Path Analisis PDF
Path Analisis PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Jalur
2.1.1 Sejarah Analisis Jalur
Path Analysis atau analisis jalur dikembangkan oleh Sewal Wright tahun
1934. Bohrnstedt mengartikan analisis jalur sebagai a technique for estimating
the effects a set of independent variables has on a dependent variable from a set
of observed correlations, given a set of hypothesized causal asymetric relatin
among the variables (Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk,
2013).
Analisis jalur ini merupakan perluasan atau kepanjangan dari regresi
berganda yang digunakan untuk menaksir hubungan kausalitas (sebab-akibat)
antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya, serta menguji besarnya
sumbangan atau kontribusi masing-masing variabel eksogen terhadap variabel
endogen (Ghozali 2006, Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk,
2013).
Dalam pengujian hubungan kausal tersebut yang didasarkan pada teori
yang memang menyatakan bahwa variabel yang dikaji memiliki hubungan secara
kausal. Analisis jalur bukan ditujukan untuk menurunkan teori kausal, melainkan
dalam penggunaannya harus didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa
hubungan antar variabel tersebut bersifat kausal. Dengan demikian, kuat lemahnya
teori yang digunakan dalam menggambarkan hubungan kausal tersebut
menentukan dalam penyusunan diagram jalur dan mempengaruhi hasil dari
analisis serta pengimplementasian secara keilmuan (Widiyanto, 2013).
matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga
penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson 2003 dikutip oleh Sarwono,
2007).
2.1.3 Manfaat Analisis Jalur
Menurut Saparina (2013), ada beberapa manfaat analisis jalur diantaranya
adalah:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
Model Jalur
Adalah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara
dan tergantung. Pola hubungannya menggunakan anak panah. Anak panah
tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara variabel exogenous
dengan satu variabel tergantung atau lebih. Anak panah-anak panah juga
menghubungkan kesalahan (variabel residue) dengan semua variabel
endogenous masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara
pasangan variabel-variabel exogenous.
2.
3.
Variabel exogenous
Adalah semua variabel yang tidak ada penyebabpenyebab eksplisitnya atau
dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain
pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel ini dikorelasikan
maka korelasi ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang
menghubungkan variabel-variabel tersebut. Variabel ini disebut pula
independen variabel.
4.
Variabel endogenous
Adalah variabel yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke arahnya.
Variabel yang termasuk di dalamnya mencakup semua variabel perantara dan
tergantung. Variabel perantara endogenous mempunyai anak panah yang
menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model.
Adapun variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju ke
arahnya. Variabel ini disebut pula dependen variabel.
5.
6.
7.
Istilah gangguan
Gangguan atau residue
diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah
dengan kesalahan pengukuran.
8.
Dekomposisi pengaruh
Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk mengurai korelasi-korelasi
dalam suatu model ke dalam pengaruh langsung dan tidak langsung yang
Model Recursive
Model penyebab mempunyai satu arah dan tidak ada pengaruh sebab akibat
(reciprocal). Dalam model ini, satu variabel tidak dapat berfungsi sebagai
penyebab dan akibat dalam waktu yang bersamaan.
a.
b.
3. Total causal effects (Pengaruh Kausal Total) adalah jumlah dari pengaruh
kausal langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.
c.
X1
X2
Model Mediasi
Model mediasi atau perantara ialah di mana variabel Y memodifikasi
pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model ini digambarkan sebagai
berikut:
Y
Gambar 2.3 Model Kombinasi
f.
Model Kompleks
Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara
langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung
mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1.
Model digambarkan sebagai berikut :
X1
X2
Y1
Y2
Gambar 2.4 Model Kompleks
g.
1
P31
3
r21
P43
P21
P32
P42
e2
e3
e4
Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari
3 menuju 4. Tidak ada arah yang terbalik misalnyadari 4 ke 1.
2.
3.
arah yang berbalik, misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab
akibat. Pada bagian berikut untuk mempermudah kita dalam memahami analisis
jalur, maka kita bisa menggunakan model-model jalur berikut:
1.
2.
3.
Model Analisis
Regresi
Variabel
Path (Jalur)
Eksogen (X), Endogen (Y), Intervening
bila ada
Kegunaan
1. Penjelasan terhadap
fenomena yang
dipelajari atau
diteliti.
permasalahan yang
2. Prediksi kuantitatif.
diteliti.
