Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1
2.1.1

Konsep Dasar Schizofrenia


Definisi
Schizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau

disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan atau schisos : pecah
belah atau bercabang, phren : jiwa. (Eugen Bleuler, 2012).
Schizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang
luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik dan sosial budaya. Umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental
dan karakteristik dari fikiran dan persepsi serta oleh afek yang tidak wajar atau
tumpul (Stuart, 2014).
Schizofrenia tak tergolongkan adalah schizofrenia yang dikarakteristikkan
dengan prilaku yang disorganisasi dan gejala-gejala psikosis misalnya (waham,
halusinasi, inkonherensi atau prilaku kacau yang sangat jelas) yang mungkin
memenuhi lebih dari satu tipe kelompok kriteria schizofrenia (Mary C Towsend,
2010).
2.1.2

Etiologi

1. Keturunan
Dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya schizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluargakeluarga penderita schizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu
telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,91,8 %, saudara kandung 715
%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita schizofrenia 716 %.
Bila kedua orang tua menderita schizofrenia 4068% bagi kembar dua telur 215
% bagi kembar satu telur 6186 %.
2. Endokrin
Dahulu dikira bahwa schizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan
endokrin dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya schizofrenia pada
waktu pubertas, kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi hal ini
tidak dapat dibuktikan.

3. Metabolisme
Penelitian memakai obat halusinogenik seperti meskalin dan asam
diethilamide (l25) obat-obat ini menimbulkan gejala-gejala schizofrenia tetapi
reversibel. Mungkin schizofrenia disebabkan oleh suatu inborn error of
metabolism tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.
4. Susunan saraf pusat
Ada yang mencari penyebab schizofrenia ke arah kelainan susunan syaraf
pusat yaitu pada dienchepalon atau korteks otak.
5. Teori psikogenik
Schizofrenia dianggap sebagai gangguan fungsional dengan penyebab utama
adalah

konflik,

stres

psikologik

dan

hubungan

antar

manusia

yang

mengecewakan.
6. Teori Adolf Meyer
Schizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah karena dari dulu
hingga sekarang para sarjana tidak menemukan kelainan patologis anatomis atau
fisiologis yang khas pada susunan syaraf melainkan suatu proses maladaptasi
maka timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang itu
menjauhkan diri dari kenyataan.
7. Teori lain
Mengatakan schizofrenia disebabkan oleh keturunan, pendidikan yang salah,
maladaptasi tekanan jiwa, penyakit badaniah, aterosklerosa otak dan penyakit
yang lalu yang belum diketahui.
Sebagai ringkasan hingga sekarang belum diketahui sebab schizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat yang menjadikan manifest atau faktor pencetus seperti penyakit
badaniah atau stress psikologik biasanya tidak menyebabkan schizofrenia
walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit schizofrenia yang sudah ada tidak
dapat disangkal.

2.1.3 Jenis-jenis schizofrenia


1. Schizofrenia Paranoid
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis schizophrenia

b. Halusinasi dan waham sangat menonjol


c. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
2.

3.

4.

5.

katatonik secara relatif tidak nyata


Schizofrenia Hebefrenik
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis schizophrenia
b. Ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda ( 15 25 tahun)
c. Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses fikir.
Schizofrenia Katatonik
a. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis schizophrenia
b. Stupor, gaduh gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu.
c. Negativisme
Depresi Pasca schizofrenia
a. Pasien telah menderita schizofrenia selama 12 bulan terakhir
b. Gejala-gejala schizofrenia masih tetap ada
c. Gejala depresi menonjol
Schizofrenia Residual
a. Ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis schizofrenia.
b. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat

berkurang.
6. Schizofrenia Simpleks
a. Gejala negatif yang khas dari schizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi waham atau manifestasi lain dari episode psikotik.
b. Disertai perubahan prilaku pribadi yang bermakna.
7. Schizofrenia lainnya
8. Schizofrenia YTT

2.1.4 Gejala-gejala
1. Gejala primer:
a. Gangguan proses pikiran
b. Gangguan afek dan emosi
c. Gangguan kemauan
d. Gangguan psikomotor
2. Gejala sekunder:
a. Waham
b. Halusinasi
Dengan gambaran klinis penyerta sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Hendaya dalam daya kerja, hubungan sosial merawat diri


Penarikan diri dari lingkungan sosialnya
Prilaku aneh
Afek yang tumpul tidak serasi

e. Isi bicara yang tidak jelas


f. Pendapat tentang dirinya yang terlalu tinggi
g. Persepsi yang tidak biasa, seperti merasa ada kekuatan dari luar atau orang
yang mempengaruhinya.
h. Tidak ada hubungan yang hangat dengan orang tua
i. Kebiasaan yang tidak normal seperti sepanjang malam tidak tidur.
2.1.5 Pengobatan
1. Farmakoterapi
a. Neuroleptika dengan dosis efektif rendah
b. Fenotiazin waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 3 minggu.
2. Terapi elektro konvulsi (TEK)/ECT
Terapi

konvulsi

dapat

memperpendek

serangan

schizofrenia

dan

mempermudah kontak dengan penderita.


