Anda di halaman 1dari 22

A.

Hipertensi
1. Klasifikasi

2. Tatalaksana
a. Target terapi: <140/90 mmHg atau <130/80 pada pasien diabetes dan CKD.
b. Algoritme terapi (JNC VII)

Pedoman Tatalaksana (JNC VIII)


Terapi dimulai:
bila TD 140/90 pada pasien < 60 thn
Bila TD 150/90 pada pasien 60 thn
Bila TD 140/90 pada pasien diabetes, berapapun usianya
Bila TD 140/90 pada pasien CKD (ACEI /ARB)
Obat antihipertensi awal yang dibrikan mencakup HCT, CCB,
ACEI, atau ARB pada populasi ras kulit nonhitam atau
HCT/CCB pada populasi ras kulit hitam.
Bila dalam sebulan tidak ada perbaikan, dosis dinaikkan atau
dikombinasi 2 obat.

c. Farmakologi hipertensi
1) ACE inhibitor/ ACEI: Captopril (Capoten), enalapril (Vasotec), lisinopril, ramipril
dapat diberikan pada pasien dengan diabetes, gangguan ginjal, dan pasca
infark miokard
Efek samping tersering: batuk ( ganti dengan ARB; contoh: Valsartan,
irbesartan, telmisartan), hiperkalemia
2) Diuretik
a) Golongan tiazid: HCT (hidroklorotiazid).
Diberikan bila fungsi ginjal normal.
Efek
samping:
hipokalemia,
hiponatremia,
hipomagnesemia,
hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia.
b) Diuretik kuat: Furosemid
diberikan pada HT dengan retensi cairan berat.
efek samping spt Tiazid, kecuali hiperkalsemia.
c) Diuretik hemat kalium: Spironolakton (anti aldosteron)
Biasanya dikombinasi dengan dengan HCT atau furosemid.
Efek samping: hiperkalemia, impotensi, ginekomastia, hipertrofi prostat.
3) Anti adrenergik: central acting, alfa bloker, beta bloker.
a) Central acting: reserpin, klonidin, metildopa
Metildopa: indikasi utamanya pada ibu hamil yang HT.
b) Alfa bloker: Prazosin, doxazosin
Tidak lagi digunakan sebagai terapi tunggal HT
Mengurangi gejala hipertrofi prostat dan memperbaiki profil lipid

c) Beta-blocker (BB)
Indikasi utama: pasien HT yang takikardi, atau takiaritmia, dan dengan
riwayat PJK (pilihan pertama)
Efek samping: bronkospasme
Kelompok BB:
Nonselektif: propanolol, timolol, pindolol, penbutolol, nadolol.
Kardioselektif: atenolol, acebutolol, bisoprolol, esmolol
Generasi ketiga: carvedilol, bucindolol, labetalol, celiprolol, nebivolol
4) Calcium Channel Blockers (CCB):
a) Dihidropiridine (terutama bekerja di arteri). Contoh : nifedipine, amlodipine,
nicardipine. Efek samping: konstipasi, edema perifer.
b) Nondihidropiridine (terutama mempengaruhi sistem konduksi jantung).
Contoh: verapamil, diltiazem. Efek samping: bradikardi, konstipasi.
3. Krisis Hipertensi

Kerusakan organ target:


a.
b.
c.
d.

CNS : encephalopathy, stroke


Occular : papil edema, penurunan penglihatan
Cardiac : diseksi aorta
Renal : azotemia, hematuria ,proteinuria, oliguria, ur/ cr

Tatalaksana
a. Hipertensi emergensi: turunkan TD segera dengan obat antihipertensi IV (mis.
nicardipine, diltiazem, klodipine, nitropruside). Selama 5 menit s/d 120 menit
pertama TD rata-rata (MABP) diturunkan 20- 25%.
b. Hipertensi urgensi: turunkan TD dalam beberapa jam dengan obat antihipertensi
oral

