TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyakit menular.
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang
ditularkan atau ditrasmisikan kepada pejamu atau host yang rentan
(Notoatmjo, 2003).
perhatian
umum
dan
mungkin
menimbulkan
b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di
suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun
sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut.
c. Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita-penderita
baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama.
d. Case fatality rate dari suatu penyakit menular tertentu dalam suatu
kurun waktu
ii.
3. Wabah
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka sesuai undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit menular (Notoatmojo, 2003).
4. Program Pencegahan
Program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular tidak
menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan
menberikan kekebalan kepada
10
data/informasi
kesakitan/kematian
dan
melalui
penyebarannya
pengamatan
serta
terhadap
faktor-faktor
yang
11
12
dengan penyakit dasar atau keadaan lain, sedangkan diare kronis adalah
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, hilang timbul, yang biasa di
hubungkan dengan infeksi (Setia, 2006; Sudoyo dkk., 2010).
2. Epidemiologi
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang. Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta balita
meninggal karena diare. Hal ini menempatkan diare pada peringkat kedua
penyebab kematian. Delapan dari sepuluh kematian akibat diare terjadi
pada dua tahun pertama kehidupan (Depkes RI, 2005).
3. Etiopatogenesis
Penyebab diare dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Infeksi
-
Enteral
13
Tabel 2.1. Patogen yang paling sering ditemukan pada anak diare di negara berkembang
(Edi S, 1999; Depkes RI, 1999; Sudoyo dkk., 2010).
Jenis pathogen
Spesies pathogen
Persentase kasus
Virus
Rotavirus
15-25
Bakteri
Eschericia coli enterotoksigenik
10-20
Shigella
5-15
Campylobacter jedesember
10-15
Vibrio cholera
5-10
Salmonella (non-typi)
1-5
Escherichia coli enteropatogenik
1-5
Protozoa
Cryptosporidium
5-15
Tidak terdapat
20-30
pathogen
Parenteral
Diare dapat disebabkan oleh kuman penyebab otitis media akut,
pneumonia, travelers diarrhea, maupun intoksikasi kuman. Makanan
intoksikasi yang dimaksud dapat berupa makanan yang mengandung
toksin Clostridium perfringens, Bacillus cereu, ataupun beberapa
logam berat. Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa,
malabsobsi (Edi S, 1999; Sudoyo dkk., 2010).
b. Imunodefisiensi
kondisi
imunodefisiensi
berupa
hipogammaglobulinemia
dan
14
15
diare tercantum pada Tabel 2.2. (Candra dkk., 2005; Sudoyo dkk., 2010;
Depkes RI, 2011).
Tabel 2.2 Hubungan karakteristik tinja dengan sumber diare (Candra dkk., 2005; Sudoyo
dkk., 2010)
Karakter feses
Usus halus
Usus besar
Keadaan umum
Cair
Berdarah/ mukoid
Volume
Besar
Kecil
Darah
Biasanya positif tapi tak kasat Biasanya terlihat secara kasat
mata
mata
Keasaman
< 5,5
> 5,5
Test reduksi
Dapat positif
Negatif
Sel darah putih
< 5 /lapang pandang besar
>10/ lapang pandang besar
Normal
Dapat leukositosis
Organisme
Virus :
Bakteri invasif :
Rotavirus
E colli
Adenovirus
Shigella sp
Calicivirus
Salmonella sp
Astrovirus
Campylobacter sp
Yersinia sp
Bakteri entero toksik
Aeromonas sp
E colli
Plesiominas sp
Clostridium perfringens
Cholera sp
Bakteri toksik :
Vibrio sp
Clostridium difficile
Parasit :
Giardia sp
Cryptosporidium sp
Parasit :
Entamoeba organisme
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan
dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini:
a. Pemeriksaan darah tepi: kadar hemoglobin, hematokrit, hitung
leukosit, hitung differensial leukosit. Penting untuk mengetahui berat
ringannya hemokosentrasi darah, dan respons leukosit, contohnya
pada diare karena Salmonella dapat terjadi neutropenia. Pada diare
karena kuman yang bersifat invasif dapat terjadi shift to left.
16
dipertimbangkan
karena
ada
kemungkinan
diare
17
7. Tatalaksana
a. Tatalaksana Diare Secara Umum
Pada umumnya diare merupakan penyakit swasirna sehingga
dibutuhkan terapi suportif yang dibagi menjadi : tatalaksana penderita
diare di rumah, tatalaksana di sarana pelayanan kesehatan dan
tatalaksana lanjut (Sudoyo dkk., 2010; Depkes RI, 2011).
18
Ada darah dalam tinja (Sudoyo dkk., 2010; Depkes RI, 2011).
19
20
ii.
iii.
Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan gejala dan tanda klinis (Sudoyo dkk.,
2010)
Klasifikasi
Gejala atau tanda
Dehidrasi berat
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
Letargi / tidak sadar
Sunken eyes
Tidak dapat minum atau sulit minum
Skin pinch sangat lambat kembali (> 2detik)
Dehidrasi sedang
Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
21
Dehidrasi ringan
Rewel
Sunken eyes
Terlihat kehausan
Skin pinch lambat kembali
Tidak cukup tanda-tanda untuk mengklasifikasikannya sebagai
dehidrasi sedang atau berat
Tabel 2.4. Rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi (Sudoyo dkk., 2010).
Usia
Jumlah cairan yang diberikan setiap buang air besar
< 1 tahun
50-100 ml
1-5 tahun
100-200 ml
>5 tahun
200-300 ml
Dewasa
300-400 ml
Tabel 2.5. Rencana terapi B untuk penderita diare ringan dan diare sedang
(Sudoyo dkk., 2010; Depkes RI, 2011)
Usia
Jumlah oralit
< 1 tahun
300 ml
1-5 tahun
600 ml
>5 tahun
1200 ml
Dewasa
2400 ml
22
berat
sebenarnya
adalah
jalur
intravena,
karena
Tabel 2.6. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat
(Depkes RI, 2011)
Umur
Pemberian 30 ml/kgBB
Pemberian 70 ml/kg BB
dalam
dalam
Bayi < 12 bulan
1 jam
5 jam
Anak >12 tahun
1 jam
3 jam
23
Cairan rehidrasi oral yang tersedia di pasaran dalam bentuk oralit yang
dikemas dalam bentuk serbuk. Terdapat 2 jenis kemasan serbuk oralit,
satu larutan yang diencerkan dengan larutan 200 cc, dan satu lagi
dengan 1 liter. Jika tidak tersedia oralit dapat diberikan cairan rumah
tangga berupa air tajin, sup, dan larutan gula dan garam (Sudoyo dkk.,
2010; Depkes RI, 2011).
Tabel 2.7. Komposisi cairan rehidrasi oral WHO 2006 (Depkes RI, 2011)
Kandungan
Gram/liter
%
Kandungan
Sodium klorida
2,6
12,683
sodium
Glukosa
13,5
65,854
Klorida
Potasium klorida
1,5
7,317
Glukosa
Trisodium sitrat dihidrat
2,9
14,146
Potassium
Sitrat
Total
20,5
100,00
Osmolaritas total
Liter
75
65
75
20
10
245
24
meningkatkan
pengetahuan,
kesadaran,
kemauan,
dan
ii.
iii.
25
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
Imunisasi campak
26
27
Pelaksanaan
P2D
di
Puskesmas
kecamatan
maupun
kelurahan
28