Hipertensi
1. Klasifikasi
2. Tatalaksana
a. Target terapi: <140/90 mmHg atau <130/80 pada pasien diabetes dan CKD.
b. Algoritme terapi (JNC VII)
c. Farmakologi hipertensi
1) ACE inhibitor/ ACEI: Captopril (Capoten), enalapril (Vasotec), lisinopril, ramipril
dapat diberikan pada pasien dengan diabetes, gangguan ginjal, dan pasca
infark miokard
Efek samping tersering: batuk ( ganti dengan ARB; contoh: Valsartan,
irbesartan, telmisartan), hiperkalemia
2) Diuretik
a) Golongan tiazid: HCT (hidroklorotiazid).
Diberikan bila fungsi ginjal normal.
Efek
samping:
hipokalemia,
hiponatremia,
hipomagnesemia,
hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia.
b) Diuretik kuat: Furosemid
diberikan pada HT dengan retensi cairan berat.
efek samping spt Tiazid, kecuali hiperkalsemia.
c) Diuretik hemat kalium: Spironolakton (anti aldosteron)
Biasanya dikombinasi dengan dengan HCT atau furosemid.
Efek samping: hiperkalemia, impotensi, ginekomastia, hipertrofi prostat.
3) Anti adrenergik: central acting, alfa bloker, beta bloker.
a) Central acting: reserpin, klonidin, metildopa
Metildopa: indikasi utamanya pada ibu hamil yang HT.
b) Alfa bloker: Prazosin, doxazosin
Tidak lagi digunakan sebagai terapi tunggal HT
Mengurangi gejala hipertrofi prostat dan memperbaiki profil lipid
c) Beta-blocker (BB)
Indikasi utama: pasien HT yang takikardi, atau takiaritmia, dan dengan
riwayat PJK (pilihan pertama)
Efek samping: bronkospasme
Kelompok BB:
Nonselektif: propanolol, timolol, pindolol, penbutolol, nadolol.
Kardioselektif: atenolol, acebutolol, bisoprolol, esmolol
Generasi ketiga: carvedilol, bucindolol, labetalol, celiprolol, nebivolol
4) Calcium Channel Blockers (CCB):
a) Dihidropiridine (terutama bekerja di arteri). Contoh : nifedipine, amlodipine,
nicardipine. Efek samping: konstipasi, edema perifer.
b) Nondihidropiridine (terutama mempengaruhi sistem konduksi jantung).
Contoh: verapamil, diltiazem. Efek samping: bradikardi, konstipasi.
3. Krisis Hipertensi
Tatalaksana
a. Hipertensi emergensi: turunkan TD segera dengan obat antihipertensi IV (mis.
nicardipine, diltiazem, klodipine, nitropruside). Selama 5 menit s/d 120 menit
pertama TD rata-rata (MABP) diturunkan 20- 25%.
b. Hipertensi urgensi: turunkan TD dalam beberapa jam dengan obat antihipertensi
oral
B. GAGAL JANTUNG
1. Definisi
Ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (CO) dalam
memenuhi kebutuhan tubuh.
Gagal jantung kronik: sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan fungsi atau
struktural jantung yang mengganggu kemampuan jantung dalam memompa.
Gagal jantung akut: serangan cepat atau ada perubahan pada gejala atau tanda
dari gagal jantung yang butuh tindakan segera. Bisa berupa serangan pertama
atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya. Klinisnya bisa berupa
edema paru, perburukan dari gagal jantung kronik dekompensasi, syok
kardiogenik, gagal jantung kanan terisolasi, serta ACS dan gagal jantung.
2. Gejala:
dyspnea on effort
orthopnea
paroxysmal nocturnal dyspnea
3. Tanda:
DVS
takikardi
pulse pressure sempit
asites
4. Pemeriksaan penunjang:
Foto thorax: kardiomegali, edema paru Batwing appearance (gambaran
kabut di daerah perihiler ) dan Kerleys line (edema interstisiel pulmonal/
penebalan interlobar fissure)
5. Diagnosis
Kriteria Framingham:
KRITERIA MAJOR
KRITERIA MINOR
PND
Edema ekstremitas bilateral
distensi vena leher
batuk malam hari
Ronki paru
DOE
Kardiomegali
Hepatomegali
Edema Paru akut
Efusi pleura
Gallop S3
penurunan kapasitas vital paru
peninggian CVP
1/3 normal
Refluks hepatojugular
takikardia >120/menit
Major atau minor: BB 4.5 kg dalam 5 hari pengobatan
2 kriteria major
atau
1 kriteria major + 2 kriteria minor
Kel
Sesak napas
as NYHA
Beraktivitas berat
II
III
Beraktivitas sehari-hari
IV
Saat istirahat
7. Tatalaksana
a)
Kasus kronik:
Nonfarmakologi: oksigen, batasi aktivitas fisik, diet rendah garam, cukup
kalori, dan protein.