B. GAGAL JANTUNG
1. Definisi
Ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (CO) dalam
memenuhi kebutuhan tubuh.
Gagal jantung kronik: sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan fungsi atau
struktural jantung yang mengganggu kemampuan jantung dalam memompa.
Gagal jantung akut: serangan cepat atau ada perubahan pada gejala atau tanda
dari gagal jantung yang butuh tindakan segera. Bisa berupa serangan pertama
atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya. Klinisnya bisa berupa
edema paru, perburukan dari gagal jantung kronik dekompensasi, syok
kardiogenik, gagal jantung kanan terisolasi, serta ACS dan gagal jantung.
2. Gejala:
dyspnea on effort
orthopnea
paroxysmal nocturnal dyspnea
3. Tanda:

DVS
takikardi
pulse pressure sempit
asites

ronkhi basah halus di basal


paru
gallop/S3
hepatomegali
edema perifer

4. Pemeriksaan penunjang:
Foto thorax: kardiomegali, edema paru Batwing appearance (gambaran
kabut di daerah perihiler ) dan Kerleys line (edema interstisiel pulmonal/
penebalan interlobar fissure)
5. Diagnosis
Kriteria Framingham:

KRITERIA MAJOR

KRITERIA MINOR
PND
Edema ekstremitas bilateral
distensi vena leher
batuk malam hari
Ronki paru
DOE
Kardiomegali
Hepatomegali
Edema Paru akut
Efusi pleura
Gallop S3
penurunan kapasitas vital paru
peninggian CVP
1/3 normal
Refluks hepatojugular
takikardia >120/menit
Major atau minor: BB 4.5 kg dalam 5 hari pengobatan
2 kriteria major

atau
1 kriteria major + 2 kriteria minor

6. Klasifikasi berdasarkan NYHA

Kel
Sesak napas
as NYHA

Beraktivitas berat

II

Beraktivitas ringan. Aktivitas sehari sedikit terganggu

III
Beraktivitas sehari-hari

IV
Saat istirahat
7. Tatalaksana
a)
Kasus kronik:
Nonfarmakologi: oksigen, batasi aktivitas fisik, diet rendah garam, cukup
kalori, dan protein.
Farmakologi:
1) preload: diuretik (furosemid atau spironolakton), dan vasodilator
(nitrat).
2) kontraktilitas jantung : digitalis (digoksin), beta bloker
kardioselektif (bisoprolol) EF.
3) afterload: ACEI (captopril), ARB(valsartan, irbesartan), atau CCB
golongan dihidropiridin (nifedipine, amlodipine)
4) cegah remodelling : ACEI atau ARB.
5) Memperbaiki metabolisme energi miokard : Carnitine, Coenzyme Q10.
b) Kasus akut:
Posisi setengah duduk, oksigen.
Farmakologi:
1) preload: furosemid IV (dosis awal 40 mg bolus perlahan selama 2
menit), nitrat IV. Kontraindikasi: hipotensi.

Bila belum berhasil meredakan gejala dapat diberi morfin


sulfat IV dengan dosis 2,5-5 mg
2) kontraktilitas : digoksin IV
3) afterload pada HT: ACE, ARB, CCB golongan dihidropiridin.

C. SYOK

1. Syok kardiogenik
penyebab: umumnya kerusakan jantung sebelumnya ( paling sering infark).
5

Tatalaksana: obat-obatan simpatomimetik (dobutamin, dopamin, norepinefrin)


2. Syok hipovolemik
penyebab: dehidrasi (spt luka bakar, diare, muntah), perdarahan
Tatalaksana: resusitasi cairan (pasang 2 line)

3. Syok neurogenik
penyebab: kehilangan tonus vasomotor dan respons simpatetik, biasanya trauma
vertebra
Tatalaksana: cairan, vasokonstriktor
4. Syok anafilaktik
penyebab: reaksi alergi
tatalaksana: adrenalin IM 0,5 mg
5. Syok sepsis
penyebab: infeksi sistemik
tatalaksana: antibiotik spektrum luas IV, vasokonstriktor (lini I: norepinefrin)

