Anda di halaman 1dari 2

Kesehatan gigi merupakan salah satu masalah yang prevelensinya masih sangat tinggi.

Dari data epidemiologi yang tersedia dari berbagai negara menunjukkan bahwa ada
peningkatan dalam prevalensi karies gigi (Bagramian,2009). Di dunia, hampir 100% orang
dewasa mengalami kerusakan gigi. (who.2012). Di Indonesia Sebanyak 14 provinsi mempunyai
prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional yaitu 25,9. Dan bila dilihat dari nilai
DMF-T , ada sebanyak 15 provinsi di Indonesia yang memiliki prevelensi diatas prevelensi
nasional yaitu 4,6. Jawa timur sendiri menduduki peringkat ke 10 terbanyak pada Prevalensi
penduduk yang bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sesuai effective medical
demand di Indonesia tahun 2013. (riskesda 2013)
Dari seluruh penduduk Indonesia kelompok utama yang terserang karies gigi adalah
kelompok usia 614 tahun dengan indeks DMF-t 2,21 (Sardjono dan Heriandi, 2002). Menurut
World Health Organization (WHO) di dunia, 60 - 90% dari anak usia sekolah mengalami
kerusakan gigi. Menurut Data Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember (2009) menyebutkan bahwa banyaknya anak sekolah dasar yang dirawat di
puskesmas akibat kerusakan gigi yaitu sebesar 41,38%.
Tingginya angka kerusakan gigi tersebut disebabkan oleh kurangnya tindakan
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik dan benar. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Chrisdwianto di SD Eben Haezar 02 Manado , diperoleh gambaran hanya
setengah dari subjek penelitian (51,3%) melakukan tindakan pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut secara benar. (Chrisdwianto. 2013) Kebiasaan benar menyikat gigi penduduk Indonesia
hanya 2,3 %. Penduduk umur 10-14 tahun hanya sebesar 1,7 % yang menyikat gigi dengan
benar. (riskesda 2013). Oleh karena itu diperlukan perbaikan perilaku menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku menjaga kebersihan
gigi dan mulut adalah dengan penyuluhan.
Usia anak anak cenderung mudah jenuh dan lebih suka bermain daripada
belajar.sehingga sangat sulit melakukan penyuluhan yang efektif pada anak-anak.
konsep pendidikan yang paling sesuai pada masa ini adalah konsep pendidikan
yang dipadukan dengan bermain .bermain merupakan sarana edukasi yang penting
dalam mengeksplorasi otak.Dibutuhkan suatu metode belajar dan bermain yang
menggunakan alat peraga sehingga dapat menarik perhatian anak dan dapat
dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang efektif . selain itu penggunaan
alat peraga (media) dapat meningkatkan daya serap penerimanya (Khomsan 2000).

Salah satu sarana edukasi yang sesuai dengan konsep menyenangkan adalah
melalui buku cerita bergambar. Pesan yang ingin disampaikan dalam buku cerita
bergambar divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar dan alur cerita yang
menarik. Gambar, sebagai salah satu media komunikasi, melengkapi bahasa lisan
dan tulisan dalam menjelaskan keberadaan suatu obyek. Gambar merupakan media
yang

efektif

untuk mengungkapkan gagasan

Kesinambungan

antara

gambar

dengan

alur

karena lebih
cerita

yang

mudah dicerna.
menarik

dapat

menstimulasi otak anak untuk menerima pesan dan mengingatnya dengan baik.
Menurut Contento (2007), penggunaan warna-warna dan gambar juga dapat
meningkatkan motivasi anak dalam menerima pesan.

Anda mungkin juga menyukai