2. Prediksi kuantitatif.
3. Faktor diterminan
yaitu penentuan
variable bebas (X)
4. Penelusuran
mekanisme
(lintasan)
pengaruh.
yang berpengaruh
dominan terhadap
Hubungan
Bersifat tunggal
yang
dianalisis
Jenis
yang
dianalisis
Prinsip
1. Hubungan antar
variabel berpola linear,
bersifat normal.
2. Sistem aliran kausal
satu arah.
3. Sampel random
4. Model dianalisis
berdasarkan teori-teori
yang relevan.
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami
dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif.
Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang
diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal (Mangindaan
1996 dalam Toruntju 2005). Menurut Sarwono (1997) dalam Toruntju (2005)
pengetahuan lebih bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara
obyektif.
Pengetahuan atau kognitif seseorang adalah hasil tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang sebagian
besar diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan ini
merupakan bagian yang penting dalam membentuk motivasi kemudian menjadi
suatu sikap. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang
tentang Pemeriksaan IVA adalah pemahaman responden mengenai pemeriksaan
IVA setelah melakukan berbagai penginderaan terhadap sejumlah obyek yang
berkaitan dengan Pemeriksaan IVA.
Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat 6 tingkatan pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dengan menggunakan kata
kerja
menyebutkan,
sebagainya.
menguraikan,
mendefenisikan,
menyatakan
dan
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut secara
benar sehingga dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi sebenarnya mencakup penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, namun masih dalam suatu struktur dan masih
ada kaitannya. Analisis menggunakan kata kerja dapat menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan
dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada dengan kata kerja dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek yang didasarkan pada kriteria yang ditentukan
sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.
2.3 Motivasi
Motivasi secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang
menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Maka dari itu, dalam mempelajari
motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan
(Notoatmodjo, 2005).
Motivasi seseorang untuk melakukan Pemeriksaan IVA adalah daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan Pemeriksaan IVA. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam sehingga mengarahkan Wanita Usia
Subur (WUS) untuk mau melakukan Pemeriksaan IVA sebagai usaha untuk
mendeteksi Kanker Serviks secara dini.
Menurut
Notoatmodjo
(2005),
ada
beberapa
pendekatan
dalam
c. Pendekatan Insentif
Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu
karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka kita akan mendapat imbalan.
Dalam hal ini, insentif adalah tujuan yang ingin dicapai.
d. Pendekatan Arousal
Pendekatan ini mencari jawaban atas tingkah laku di mana tujuan dari perilaku
uni adalah untuk memelihara atau meningkatkan rasa ketegangan. Teori ini
disebut dengan oponen-proses.
e. Pendekatan Kognitif
Menurut Feldman (2003), pendekatan kognitif ini menjelaskan bahwa motivasi
merupakan produk dari pikiran, harapan dan tujuan seseorang. Dalam
pendekatan ini dibedakan atas motif intrinsik (dari dalam diri) yang akan
mendorong untuk melakukan aktivitas guna memenuhi kesenangan sedangkan
motif ekstrinsik (dari luar diri) mendorong seseorang berperilaku tertentu
karena ingin mendapatkan pujian.
Menurut Notoatmodjo (2010), ada 2 aliran teori motivasi yaitu:
1. Content Theory
Merupakan teori-teori yang mengajukan cara untuk menganalisis kebutuhan
yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu, salah satu teori
kebutuhan yang terkenal adalah teori kebutuhan berhierarki dari Maslow.
2. Process Theory
Merupakan teori-teori yang berusaha memahami proses berpikir yang ada yang
dapat mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu, salah satu teori ini
adalah teori harapan (expectancy theory).
2.4 Sikap
Menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), sikap adalah
derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek
psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari
sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau
tidak suka terhadap suatu obyek. Dalam bahasan ini yang berperan sebagai subyek
yaitu Wanita Usia Subur (WUS) dan obyek yaitu pemeriksaan IVA.
Walgio (2001) mengemukakan ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak
lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja
maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau
sebentar dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.
Ketika kita memaknai sikap sebagai kecenderungan berperilaku dan
motivasi adalah dorongan (kemauan willingness) untuk berperilaku, tampak
jelas bahwa kedua konsep tersebut berhubungan sangat erat dengan perilaku
(behavior). Sikap seseorang yang negatif atau positif terhadap sesuatu
(objek/subjek) dapat diinterpretasikan secara kuat bahwa seseorang tersebut mau
(termotivasi) atau tidak mau (tidak termotivasi) melakukan sesuatu terhadap objek
atau subjek tertentu tadi (Mustafa, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap merespons.