D. PENYAKIT JANTUNG KORONER


1. Angina Pektoris Stabil
Nyeri karena iskemia miokardium
Karakteristik nyeri:
a. lokasi: dada kiri, substernal, penjalaran ke leher, rahang, bahu-lengan kiri,
punggung kiri.
b. kualitas: nyeri tumpul, seperti tertindih/berat/terbakar di dada, rasa desakan dari
dalam atau dari bawah diafragma, seperti diremas-remas, kadang mual-muntah,
dan biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin dan sesak napas.
Nyeri berhubungan dengan aktivitas, berkurang dengan istirahat, tidak
berhubungan dengan gerakan pernapasan atau gerakan dada ke kiri dan ke
kanan. *bila tidak berkurang dengan istirahat pertimbangkan ACS (acute
coronary syndrome)
6

c. kuantitas: berlangsung dari beberapa menit sampai <20 menit. * bila > 20 menit
pertimbangkan ACS
Pemeriksaan penunjang: EKG, treadmill test , ekokardiografi, angiografi koroner
Terapi: nitrat, antiplatelet (low dose aspirin, klopidogrel), beta blocker , CCB, ACEinhibitor (menghambat remodelling), oksigen dan istirahat saat serangan, terapi
faktor risiko (target LDL: <100 mg/dL, perbaiki gaya hidup, penurunan BB pada
obesitas), reperfusi miokardium.
2. Acute Coronary Syndrome (ACS)
Patofisiologi: Ruptur plak
Klinis ACS : pasien dengan angina yang cukup berat dan frekuensi yang cukup
sering, atau makin bertambah berat, berlangsung >20 menit, atau serangan angina
saat istirahat
Penegakan diagnosis: Klinis, EKG, Enzim jantung
Terapi awal: 1. Oksigen 2. Nitrat (ISDN atau nitrogliserin) 3. Morfin 4. Aspirin
ACS meliputi:

Catatan:

*trombolitik : Tidak dianjurkan bila onset >12jam.


**khusus pada infark miokard ventrikel kanan (DVS, hipotensi, clear lung)
tatalaksana untuk mempertahankan preload ventrikel kanan dengan pemberian
cairan. Sebaiknya hindari penggunaan nitrat dan diuretik.
Menentukan segmen jantung yang bermasalah:

B
a
gi
a
n
J
a
nt
u
n

Le
ad
pa
da
E
K
G

Pembuluh
darah yang
oklusi

A
nt
er
os
e
pt
al

V1
V3

LAD

A
nt
er
io
r

V1
V4

LAD

A
nt
er
io
r
E
ks
te
ns
if

V1
V6
V1
V6
, I,
aV
L

LCA
proksimal

A
nt
er
ol
at
er
al

V5
V6
, I,
aV
L

LCx

In
fe
ri
or

II,I
II,
aV
F

RCA

V
e
nt
ri
k
el
k
a
n
a
n

V4
R,
V5
R,
V6
R

RCA

V7

RCA
8

os
te
ri
or

V9

Diagnosis Banding: Diseksi Aorta, perikarditis, pleuritis, ulkus peptikum, ulkus


duodenum, GERD, nyeri otot dinding dada, serangan panik.

Diseksi Aorta
Robeknya lapisan tunika intima aorta sehingga terbentuk koneksi antara lapisan
media dan lumen aorta
Gejala: 1) nyeri seperti dirobek, bisa timbul di dada atau mulai dari daerah
restrosternal menjalar ke punggung, khususnya pada diseksi distal, ke leher dan
rahang, nyeri di abdomen bila diseksi di aorta abdominal; 2) sinkop; 3) dispneu
dan hemoptisis (bila diseksi ruptur ke pleura atau bila terjadi obstruksi trakeal
dan bronkial)
Tanda: 1) syok (25% penderita); 2) nadi hilang atau terlambat; 3) tanda
regurgitasi aorta; 4) tanda-tanda tamponade jantung (akibat hemoperikardium);
5) perbedaan tekanan antar lengan >20 mmHg
Pemeriksaan tambahan: EKG dan enzim jantung(singkirkan infark), foto thorax
(pelebaran mediastinum), Ekokardigrafi, CT angiografi (pemeriksaan definitif)
Terapi: stabilkan tanda vital, manajemen nyeri, intervensi bedah

