutin selama kehamilan ( Saifuddin, A.B.,
2009). Terutama kewaspadaan khusus mengenai gejala pre eklampsia (pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa protein urine).
2.2.6 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme berat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya (mengalami
vasokonstriksi) sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan odema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Perubahan pada organ-organ yaitu
1. Otak
Pada pre eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas
normal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada
35
pembuluh darah otak. Odema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan
serebral dan gangguan visus bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada pre eklampsia dan eklampsi sering terjadi peningkatan tonus
rahim dan kepekaannya terhadap rangsang sehingga terjadi partus prematurus.
3. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun. Sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
4. Paru-paru
Kematian ibu pada pre eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya
aspirasi pneumonia, atau abses paru.
5. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat
hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre eklampsia berat. Pada
eklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang dapat menunjukkan tanda pre eklampsia berat yang mengarah pada
36
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri
atau didalam retina.
6. Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metabolisme air, elektrolit, kristoloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi
gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah kadar natrium bikarbonat, dan pH
darah berada pada atas normal. Pada pre eklampsia berat dan eklampsia, kadar
gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga
cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.
Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang
lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan
demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
(Mochtar, R., 1998)
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala didaerah fontal, nyeri epigastrium, gangguan visus
(penglihatan kabur, skotoma, diplopia) mual dan muntah, gangguan serebral
lainnya : oyong, refleks meningkat, dan tidak tenang.
37
2.2.8 Prognosis
Di Indonesia pre eklampsia berat dan ekslampsia merupakan penyebab
kematian ibu berkisar 15%-25%, sedangkan kematian bayi antara 45%-50%.
Penyebab kematian ibu adalah pendarahan otak, payah jantung atau payah
ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-paru sedangkan penyebab
kematian bayi adalah asfiksia intrauterin dan persalinan prematuritas (Manuaba,
I.A.C., 2010).
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang disebabkan oleh pre eklampsia berat dan eklampsia yaitu
1. Solutio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hypertensi akut dan lebih
sering terjadi pada pre eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
Pada pre eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrino genemia,
maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
38
3. Hemolisis
Penderita dengan pre eklampsia berat kadang-kadang menganjurkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Pendarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu,
dapat terjadi. Pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina hal ini merupakan
tanda gawat akan tejadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini
disebabkan karena payah jantung.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada pre eklampsia merupakan akibat vasospasmus
arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga
ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
39
40
41
a.
pada
tiap
pemeriksaan
tanda-tanda
pre
eklampsia
dan
42
2.2.11 Penanganan
1. Pre eklampsia Ringan
Penanganan Pre eklampsia Ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung
gejala yang timbul, yakni
a.
Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan, dengan cara ibu
43
44
jumlah < 125 cc/jam atau infus 2 Dekstrose 5% : 1 Ringer Lactat (60-125 cc/
jam).
5) Suntikan sulfas magnesikus :
Loading dose : 4 gr MgSO4 20 % IV (20 % dalam 20 ml)
pemberian selama
45
darah, bila belum ada penurunan maka diberikan lagi sisanya (5 cc) IV pelanpelan selama 5 menit.
Pengobatan hipertensi harus memperhatikan : menurunkan tekanan darah tidak
boleh lebih dari 20% dalam satu jam, tekanan darah tidak boleh kurang dari
140/90 mmHg.
c). Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada : edema paru, Decompensasisio
kordis disertai edema, edema anasarka.
(Manuaba, I.B.G., 2010)
b. Pengobatan obstetric.
1) Belum inpartu.
a) Dilakukan induksi persalinan segera sesudah pemberian MgSO4.
b) Dilakukan amniotomi dan drip oksitosin dengan syarat pelvik skor bishop>5.
c) SC dilakukan bila : syarat drip tidak dipenuhi, 12 jam sejak drip oksitosin
anak belum lahir, kesejahteraan janin buruk.
2) Inpartu.
a) Fase Laten : 6 jam tidak masuk fase aktif, dilakukan SC.
b) Fase Aktif : Amniotomi, kalau perlu drip oksitosin, bila 6 jam pembukaan
belum lengkap dilakukan SC.
46
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwannya
(Nursalam dan Pariani, S., 2001).
Umur mempengaruhi fertilitas (kesuburan), fertilitas mulai menurun saat
wanita berumur 30 tahun dan menurun dengan cepat saat wanita berusia 35 tahun.
