PENDAHULUAN
Traktus uvealis teridiri atas iris, korpus siliaris dan koroid.1 Radang Uvea
(uveitis) dan tumor merupakan dua penyakit terbanyak yang mempengaruhi strukturstruktur tersebut. Banyak kelainan inflamasi dan neoplastik di traktus uvealis
berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik, yang beberapa diantaranya dapat
mengancam nyawa bila tidak dikenali.1
Uveitis merupakan suatu peradangan pada iris (iritis,iridosiklitis), corpus
ciliare (uveitis intermediet), koroid (koroiditis) yang disebabkan oleh infeksi, trauma,
neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea
yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.1,2
Uveitis bisa juga terjadi sekunder akibat radang kornea (keratitis), radang
sklera (skleritis), atau keduanya (sklerokeratiti). Uveitis biasanya terjadi pada usia 2050 tahun dan berpengaruh pada 10-20% kasus kebutaan yang tercatat dinegara-negara
maju. Uveitis lebih banyak ditemukan dinegara-negara berkembang dibanding
dengan negara-negara maju karena lebih tingginya prevalensi infeksi yang bisa
mempengaruhi mata, seperti toksoplasmosis dan tuberkulosis di negara-negara
berkembang.1
Insiden uveitis di Amerika Serikat dan di seluruh dunia diperkirakan sebesar
15 kasus/100.000 penduduk dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan
perempuan. Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan. Morbiditas akibat
uveitis terjadi karena terbentuknya sinekia posterior sehingga menimbulkan
peningkatan tekanan intraokuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat
timbul katarak akibat penggunaan steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan
uveitis yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan
oftalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Anatomi
Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang
berperan besar dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, corpus siliaris dan
koroid. Secara anatomi uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera, juga merupakan lapisan yang memasok darah ke retina.1,2
Perdarahan uvea dibagi antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah
arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sclera ditemporal dan nasal dekat
tempat masuk saraf optic dan 7 buah arteri siliar anterior yang terdapat 2 pada setiap
otot superior, medial, inferior serta pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior
posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkulasi mayor pada badan
siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20 arteri siliar posterior brevis
yang menembus sklera disekitar tempat masuk saraf optik.2,5
a. Iris
Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar ke
depan (anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil yang
berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk mata. Permukaan iris warnanya
sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang
disebut kripte. Pada iris terdapat 2 macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu :
Musculus dilatator pupil yang berfungsi untuk melebarkan pupil dan Musculus
sfingter pupil yang berfungsi untuk mengecilkan pupil. Kedua otot tersebut
memelihara ketegangan iris sehingga tetap tergelar datar.
Dalam keadaan normal, pupil kanan dan kiri kira-kira sama besarnya, keadaan
ini disebut isokoria. Apabila ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama besar, keadaan
ini disebut anisokoria. Iris menipis di dekat perlekatannya dengan badan siliar dan
menebal di dekat pupil. Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor
dan yang berada dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh
nervus nasoiliar cabang dari saraf cranial III yang bersifat simpatik untuk midriasis
dan parasimpatik untuk miosis.
Gambar 2.2. Posterior corpus ciliare, zonula, lensa, dan ora serrata1
b. Korpus Siliaris
Korpus siliaris merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem
eksresi dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai
koroid terdiri atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi untuk
akomodasi.
3
Korpus siliaris terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata
dan zona posterior yang datar, pars plana. Processus ciliaris ini terutama terbentuk
dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Ada dua lapisan epitel
siliaris, satu lapisan tanpa pigmen disebelah dalam, yang merupakan perluasan
neuroretina ke anterior, dan satu lapisan berpigmen disebelah luar, yang merupakan
perluasan lapisan pigmen retina. Processus ciliaris dan epitel siliaris pembungkusnya
berfungsi sebagai pembentuk aqeuos humor.
mendarahi corpus siliaris berasal dari circulus arteriosus major iris. Persarafan
sensoris iris melalui saraf-saraf siliaris. 1
c.
Koroid
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di
sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi
depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular yang terdiri
atas anyaman pembuluh darah. Retina tidak menempati (overlapping) seluruh koroid,
4
tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum badan siliar. Bagian koroid yang tidak
terselubungi retina disebut pars plana. Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris
anterior dan posterior yang berasal dari arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan
siliaris berasal dari sirkulus arteri mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang
merupakan anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri siliaris posterior longus.
Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan brevis. Fungsi dari
uvea antara lain : Regulasi sinar ke retina, Imunologi (bagian yang berperan dalam
hal ini adalah khoroid), Produksi akuos humor oleh korpus siliaris, dan sebagai
nutrisi.1,3
II.2. Klasifikasi
1.
Berdasarkan Anatomi
Uveitis anterior
Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris atau
disebut juga dengan iridosiklitis.
5
Uveitis intermediet
Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang disertai
dengan peradangan vitreous.
Uveitis posterior
Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.
Panuveitis
Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.6,7
2. Berdasarkan Klinisnya
Uveitis akut
Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat
simptomatik.
Uveitis kronik
Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai
berbulan- bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan
bersifat asimtomatik.
3. Berdasarkan Etiologi
Uveitis infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri.
Uveitis non-infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.
4. Berdasarkan Patologi
Uveitis non-granulomatosa
Infiltrat dominan limfosit pada koroid.
Uveitis granulomatosa
Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus
Tabel 1. Perbedaan Uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa1
Onset
Non- Granulomatosa
Akut
Granulomatosa
Tersembunyi
Nyeri
Nyata
Fotofobia
Nyata
Ringan
Penglihatan Kabur
Sedang
Nyata
Merah Sirkumneal
Nyata
Ringan
Keratic precipitates
Putih halus
Pupil
Kadang-kadang
Sinekia posterior
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Noduli iris
Tidak ada
Lokasi
Uvea anterior
Kronik
7
Kadang-kadang
Perjalanan penyakit
Akut
Kekambuhan
Sering
II.3.2 Klasifikasi
Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior
akut yaitu uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan
bersifat simptomatik dan uveitis anterior kronik uveitis yang berlangsung
selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik. Pada kebanyakan kasus
penyebabnya tidak diketahui.2,4
Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis: yang
non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Penyakit peradangan
traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada oreng dewasa dan
usia pertengahan. Uveitis non-granulomatosa terutama timbul di bagian
anterior traktus uvealis ini, yaitu iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi
radang, dengan terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan
jumlah cukup banyak dan sedikit mononuklear. Uveitis granulomatosa yaitu
adanya invasi mikroba aktif ke jaringan oleh bakteri. Dapat mengenai uvea
bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel limfosit, adanya
agregasi makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada kasus berat dapat
terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior. 1,5
II.4 Uveitis Intermediate
Uveitis intermediate disebut juga siklitis, uveitis perifer atau pars
planitis adalah peradangan intraokular terbanyak kedua. Tanda uveitis
intermediet yang terpenting yaitu adanya peradangan vitreus. Uveitis
intermediet biasanya bilateral dan cenderung mengenai pasien remaja akhir
atau dewasa muda. Pria lebih banyak yang terkena dibandingkan wanita.
Gejala- gejala yang khas meliputi floaters dan penglihatan kabur. Nyeri,
fotofobia dan mata merah biasanya tidak ada atau hanya sedikit. Temuan
pemeriksaan yang menyolok adalah vitritis seringkali disertai dengan
kondensat vitreus yang melayang bebas seperti bola salju (snowballs) atau
menyelimuti pars plana dan corpus ciliare seperti gundukan salju (snowbanking). Peradangan bilik mata depan minimal tetapi jika sangat jelas
peradangan ini lebih tepat disebut panuveitis. Penyebab uveitis intermediate
tidak diketahui pada sebagian besar pasien, tetapi sarkoidosis dan multipel
sklerosis berperan pada 10-20% kasus. Komplikasi uveitis intermediate yang
9
Sedangkan
pada
koroiditis
aktif
pada
makula
atau
semua area, pada beberapa kasus terdapat lesi yang kecil disertai kelainan
pada koroid tapi setelah beberapa minggu atau bulan akan ditemukan infiltrat
dan edema hilang sehingga menyebabkan koroid dan retina atrofi dan saling
melekat. 1,2
Daerah yang atrofi akan memberikan kelainan bermacam macam
dalam bentuk dan ukuran. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan warna
koroid menjadi irregular yang banyak atau berkurangnya pigmen hitam
terutama pada daerah marginal. Lesi bisa juga ditemukan pada eksudat selular
yang berkurang di koroid dan retina. Inflamasi korioretinitis selalu ditandai
dengan penglihatan kabur disertai dengan melihat lalat berterbangan
10
11
Sel-sel radang pada humor vitreus, lesi berwarna putih atau putih
kekuningan pada retina dan atau koriod, eksudat pada retina, vaskulitis retina
dan edema nervus optikus dapat ditemukan pada uveitis posterior.1,
II.5.3 Diagnosis 1
Berikut ini akan dijabarkan berbagai petunjuk diagnosis dan ciri-ciri klinis
uveitis posterior yang sering timbul.