E. ARITMIA
1. Aritmia:
irama yang bukan berasal dari nodus SA
irama yang tidak teratur
frekuensi kurang dari 60x/menit atau lebih dari 100x/menit
adanya hambatan impuls supra atau intra ventrikuler
2. Aritmia yang sering dijumpai:
a. Atrial Fibrilasi (AF)
Klinis: palpitasi, dispnea, irama jantung tidak teratur, defisit pulsus. Biasanya ada
riwayat penyakit jantung katup, penyakit jantung iskemik, gagal jantung,
tirotoksikosis.
EKG: jarak R-R tidak teratur

Pengobatan:
1) obati faktor pencetus
2) kembalikan irama AF ke sinus: obat antiaritmia (sulfas kinidin atau
amiodaron). Pada gangguan hemodinamik: kardioversi elektrik
3) kontrol laju ventrikel: digoksin, BB atau CCB (verapamil, diltiazem)
4) cegah tromboemboli dengan antikoagulan oral (warfarin)
Komplikasi: tromboemboli dan gagal jantung kongestif
b. Atrial Flutter
9

EKG:
gelombang P seperti gigi gergaji
frekuensi atrial 250-350x/menit
frekuensi ventrikel umumnya adalah setengahnya frekuensi atrium (blok 2:1
di nodus AV) atau blok 3:1, atau blok 4:1

Penanganan: sama seperti AF, yang paling efektif : kardioversi


c. SVT
EKG:
HR takikardia (150-250x/menit), regular
Kompleks QRS normal
Gelombang P selalu tertanam dalam kompleks QRS

Penanganan:
Hemodinamik stabil: vagal manuever (carotid sinus massage, valsava
manuever), verapamil, adenosin (pada tempat yang memiliki fasilitas
resusitasi) atau amiodaron. Bila tidak respon: ablasi
Gangguan hemodinamik: kardioversi 10-50 J
d. Ventricular Extrasystole (VES)
EKG:
Ada kompleks QRS yang tidak didahului gelombang P dengan kompleks QRS
lebar.
Terdapat pause kompensasi penuh (interval antara gelombang P irama dasar
sebelum VES dengan setelah VES adalah 2 kali irama dasar)

Penanganan: VES yang timbul sesekali biasanya tidak menimbulkan gejala dan
tidak perlu diterapi. Cukup dengan menghindari faktor presipitasi spt rokok, kopi,
alkohol. Bila ada penyakit penyerta spt HT, PJK, gagal jantung, terapi penyakit
penyerta.
e. Ventricular Tachycardia (VT)
Merupakan VES berturut-turut.
EKG:
Takikardi, reguler
Kompleks QRS lebar
10

Penanganan:
VT tanpa nadi defibrilasi
VT dengan nadi kardioversi
Torsade de pointes (EKG: seperti tali diplintir) MgSO4 IV atau lidocaine IV

f. Ventricular Fibrilation (VF)


merupakan penyebab utama kematian mendadak.
EKG: gelombang P, kompleks QRS, dan segmen ST tidak beraturan

Penanganan: defibrilasi (ikut algoritme pulseless arrest)

11

12

F. DEMAM REUMATIK (DR) DAN PENYAKIT JANTUNG


REUMATIK (PJR)

DR : penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang digolongkan pada kelainan


kolagen atau kelainan jaringan ikat
PJR: kelainan jantung akibat DR
Penyebab: reaksi inflamasi tubuh terhadap infeksi Streptokokkus Grup-A (SGA)
beta hemolitikus

Tatalaksana:
a. Bed rest dan mobilisasi bertahap.
b. Profilaksis terhadap SGA dengan pemberian Benzatin penicillin secara IM. uta
c. Anti inflamasi: salisil atau kortikosteroid, sesuai klinis.