Pasangan yang lebih tua dari 35 tahun akan membutuhkan waktu 2 kali lipat dari
pasangan yang lebih muda, dan jika seseorang wanita hamil berumur lebih dari 35
tahun maka risiko baik ibu maupun bayi akan meningkat.
2.3.2 Penggolongan
1. Umur kurang dari 20 tahun
Suatu kondisi ibu terlalu muda hamil dimana organ-organ reproduksi dan
emosional belum matang.
2. Umur 20 - 35 tahun
Merupakan suatu periode usia yang paling baik untuk reproduksi dimana organorgan reproduksi sudah matang dan siap menerima kehamilan atau melahirkan
anak.
47
48
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi
lunak dan gembur, sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.
Apabila invasi trofoblas ke dalam desidua terhambat kemungkinan terjadi
Immune-Maladaptation pada pre eklampsia (Saifuddin, A.B., 2009).
Paritas dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. Primipara
Adalah seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan sampai janin mencapai
tahap viabilitas untuk pertama kalinya (Bobak, I., 2004).
2. Multipara
Adalah seorang wanita yang sudah menjalani 2 atau lebih kehamilan dan
menghasilkan janin sampai tahap viabilitas (Bobak, I., 2004).
3. Grande multipara
Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 5 kali atau lebih
sampai standart mampu hidup ( Mochtar, R., 1998).
2.5
Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Pre eklampsia pada Ibu
Bersalin
Umur seorang ibu hamil dapat mempengaruhi terjadinya Pre eklampsia dalam
kehamilannya. Umur ibu hamil yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
akan lebih cenderung mengalami pre eklampsia, dikarenakan oleh adanya
perubahan patologis yaitu terjadinya spasme pembuluh darah arteriola menuju
organ penting dalam tubuh. Sehingga menimbulkan gangguan metabolisme
jaringan, gangguan peredaran darah menuju retroplasenter, sedang tubuh ibu
49
belum siap untuk terjadinya kehamilan, sedangkan ibu hamil yang berumur 20
tahun sampai dengan 35 tahun merupakan suatu periode usia yang paling baik
untuk reproduksi atau melahirkan, sehingga ibu lebih siap untuk terjadinya
kehamilan.
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya, paritas juga dapat mempengaruhi
terjadinya pre eklampsia pada ibu bersalin. Pada primipara dapat terjadi pre
eklampsia karena semula rahim ibu kosong tanpa ada janin kemudian terjadi
kehamilan, sehingga tubuh ibu menyesuaikan terutama saat plasenta mulai
terbentuk akan terjadi ischemia implantasi placenta. Bahan trofoblas akan diserap
ke dalam sirkulasi yang dapat meningkatkan sensitivitas tehadap angiotensin II,
renin dan aldosteron, spasme pembuluh darah dan tertahannya garam dan air.
Sedangkan pada multipara dapat terjadi pre eklampsi karena terlalu seringnya
rahim teregang saat kehamilannya dan terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron sehingga dijumpai oedema, hipertensi dan proteinuria.
50
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
serta
variabel-variabel
yang
akan
diukur
(diteliti)
Pre eklampsia
Penyakit
d.
