Anda di halaman 1dari 65

BABII

KAJIANPUSTAKADANKERANGKAPEMIKIRAN
2.1KajianPustaka2.1.1KerajinanAkarWangidiKecamatan
Samarang
Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang memiliki
tingkat kesuburan tanah yang sangat baik. Kabupaten Garut sangan
cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik komoditi
pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Salah satu komoditi
pertanian yang cocok ditanam di Kabupaten Garut adalah akar
wangi. Tanaman akar wangi dikenal dengan beberapa nama di
Indonesia, seperti : useur(Gayo), urekusa(Minangkabau), hapias
(Batak), narwastuatau usar(Sunda), larasetu (Jawa), karabistu
(Madura), nausinafuik(Roti), tahele(Gorontalo), akadu(Buol),
sere ambong (Bugis), babuwamendi(Halmahera), garamakusu
batawi(Ternate), baramakusubutai(Tidore).

Rumput Akar Wangi (Vetiveriazizanioides) adalah sejenis rumput


yang berasal dari India. Tumbuhan ini dapat tumbuh sepanjang
tahun, dan dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangiwangian. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya, sebagai
bahan minyak dan kerajinan. Di Kecamatan Samarang Kabupaten
Garut, yang merupakan sentra terbesar, sudah dilakukan
pengembangan akar wangi untuk menjadi minyak dan kerajinan
(handycraft), termasuk limbahnya sebagai bahan kerajinan. Area
tanam akar wangi di Kecamatan Samarang sekitar 600 hektar, 5%nya dimanfaatkan sebagai bahan
7

Diakses dari ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/akar%20wangi.pdf


[15/02/2012] 15

dasar untuk kerajinan. Area tanam akar wangi tersebar di 4 desa,


8
yaitu Sukakarya, Tanjung Karya, Cisarua dan Parakan.
Pada tanaman akar wangi terdapat bagian-bagian yang bisa
dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Berikut ini adalah
pohon industri akar wangi.
Sumber: http://binaukm.com/2010/04/pohon-industri-minyak-atsiri/
[15/02/ 2012] Gambar 2. Pohon Industri Akar Wangi

Pengolahan akar wangi menjadi minyak (penyulingan) terdapat di


dua desa yaitu Sukakarya dan Tanjung Karya. Sedangkan produk
kerajinan yang berasal dari akar wangi dihasilkan oleh dua desa
yaitu Sukakarya dan Sukalaksana. Khusus produk kerajinan akar
wangi masih relatif baru di kecamatan Samarang (2009). Inisiasi
awal diarahkan dengan mendorong Koperasi Warga Desa
(Kowades) Binalaksana (Desa Sukalaksana) dan Kowades Karya
Mandiri
8

Diakses dari http://www.pupuk- bandung.org/index.php?


option=com_content&view=article&id=79:akar-wangihandicraft&catid=43:pengembangan-ekonomi-kabupaten-garut&Itemid=131
[20/02/2012]

16

(Desa Sukakarya) untuk memunculkan produk kerajinan berbasis


9
komunitas yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Saat ini jumlah pengrajin di dua desa tersebut sekitar 15 orang
yang terdiri dari pelukis, penenun dan penjahit. Terdapat dua merk
lokal untuk kerajinan yaitu Hebat Craft dan Pulus Wangi
Nusantara, dengan karakteristik lokal namun dapat diserap secara
global, serta ramah lingkungan (ecofriendlycraft). Inisiasi

pemberdayaan ekonomi tersebut diarahkan untuk meningkatkan


daya saing (competitiveness) produk, UMKM serta daerahnya
dengan beberapa pendekatan yang sinergi, kolaboratif multistakeholder dengan platform Klaster Industri, perkuatan Value
ChainDevelopment, dan Gerakan OVOP (OneVillageOne
Product).

10

Program Pengembangan Ekonomi Lokal (LocalEconomic


Development) ini dikawal melalui prakarsa Chevron Geothermal
Ltd, Kabupaten Garut dalam Program CSR (CorporateSocial
Responsibility) berkolaborasi dengan NGO PUPUK (Perkumpulan
Untuk Peningkatan Usaha Kecil) Bandung. Selain itu beberapa
stakeholder termasuk pemerintah juga terlibat dalam
implementasinya.
2.1.2CorporateSocialResponsibility(CSR)2.1.2.1EvolusiTeori
CorporateSocialResponsibility(CSR)
CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi
dalam konteks ekonomi global, nasional, maupun global.
Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspekaspek perilaku perusahaan (firmsbehaviour),
9

Idem

10

Idem

17

termasuk dua kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut


dua elemen kunci, yaitu :1. Goodcorporategovernance: etika
bisnis, manajemen sumber daya manusia,
jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan
kerja.2. Goodcorporateresponsibility: pelestarian lingkungan,
pengembangan masyarakat (communitydevelopment),
perlindungan hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi
dengan pemasok, dan penghormatan terhadap
hak-hak pemangku kepentingan lainnya.Dengan demikian,
perilaku atau cara perusahaan memperhatikan dan
melibatkan shareholder,pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah,
LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya. Merupakan
konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan
peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan
dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal. Dalam
mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali
dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatansektor swasta
yang lebih dari sekedar kepatuhan terhadap hukum.
Pandangan bahwa dunia bisnis memiliki tanggung jawab yang
lebih dari sekedar meningkatkan kemakmuran ekonomi semata
bukanlah sesuatu yang baru. Sepanjang catatan sejarah, peranan
organisasi-organisasi yang memproduksi barang dan jasa bagi
pasar perlu dikaitkan dengan aspek sosial, politik, dan bahkan
militer.
Dekade 1950an, menurut Lee, teori-teori CSR yang muncul di
tahun 1950an, telah mengalami pergeseran. yang paling kentara
adalah perubahan yang
18

terjadi di tahun 1990an. Dari tingkat analisis, dapat dinyatakan


bahwa sifat makrososial telah bergeser menjadi organisasional;
orientasi teoretis yang tdinya lebih bersifat etis dan kewajiban telah
menjadi manajerial; orientasi etis yang tadinya eksplisittelah
menjadi implisit, dan hubungan antara kinerja CSR dan kinerja
keuangan yang tadinya terpisah atau tidak didiskusikan sama sekali
kemudian berubah menjadi hubungan yang erat. Untuk lebih
11
jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Evolusi Teori CSR
Sumber: Makalah Sejarah dan Masa Depan CSR Menurut Min-Dong
Paul Lee (Jalal, Lingkar Studi CSR 2008) [3/02/2012].

Tahun 1950an hingga 1960an benarbenar didominasi oleh


pemikiran Howard Bowen, sehingga tema besarnya adalah
tanggung jawab sosial pebisnis (atau socialresponsibilitiesof
businessmenyang menjadi judul buku Bowen yang terbit
1953).