Kelompo
k klinis

Karditis
(-)

Artritis(+)

Karditis
(+)

Kardiome
gali(-)

Karditis
(+)

Kardiome
gali (+)

Karditis
(+)

Gagal

Tira
h baring
(minggu)

Mobilisasi
bertahap (minggu)

>6

>12

Pengobatan

Salisilat
100mg/kg/hari selama
2 minggu dan
selanjutnya 75
mg/kg/hari selama 4-6
minggu

Prednison 2
mg/kg/hari selama 2
minggu, dan di
tappering off selama 2
minggu, selanjutnya
salisilat 75 mg/kg/hari
mulai minggu ke-3
13

jantung (+)

selama 6 minggu

G. ENDOKARDITIS

Endokarditis infektif: Infeksi pada endokardium, biasanya mengenai katup, yang


sering mengalami gangguan atau diganti dengan katup buatan.
Lesi khas berupa vegetasi: massa yang terdiri dari platelet, fibrin, mikroorganisme
dan sel-sel inflamasi di endokardium.
Kriteria Duke:

Endokarditis Definite:

2 Kriteria Mayor
1 Kriteria Mayor + 3 kriteria Minor
5 Kriteria Minor
Temuan histologis: mikroorganisme ditemukan dengan kultur atau histologi
dalam vegetasi.
Tatalaksana : Penicillin selama 4-6 minggu

H. KELAINAN KATUP JANTUNG

14


1. Regurgitasi mitral
Etiologi: demam reumatik (tersering) dan non reumatik (degeneratif, endokarditis,
PJK, kongenital)

Diagnosis

A

MR ringan biasanya asimptomatik atau gejala minimal


selama bertahun-tahun.
Rasa cepat lelah
sesak napas ringan saat beraktivitas
Ortopnea, PND
Bising pansistolik di apeks, menjalar ke aksila
S1 melemah
S3 akibat pengisian yang cepat ke ventrikel kiri pada awal
diastol
EKG: P mitral, LAD, LVH, dapat disertai AF
Ekokardiografi
Foto toraks: pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri
Kateterisasi

Tatalaksana :
a. terapi awal bila timbul gejala : diuretik dan ACEI
b. operasi (sesuai indikasi)
c. antibiotik untuk pencegahan reaktivasi reuma dan endokarditis

2. Stenosis Mitral
Etiologi: demam reumatik (paling sering), kongenital, SLE.
Diagnosis

Pe
me
An
am
nes
is

Sebagian besar asimptomatik


Rasa cepat lelah
Sesak napas
Ortopnea, PND
hemoptisis
facies mitral
tanda-tanda CHF
15

rik
saa
n
Fis
is
Pe
me
rik
saa
n
pe
nu
nja
ng

iktus kordis teraba dengan letak yang bergeser


murmur mid diastolik di apeks , bergemuruh
(rumbling)
Opening snap
EKG: P mitral, bisa disertai AF
Ekokardiografi
Foto toraks: pembesaran atrium kiri, pelebaran arteri
pulmonal tanda CHF
Kateterisasi

Tatalaksana
a. Farmakologi : suportif dan simtomatik, serta pencegahan terhadap
infeksi/profilaksis rheuma (sampai usia 25 tahun, bila usia lebih 25 tahun
masih ada tanda reaktivasi, profilaksis lanjut selama 5 tahun).

b. Pencegahan embolisasi sistemik: antikoagulan (warfarin)


c. Intervensi (valvulotomi dengan dilatasi balon atau operasi seperti
rekonstruksi atau penggantian katup)

3. Regurgitasi Aorta
Etiologi: kelainan katup aorta (PJR, endokarditis, SLE), dan penyakit yang
menyebabkan dilatasi pangkal aorta (aneurisma aorta akibat hipertensi, sindrom
marfan, atau sifilis)
Diagnosis

A

P

Dapat asimptomatis
Dapat berkembang menjadi gejala yang gagal jantung spt
ortopnea, dan PND
Tekanan nadi yang lebar
pulsasi a.karotis yang terlihat (tanda Corrigan)
kepala terantuk-antuk mengikuti denyut (tanda de Musset)
denyut pada bantalan kuku (tanda Quinke)
Bising diastolik di sela iga 2 kanan
Bising diastolik di apeks, tabrakan antara regurgitasi aorta
yg besar dan aliran darah dari mitral (Bising austin flint)
EKG: LVH
Ekokardiografi
Foto toraks: pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri
Kateterisasi