e. Pendidikanyang
menyertai kehamilan
f. Pekerjaan
(Diabetes Mellitus,
g. Pengetahuan
Obesitas)
h. Sikap
Sosial ekonomi
rendah
d. Keteraturan ANC
Asupan nutrisi
kurang
Sumber : Modifikasi Manuaba, I.B.G (1998) , Saifudin, A.B (2009) dan Wiknjosastro, H (2006)
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu
Bersalin dengan Kejadian Pre eklampsia
50
51
Keterangan :
Kejadian pre eklampsia pada ibu hamil dan bersalin dipengaruhi beberapa
faktor antara lain, karakteristik ibu yang mencakup umur, paritas, pendidikan dan
pengetahuan. Penyebab langsung terjadinya pre eklampsia yaitu distensi rahim
yang berlebihan seperti hidramnion, gemelli, mola hidatidosa dan penyakit yang
menyertai kehamilan (diabetes mellitus, obesitas) dan penyebab tidak langsung
antara lain riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, faktor sosial ekonomi
rendah dan ANC yang tidak teratur. Pada penelitian ini dibatasi faktor umur dan
paritas. Pada umur dibagi 2 yaitu risiko tinggi dan risiko rendah. Pada risiko
tinggi dibagi 2 yaitu < 20 tahun dan
pre eklampsia karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga
dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Jika terjadi kehamilan maka tubuh ibu belum siap untuk menerima keadaan baru,
sehingga bisa menyebabkan iskemia implantasi placenta. Hal ini bisa
menyebabkan kenaikan tekanan darah, pengeluaran protein dalam urine dan
edema. Pada usia
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir
juga tambah kaku. Pada usia ini cenderung mengalami pre eklampsia karena
disebabkan adanya penyakit yang menyertai seperti diabetes mellitus dan
hipertensi, sehingga menyebabkan perubahan patologi yaitu terjadinya spasme
pembuluh darah arteriol menuju organ penting sehingga menimbulkan gangguan
metabolisme jaringan, gangguan peredaran darah dan mengecilnya aliran darah
sehingga menimbulkan pre eklampsia. Sedangkan pada umur risiko rendah yaitu
52
20-35 tahun merupakan umur yang tepat untuk memulai kehamilan dan kelahiran
terbaik. Pada usia ini alat reproduksi sudah matang dan merupakan risiko paling
rendah untuk ibu dan bayi. Pada usia ini tubuh ibu sudah siap untuk menerima
perubahan yaitu adanya janin. Pada paritas dibagi 2 yaitu primipara dan
multipara. Pada primipara dapat terjadi pre eklampsia karena semula rahim
kosong tanpa ada janin kemudian terjadi kehamilan sehingga tubuh ibu
menyesuaikan terutama pada saat placenta mulai terbentuk akan terjadi iskemia,
implantasi placenta, bahan trofoblast akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat
meningkatkan sensivitas terhadap angiotensin II, rennin dan aldosteron, sehingga
dapat menyebabkan spasme pembuluh darah. Pada multipara disebabkan karena
terlalu seringnya rahim teregang saat kehamilan dan terjadi penurunan
angiotensin, rennin dan aldosteron, sehingga dijumpai edema, hipertensi, dan
proteinuria. Apabila faktor-faktor di atas tidak bisa dicegah maka akan
menyebabkan terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil dan bersalin. Sehingga
apabila terjadi pre eklampsia dapat meningkatkan risiko pada ibu dan bayi.
Dampak pada ibu yaitu bisa menyebabkan solutio plasenta, hemolisis, perdarahan
otak, kelainan mata, edema paru-paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan
ginjal, dan komplikasi lain. Sedangkan dampak pada janin bisa menyebabkan
asfiksia intra uteri, prematur, dismaturitas dan kematian janin intrauterin.
3.1 Hipotesis
Ada hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian pre
eklampsia.
53
BAB 4
METODE PENELITIAN
53
54
Populasi
Semua Ibu Bersalin tahun 2013
Sampel
Risiko (+)
Umur < 20 tahun dan > 35 tahun
Paritas (primipara)
Pre eklampsia
Risiko (-)
Umur 20-35 tahun
Paritas (multipara, grandemultipara)
Pre eklampsia
Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu dari pengambilan data pada bulan April 2014 sampai
penelitian bulan Mei 2014 hingga uji KTI bulan Agustus 2014. Perincian jadwal
penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
55
Teknik sampling
Sampel
Sebagian ibu bersalin di RS Assakinah Medika Sidoarjo
pada tahun 2013 sejumlah 112 orang
Pengumpulan data
Catatan medik persalinan dan status pasien
Pengolahan data:
Editing
Koding
Entry Data
Cleaning Data
Analisis Data
Univariat
Bivariat
Chi Square
Penyusunan Laporan
Gambar 4.2 Kerangka Penelitian
56
N . P .Q
( N 1) D P .Q
Keterangan :
n
Besar populasi
1P
B2
, dimana B : Bound of the Error Estimation = 0,05
4
Jadi jumlah sampel yang akan dipilih sesuai dengan cara penghitungan sampel
sebanyak 112 orang (penghitungan dilampirkan dalam lampiran).
57
58
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependent dan
variabel independent. Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independent atau variabel bebas. Variabel independent adalah variabel
yang berisi faktor-faktor yang mempengaruhi variabel dependent.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independent adalah umur dan
paritas, sedangkan variabel dependent adalah Pre eklampsia.