12

Dekade 1970an ditandai dengan munculnya konsep yang hingga


kini masih sangat sering dikutip, yaitu enlightenedselfinterest.
Konsep ini dilahirkan oleh Wallich dan McGowan (menulis artikel
terakhir dalam bunga rampai ANewRationaleforCorporate

SocialPolicy, 1970) yang berupaya menyediakan rekonsiliasi


antara tujuan sosial dan ekonomi perusahaan. Mereka dengan tegas
11

Dikutip dari Makalah Sejarah dan Masa Depan CSR Menurut Min-Dong Paul
12
Lee (Jalal, Lingkar Studi CSR 2008) [3/02/2012]. Idem

19

50s &60s

90s

Tingkat analisis

Makro sosial

Organisasional

Orientasi teoritis

Etika/tanggung jawab

Managerial

Orientasi etik

Eksplisit

Hubungan antara CFP dan


CSR

Eksklusif

Implisit

Terkait erat

menyatakan bahwa CSR akan terus menjadi konsep asing apabila


tidak berhasil menunjukkan dirinya konsisten dengan kepentingan

pemilik modal. Sejak itu, terjadi perubahan radikal dari penelitian


penelitian CSR yang tadinya lebih bersifat normatif menjadi
positif, terutama kaitan antara kinerja CSR dan kinerja finansial
perusahaan. Namun, karena penelitianpenelitian tersebut masih
sangat muda dan mekanisme hubungan keduanya belum jelas
13
benar, maka hubungannya bisa dikatakan masih longgar.
Dekade 1980an ditandai dengan maraknya tema kinerja sosial
perusahaan (CorporateSocialPerformance/CSP). Penanda
utamanya adalah artikel seminar Archie Carroll, A Three
dimensionalConceptualModelofCorporatePerformance(1979).
Hal yang sangat penting dalam dekade ini adalah berkembangnya
keyakinan bahwa hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan
kinerja finansial tidaklah bersifat tradeoff. Keduanya bisa berjalan
seiring menuju totalsocialresponsibilityofbusiness yang terdiri
dari tanggung jawab ekonomi, legal, etis, dan diskresionari.
Setelah sepanjang satu dekade CSP diperkenalkan dan diteliti lebih
jauh, tampaknya hasilnya belum lagi memuaskan. Kapasitas untuk
mengukurnya, serta bagaimana menguji model CSP secara empiris
14
adalah dua titik paling lemah yang belum bisa diselesaikan.
Dekade berikutnya, 1990an, ditandai dengan keruntuhan misteri
terbesar dalam manajemen: mengapa perusahaanperusahaan
tertentu secara konsisten berkinerja lebih baik dibandingkan yang
lain. Jawabannya ada pada tema manajemen strategik, yang di
antaranya diusung oleh Peter Drucker. Salah satu
13

Idem

20

14

Idem

varian manajemen strategik adalah teori pemangku kepentingan


yang dipopularkan oleh Edward Freeman. Ia mempostulatkan
bahwa semakin banyak pamangku kepentingan yang dipuaskan
oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki kemungkinan
semakin besar untuk sukses. Postulat tersebut sangat bermanfaat
untuk perkembangan CSR selanjutnya, sehingga studistudi CSR
menjadi semakin bersifat positif dan manajerial. Aplikasi
praktisnya juga semakin didorong oleh tokohtokoh seperti Philip
Kotler, Michael Porter dan Stuart Hart.

15

2.1.2.2DefinisiCorporateSocialResponsibility(CSR)Dari sisi
etimologis CorporateSocialResponsibility(CSR) kerap
diterjemahkan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (TSP).
dalam konteks lain CSR kadang juga disebut sebagai tanggung
jawab sosial dunia usaha (tansodus). Sebagai sebuah konsep yang
makin popular, CSR ternyata belum memiliki definisi yang
tunggal, konsep ini menawarkan sebuah kesamaan, yaitu
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan
perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan.
Definisi CSR menurut Draft 3 ISO 2600, adalah tanggung jawab
sebuah organisasi atas dampak dari keputusan dan kegiatan sebuah
organisasi bagi masyarakat dan lingkungannya, melalui perilaku

transparan dan etis yang konsisten dengan pembangunan


berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Memperhatikan
espektasi dari stakeholders-nya, sejalan dengan hukum yang
15

Idem

21

berlaku dan norma-norma sikap, dan juga terintegrasi kepada


keseluruhan organisasi.
Menurut Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggungjawab
Sosial Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk
bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani
kepentingan organisasi dan kepentingan publiceksternal. Secara
konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi
bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan (Nuryana, 2005).
Definisi CSR menurut WorldBusinessCouncilforSustainable
Developmentadalah komitmen berkesinambungan dari kalangan
bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi
pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan

karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat


pada umumnya.
Versi lain tentang CSR menurut InternationalFinanceCorporation
adalah komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan
karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas
untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara- cara yang
baik bagi bisnis maupun pembangunan.
Sedangkan menurut InstitutionalofCharacteredAccounting,
EnglandandWalesmenjelaskan jaminan bahwa organisasiorganisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi
masyarakat dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan
keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara
22

transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat


yang sehat dan berkembang.
Menurut EuropeanComissionmengatakan bahwa CSR adalah
sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan
perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku

kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.


Adapun definisi CSR menurut CanadianGovernmentadalah
kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan
sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan
operasi perusahaan yang dilakukan dengan secara transparan dan
bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan
berkembang.
Definisi CSR menurut CSR Asia yaitu komitmen perusahaan untuk
beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi,
sosial, dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam
kepentingan para stakeholder.
Menurut Oliver van Heel, iema.net (2004) menjelaskan bahwa
CSR adalah suatu pendekatan bisnis yang menciptakan nilai
pemangku kepentingan dengan merangkum semua peluang dan
mengelola semua risiko yang dihasilkan dari kegiatan
pembangunan ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Sankat, Clement K (2004) memberikan definisi CSR adalah
komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara
legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
dengan peningkatan kualitas hidup karyawan, keluarganya,
komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
23

Versi lain tentang definisi CSR menurut Patir, Ziva (2002) adalah
bagaimana corporatebesar berusaha memenuhi kebutuhan modal
dari para pemegang saham, sementara di pihak lain dalam waktu
yang bersamaan meningkatkan dampak positif pada masyarakat
secara umum.
Secara lebih teoritis dan sistematis, konsep piramida Corporate
SocialResponsibility(CSR) yang dikembangkan Archie B. Charol
memberi justifikasi logis mengapa sebuah perusahaan perlu
menerapkan CSR bagi masyarakat disekitarnya (Saidi dan Abidin,
2004). Sebuah perusahan tidak hanya memiliki tanggung jawab
ekonomis, melainkan pula tanggung jawab legal, etis dan
filantropis.
Sumber: http://serenadaluna.blogspot.com/2010/08/bab-1-profilprogram-kemitraan-dan- bina.html [26/02/2012]

Gambar 3. Piramida CSR, Archie B. Carrol


Penjelsan dari Archie B. Carrol mengenai gambar piramida CSR di
atas adalah sebagai beikut :
1. EconomicResponsibility.Motif utama perusahaan adalah
menghasilkan laba.laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan
harus memiliki nilai tambah
24

ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup


(survive) dan
berkembang.2. LegalResponsibility.Perusahaan harus taat hukum.
Dalam proses mencari
laba, peruahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang
telah
ditetapkan pemerintah.3. EthicalResponsibility.Perusahaan
memiliki kewajiban untuk menjalankan
praktik bisnis yang baik, benar, adil dan fairi.Norma-norma
masyarakat perlu
menjadi ujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.4.
PhilanthropisResponsibility. Selain perusahaan harus memperoleh
laba, taat
hukum, dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat
member kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan semua. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di
perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada

perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah


nonfiduciaryresponsibility.
2.1.2.3ModelCorporateSocialResponsibility(CSR)Menurut
Saidi dan Abidin (2004) dalam Soeharto (2007), sedikitnya ada
empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia yaitu:1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini,
25

sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat


seniornya seperti corporatesecretaryatau publicaffairmanager
atau menjadi bagian dari tugas pejabat publicrelation.
2.

Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan


mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya.
Model ini merupakanadopsi dari model yang lazim diterapkan
diperusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat

digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan


yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola
Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan
Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.
3.