3. Terapi koma insulin
Memberi hasil yang baik pada katatonia dan schizofrenia paranoid.

4. Psikoterapi dan rehabilitasi


Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu pasien
kembali ke masyarakat, mendorong penderita untuk bergaul dengan orang lain,
penderita lain dan dokter.
5. Lobotomi prefrontal
Dilakukan bila terapi klien tidak berhasil.
2.2
2.2.1

Konsep Dasar Isolasi Sosial


Definisi

Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena

orang

lain

menyatakan

sikap

yang

negatif

dan

mengancam

(Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang

dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993,
dikutip Budi Anna Keliat).
2.2.2

Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan

perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak


percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa
tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya
stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons
menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
2.2.3

Rentang Respon
Respon Adaptif
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Saling tergantung

Respon Maladaptif
Menarik Diri
Tergantung Pada Orang Lain

Manipulasi
Curiga

Respon Adaptif : respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku (Fitria, 2009).
1. Menyendiri : merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi : merupakan kemampuan individu

untuk

menentukan

dan

menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.


3. Bekerjasama : merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan orang
lain.
4. Saling tergantung : saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif :respon yang diberikan individu menyimpang dari norma
sosial.

1. Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan


secara terbuka dengan orang lain.
2. Tergantung pada orang lain : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi : seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat menerima hubungan sosial secara mendalam.
4. Curiga : seseorang gagal dalam mengembangka rasa percaya terhadap orang laini.
2.2.4 Tanda dan Gejala
1

Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata tidak , iya,

a
b

tidak tahu
Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang

lain, misalnya pada saat makan.


Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien

d
e
f

lain / perawat.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap.


Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah

tangga sehari-hari tidak dilakukan.


Posisi janin pada saat tidur.

2.2.5 Karakteristik Perilaku


2.2.5.1 Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
2.2.5.2 Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
2.2.5.3 Kemunduran secara fisik.
2.2.5.4 Tidur berlebihan.
2.2.5.5 Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
2.2.5.6 Banyak tidur siang.
2.2.5.7 Kurang bergairah.
2.2.5.8 Tidak memperdulikan lingkungan.
2.2.5.9 Kegiatan menurun.
2.2.5.10 Immobilisasai.
2.2.5.11
Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
2.2.5.12 Keinginan seksual menurun.
2.2.6 Akibat
2.2.6.1 Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul.

2.2.6.2 Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien memisahkan diri dari
orang lain.
2.2.6.3 Komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain
atau perawat.
2.2.6.4 Tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang.
2.2.6.5 Klien lebih sering menunduk dan berdiam diri dikamar.
2.2.6.6 Menolak berhubungan dengan orang lain dan tidak melakukan kegiatan
sehari-hari.
2.2.6.7 Meniru posisi janin pada saat tidur.
2.2.6.8 Menjawab dengan singkat dengan kata-kata ya,tidakdantidak tahu.
2.2.7 Pohon Masalah
Ketidakefektifan
penatalaksanaan
program terapeutik

Resiko perilaku
kekerasan

Gangguan
pemeliharaan
kesehatan

Gangguan sensori/persepsi :
halusinasi
Ketidakefektifan
koping keluarga :
ketidakmampuan
keluarga merawat
klien dirumah

CP : Isolasi Sosial

Defisit perawatan diri


: mandi dan berhias

Gangguan
konsep diri

2.2.8 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


2.2.8.1 Pengkajian
1

Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari hari, dependen.

Faktor predisposisi
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.

Aspek fisik / biologis


Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.

Asfek Psikososial

Genogram yang menggambarkan tiga generasi

Konsep diri

citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi
dengan

bagia

tubuh

yang

hilang

mengungkapkan

keputus

asaan,

mengungkapkan ketakutan.
2

Identitas diri : Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.

Peran : Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua , putus sekolah, PHK.

Ideal diri : Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan


keinginan yang terlalu tinggi.

Harga diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.

Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan


orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
7

Kebutuhan persiapan pulang.

Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,


membersikan dan merapikan pakaian.

c
d

Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi


Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar
rumah

Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

Asfek Medik
Terapi

yang

diterima

klien

bisa

berupa

therapy

farmakologi

ECT,

Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.


2.2.8.2 Diagnosa Keperawatan
1

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian
adalah sebagai berikut :

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Resiko perubahan sensori persepsi

Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain.

Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.