Umur :
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
Paritas :
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandemultipara
59
Definisi Operasional
Umur
Paritas
Pre
eklampsia
Cara
Pengukuran
Berdasarkan
data register
ibu bersalin
Berdasarkan
data register
ibu atau
riwayat
persalinan
Berdasarkan
diagnosa
yang ada di
data dalam
register ibu
bersalin
Hasil
Skala
Dikelompokkan menjadi
:
0. Umur < 20 tahun
1. Umur 20-35 tahun
2. Umur > 35 tahun
Dikelompokkan menjadi
:
0. Primipara
1. Multipara
2. Grandemultipara
Ordinal
Dikelompokkan menjadi
:
0. Ya : Bila pre
eklampsia
1. Tidak : Bila tidak
pre
eklampsia
Nominal
Nominal
60
61
4. Cleaning data
Adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dientry atau dimasukkan
benar-benar bersih dari kesalahan.
(Notoatmodjo, S., 2010)
( Oij Eij )2
Eij
Keterangan :
2 : Chi-Square
O : Nilai / frekuensi observasi
E : Nilai / frekuensi expected
i : Nilai baris
j : Nilai Kolom
Syarat uji Chi-Square :
1. Sifat data nominal.
2. Sampel dipilih secara random.
3. Sel dengan frekuensi harapan < 5 tidak melebihi 20% dari total sel.
62
4.8
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta surat pengantar dari
4.9
Keterbatasan
63
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian, maka disajikan hasil penelitian tentang gambaran umum dan gambaran
khusus dalam bentuk tabel.
5.1 Data Umum
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Assakinah Medika Sidoarjo,
dimana Rumah Sakit tersebut merupakan Rumah Sakit Tipe D. Adapun lokasi
dari Rumah Sakit Umum Assakinah Medika berada di Jalan Raya Bogem Kebon
Agung Nomor 2096 Sukodono Sidoarjo. Luas lahan Rumah Sakit 4.870 m2 .
Rumah Sakit Assakinah Medika Sidoarjo merupakan rumah sakit rujukan, yang
menerima rujukan dari BPS dan Puskesmas.
Batas-batas wilayah :
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat
Jenis pelayanan yang tersedia untuk penanganan pre eklampsia pada ibu bersalin ,
antara lain :
1. Ruang Bersalin yang terdiri dari
a.
3 tempat tidur
63
64
f.
d. 2 inkubator
e.
5 infant wamer
f.
3. Kepengurusan pada ruang bersalin, ruang bayi dan ruang OK, antara lain
a.
9 bidan pelaksana
b. 4 SPOG
c.
d. 3 perawat
4. Penunjang Diagnostik
a.
USG
b. Laboratorium
65
5. Ruang OK
a.
2 kamar operasi
1 kamar mandi
d. Ruang steril
e.
5.2
Data Khusus
Merupakan visualisasi variabel penelitian terhadap data yang diperoleh
(didapat dari data khusus instrument persalinan). Variabel yang akan disajikan
yaitu umur, paritas dan kejadian pre eklampsia di Ruang Bersalin RS Assakinah
Medika Sidoarjo.
Frekuensi
Persentase (%)
< 20 tahun
13
11,61
20-35 tahun
84
75,00
> 35 tahun
15
13,39
Jumlah
112
100
66
bersalin
dibagi
menjadi
primipara,
multipara
dan
Frekuensi
Persentase (%)
Primipara
52
46,43
Multipara
50
44,64
Grandemultipara
10
8,93
Jumlah
112
100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas paritas ibu bersalin di
RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 yaitu pada primipara sebanyak 52
orang (46,43 %).
5.2.3 Tabel Frekuensi Kejadian Pre eklampsia Ibu Bersalin
Kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin dibedakan menjadi pre eklampsia
dan tidak pre eklampsia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3.
67
Tabel 5.3 Frekuensi Penderita Pre eklampsia Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS
Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 2013.
Kejadian
Frekuensi
Persentase (%)
Pre eklampsia
25
22,32
87
77,68
Jumlah
112
100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa ibu bersalin yang mengalami pre
eklampsia di RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013 sebanyak 25 orang
(22,32 %).
Umur
(Tahun)
< 20
20-35
> 35
%
8
61,54
5
38,46
12
14,29
72
85,71
5
33,33
10
66,67
Jumlah
13
84
15
%
100
100
100
68
Berdasarkan tabel 5.4 tidak dapat dilakukan uji Chi-Square karena tidak
memenuhi syarat dimana data yang ada tersebut dalam skala pengukuran ordinal.