Bermitra dengan pihak lain.Perusahaan menyelenggarakan CSR


melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi nonpemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau
media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop
yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR
antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi
pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI,
Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media
massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4.

Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan


turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan
dengan model lainnya,
26

pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang


bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga
semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari
kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan
program yang disepakati bersama.
Seperti diperlihatkan Tabel 4. dari keempat model atau model di
atas, model yang banyak dijalankan selama tahun 2001 adalah
model ketiga, yakni perusahaan bermitra dengan organisasi atau
lembaga sosial atau lembaga lain dengan dana yang teralokasi
mencapai 79 miliar rupiah.Tabel 4. CSR Berdasarkan Jumlah
Kegiatan dan Dana
Sumber : Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi dalam Suharto (2009)

2.1.2.4AlasanPerusahaanMelakukanCSR
Dalam melakukan CSR, perusahaan memiliki alasan diantaranya
adalah:1. Alasan Sosial. Perusahaan melakukan program CSR
untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah orang lain
perusahaan harus memperhatikan masyarakat sekitarnya.
Perusahaan harus ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang
ditimbulkan.
27

No

Model

Jumlah (Kegiatan, %)

Langsung

113 (40,5)

Yayasan Perusahaan

20 (7,2)

Bermitra dengan Lembaga Sosial

144 (51,6)

Konsorsium

2 (0,7)

Jumlah Total

279

2.

Alasan Ekonomi. Motif perusahaan dalam melakukan CSR untuk


menarik simpati masyarakat dengan membangun image positif
bagi perusahaan yang tujuan akhirnya tetap pada peningkatan
profit.

3.

Alasan Hukum. Alasan hukum membuat perusahaan melakukan


program CSR hanya karena adanya peraturan pemerintah. CSR

dilakukan perusahaan karena ada tuntutan yang jika tidak


dilakukan akan dikenai sanksi atau denda dan bukan karena
kesadaraan perusahan untuk ikut serta menjaga lingkungan.
Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSR sekedar ikutikutan atau untuk menghindari sanksi dari pemerintah. Hal ini
diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang PT No. 40 pasal
74 yang isinya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaanperusahaan yang terkait terhadap SDA dan yang menghasilkan
limbah. Selain itu juga, alasan perusahaan melakukan CSR
menurut Saidi dan
Abidin (2004) dalamSoeharto (2009), terdapat matriks yang
menggambarkan tahapan atau paradigma yang mendasari
perusahaan untuk melakukan CSR di Indonesia, yaitu :
1.

Tahap pertama adalah corporatecharity, yakni dorongan amal


berdasarkan motivasi keagamaan.

2.

Tahap kedua adalah corporatephilantrophy, yakni dorongan


kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika
universal untuk menolong esama dan memperjuangkan pemerataan
sosial.

3.

Tahap ketiga adalah corporatecitizenship, yaitu motivasi


kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip
keterlibatan sosial.
28

Selain berbagai alasan di atas, perusahaan melakukan CSR


didorong oleh motivasi karitatif kemudian motivasi kemanusiaan
dan akhirnya motivasi kewarganegaraan. Untuk lebih jelasnya bisa
dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 5. Motivasi CSR
29

Motivasi

Tahapan Paradigma
Karitatif

Filantropis

Semangat/Prinsip

Agama, tradisi, adat

Norma, etika dan hukum unive


redistribusi kekayaan

Misi

Mengatasi masalah sesaat Menolong sesame

Pengelolaan

Jangka pendek dan parsial Terencana, terorganisasi, terpro

Pengorganisasian

Kepanitiaan

Yayasan/Dana Abadi

Penerima Manfaat

Orang miskin

Masyarakat luas

Kontribusi

Hibah sosial

Hibah pembangunan

Inspirasi

Kewajiban

Kemanusiaan

Sumber : Dikembangkan dari Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi


dalam Suharto (2009)

2.1.2.5CorporateSocialResponsibility(CSR)diIndonesiaDi
antara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas CSR di Indonesia
masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan
yang memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang
dilaksanakannya. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia
SustainabilityReportingAward(ISRA). Secara umum

ISRA bertujuan untuk mempromosikan laporan kegiatan sukarela


(voluntaryreporting) CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan
memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat

laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan


yang diberikan adalah BestSocialand EnvironmentalReport
Award,BestSocialReportingAward,BestEnvironmental
16

ReportingAward,dan BestWebsite.

Pada Tahun 2006 kategori penghargaan ditambah menjadi Best


SustainabilityReportsAward, BestSocialandEnvironmental
ReportAward,BestSocialReportingAward,BestWebsite,
ImpressiveSustainabilityReportAward,ProgressiveSocial
ResponsibilityAward, dan ImpressiveWebsiteAward. Pada Tahun
2007 kategori diubah dengan menghilangkan kategori impressive
dan progressivedan menambah penghargaan khusus berupa
CommendationforSustainabilityReporting:FirstTime
SutainabilityReport. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan
tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam
ISRA (csrjatim.org/2/data/sejarah-csr.pdf [18/022011]).
Perkembangan program CSR di Indonesia dimulai dari sejarah
perkembangan PKBL. Pembinaan usaha kecil oleh BUMN
dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
1983 tentang tata cara pembinaan dan pengawasan Perusahaan
Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil
dibebankan sebagai biaya perusahaan. Dengan terbitnya keputusan
Menteri Keuangan No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember
1989 tentang Pedoman
16

Diakses dari csrjatim.org/2/data/sejarah-csr.pdf [18/022011].

30

Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperas melalui


Badan Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari
penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5% dari laba setelah pajak.
17
Nama program saat itu lebih dikenal dengan Program Pegelkop.
Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27
Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Keciln dan Koperasi
melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik
Negara. Memperhatikan perkembangann ekonomi dan kebutuhan
masyarakat, pedoman pembinaan usaha kecil tersebut beberapa
kali mengalami penyesuaian, yaitu melalui Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN
No.: Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999
tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN,
Keputusan Menteri BUMN No.: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17
Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan, dan terakhir melalui Peraturan
Menteri Negara BUMN No.: Per- 05/MBU/2007 tanggal 27 April
2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
18
Program Bina Lingkungan.

2.1.2.6CommunityDevelopmentSebagaiImplementasiCSRDi
Indonesia sendiri salah satu bentuk implementasi CSR adalah
CommunityDevelopment(CD). Namun selama ini bantuan
perusahaan dalam
17

18

Idem. Idem.

31

konteks CSR masih berupa hibah sosial dan masih sedikit yang
berupa hibah pembangunan. Hibah sosial adalah bantuan kepada
suatu organisasi nirlaba kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan atau
kegiatan lain untuk kemaslahatan masyarakat dengan hak
pengelolaan sepenuhnya pada penerima, sedangkan hibah
pembangunan merupakan bantuan selektif kepada suatu
communitydevelopment.Dalam hal ini, hibah sosial lebih bersifat
sesaat sedangkan hibah pembangunan lebih bersifat pengembangan
atau pemberdayaan sehingga terdapat keberlanjutan dan
implementasinya. Oleh karena itu, perlu ada transformasi dari
hibah sosial ke pembangunan.
CommunityDevelopmentsebagai salah satu bentuk dari corporate
socialresponsibilityterhadap para stakeholder, yang diantaranya
adalah masyarakat di sekitar lokasi beroperasinya perusahaan.