Tatalaksana :
a. terapi bila timbul gejala gagal jantung : digitalis, diuretik, ACEI atau
CCB untuk menurunkan afterload
16

b. operasi (sesuai indikasi)


c. antibiotik untuk pencegahan reaktivasi reuma dan endokarditis

4. Stenosis Aorta
Etiologi: stenosis aorta kongenital, kalsifikasi pada katup aorta bikuspid
kongenital biasanya simptomatos pada dewasa muda,dan stenosis aorta kalsifikasi
biasanya pada usia 65 tahun ke atas, lebih dini pada penderita hiperkolesterolemia.
Diagnosis

A

angina pektoris (gejala tersering)


sesak saat beraktivitas
pusing atau sinkop saat aktivitas
Tekanan nadi menyempit
pulsus parvus et tardus (amplitudo berkurang dengan
puncak nadi yang terlambat)
Bising ejeksi sistolik (diamond shaped murmur systolic)
di linea parasternalis kanan (ICS2 kanan), dapat
menjalar sampai ke karotis
A2 melemah
paradoxical splitting dari S2
EKG: LVH
Ekokardiografi
Foto toraks: pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri
Kateterisasi

Tatalaksana :
a. terapi bila timbul gejala gagal jantung : digitalis, diuretik, ACEI atau
CCB untuk menurunkan afterload. Angina diterapi dengan nitrat
b. operasi, pada pasien dengan gejala harus segera dilakukan
c. antibiotik untuk pencegahan reaktivasi reuma dan endokarditis

I. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

ASIANOTIK
1. Atrial Septal Defect (ASD)
Manifestasi klinis
- asimptomatik
- bentuk tubuh tinggi, kurus, jari-jari panjang
- auskultasi: widely split and fixed S2,

murmur ejeksi sistolik di ICS 2 parasternal kiri


17

bising middiastolik ICS 4 parasternal kiri akibat aliran berlebih


melewati katup trikuspid (pada defek yang besar)

X-ray:

pembesaran atrium kanan dan ventrikel kanan


Tatalaksana
- operasi : bedah jantung terbuka
- Amplatzer Septal Occluder (ASO)

2. Ventricular Septal Defect (VSD)


tersering dijumpai, bisa menutup spontan
VSD aliran dari v.ki ke v.ka aliran darah ke paru bertambah
Manifestasi klinis
- defek kecil: bisa asimtomatis
- defek besar : sulit makan/minum karena cepat lelah atau sesak, sering batuk dan
radang saluran napas berulang lambat tumbuh
- auskultasi: murmur pansistolik di ICS 3-4 parasternal kiri, yang
menyebar sampai ke apeks
bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebih

X-ray:
- pembesaran ventrikel kiri (apeks tertanam)
- Gambaran vaskularisasi paru meningkat (pletora)
- a.pulmonalis menonjol
Tatalaksana
- operasi : VSD closure, pulmonary banding

3. Patent Ductus Arteriosus (PDA)


kejadian> pada prematur
Anatomi

pada fetus: ductus arteriosus menghubungkan a.pulmonal dengan aorta


descendens. Jika tidak menutup setelah lahir PDA
PDA aliran dari aorta ke a.pulmonal hipertensi pulmonal
Manifestasi klinis
- defek kecil: asimptomatik
- defek besar: sulit makan/minum karena cepat lelah atau sesak, sering batuk dan
radang saluran napas berulang lambat tumbuh
- tekanan nadi melebar
- thrill di ICS 2 kiri
- auskultasi: continous murmur di ICS 2 kiri, menjalar ke bawah klavikula kiri
X-ray:
- sama dengan VSD
Tatalaksana
- neonatus <10 hari: indometasin untuk menutup PDA
- bila tetap terbuka: operasi PDA (dengan ligasi atau pemotongan PDA) atau
umbrella duct occluder device.