Oleh karena itu, untuk memenuhi syarat uji Chi-Square dimana data yang
diperlukan dalam skala pengukuran nominal maka umur ibu bersalin direduksi
menjadi 2 kategori, yaitu < 20 dan > 30 tahun, 20-30 tahun.
Dalam hal ini peneliti menggabungkan umur < 20 tahun dan umur > 35
menjadi satu kelompok, karena ciri umur < 20 tahun juga masuk dalam kelompok
> 35 tahun. Tabel 5.5 menunjukkan hasil reduksi dari tabel 3 x 2 (umur < 20
tahun, 20-35 tahun, > 35 tahun dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu
yang tidak mengalamipre eklampsia) menjadi tabel 2 x 2 (umur < 20 tahun dan >
35 tahun, 20-35 tahun dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu yang
mengalami pre eklampsia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dan Kejadian Pre eklampsia
Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo Tahun
2013.
Kejadian Pre eklampsia
Umur
(Tahun)
Pre eklampsia
Jumlah
13
46,43
15
53,57
28
100
20 35
12
14,29
72
85,71
84
100
69
pada umur 20-35 tahun (85,71 %) dibandingkan dengan umur < 20 tahun dan >35
tahun (53,57 %).
5.3.2 Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin
di RS Assakinah Medika Sidoarjo
Tahun 2013.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
maka dapat dibuat tabulasi silang antara paritas ibu bersalin dan kejadian pre
eklampsia pada ibu bersalin di ruang bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo
tahun 2013. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
Kejadian Pre eklampsia
Pre eklampsia Tidak Pre eklampsia
Paritas
Jumlah
Primipara
16
30,77
36
69,23
52
100
Multipara
10,00
45
90,00
50
100
Grandemultipara
40,00
60,00
10
100
Berdasarkan tabel 5.6 tidak dapat dilakukan uji Chi-Square karena tidak
memenuhi syarat dimana data yang ada tersebut dalam skala pengukuran ordinal.
Oleh karena itu, untuk memenuhi syarat uji Chi-Square dimana data yang
diperlukan dalam skala pengukuran nominal, maka paritas ibu bersalin direduksi
menjadi 2 kategori, yaitu primipara, multipara dan grandemultipara.
Dalam
hal
grandemultipara
ini
peneliti
menjadi
satu
menggabungkan
kelompok,
paritas
karena
ciri
multipara
dan
grandemultipara
(paritas 2) juga masuk dalam kelompok multipara (paritas 2). Tabel 5.7
70
menunjukkan hasil
3x
2 (primipara,
multipara,
grandemultipara dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu yang tidak
mengalami pre eklampsia) menjadi tabel 2 x 2 (primipara, multipara dan
grandemultipara dengan ibu yang mengalami pre eklampsia dan ibu yang tidak
mengalami pre eklampsia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Bersalin dan Kejadian Pre
eklampsia pada Ibu Bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika
Sidoarjo Tahun 2013.
Kejadian Pre eklampsia
Paritas
Primipara
Jumlah
16
30,77
36
69,23
52
100
15,00
51
85,00
60
100
Multipara dan
Grandemultipara
(30,77
%),
dibandingkan
dengan
paritas
multipara
dan
5.4
paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia, maka dilakukan pengujian
dengan menggunakan uji Chi-Square.
71
Umur
(Tahun)
21,75
6,25
< 20 dan > 35
20-35
28
15
13
65,25
18,75
72
12
Jumlah
Jumlah
25
87
84
112
72
Paritas
11,61
Primipara
16
Multipara dan
Grandemultipara
40,39
52
36
13,39
Jumlah
Jumlah
46,61
60
51
25
87
112
73
BAB 6
PEMBAHASAN
73
74
ini mudah terjadi penyakit dalam organ kandungan ibu yang menua. Usia
35
75
76
banyak terjadi pada paritas primipara sebesar 30,77 %. Pada primipara dapat
terjadi pre eklampsia karena semula rahim kosong tanpa ada janin kemudian
terjadi kehamilan sehingga tubuh ibu menyesuaikan terutama pada saat plasenta
mulai terbentuk akan terjadi iskemia, implantasi plasenta, bahan trofoblast akan
diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensivitas terhadap
angiotensin II, rennin dan aldosteron, sehingga dapat menyebabkan spasme
pembuluh darah. Hal ini yang dapat menimbulkan terjadinya pre eklampsia pada
ibu hamil maupun ibu bersalin. Menurut Bobak. I (2004) pada primipara dapat
terjadi pre eklampsia sekitar 85 %. Sementara ibu bersalin dengan paritas
multipara dan grandemultipara yang mengalami pre eklampsia sebesar 15,00 %.