Intoleransi aktifitas.

Kekerasan resiko tinggi.

Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu : koping defensif.

2.2.8.3 Rencana Intervensi.


1

Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.

Tujuan khusus : klien dapat :

Membina hubungan saling percaya.

Menyebutkan penyebab menarik diri.

Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien perawat, klien kelompok,


klien keluarga.

Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.

Memberdayakan sistem pendukung.

Menggunakan obat dengan tepat dan benar.

Tindakan keperawatan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap
pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).

Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan
saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan. Jika klien menatap wajah perawat katakan ada yang ingin anda
katakan?.

Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buruburu), tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.

Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.

Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.

Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.

Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.

Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang
sama).

Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat


lain. beri contoh cara berkenalan.

10 Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).

11 Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.


12 Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.
13 Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.
14 Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.
15 Beri pujian akan keberhasilan klien.

2.2.8.4 Evaluasi
A. Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.


Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.


Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan

orang lain.
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K P, K P

K, K P Kel, K P Kelompok.
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

untuk diri sendiri dan orang lain.


Keluarga dapat berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri.
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
SP1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.
Fase Orientasi
Selamat pagi ! Saya suster HS. Saya senang dipanggil suster H. Saya
perawat di ruang mawar ini.
Siapa nama anda ? Senang dipanggil apa ?
Apa keluhan S hari ini ? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman S ? Mau dimana kita bercakap-cakap ? Bagaimana
kalau diruang tamu ? Mau berapa lama, S ? Bagaimana kalau 15 menit ?
Fase Kerja
(Jika pasien baru)

Siapa saja yang tinggal serumah dengan S ? Siapa yang paling dekat
dengan S ? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S ? Apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya ?
(Jika pasien sudah lama dirawat)
Apa yang S rasakan selama S dirawat disini ? S merasa sendirian ? Siapa
saja yang S kenal diruang ini ?
Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal ?
Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain ?
Menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (Sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa). Nah, apa kerugiannya kalau S tidak memiliki teman ? Ya, apa lagi ?
(Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Nah, banyak juga ruginya tidak
punya teman ya ? Jadi, apakah S mau belajar bergaul dengan orang lain ?
Bagus ! Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain ?
Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita, nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya :
nama saya SN. Senang dipanggil S. Asal saya dari kota X, hobi memasak.
Ayo S dicoba ! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan
dengan saya! Ya, bagus sekali ! Coba sekali lagi. Bagus sekali !
Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang cuaca, tentang hoby, tentang keluarga, pekerjaan, dan
sebagainya.!
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan ?
S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.
Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau
mempraktikkan ke orang lain ? bagaimana kalau S mencoba berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan ?
Baiklah, sampai jumpa !
SP 2 PASIEN : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama (perawat)).
Fase Orientasi
Selamat pagi S ! Bagaimana perasaan S hari ini ?

Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ? Coba


sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster !
Bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak
S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10
menit.
Ayo kita temui perawat N disana !
Fase Kerja
(Bersama-sama S, perawat mendekati perawat N)
Selamat pagi perawat N, S ingin berkenalan dengan N. Baiklah S, S bisa
berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktikkan kemarin. (Pasien
mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat N : Memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya).
Ada lagi yang yang S ingin tanyakan kepada perawat N ? Coba tanyakan
tentang keluarga perawat N !
Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat menyudahi perkenalan
ini. Lalu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1
siang nanti.
Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan
kembali keruangan S. Selamat pagi ! (Bersama pasien, perawat H meninggalkan
perawat N untuk melakukan terminasi dengan S ditempat lain).
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N ?
S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.
Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar, misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain ? Mari
kita masukkan ke dalam jadwal. Mau berapa kali sehari ? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik, nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa ? Jam 10 ?
Sampai besok !
SP3 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang kedua).
Fase Orientasi
Selamat pagi S ! Bagaimana perasaan S hari ini ?
Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang ? (jika
jawaban pasien, ya, perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan
pasien lain).

Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N


kemarin siang ?
Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi !
Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi ?
Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan
S yang lain, yaitu O. Seperti biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di
ruang makan.
Fase Kerja
(Bersama-sama S, perawat mendekati pasien lain)
Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.
Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S
lakukan sebelumnya.(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan : Memberi
salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang
sama).
Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O ? Kalau tidak ada lagi yang
ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu
lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti (S membuat janji untuk bertemu
kembali dengan O).
Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali
keruangan S. Selamat pagi. (Bersama-sama perawat meninggalkan O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain).
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O ?
Dibandingkan kemarin pagi, S tampak lebih baik ketika berkenalan
dengan O. Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti.
Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambah lagi di jadwal harian. Jadi, satu hari S dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1
siang, dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana S, setujukan ?
Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S.
Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya.
Sampai besok !

Anda mungkin juga menyukai