Farmakologi:
1) preload: diuretik (furosemid atau spironolakton), dan vasodilator
(nitrat).
2) kontraktilitas jantung : digitalis (digoksin), beta bloker
kardioselektif (bisoprolol) EF.
3) afterload: ACEI (captopril), ARB(valsartan, irbesartan), atau CCB
golongan dihidropiridin (nifedipine, amlodipine)
4) cegah remodelling : ACEI atau ARB.
5) Memperbaiki metabolisme energi miokard : Carnitine, Coenzyme Q10.
b) Kasus akut:
Posisi setengah duduk, oksigen.
Farmakologi:
1) preload: furosemid IV (dosis awal 40 mg bolus perlahan selama 2
menit), nitrat IV. Kontraindikasi: hipotensi.
C. SYOK
1. Syok kardiogenik
penyebab: umumnya kerusakan jantung sebelumnya ( paling sering infark).
5
3. Syok neurogenik
penyebab: kehilangan tonus vasomotor dan respons simpatetik, biasanya trauma
vertebra
Tatalaksana: cairan, vasokonstriktor
4. Syok anafilaktik
penyebab: reaksi alergi
tatalaksana: adrenalin IM 0,5 mg
5. Syok sepsis
penyebab: infeksi sistemik
tatalaksana: antibiotik spektrum luas IV, vasokonstriktor (lini I: norepinefrin)
c. kuantitas: berlangsung dari beberapa menit sampai <20 menit. * bila > 20 menit
pertimbangkan ACS
Pemeriksaan penunjang: EKG, treadmill test , ekokardiografi, angiografi koroner
Terapi: nitrat, antiplatelet (low dose aspirin, klopidogrel), beta blocker , CCB, ACEinhibitor (menghambat remodelling), oksigen dan istirahat saat serangan, terapi
faktor risiko (target LDL: <100 mg/dL, perbaiki gaya hidup, penurunan BB pada
obesitas), reperfusi miokardium.
2. Acute Coronary Syndrome (ACS)
Patofisiologi: Ruptur plak
Klinis ACS : pasien dengan angina yang cukup berat dan frekuensi yang cukup
sering, atau makin bertambah berat, berlangsung >20 menit, atau serangan angina
saat istirahat
Penegakan diagnosis: Klinis, EKG, Enzim jantung
Terapi awal: 1. Oksigen 2. Nitrat (ISDN atau nitrogliserin) 3. Morfin 4. Aspirin
ACS meliputi:
Catatan:
B
a
gi
a
n
J
a
nt
u
n
Le
ad
pa
da
E
K
G
Pembuluh
darah yang
oklusi
A
nt
er
os
e
pt
al
V1
V3
LAD
A
nt
er
io
r
V1
V4
LAD
A
nt
er
io
r
E
ks
te
ns
if
V1
V6
V1
V6
, I,
aV
L
LCA
proksimal
A
nt
er
ol
at
er
al
V5
V6
, I,
aV
L
LCx
In
fe
ri
or
II,I
II,
aV
F
RCA
V
e
nt
ri
k
el
k
a
n
a
n
V4
R,
V5
R,
V6
R
RCA
V7
RCA
8
os
te
ri
or
V9
Diseksi Aorta
Robeknya lapisan tunika intima aorta sehingga terbentuk koneksi antara lapisan
media dan lumen aorta
Gejala: 1) nyeri seperti dirobek, bisa timbul di dada atau mulai dari daerah
restrosternal menjalar ke punggung, khususnya pada diseksi distal, ke leher dan
rahang, nyeri di abdomen bila diseksi di aorta abdominal; 2) sinkop; 3) dispneu
dan hemoptisis (bila diseksi ruptur ke pleura atau bila terjadi obstruksi trakeal
dan bronkial)
Tanda: 1) syok (25% penderita); 2) nadi hilang atau terlambat; 3) tanda
regurgitasi aorta; 4) tanda-tanda tamponade jantung (akibat hemoperikardium);
5) perbedaan tekanan antar lengan >20 mmHg
Pemeriksaan tambahan: EKG dan enzim jantung(singkirkan infark), foto thorax
(pelebaran mediastinum), Ekokardigrafi, CT angiografi (pemeriksaan definitif)
Terapi: stabilkan tanda vital, manajemen nyeri, intervensi bedah
E. ARITMIA
1. Aritmia:
irama yang bukan berasal dari nodus SA
irama yang tidak teratur
frekuensi kurang dari 60x/menit atau lebih dari 100x/menit
adanya hambatan impuls supra atau intra ventrikuler
2. Aritmia yang sering dijumpai:
a. Atrial Fibrilasi (AF)
Klinis: palpitasi, dispnea, irama jantung tidak teratur, defisit pulsus. Biasanya ada
riwayat penyakit jantung katup, penyakit jantung iskemik, gagal jantung,
tirotoksikosis.