Pada multipara maupun grandemultipara disebabkan karena terlalu sering rahim
teregang saat kehamilan dan terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron
sehingga dijumpai oedema, hipertensi dan proteinuria. Sedangkan yang tidak
mengalami pre eklampsia lebih banyak terjadi pada paritas multipara dan
grandemultipara sebesar 85 % dibandingkan dengan paritas primipara sebesar
69,23 %. Hal ini dikarenakan baik pada ibu bersalin dengan paritas multipara
dan grandemultipara maupun paritas primipara yang tidak terjadi pre eklampsia
bila ibu periksa kehamilan secara teratur, sehingga mampu mendeteksi secara dini
tanda dan gejala terjadinya pre eklampsia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sudinaya (2008) di RS Cipto
Mangunkusumo bahwa hipertensi merupakan penyulit yang tersering dijumpai
pada primipara (24,45 %), paritas 2-4 (9,89 %) dan paritas 5 keatas (28,31 %).
Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil studi pendahuluan oleh Rahayu,
I.D di VK IRD RSU Dr. Soetomo Surabaya (2012) yang menyatakan bahwa pada
77
78
79
BAB 7
PENUTUP
7.1 Simpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan tujuan yang ada, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut
7.1.1 Umur ibu bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun
2013 mayoritas umur 20-35 sebanyak 84 orang (75,00 %).
7.1.2 Paritas ibu bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah Medika Sidoarjo
tahun 2013 mayoritas primipara sebanyak 52 orang (46,43 %).
7.1.3 Kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin di Ruang Bersalin RS Assakinah
Medika Sidoarjo tahun 2013 (22,32 %).
7.1.4 Ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia di
RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013.
7.1.5 Ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia
di RS Assakinah Medika Sidoarjo tahun 2013.
7.2
Saran
Dalam rangka untuk menurunkan angka kejadian pre eklampsia ibu bersalin,
79
80
Oleh karena itu untuk menurunkan angka kejadian pre eklampsia pada ibu
bersalin maka saran yang dapat diajukan yaitu
7.2.1 Bagi RS Assakinah Medika Sidoarjo
Diharapkan Rumah Sakit dapat meningkatkan pelayanan dan penanganan
secara cepat dan tepat bagi ibu hamil atau bersalin yang mengalami pre
eklampsia,
yaitu
peningkatan pelayanan
ANC,
melakukan penyuluhan-
81
82
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, M.C., 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
AKBID GRIYA HUSADA., 2014. Buku Panduan Pedoman Penyusunan
Proposal Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Surabaya : AKBID Griya
Husada.
Bobak, I., 2004. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC.
Cunningham. F.G, dkk. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21, Volume 2. Jakarta :
EGC.
Dahlan, E.R. 2014., Waspadai Preeklamsia Pada Kehamilan.
www.unair.ac.id/unair_v1/gurubesar.unair.php?id=48 [Diakses tanggal 9
April 2014 jam 20.15 WIB]
DINKES JATIM., 2010. Profil Kesehatan Jawa Timur.
www.dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/1321926974_Profil_Kesehata
n_Provinsi_Jawa_Timur_2010.pdf [Diakses tanggal10 April 2014 jam 09.33
WIB]
DINKES JATIM., 2011. Profil Kesehatan Jawa Timur.
www.dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/1321926974_Profil_Kesehata
n_Provinsi_Jawa_Timur_2011.pdf [Diakses tanggal 11 April 2014 jam 11.30
WIB]
DINKES JATIM., 2012. Profil Kesehatan Jawa Timur.
www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/15_Profil_K
es.Prov.JawaTimur_2012.pdf [Diakses tanggal 11 April 2014 jam 11.05
WIB]
Fadlun dan Feryanto, A., 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba
Medika.
Hartanto, H., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Hacker, N.F dan Moore, J.G., 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates.
Hidayat, A.A.A., 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Lailiyana, Laila. A, Daiyah. I dan Susanti, A., 2011. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC.
82
83