4. Koarktasio Aorta
18

Adanya segmen hipoplastik dalam perkembangan aorta penyempitan aorta,


biasanya tepat di sebelah distal dari ujung a.subklavia sinistra.
Manifestasi klinis
pada anak kadang asimptomatis
pertumbuhan bagian kaudal terhambat
perbedaan tekanan darah ekstremitas atas dan bawah
denyut nadi femoralis melemah atau tidak teraba atau denyut radialisfemoralis tidak bersamaan
sianosis diferensial (sianosis ekstremitas bawah)
murmur sistolik akibat koarktasio
early presentation: CHF, late presentation: hipertensi
Diagnosis: klinis+echo, CT atau MRI
Tatalaksana: operasi

SIANOTIK

1. Tetralogy of Fallot (ToF)


Sindrom terdiri dari: Defek Septum Ventrikel, RVH,
Stenosis.
Manifestasi klinis
- biru pada mukosa mulut dan
kuku
- jari tabuh
- sesak napas
- gangguan pertumbuhan
- spell sianotik

Overriding aorta, Pulmonal

posisi knee-chest (squatting)


jarang gagal jantung(tertolong
o/adanya overriding aorta)
auskultasi: S2 keras, murmur
ejeksi sistolik

19

X-ray: boot shape, RVH, oligemia (gambaran pembuluh darah paru berkurang)
Tatalaksana
- paliatif: BT-shunt (membuat pirau antara a.subklavia dan a.pulmonal)
- koreksi total
- spel sianotik: emergency! O2, posisi knee-chest, morfin sulfat
2. Transposition of Great Artery (TGA)
Sirkulasi sistemik dan paru terpisah, dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila
ada komunikasi (mixing) antara kedua sirkulasi ini misalnya disertai ASD atau VSD
Manifestasi klinis
- sianosis
- sesak napas
- BBL bisa normal atau besar
- auskultasi: bising bervariasi, kadang tidak terdengar, kadang terdengar bising
pansistolik atau kontinyu.
X-ray: egg shape
Tatalaksana
paliatif: BT shunt
operasi: septostomi (ASD iatrogenik), arterial switch.
3. Sindrom Eisenmenger
Ditandai oleh hipertensi pulmonal ireversibel (dari aliran darah pulmonal yang
tinggi pada pirau kika) dengan pirau bolak-balik (dari kika menjadi ka ki)
Manifestasi klinis: perburukan gejala sesak napas, sianosis, clubbing
Tatalaksana: transplantasi jantung-paru
-

J. PENYAKIT PEMBULUH DARAH PERIFER

1. Penyakit Pembuluh Arteri


a. Angioorganopati (gangguan aliran darah akibat perubahan organis di dalam
pembuluh)
1) Penyakit oklusi pembuluh darah akut (karena trombosis atau emboli)
Emboli paling sering terjadi pada kelainan katup jantung, aritmia dengan
trombus di jantung kiri, dan infark miokard).
Trombosis arteri, 90% disebabkan karena ateriosklerosis, biasanya telah
terbentuk kolateral, sehingga keluhan tidak terlalu akut dan parah.
Klinis: 6P (pain tiba2, pallor, parestesia, paralisis, pulseless,
poikilotermia)
Terapi: trombolisis, meletakkan ektremitas yang sakit pada posisi yang lebih
rendah, analgetik, atasi syok bila terjadi.
2) Penyakit oklusi pembuluh darah kronis (aterosklerosis)
Keluhan: nyeri saat berjalan (klaudikasio intermitten), bila berat nyeri tetap
dapat berlangsung saat istirahat, nyeri bertambah bila ektremitas ditinggikan.
Tanda: lemah / hilangnya pulsasi di sebelah distal dari oklusi.
Terapi: minimalisir/hilangkan faktor risiko, vasodilator, immobilisasi dan
letakkan pada posisi yang lebih rendah, trombolisis.
- Penyakit Buerger/Tromboangiitis obliterans:

penyakit oklusi kronis pembuluh darah non-ateroskletrotik yang mengenai


arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Biasanya mengenai
pembuluh darah di ektremitas.
Faktor risiko: merokok.
Klinis: klaudikasio, nyeri saat istirahat, ulkus iskemik atau gangren yang
dimulai dari ujung jari, Fenomena Raynaud. Daerah iskemia sering berbatas
tegas yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku.
3) Penyakit Takayashu / Oclusive Thromboaortopathy
penyakit arteritis yang melibatkan aorta dan cabang utamanya.
umumnya 20-40 thn
Manifestasi Klinis: tahap awal: kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi, demam.
Fase lanjut: bruit pada pembuluh darah yang terkena, pusing, sakit kepala,
gangguan memori dan berpikir, gangguan penglihatan, hipertensi, perbedaan
tekanan sistolik antara kedua lengan (>10 mmHg), nadi sulit diraba,
klaudikasio.
b. Angioneuropati (gangguan fungsional aliran darah akibat gangguan regulasi
persarafan)
1) Sindrom Raynaud
Gangguan peredaran darah fungsional akibat konstriksi di ujung-ujung
pembuluh darah karena rangsangan dingin
Lebih umum pada
Gejala : awalnya pucat di bagian distal, diikuti rasa kesemutan/nyeri disertai
sianosis, dan selanjutnya fase hiperemia.
2. Penyakit pembuluh vena
- 1) Varikosis : pembuluh vena dilatasi dan tampak berkelok-kelok
- 2) Tromboflebitis:
dapat terjadi pada kehamilan, lebih sering pada masa nifas, imobilisasi (pasca
bedah), dan pada pasien dengan varises.
Klinis: suhu tubuh meningkat, edema, sulit bergerak dan nyeri hebat pada area
yang terkena, Terapi: elevasi, antibiotik, dan analgesik
- 3) Insufisiensi vena kronis:
gangguan fungsi sistem vena akibat inkompetensi katup vena dengan atau
tanpa obstruksi aliran vena.
Manifestasi klinis: kulit bersisisk pada tungkai, kulit berwarna kecoklatan di
dekat mata kaki, edema tungkai, kram, nyeri, dan varises.
Terapi: elevasi tungkai, stocking kompresi, skleroterapi, operasi.
4) Deep Vein Thrombosis (DVT) :
lebih sering terjadi pada vena ekstremitas
Klinis: kadang asimptomatik, bisa timbul nyeri, nyeri tekan, bengkak, hangat,
dan warna lebih pudar, biasanya unilateral, tanda homans (nyeri tekan pada
betis saat dorsofleksi kaki), pada tahap lanjut : flegmasia serulea dolens (kaki
nyeri sekali, berwarna biru tua dan hematom karena mulai terjadi nekrosis).
Terapi: antikoagulan, trombolitik, antitrombotik. Komplikasi: emboli paru
3. Penyakit Pembuluh Limfatik Perifer
1) Limfangitis
Klinis: tampak goresan merah tidak teratur di bawah kulit dari lengan atau
tungkai yang terinfeksi dan teraba hangat, KGB membesar dan teraba lunak,
demam
Terapi: antibiotik

2) Limfedema esensial dan kronis


Klinis: tahap awal pitting edema, tahap lanjut non pitting edema, tanda
Kaposi-stremmer (ketidakmampuan melipat kulit di dorsum pedis pada basis
jari kedua).
Jenis limfedema:
a) Limfedema primer: abnormalitas atau ketiadaan pembuluh limfe
kongenital
b) Limfedema sekunder : akibat terhambatnya aliran limfe dalam
pembuluh karena berbagai sebab seperti infeksi, pembentukan jaringan
parut, radiasi, namun yang paling sering terjadi setelah pengobatan
kanker terutama Ca. mammae (karena diseksi dan radiasi limfe nodi
aksilaris)
Terapi: elevasi, kompresi (stoking), drainase limfa manual, operasi. Diuretik
tidak membantu.
Perbedaan antara Peripheral Arterial Disease dan Deep Vein
Thrombosis
PAD
DVT
Teraba dingin di bagian Teraba hangat pada area
distal
yang terkena
Tidak bengkak, terjadi Bengkak pada tungkai,
atrofi kaki, terdapat luka pada kaki biasanya unilateral
yang sulit sembuh/gangren
Klaudikasio
intermitten Nyeri pada kaki
ditandai dengan nyeri saat berjalan,
kelemahan, rasa tidak nyaman,
kram, baal/kesemutan
-

Anda mungkin juga menyukai