Bentuk-bentuk communitydevelopmentyang dilakukan antara lain


meningkatkan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan
masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang terpadu
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Selain itu juga,communitydevelopmentmerupakan salah satu
bentuk dari corporatesocialresponsibilityyang paling penting
dalam menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar untuk jangka
waktu yang lama. Hal ini disebabkan communitydevelopment
menyentuh semua aspek yang terkait dengan corporatesocial
responsibility, otomatis diantara perusahaan dan masyarakat harus
saling mengetahui dan memahami kepentingan masing-masing
dalam rangka menjalin kerjasama yang baik dan hal ini akan
berpengaruh dalam menentukan strategicpalnningdari perusahaan
ke depan., baik strategi dalam pengelolaan lingkungan
32

hidup, strategi dalam penyerapan tenaga kerja lokal maupun


strategi dalam menentukan para supplierlokal.
33

Amal
CSI (Corporate Social Investment)
Pemberdayaan

Sumber: Pekerjaan Sosial di Dunia Industri (Suharto, 2009) Gambar 4.

Hubungan Antara CSR dan Pengembangan Masyarakat


Dari Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa salah satu kegiatan CSR
yang dilakukan perusahaan berupa pemberdayaan. Kegiatan ini
ditujukan untuk program pengembangan masyarakat.
Kejelian sebuah perusahaan untuk menyikapi gejala sosial yang
ada di masyarakat tersebut akan mengurangi kesenjangan antara
perusahaan dan masyarakat. Selain itu, masyarakat tidak lagi
menganggap perusahaan sebagai elemen baru diantara mereka
yang membuat mereka termarginalkan. Oleh karen itu, melakukan
rancangan awal tentang pola pengembangan community
developmentakan menguntungkan perusahaan dari segi keamanan
dan kesinambungan berusaha.
Pemberian Perusahaan
Kedermawanan Sosial
Relaksi Kemasyarakatan
Perusahaan
Pengembangan Masyarakat

CSR

2.1.3KonsepAgroindustridanAgroindustrialisasi
Menurut Soekartawi (2000), agroindustri dapat diartikan dalam
dua hal. Pertama, agroindustri adalah indusrti yang berbahan baku
utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini
adalah menekankan pada foodprocessingmanagementdalam suati
perusahaan produk olahan yang berbahan baku utamanya adalah
produk pertanian. Menurut FAO (Soekartawi 2000) suatu industri
yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah
minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah
disebut agroindustri. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri
diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan
dari pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan
industri.
Sutalaksana (1993) mengemukakan bahwa agroindustri adalah
suatu kegiatan yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian
sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga
menjadi produk baru, baik yang bersifat setengah jadi, maupun
produk yang dapat segera dikonsumsi. Pengertian serupa kemudian
disempurnakan Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (2002), yang memaknai agroindustri sebagai industri
yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk
olahan, baik produk antara (intermediateproduct) maupun produk

akhir (finishproduct).
Agroindustri mempunyai dua pengertian, yaitu pertama, sebagai
tahapan pembangunan dan kedua sebagai salah satu subsistem
agribisnis. Cakupan agroindustri yang luas meliputi industri hulu
yang memproduksi alat dan mesian pertanian, baik dalam proses
budidaya pertanan maupun pasca panen dan
34

pengolahan hasil pertanian menjadi barang setengah jadi atau


barang yang siap dikonsumsi. Untuk meningkatkan kinerja
agroindustri maka diperlukan kebijakan agroindustrialisasi,
khususnya di daerah sentra produksi secara terencana dengan baik
sehingga akan memberikan manfaat dalam peningkatan nilai
tambah, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan pelaku yang terlibat, khususnya petani (Noor, 2011).
Nilai tambah agroindustri, menurut Amanor-Boadu (2005) akan
terbentuk ketika terjadi perubahan dalam bentuk fisik atau bentuk
produk pertanian atau adopsi metode produksi atau proses
penanganan yang bertujuan untuk meningkatkan basis konsumen
bagi produk tersebut serta mendapatkan porsi yang lebih besar dari
pengeluaran pembelanjaan konsumen yang tumbuh untuk
produsen. Berdasarkan definisi tersebut, Amanor-Boadu (2005)

menyatakan bahwa inisiatif nilai tambah pada suatu rantai nilai


yang beda, terjadi sebagai imbalan atas aktivitas yang dilakukan
oleh pelaku usaha industri hilir pada suatu rantai pasokan. Ukuran
imbalan tersebut secara langsung dan proporsional ditujukan untuk
kepuasan konsumen. Imbalan tersebut berbentuk harga yang tinggi,
peningkatan pangsa pasar, dan atau peningkatan akses pasar.
Dengan demikian, hal tersebut akan meningkatkan keuntungan
bagi pelaku usaha.
Wilkinson (1995) dalamNoor (2011), mendefinisikan
agroindustrialisasi sebagai perubahan yang mencakup tiga hal,
yaitu :1. Pertumbuhan dari perusahaan (pelaku) pengolah hasil
pertanian, distribusi dan
input pertanian, suatu bentuk pengusahaan yang dapat disebut
sebagai perusahaan agroindustri.
35

2.

Perubahan-perubahan kelembagaan dan keorganisasian dalam


hubungannya dengan perusahaan agroindustri dan pertanian
melalui peningkatan koordinasi vertikal.

3.

Perubahan yang serentak di sektor pertanian, seperti perubahan


dalam komposisi produk, teknologi, serta pewilayahan dan struktur

pasar. Sementara Cook dan Chaddad (2005) mengemukakan


bahwa
agroindustrialisasi yang dianalisis dalam bidang ekonomi
pembangunan, secara umum dipandang sebagai periode-periode
dari perubahan-perubahan yang terus menerus, dan
ketidakteraturan ekonomi. Dengan demikian agroindustrialisasi
dipandang sebagai proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan agroindustri.
Menurut Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
(2002), sebagai instansi yang berada di bawah naungan
Kementrian Pertanian, menjelaskan bahwa ada lima alasan bagi
agroindustri untuk berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi nasioanal masa depan, yaitu :
1.

Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan


komparatif menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada
akhirnya akan memperkuat daya saing produk agribisnis Indonesia.

2.

Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar


sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi prtumbuhan
ekonomi nasional secara keseluruhan.

3.

Memiliki keterkaitan yang besar baikke hulu maupun ke hilir,


sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya.
36

4.

Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang


dapat diperbaharui sehingga keberlangsungannya terjamin.

5.

Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi


nasional dari pertanian industri dengan agroindustri sebagai motor
penggeraknya. Susanto (2011) dalamNoor (2011) menyebutkan
peranan agroindustri,
selain mampu menyerap tenaga kerja, juga memberikan
dampakpada peningkatan pendapatan masyarakat. Peranan ini
diharapkan dapat memicu perkembangan perekonomian daerah.
Keberhasilan pengembangan agroindustri di perdesaan tidak hanya
ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh industri bersangkutan
(faktor internal) namun juga dipengaruhi oleh kondisi luar di
sekitar kegiatan tersebut (faktor eksternal).
Selanjutnya Susanto (2001) dalamNoor (2011) mengemukakan
bahwa, sebagai sektor yang diharapkan mampu meningkatkan
perekonomian perdesaan, maka pertumbuhan agroindustri di
perdesaan perlu dilakukan dengan prinsip dasar :

1.

Memacu pertumbuhan kompetitif produk serta keunggulan


komparatif wilayah.

2.

Memacu peningkatan sumber daya manusia dan agroindustri yang


sesuai dengan kondisi setempat.

3.

Memperluas kawasan sentra-sentra komoditas unggulan yang


nantinya akan berfungsi sebagai pemasok bahan baku
berkelanjutan.

4.