EKG: jarak R-R tidak teratur
Pengobatan:
1) obati faktor pencetus
2) kembalikan irama AF ke sinus: obat antiaritmia (sulfas kinidin atau
amiodaron). Pada gangguan hemodinamik: kardioversi elektrik
3) kontrol laju ventrikel: digoksin, BB atau CCB (verapamil, diltiazem)
4) cegah tromboemboli dengan antikoagulan oral (warfarin)
Komplikasi: tromboemboli dan gagal jantung kongestif
b. Atrial Flutter
9
EKG:
gelombang P seperti gigi gergaji
frekuensi atrial 250-350x/menit
frekuensi ventrikel umumnya adalah setengahnya frekuensi atrium (blok 2:1
di nodus AV) atau blok 3:1, atau blok 4:1
Penanganan:
Hemodinamik stabil: vagal manuever (carotid sinus massage, valsava
manuever), verapamil, adenosin (pada tempat yang memiliki fasilitas
resusitasi) atau amiodaron. Bila tidak respon: ablasi
Gangguan hemodinamik: kardioversi 10-50 J
d. Ventricular Extrasystole (VES)
EKG:
Ada kompleks QRS yang tidak didahului gelombang P dengan kompleks QRS
lebar.
Terdapat pause kompensasi penuh (interval antara gelombang P irama dasar
sebelum VES dengan setelah VES adalah 2 kali irama dasar)
Penanganan: VES yang timbul sesekali biasanya tidak menimbulkan gejala dan
tidak perlu diterapi. Cukup dengan menghindari faktor presipitasi spt rokok, kopi,
alkohol. Bila ada penyakit penyerta spt HT, PJK, gagal jantung, terapi penyakit
penyerta.
e. Ventricular Tachycardia (VT)
Merupakan VES berturut-turut.
EKG:
Takikardi, reguler
Kompleks QRS lebar
10
Penanganan:
VT tanpa nadi defibrilasi
VT dengan nadi kardioversi
Torsade de pointes (EKG: seperti tali diplintir) MgSO4 IV atau lidocaine IV
11
12
Tatalaksana:
a. Bed rest dan mobilisasi bertahap.
b. Profilaksis terhadap SGA dengan pemberian Benzatin penicillin secara IM. uta
c. Anti inflamasi: salisil atau kortikosteroid, sesuai klinis.
Kelompo
k klinis
Karditis
(-)
Artritis(+)
Karditis
(+)
Kardiome
gali(-)
Karditis
(+)
Kardiome
gali (+)
Karditis
(+)
Gagal
Tira
h baring
(minggu)
Mobilisasi
bertahap (minggu)
>6
>12
Pengobatan
Salisilat
100mg/kg/hari selama
2 minggu dan
selanjutnya 75
mg/kg/hari selama 4-6
minggu
Prednison 2
mg/kg/hari selama 2
minggu, dan di
tappering off selama 2
minggu, selanjutnya
salisilat 75 mg/kg/hari
mulai minggu ke-3
13
jantung (+)
selama 6 minggu
G. ENDOKARDITIS
Endokarditis Definite:
2 Kriteria Mayor
1 Kriteria Mayor + 3 kriteria Minor
5 Kriteria Minor
Temuan histologis: mikroorganisme ditemukan dengan kultur atau histologi
dalam vegetasi.