3. Menghargai (valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.5 Amos
2.5.1 Pengenalan Amos
Menurut Sarwono (2012), Amos merupakan singkatan dari Analisis of
Moment Structures yang digunakan sebagai pendekatan umum analisis data dalam
model sebab akibat (causal modeling). Amos dikembangkan oleh Arbuckle pada
tahun 1994. Amos semula merupakan perangkat lunak komputasi statistic yang
mandiri namun dalam perkembangannya saat ini Amos diambil alih oleh SPSS
sehingga versi-versinya mengikuti perkembangan SPSS.
5. Menu Analyze
Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan untuk memberikan perintah
menjalankan analisis.
6. Menu Tools
Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan sebagai perlengkapan dalam
mendukung proses pengolahan data dan tampilan seperti memberi kode,
memilih karakter huruf.
7. Menu Plugins
Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan sebagai perlengkapan dalam
melakukan analisis atau pembuatan model yang akan dianalisis seperti
menggambar kovarian, menamakan parameter dan sebagainya.
8. Menu Help
Terdiri dari beberapa submenu yang dapat dimanfaatkan untuk membantu
memberi penjelasan apabila terdapat masalah dalam pengoperasian Amos serta
dapat dihubungkan dengan jaringan internet atau web.
2.5.5 Uji Kesesuaian dan Uji Statistik
a. 2 Chi Square Statistic
Semakin kecil nilai 2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan
probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10.
b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)
Merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengkonpensasi chisquare dalam sampel yang besar.
2 -Chi Square
Diharapkan Kecil
Significance Probability
0,05
RMSEA
0,08
GFI
0,90
AGFI
0,90
CMIN/DF
2,00
TLI
0,95
CFI
0,95
memiliki hasil yang relatif sama, namun dengan Lisrel pemodelan dapat dilakukan
dengan hati-hati karena semua matrik yang akan diestimasi dipersiapkan terlebih
dahulu.
Untuk memudahkan aplikasi Lisrel, evaluasi serta menjaga kehati-hatian,
sebelum menjalankan Lisrel sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu diagram jalur
dan matrik yang dibutuhkan.
2.6.3 Uji Kesesuaian dan Uji Statistik
Menurut Schumaker dan Lomax, 1996: 124 126) untuk mengetahui
apakah model cocok dengan data digunakan kriteria sebagai berikut:
a. P > model cocok dengan data
Menurut Joreskog (dalam Ghozali, 2008: 32), bila nilai P-values for test of
close fit (RMSEA < 0,05) lebih besar daripada 0,05 maka model dikatakan fit.
b. GFI (Goodness of Fit Index)
Goodness of Fit Index (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan
model dalam menghasilkan observed matriks kovariansi. Nilai GFI harus berkisar
antara 0 dan 1. Nilai GFI yang lebih besar daripada 0,9 menunjukkan fit suatu
model yang baik.
c. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)
Makin kecil kecocokan model dengan data makin baik. Nilai RMSEA
yang kurang daripada 0,05 mengindikasikan adanya model fit ( Byrne dalam
Ghozali, 2008: 32). RMSEA digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai
parameter pada suatu model dengan matriks kovarians ( Brown dan Cudec dalam
Ghozali, 2008: 31). Nilai RMSEA yang berkisar antara 0,01 sampai dengan 0,08
menyatakan bahwa model fit yang cukup (MacCallum et all dalam Ghozali, 2008:
32).
2.7 Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
2.7.1 Sejarah Tes IVA
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker
serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat
adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap. Pemeriksaan IVA
diperkenalkan oleh Hinselman pada tahun 1925. Organisasi Kesehatan Dunia
WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya
tidak lebih rendah daripada tes Pap. Namun di Indonesia kebijakan penerapan
program skrining kanker serviks kiranya masih tersangkut dengan banyak
kendala, antara lain luasnya wilayah dan juga kurangnya sumber daya manusia
sebagai
pelaku
skrining,
khususnya
kurangnya
tenaga
ahli
patologi
2.7.6 Kontraindikasi
Menurut Rasjidi (2009), Test IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pasca menopause dikarenakan daerah zona transional seringkali terletak di kanalis
servikalis sehingga tidak tampak dengan pemeriksaan inspikulo.
2.8 Kerangka Operasional
Pengetahuan
Motivasi
Sikap
Analisis Jalur
AMOS
LISREL
Goodness of Fit
b.
c.
Terdapat pengaruh motivasi terhadap sikap Wanita Usia Subur (WUS) untuk
melakukan pemeriksaan IVA.