Memacu pertumbuhan subsistem lainnya serta menghadirkan


berbagai sarana pendukung berkembangnya industri perdesaan.
37

Banyak contoh perusahaan agroindustri yang semulaberkembag


pesat, namun pada akhirnya tutup karena berbagai alasan, dari
kesalahan manajemen, kekurangan bahan baku, hingga kurangnya
minat konsumen yang membeli produk agroindustri tersebut
(McGinity 1979 dalamSoekartawi 2005). Dalam rangka
pengembangannya di perdesaan, maka dukungan sektor penunjang,
baik sarana maupun prasarana diperdesaan, perlu ditingkatkan.
Begitu pula dengan keterpaduan rencana dan pelaksanaannya.
2.1.4ArtiDampakMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dampak berarti pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat (baik akibat yang negatif maupun

akibat yang positif). Menurut Soemarwoto (2001) dampak adalah


suatu prubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, maupun
biologi. Soemarwoto juga menambahkan bahwa manusia modern
terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Manusia merupakan bagian
tak terpisahkan dari lingkungannya. Maksudnya disini petani
termasuk ke dalam lingkungan yaitu apabila lingkungan berubah
(akibat adanya pemberdayaan).
Untuk dapat mengetahui suatu ndampak atau perubahan telah
terjadi, maka harus ada bahan pembanding sebagai acuan. Ada
beberapa alasan acuan yang dapat digunakan yaitu dengan
menbandingkan keadaan sebelum dan sesudah terjadi perubahan
atau membandingkan keadaan di dalam dan di luar lingkungan
yang mengalami perubahan. Dalam penelitian ini, dampak akan
diketahui dengan
38

cara yang kedua yaitu membandingkan keadaan di dalam dan di


luar lingkungan yang mengalami perubahan.
Menurut Soemarwoto (1990), di dalam AMDAL dijumpai dua
jenis batasan tentang dampak, yaitu :

1.

Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara


kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang
diprakirakan aka nada setelah ada pembangunan.

2.

Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan


antara kondisi lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa
adanya pembangunan dan yang diprakirakan akan ada dengan
adanya pembangunan tersebut. Dalam penelitian mengenai
dampak pelaksanaan dampak pelaksanaan
program corporatesocialresponsibility(CSR) Chevron
Geothermal Indonesia, Ltd. pada program localeconomic
development(LED) terhadap perkembangan UKM agroindustri
akarwangi menggunakan batasan dampak yang kedua. Dampak
pelaksanaan program corporatesocialresponsibility(CSR)
terhadap perkembangan pelaku usaha agroindustri akar wangi dan
pendapatan pelaku usaha binaan.
2.1.5KonsepPendapatandanRCRatio1. Pendapatan
Menurut Soekartawi (2000) pendapatan total diperoleh dari
penerimaan total dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses
produksi. Sedangkan total penerimaan diperoleh dari produk fisik
dikalikan dengan harga produk. Boediono
39

(2002), penerimaan adalah penerimaan produsen dari nilai


outputnya.Menurut Soekartawi (2000), penerimaan adalah suatu
nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Di dalam
penerimaan penerimaan terdapat istilah pendapatan kotor dan
pendapatan bersih.
Pendapatan kotor adalah nilai semua output(produksi) yang
dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga satu
satuan produk, jika pendapatan (penerimaan) dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan selama produksi dinamakan pendapatan
bersih. Jadi, yang dimaksud dengan pendapatan bersih adalah
selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi yang berlangsung.2. Biaya
Menurut Sukirno (2005) biaya produksi adalah semua pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan- bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan
tersebut. Biaya produksi tersebut dapat diartikan sebagai uang,
barang atau jasa yang dipakai dalam rangka menghasilkan suatu
produk.
Menurut Sukirno (2005), biaya produksi dibagi menjadi dua jenis
biaya yaitu:
1. Biaya tetap merupakan biaya dengan jumlah totalnya tetap
dalam kisaran volume kegiatan tertentu, yang termasuk biaya tetap
adalah pajak dan biaya penyusutan alat.
40

2. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah


sebanding dengan volume kegiatan. Misalnya biaya bahan baku,
biaya bahan bakar, biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya
tenaga kerja.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu harga jual, biaya produksi, dan volume produksi.
Biaya menentukan harga jual untuk mencapai laba yang
diinginkan. Harga jual mempengaruhi volume produksi. Volume
produksi mempengaruhi biaya produksi. Jadi, ketiga faktor
tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan
menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau
tindakan. Analisis pendapatan dan biaya berguna untuk mengukur
dan sebagai alat evaluasi (penilaian) keberhasilan, mengetahui
biaya produksi per unit produk yang dihasilkan, bahan
perencanaan periode berikutnya, mengetahui dan memperkirakan
keuntungan, dasar pengajuan kredit ke Bank dan mengetahui
rentabilitas usaha.
Kadarsan (1992), menyatakan bahwa untuk mengetahui
keuntungan dari suatu investasi, dapat dilihat dari perbedaan antara

biaya dan penghasilan suatu investasi. Mengetahui tingkat


keuntungan, imbangan penerimaan dan biaya (revenueandcost)
ini penting artinya dalam memperhitungkan rangsangan bagi
industri kecil dalam melakukan kegiatan proses produksi bahan
dasar menjadi bahan jadi. Sebab tidak ada gunanya melaksanakan
kegiatan produksi yang tidak menguntungkan bila dilihat dari
sudut perekonomian secara keseluruhan jika
41

industri kecil yang menjalankan kegiatan produksi tidak bertambah


baik keadaannya.
Suatu usaha dinyatakan berhasil apabila pendapatan tinggi dan
mengalami peningkatan untuk setiap kali proses produksi. Salah
saru konsep untuk mengukur tingkat keuntungan usaha adalah
dengan menggunakan analisis imbangan antara penerimaan dan
biaya yang dikeluarkan (Revenue/Cost).
RCratioadalah perbandingan antara total penerimaan dan total
biaya. Dari pengertian diatas, maka dapat dilihat bahwa untuk
mencapai RCratioharus diketahui besarnya total penerimaan dan
total biaya. Hubungan antara biaya (C) dan penerimaan usaha (R)
ada beberapa kemungkinan sebagai berikut :

R/C<1, maka usaha tersebut dikatakan rugi R/C>1, maka usaha


tersebut dikatakan untung R/C=1, maka usaha tersebut dikatakan
impas
2.1.6PenelitianTerdahulu
2.1.6.1PengaruhPelaksanaanCorporateSocialResponsibility
(CSR)PadaProgramKemitraandanBinaLingkungan(PKBL)PT.
PertaminaUPVIBalonganTerhadapPerkembanganAgroindustri
(Ario Arif Wibowo, 2009)
CorporateSocialResponsibility(CSR) secara umum merupakan
kontribusi menyeluruh daru dunia usaha terhadap pembangunan
berkelanjutan, dengan mempertimbangkan dampak ekonomi,
sosial dan lingkungan dari kegiatannya. Pertamina UP-VI
Balongan melaksanakan kegiatan CSR dalam bidang pendidikan,
keagamaan, sosial, kesehatan, dan peningkatan daya beli.
42

Pelaksanaan CSR di bidang daya beli meliputi sektor agro,


agroindustri dan industri kecil (UKM). Kberhasilan Corporate
SocialResponsibility(CSR) Pertamina UP-VI Balongan kepada
mitra binaan agroindustri di Kabupaten Indramayu meliputi empat
kegiatan, yaitu penyaluran pinjaman modal, pelatihan

kewirausahaan, pendampingan, pemasaran produk agroindustri.