Tatalaksana : Penicillin selama 4-6 minggu
14
1. Regurgitasi mitral
Etiologi: demam reumatik (tersering) dan non reumatik (degeneratif, endokarditis,
PJK, kongenital)
Diagnosis
A
Tatalaksana :
a. terapi awal bila timbul gejala : diuretik dan ACEI
b. operasi (sesuai indikasi)
c. antibiotik untuk pencegahan reaktivasi reuma dan endokarditis
2. Stenosis Mitral
Etiologi: demam reumatik (paling sering), kongenital, SLE.
Diagnosis
Pe
me
An
am
nes
is
rik
saa
n
Fis
is
Pe
me
rik
saa
n
pe
nu
nja
ng
Tatalaksana
a. Farmakologi : suportif dan simtomatik, serta pencegahan terhadap
infeksi/profilaksis rheuma (sampai usia 25 tahun, bila usia lebih 25 tahun
masih ada tanda reaktivasi, profilaksis lanjut selama 5 tahun).
3. Regurgitasi Aorta
Etiologi: kelainan katup aorta (PJR, endokarditis, SLE), dan penyakit yang
menyebabkan dilatasi pangkal aorta (aneurisma aorta akibat hipertensi, sindrom
marfan, atau sifilis)
Diagnosis
A
P
Dapat asimptomatis
Dapat berkembang menjadi gejala yang gagal jantung spt
ortopnea, dan PND
Tekanan nadi yang lebar
pulsasi a.karotis yang terlihat (tanda Corrigan)
kepala terantuk-antuk mengikuti denyut (tanda de Musset)
denyut pada bantalan kuku (tanda Quinke)
Bising diastolik di sela iga 2 kanan
Bising diastolik di apeks, tabrakan antara regurgitasi aorta
yg besar dan aliran darah dari mitral (Bising austin flint)
EKG: LVH
Ekokardiografi
Foto toraks: pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri
Kateterisasi
Tatalaksana :
a. terapi bila timbul gejala gagal jantung : digitalis, diuretik, ACEI atau
CCB untuk menurunkan afterload
16
4. Stenosis Aorta
Etiologi: stenosis aorta kongenital, kalsifikasi pada katup aorta bikuspid
kongenital biasanya simptomatos pada dewasa muda,dan stenosis aorta kalsifikasi
biasanya pada usia 65 tahun ke atas, lebih dini pada penderita hiperkolesterolemia.
Diagnosis
A
Tatalaksana :
a. terapi bila timbul gejala gagal jantung : digitalis, diuretik, ACEI atau
CCB untuk menurunkan afterload. Angina diterapi dengan nitrat
b. operasi, pada pasien dengan gejala harus segera dilakukan
c. antibiotik untuk pencegahan reaktivasi reuma dan endokarditis
ASIANOTIK
1. Atrial Septal Defect (ASD)
Manifestasi klinis
- asimptomatik
- bentuk tubuh tinggi, kurus, jari-jari panjang
- auskultasi: widely split and fixed S2,
X-ray:
X-ray:
- pembesaran ventrikel kiri (apeks tertanam)
- Gambaran vaskularisasi paru meningkat (pletora)
- a.pulmonalis menonjol
Tatalaksana
- operasi : VSD closure, pulmonary banding
4. Koarktasio Aorta
18
SIANOTIK
19
X-ray: boot shape, RVH, oligemia (gambaran pembuluh darah paru berkurang)
Tatalaksana
- paliatif: BT-shunt (membuat pirau antara a.subklavia dan a.pulmonal)
- koreksi total
- spel sianotik: emergency! O2, posisi knee-chest, morfin sulfat
2. Transposition of Great Artery (TGA)
Sirkulasi sistemik dan paru terpisah, dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila
ada komunikasi (mixing) antara kedua sirkulasi ini misalnya disertai ASD atau VSD
Manifestasi klinis
- sianosis
- sesak napas
- BBL bisa normal atau besar
- auskultasi: bising bervariasi, kadang tidak terdengar, kadang terdengar bising
pansistolik atau kontinyu.
X-ray: egg shape
Tatalaksana
paliatif: BT shunt
operasi: septostomi (ASD iatrogenik), arterial switch.
3. Sindrom Eisenmenger
Ditandai oleh hipertensi pulmonal ireversibel (dari aliran darah pulmonal yang
tinggi pada pirau kika) dengan pirau bolak-balik (dari kika menjadi ka ki)
Manifestasi klinis: perburukan gejala sesak napas, sianosis, clubbing
Tatalaksana: transplantasi jantung-paru
-