Anda di halaman 1dari 6

Profesor Thayer Mengatakan bahwa perbandingan

suatu hukum pada dasarnya lebih tepat digunakan


sebagai terminologi deskriptif dan hal inilah yang
sebenarnya dimaksudkan apabila kita berbicara
mengenai perbandingan hukum, yaitu suatu
perbandingan baik secara keseluruhan ataupun suatu
bagian hukum tertentu dari dua atau lebih negara
dengan membawa perbedaan dan persamaan di antara
mereka guna diambil suatu kesimpulan.

Sistem Hukum Eropa Continental dan Anglo-Saxon


Ada perbedaan yang sangat mendasar antara sistem hukum
Continental (Eropa) dan sistem hukum Anglo-Saxon (AS). Pada
sistem hukum continental, filosofinya tampak pada sifat-sifatnya yang
represif, yang senantiasa cenderung melindungi yang berkuasa. Hal
ini bisa dimaklumi karena yang berkuasa (waktu itu) adalah kolonial
Belanda yang jelas ingin mempertahankan dan mengokohkan
kekuasaannya

melalui

berbagai

undang-undang

atau

system

hukumnya. Sedangkan sistem hukum Anglo Saxon selain tentunya


ada

sifat

yang

represif,

namun

sifat

penekanannya

lebih

mengutamakan pada sifat-sifat yang preventif. Pasal-pasalnya


merupakan rambu-rambu untuk mencegah munculnya KKN dalam
segala bentuk maupun manifestasinya.
Selain mencegah terjadinya white collar crime dan corporate crime
juga untuk mencegah terjadinya distorsi, keharusan memberikan

proteksi bagi kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan orang


perorang, serta menjamin partisipasi dan pengawasan sosial secara
transparan dan demokratis.
Perbedaan mendasar Anglo Saxon dengan Continental terletak pada
perangkat hukum yang dipakai dan sistem politik yang digunakan.
System anglo saxon Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum
yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan
hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris,
Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi
Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum
Eropa

Kontinental

Napoleon).

Selain

negara-negara

tersebut,

beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon


campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan
sebagian

besar

sistem

hukum

Anglo-Saxon,

namun

juga

memberlakukan hukum adat dan hukum agama.


Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah
terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena
sesuai dengan perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi
hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus
perkara Anglo-Saxon adalah sebuah wilayah yang menarik. Nama
Anglo-Saxon, sejak abad ke-8 lazim dipakai untuk menyebut

penduduk Britania Raya, yakni bangsa Germania yang


berasal dari

suku-suku Anglia, Saks, dan Yut. Konon, pada tahun

400 M mereka menyeberang dari Jerman Timur dan Skandinavia


Selatan untuk menaklukkan bangsa Kelt, lantas mendirikan 7 kerajaan
kecil yang disebut Heptarchi. Mereka dinasranikan antara 596-655 M.
Perbedaan Sistem hukum Anglo Saxon dengan Continental terletak
pada perangkat hukum yang dipakai dan sistem politik yang
digunakan. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara
subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan
umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan
pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan
antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya
kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan,
harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat
perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan
sistem hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata,
antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang
berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran

atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika


Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis,
sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum
perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.
System hukum kontinental Sistem hukum Eropa Kontinental adalah
suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuanketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60%
dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum
ini.
Hal yang membedakan sistem Civil Law dengan sistem Common
Law (yang juga disebut sistem Anglo-Saxon) adalah, pertama, pada
Civil Law dikenal apa yang dinamakan kodifikasi hukum. Artinya
pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang
secara sistematis dan lengkap. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kepastian hukum, penyederhanaan hukum, dan kesatuan hukum.
Contoh hukum yang sudah dikodifikasi dalam kitab undang-undang
adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undangundang Hukum Perdata (KUHPerdata), dan Kitab Undang-undang
Hukum Dagang (KUHD). Kitab-kitab di atas ditulis dan disusun oleh
pemerintah kolonial Belanda dan diberlakukan di Indonesia sampai
sekarang. Kedua, sistem hukum Eropa Kontinental tidak mengenal
adanya juri di pengadilan. Hakim yang memeriksa, mengadili, dan

memutuskan suatu perkara selalu adalah majelis hakim (panel),yang


terdiri dari tiga orang. Kecuali untuk kasus-kasus ringan dan kasus
perdata, yang menangani bisa hakim tunggal.
Ciri-ciri Negara Hukum Anglo Saxon dan Eropa Kontinental
Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan
pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang
kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem
hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru,
Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika
Serikat (walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem
hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental
Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga
menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya
Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem
hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan
hukum agama.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah
terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena
sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi
hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus
perkara.

Sementara itu, Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem


hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum
dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih
lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi
dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.
1. Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas
kedaulatan rakyat
2. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya harus berdasar atas hukum atau peraturan
perundang-undangan
3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga
negara).
4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.
5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke
controle) yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan
tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada di bawah
pengaruh eksekutif.
6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau
warga negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan
pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian
yang merata sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran
warga negara.

Anda mungkin juga menyukai