PT. Pertamina UP-VI Balongan telah memberikan pembinaan
melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan mitra binaannya. Namun tujuan tersebut belum
tercapai secara menyeluruh karena rendahnya minat mitra binaan
terhadap kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Pertamina.
Kendala yang mnyebabkan rendahnya minat para mitra binaan
adalah waktu dan ketidaksesuaian materi pelatihan, sehingga
pembinaan yang dilakukan belum dirasakan manfaatnya oleh para
pelaku usaha agroindustri mitra binaan.
Secara keseluruhan, pelaksanaan CSR pada PKBL Pertamina UPVI Balongan pada subsektor agroindustri terjadi secara dinamis.
Sejak tahun 2004 hingga 2008, terjadi perkembangan pada
subsektor agroindustri di Kabupaten Indramayu. Analisis yang
dilihat pada perkembangan tersebut adalah permodalan, aspek
tenaga kerja, volume produksi, jangkaun pemasaran, pendapatan
dan RCratiopelaku usaha agroindustri mitra binaan.
2.1.6.2KeragaanAgroindustriMinyakAkarWangi(Weni Andriati
Dewi, 2011.)
Agroindustri minyak atsiri merupakan salah satu industri yang
patut diperhitungkan untuk dikembangkan mengingat Indonesia
memiliki keunggulan
43

komparatif dalam pengadaan bahan bakunya disamping teknologi


pengolahannya yang cukup sederhana sehingga mudah
dikembangkan. Keragaan agroindustri akar wangi mencakup
gambaran mengenai pengadaan faktor produksi, tahapan
pengolahan, dan pemasaran yang diterapkan oleh penyuling di
Desa Sukakarya, diharapkan dapat membantu memberikan
informasi, serta dapat dijadikan acuan dan bahan evaluasi untuk
menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan agroindustri
minyak akar wangi. Penelitian dilakukan pada agroindustri
penyulingan akar wangi di Desa Sukakarya Kecamatan Samarang
kabupaten Garut, yang dipilih secara sengaja (purposive). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mendirikan
agroindustri penyuling memperoleh modal awal berasal dari
pinjaman, sementara modal kerja berasal dari pribadi yaitu dari
hasil penjualan minyak akar atsiri sebelumnya. Menggunakan
bahan baku berupa akar tanaman wangi yang diperoleh dari kebun
sendiri dan membeli dari orang lain. Tenaga kerja bersifat
borongan sebanyak 3-4 orang. Peralatan yang digunakan berupa
mesin penyulingan dengan cara kukus/uap-air. Seluruh penyuling
menjual minyak ke tingkat pengumpul dan hanya satu orang

penyuling yang mampu mengekspornya langsung. Limbah sisa


hasil penyulingan hanya dibakar dan setengah penyuling
memanfaatkannya untuk dijadikan pupuk. Agroindustri minyak
akar wangi mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.810.139 per sekali
suling, menghasilkan penerimaan usaha Rp 5.700.000 per sekali
suling dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 889.861 per sekali
suling, dengan nilai R/C 1,18.
44

2.2KerangkaPemikiran
Program CSR di Indonesia sejak tiga atau empat tahun belakangan
ini sedang menjadi trend masa kini. Di sini diharapkan kehadiran
perusahaan di tengah-tengah masyarakat dapat mencegah atau
mengurangi adanya kesenjangan sosial khususnya bagi masyarakat
sekitar perusahaan.
Pelaksanaan CorporateSocialResponsibility(CSR) sebenarnya
sudah cukup lama diterapkan di Indonesia hanya saja belum ada
peraturan yang mewajibkan CSR. Kemudian keluar UndangUndang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pada pasal
74 menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan CSR.

Chevron merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di


bidang pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan salah satu
kegiatannya adalah membangun pembangkit listrik tenaga panas
bumi (PLTP) di kawah darajat Kabupaten Garut telah mampu
menerapkan program CSR CorporateSocialResponsibility(CSR)
dengan baik. Maksud baik disini adalah bahwa penerapan CSR
tidak hanya sekedar memberikan bantuan cuma-cuma (hibah) saja
tapi telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar
perusahaan secara kontinyu. Hal ini sesuai dengan tuntutan
penerapan CSR yang bertujuan untuk membangun kemandirian
masyarakat.
Proram CorporateSocialResponsibility(CSR) Chevron
Geothermal Indonesia, Ltd. meliputi bidang pendidikan, kesehatan,
lingkungan, infrastruktur, dan ekonomi. Dari berbagai program
yang diterapkan oleh Chevron Geothermal
45

Indonesia Ltd, salah satunya akan diteliti mengenai pelaksanaan


CSR di bidang ekonomi yang dinamakan Program LocalEconomic
Development(LED) khususnya dalam sub sektor agroindustri akar
wangi. Dalam Program LocalEconomicDevelopment(LED),
Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. bekerjasama dengan LSM

PUPUK Garut. Pada programnya, Chevron Geothermal Indonesia,


Ltd. hanya memberikan bantuan modal kepada pelaku usaha
agroindustri akar wangi, tapi untuk teknis pelaksanaan kegiatan
yang diberikan kepada para pelaku usaha agroindustri akar wangi
dilakukan oleh LSM PUPUK Garut, diantaranya yaitu pemberian
pelatihan, pendampingan, pemasaran, pengembangan usaha, dan
lain sebagainya.
Disini akan dianalisis bantuan apa saja yang telah diberikan pada
pelaku usaha agroindustri akar wangi binaan Chevron Geothermal
Indonesia, Ltd. melalui Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha
Kecil (PUPUK) yang diberikan terdiri dari bantuan fisik dan dan
non fisik. Selain itu juga akan menganalisis perkembangan pelaku
usaha agroindustri akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal
Indonesia, Ltd. dengan analisis agroindustrinya menggunakan teori
Wilkinson. Kemudian menganalisis tingkat pendapatan yang
diperoleh pelaku usaha agroindustri akar wangi setelah adanya
program tersebut. Analisis agroindustialiasi Wilkinson diantaranya
meliputi pertumbuhan perusahaan, perubahan
kelembagaan/keorganisasian, perubahan serentak di sektor
pertanian (komposisi produk, teknologi, pewilayahan, dan struktur
pasar). Analisis tingkat pendapatan menggunakan analisis RC
ratio.
46

Dengan menganalisis dampak pelaksanaan CSR Chevron


Geothermal Indonesia, Ltd. pada program LocalEconomic
Development(LED), maka akan diketahui seberapa besar
pengaruh dampak program tersebut terhadap perkembangan
agroindustrialisasi dan pendapatan para pelaku usaha agroindustri
akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.
melalui kegiatan pemberdayan masyarakatnya.
Program CoorporateSocialResponsibility(CSR ) Chevron Geothermal
Indonesia, Ltd. Dimensi CSR Eksternal
47

Infrastruktu
Kesehatan Ekonomi
r

Pihak yang terlibat: NGO PUPUK

Pendidikan Lingkungan

Program LocalEconomicDevelopment(LED)Mitra Binaan CSR:


Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi

Analisis Bantuan Analisis Pendapatan


RC Ratio

Analisis Agroindustrialisasi Menurut Wilkinson

Fisik : 1.Pemberian
modal2. Pemasaran
hasil usaha
Non fisik : 1.Pelatihan 2.Pendampingan
1.Pertumbuhan perusahaan 2.Perubahan kelembagaan/
keorganisasian 3.Perubahan serentak dalam
komposisi produk, teknologi, pewilayahan, dan struktur pasar

Kegiatan Pemberdayaan Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi


Binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

BABIIIMETODEPENELITIAN
3.1ObjekdanTempatPenelitian
Penelitian difokuskan pada pelaku usaha agroindustri akar wangi
binaan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yang terletak di tiga
desa di Kecamatan Samarang yaitu Desa Sukakarya, Desa Cisarua,
dan Desa Sukalaksana. Selain itu, penelitian juga dilakukan di
Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yang bertempat di Jl. Patriot
No. 66 Garut 44151. Kemudian penelitian juga dilakukan pada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PUPUK Garut. Objek yang
diteliti adalah Dampak Pelaksanaan Program CorporateSocial
Responsibility(CSR) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Pada
Program LocalEconomicDevelopment(LED) Terhadap
Perkembangan Agroindustri Akar Wangi.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Chevron Getohermal Indonesia, Ltd.
merupakan perusahaan swasta yang telah dianggap berhasil
melakukan program CSR di bidang pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Selain itu, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.
berlokasi di Kabupaten Garut, salah satu kawasan sentra
agroindustri usaha kecil dan menengah (UKM) Akar Wangi di
Jawa Barat.
3.2DesaindanTeknikPenelitian
Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu metode-metode penelitian
untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekelompok orang dianggap
48

berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2009).