1. Usia Pasien
Uveitis Posterior pada pasien dibawah usia 3 tahun dapat disebabkan
oleh sindrom masquerade seperti retinoblastoma atau leukemia. Penyebab
infeksi uveitis posterior pada kelompok ini mencakup toksoplasmosis
kongenital, toksokariasis, dan infeksi perinatal oleh sifilis, cytomegalovirus,
virus herpes simpleks, virus herpes zoster, atau rubella.
Pada kelompok umur 4 sampai 15 tahun, penyebab tersering uveitis
posterior adalah toksoplasmosis dan toksokariasis. Penyebab yang jarang
yaitu sifilis, tuberculosis, sarkoidosis, sindrom behcet dan sindrom vogtkoyanagi-Harada dan sindrom nekrosis retina akut.
Pada kelompok umur 16 sampai 50 tahun, diagnosis banding untuk
uveitis posterior adalah sifilis, tuberculosis, sarkoidosis, sindrom behcet,
sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, dan sinrom nekrosis retina akut.
12
sifilis,
tuberculosis,
sarkoidosis,
limfoma
intraocular,
Uveitis Posterior
Akut
Kronik
13
Edema
retina
dan
subretina
Eksudateksudat
Menyolok
dengan
kesuraman
pinggir
dan
berada disekitar
neuroretinal
-
khoroid
Retina
terlibat
-
Biasanya ringan
eksudat
Eksudat-eksudat
besar, kadang-kadang
besar
daerah
pinggir
tertentu
susut
pinggir-
sekitarnya
Destruksi retina
batang
Tabel 2. Perbedaan uveitis posterior akut dan kronik1
14
15
II.8. Tatalaksana
Tujuan terapi uveitis adalah mencegah komplikasi yang mengancam
penglihatan, menghilangkan keluhan pasien, dan jika mungkin mengobati
penyebabnya. Ada empat kelompok obat yang digunakan dalam terapi uveitis, yaitu
midriatikum, steroid, sitotoksik, dan siklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi
harus diterapi dengan antibakteri atau antivirus yang sesuai.
sikloplegia
Pemberian antiinflamasi non steroid
Pemberian obat jenis sitotoksik seperti
(siklosporin)
Terapi operatif untuk evaluasi diagnostik (parasentesis, vitreus tap dan biopsi
korioretinal untuk menyingkirkan neoplasma atau proses infeksi) bila
diperlukan.
Terapi untuk memperbaiki dan mengatasi komplikasi seperti katarak,
II.9. Prognosis
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis
yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan
oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses autoimun.
2. Uveitis diklasifikasikan berdasarkan : Anatomis terdiri dari uveitis anterior,
uveitis intermediet , uveitis posterior, panuveitis. Berdasarkan klinis di
klasifikasikan menjadi uveitis akut , uveitis kronik. Berdasarkan etiologis
diklasifikasikan menjadi uveitis infeksius dan uveitis non-infeksius. Berdasarkan
patologis di klasifikasikan menjadi uveitis non-granulomatosa
dan uveitis
granulomatosa.
3. Tujuan terapi uveitis adalah mencegah komplikasi yang mengancam penglihatan,
menghilangkan keluhan pasien, dan jika mungkin mengobati penyebabnya. Ada
empat kelompok obat yang digunakan dalam terapi uveitis, yaitu midriatikum,
steroid, sitotoksik, dan siklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi harus diterapi
dengan antibakteri atau antivirus yang sesuai.
4. Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan tekanan intraokuler (TIO) akut
yang terjadi sekunder akibat blok pupil (sinekia posterior), inflamasi, atau
penggunaan kortikosteroid topikal.
5. Prognosis uveitis tergantung pada banyak hal diantaranya derajat keparahan,
lokasi, dan penyebab peradangan. Uveitis anterior cenderung lebih cepat merespon
17
DAFTAR PUSTAKA
18