Menurut Sugiyono (2007) menyatakan bahwa penelitian metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna.
Teknik penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus (Case
Study). Menurut Creswell (2009) studi kasus merupakan strategi
penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat
suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok
individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan
waktu yang telah ditentukan.
Studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga,
atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka studi kasus
hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit (Arikunto,
2006).
3.3Data/InformasiyangDiperlukan(OperasionalisasiVariabel)
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian


ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Berdasarkan kerangka
pemikiran, maka variabel-variabel yang akan digunakan pada
penelitian akan dijabarkan pada tabel di bawah ini.
49

Tabel 6. Operasionalisasi Variabel


50
Konsep

Dimensi

Pelaksanaan CSR
pada Program LED

Variabel

Indikator

Jenis pemberian modal

Pemberian modal

Mekanisme pemberian modal


dari masing-masing jenis
Langsung d
modal
Tingkat penyaluran modal di
subsektor industri

Pembinaan/ pelatihan

Mekanisme pelatihan yang


diterapkan

Lancar/tidak
Bertahap

Pendampingan usaha

Jenis kegiatan pelatihan

Belajar bers

Pelaksanaan kegiatan
pelatihan selama ini

Efektif dan

Kelompok peserta
pendampingan

Mudah diatu

Mekanisme pendampingan

Terstuktur

Jenis pendampingan

Pemasaran

Pelaksanaan pendampingan
selama ini

Efektif/efisi

Lokasi penjualan

Tersebar

Cara pembayaran

Kredit/cash

Promosi

Tepat sasara

Dampak
Agroindustri- alisasi
Pelaksanaan CSR
Pada Program LED
Terhadap Perkembangan Agroindustri Akar Wangi

Sumber bah
Penyediaan bahan baku

Cara menda

Cara pemba

Kriteria bah
Tenaga kerja

Sumber tena

Kriteria Ten

Upah tenaga

Tingkat pen
tenaga kerja

Kelembagaa
Kelembagaan

Kelembagaa

Hubungann
kelembagaa
tersebut

Tabel 6. Operasionalisasi Variabel (Lanjutan)


51
Konsep

Dimensi

Dampak
Agroindustri- alisasi
Pelaksanaan CSR
Pada Program LED
Terhadap Perkem-

Variabel

Indikator

Kelembagaa n

Aturan kelembagan

Perubahan kelemba

bangan Agroindustri Akar Wangi

Keefektifan kelemb
an

Jenis produk yang d


Diversifikasi Produk

Jumlah produk yan


Sifat produk
Harga produk

Jumlah mesin yang

Alat/mesin modern

Alat/mesin tradision

Kualitas mesin/alat
Teknologi

Harga mesin/alat

Waktu proses produ

Kegiatan yg diperlu
Langkah-langkah
Hasil
Kesulitan
Pewilayahan

Luas daerah

Sentra produksi aka

Sentra kerajinan ak
Jangkaun pasar

Struktur Pasar

Tujuan pasar
Jangkaun pasar
Sifat Pasar

Biaya produksi

Jumlah biaya

Pendapatan Pelaku
Usaha Agroindustri Pendapatan
Akar Wangi

Penerimaan

Jumlah penerimaan

Pendapatan
RC Ratio

Jumlah pendapatan

3.4SumberData/InformasidanCaraMenentukannya
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis
data, yaitu data primer dan data sekunder dengan rincian sebagi
berikut :
5.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada para


responden dan informan. Dalam penelitian ini data primer berasal
dari :
1 1) Responden pelaku usaha agroindustri akar wangi
binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.
2 2) PihakCSRChevronGeothermalIndonesia,Ltd.
(DivisiPublicRelation).
3 3) Pihak pelaksana program oleh LSM PUPUK
(Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil) Garut.
Dalam penelitian, responden adalah orang yang diminta
memberikan

6.

keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut


dapat disampaikan berupa tulisan (mengisi angket) atau lisan
(wawancara). Informan adalah orang yang memberikan informasi.

7.

Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang relevan, penelusuran


internet, laporan Hupmas Chevron Geothermal Indonesia Ltd,
PUPUK dan dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam program
ini dan tentunya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Cara penentuan informan dan responden dalam penelitian ini
yaitu : 1. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.
a. Staf CSR (divisi PR) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada

program LocalEconomicDevelopment(LED) I orang.


52

4.

LSM PUPUK Garut


1 Direktur PUPUK 1 orang.
2 Koordinator lapangan PUPUK di Kecamatan Samarang
1 orang.
3 Koordinator lapangan PUPUK di Kecamatan
Pasirwangi 1 orang.

5.

Pelaku usaha agroindustri akar wangi binaan CSR Chevron


Geothermal Indonesia, Ltd.
3.5
a.
b.
c.
Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua: Pemilik Usaha = 1 orang;

Pekerja = 2 orang.Tenun Akar Wang di Desa Sukakarya: Pemilik


Usaha = 1 orang; pekerja = 2 orang.
Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukakalaksana: Pemilik Usaha = 1
orang; pekerja = 2 orang.
TeknikPengumpulanData/Informasi
53

Teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu : 1. Observasi


Teknik observasi yaitu suatu cara untuk memperoleh data atau
informasi dengan melakukan pengamatan secara langsung.
Observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2007).
2. WawancaraWawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal


dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil. teknik pwngumpulan data ini mendasarkan diri pada


laporan tentang diri sendiri atau selfreport,atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyainan pribadi (Sugiyono, 2007).
Melalui wawancara ini, maka dapat diketahui hal-hal yang lebih
mendalam mengenai situasi dan fenomena yang terjadi. Menurut
Arikunto (1998) wawancara yaitu teknik pengumpulan data,
keterangan dan informasi melalui tanya jawab dengan responden
berdasarkan kuisioner sebagai alat bantu.
4.

KuesionerKuesioner mrupakan teknik pengumpulan data yang


dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2007. )Teknik pengumpulan data dengan kuesioner ini dilakukan
dengan membuat secara tertulis daftar pertanyaan yang dibutuhkan
oleh peneliti dari responden. Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang dia ketahui (Arikunto, 1998). Teknik pengumpulan data ini
dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses
penganalisisan data karena pertanyaan yang diajukan kepada
responden sama.

5.

Studi kepustakaan atau studi dokumentasiCatatan/dokumen


organisasi merupakan bukti unik dalam studi kasus yang tidak
ditemui dalam wawancara dan pengamatan. Informasi yang terkait
54

dengan penelitian digunakan sebagai bahan penunjang dari


masalah yang diteliti. Sumber data dapat berupa laporan, catatan
administrasi, agenda, atau dokumen lain yang relevan. Selain itu
juga studi pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian.
3.6RancangandanAnalisisData3.6.1ProgramCSRChevron
GeothermalIndonesia,Ltd.
Untuk menjawab idenitifikasi masalah yang pertama mengenai
dampak pelaksanaan program CorporateSocialResponsibility
(CSR) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. maka akan di analisis
secara dekriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah
kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami,
dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Tujuannya agar
peneliti sebagai pengguna mudah memperoleh deskripsi atau
gambaran jika hasil informasi diubah menjadi analisis deskriptif
(Istijanto, 2005). Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian
yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, dan
menganalisis data perusahaan berdasarkan fakta yang ada, atau
suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu
yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2011.)

Program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. akan


dideskripsikan menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Pemberian modal. Kegiatan ini adalah kegiatan pemberian
bantuan modal bagi pelaku usaha agroindustri akar wangi sebagai
pelaku usaha binaan
55

untuk meningkatkan produksi dari segi kuantitasnya. Pemberian


modal meliputi kegiatan jenis pemberian modal, mekanisme
pemberian modal, tingkat pemberian modal dan lain sebagainya.
4.

Pembinaan/Pelatihan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang


dilaksanakan oleh pihak PUPUK sebagai mitra kerjasama CSR
Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dalam proram Local
EconomicDevelopment(LED) kepada pelaku usaha agroindustri
akar wangi sebagai binaan yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berwirausaha (kualitas). Variabel ini akan
menggambarkan mekanisme pembinaan yang diterapkan kepada
pengusaha mitra binaan dan jenis kegiatannya.

5.

Pendampingan berwirausaha. Kegiatan ini adalah kegiatan


pendampingan pelaku usaha agroindustri akar wangi dari segi
teknik produksi. Pendampingan akan dilihat pelaku usaha sasaran,

mekanisme pendampingan, dan jenis pendampingan.


6.

Pemasaran produk. Kegiatan ini merupakan bentuk upaya Chevron


Geothermal Indonesia, Ltd. terhadap mitra binaan sebagai salah
satu kegiatan pemberdayaan ekonomi melalui perluasan jangkauan
pemasaran
3.6.2PerkembanganAgroindustri
Untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua mengenai
perkembangan agroindustri akar wangi di Kecamatan Samarang
maka akan dianalisis secara deskriptif menggunakan Teori
Agroindustrialisasi Wilkinson, yaitu:
56

4.

Pertumbuhan perusahaan agroindustri. Pertumbuhan perusahaan


agroindustri Pada pertumbuhan perusahaan agroindustri aspek
yang dikaji diantaranya modal, pengadaan bahan baku, dan tenaga
kerja. Untuk penjelasannya yaitu :
1 Pengadaan bahan baku. Analisis pengadaan bahan baku
untuk agroindustri akar wangi meliputi sumber bahan
baku, cara mendapatkan bahan baku, cara pembayaran
bahan baku, dan kriteria bahan baku.

2 Proses produksi. Analisis proses produksi untuk


agroindustri akar wangi meliputi waktu per proses
produksi, kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam
proses produksi tersebut, langkah-langkah proses
produksi, hasil produk per proses produksi, dan
kesulitan dalam proses produksi.
3 Tenaga kerja. Analisis tenaga kerja untuk agroindustri
akar wangi meliputi sumber tenaga kerja, kriteria
tenaga kerja, upah tenaga kerja, tingkat
penyerapan/jumlah tenaga kerja.
5.

Perubahan kelembagaan/keorganisasian perusahaan agroindustri.


Pada Perubahan kelembagaan/keorganisasian perusahaan
agroindustri aspek
yang dikaji diantaraya kelembagaan/keorganisasian. Perubahan
kelembagaan akan dianalisis mengenai kelembagaan formal,
kelembagaan informal, hubungannya dengan kelembagaan yang
diikuti, aturan kelembagaan, perubahan kelembagaan, dan
keefektifan kelembagaan.
57

3. Perubahan di seluruh sektor pertanian. Perubahan di seluruh


sektor pertanian Aspek yang akan dikaji diantaranya diversifikasi
produk, teknologi, pewilayahan,dan struktur pasar. Untuk
penjelasannya yaitu :
6.

Diversifikasi produk. Untuk diversifikasi produk aspek yang akan


dianalisis meliputi jenis produk yang dihasilkan, jumlah produk
yang dihasilkan.

7.

Teknologi. Untuk teknologi analisis yang akan dibahas meliputi


jumlah mesin yang digunakan, penggunaan alat/mesin modern,
penggunaan alat/mesin tradisional, kualitas alat/mesin yang
digunakan, dan harga mesin/alat.

8.

Pewilayahan. Analisis untuk pewilayahan meliputi luas daerah,


sentra produksi akar wangi, sentra kerajinan akar wangi.

9.

Struktur pasar. Untuk jangkauan pasar analisis yang dikaji meliputi


jangkaun pasar, dan tujuan pasar.
3.6.3AnalisisPendapatan
Untuk menganalisis identifikasi masalah yang ketiga menggunakan
teori pendapatan.Dampak penerapan program CSR yang dimaksud
dalam menganalis tingkat pendapatan pelaku usaha agroindustri
yaitu menganalis tingkat pendapatan usaha agroindustri akar wangi
binaan sejak bergabung dalam program CSR tersebut hingga saat
penelitian berlangsung.
Jenis analisis pendapatan yang dihitung adalah sebagai berikut :1)
Menghitung biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya teteap tersebut antara lain : pajak dan penyusutan
alat-alat. Sedangkan
58

yang termasuk biaya variabel antara lain : bahan baku, upah,


tenaga kerja, dan biaya pemasaran. Rumusnya yaitu :TC = FC +
VCDimana : TC = TotalCost(Biaya Total)
FC = FixedCost(Biaya Tetap)
VC = VariabelCost(Biaya Variabel Total)2)
Menghitungpenerimaanhasilproduksidengancaramengalikanhasilpr
oduksi
(unit) yang terjual dalam satuan waktu (per hari) dengan harga jual
per unit produk (unit). Rumusnya yaitu :TR = Y x HyDimana : TR
= TotalRevenue(Penerimaan Total)
Y = Jumlah hasil produksi yang terjual dalam sehari
Hy =Hargajualprodukperunit3) Kemudian menghitung keuntungan.
Keuntungan adalah selisih antara
penerimaan hasil produksi dan biaya produksi. Rumusnya yaitu :
= TR TCDimana : = Keuntungan pendapatan
TR = TotalRevenue(Penerimaan Total)
TC = TotalCost(Biaya Total) 4) RCRatio(R/C)

Untuk mengetahui operasionalisasi produksi UKM agroindustri


akar wangi tersebut, analisis yang akan dilakukan menggunkan
RevenueCost(RC)
59

Ratio.RCRatioadalah ukuran efisiensi penerimaan untuk setiap


rupiah yang dikeluarkan. Rumusnya yaitu :
R/C =

Dengan kriteria :1)


R/C>1;makaproduksilayakuntukdiusahakan(untung) 2)
R/C=1;makaproduksitidakuntungdantidakrugi(impas) 3)
R/C<1;makaproduksilayakuntukdiusahakan(rugi)
3.7JadualPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut :
60

No Fase-fase penelitian

Lamanya

Persiapan

5 - 25 Desember 2011

Pengumpulan Data/Informasi

25 Desember 2011 29 Februari


2012

Pengolahan Data/Informasi

1 Maret 2012 - 30 Maret 2012

Penulisan Skripsi

1 April sampai selesai

Anda mungkin juga menyukai