Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan yang spesialistik,
namun tetap dilakukan secara holistik pada saat melakukan asuhan keperawatan
klien. Berbagai terapi keperawatan yang dikembangkan difokuskan pada klien
secara individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas.
Klien yang dirawat di rumah di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya
dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak
mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan
dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam,
menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari-hari perawatan dilalui dengan makan, minum
obat, dan tidur.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai media
untuk berinteraksi. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih
perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini yaitu tujuan
terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi : 1) Menggunakan
kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, 2) mendorong sosialisasi dengan
lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), 3)meningkatkan stimulus realitas
dan respon individu, 4) memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif,
5) meningkatkan rasa dimiliki, 6) meningkatkan rasa percaya diri, 7) belajar cara
baru dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi
1) meningkatkan kemampuan untuk ekpresi diri, 2) meningkatkan kemampuan
empati, 3) meningkatkan keterampilan sosial, 4) meningkatkan pola penyelesaian
masalah.
Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien
yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah : 1) aspek emosi, seperti gelisah,
curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan,
merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan cemas,
menyendiri, menghindar dari orang lain, 2) aspek intelektual, klien tidak ada
1

inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab seperlunya,


jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat, 3) aspek sosial, klien sudah
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan
bersedia mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal dengan satu
perawat lain ke satu klien lain.
Ruang Parkit merupakan ruang perawatan klien dengan gangguan atau
penyakit jiwa pada klien pria dewasa. Dari data yang ada lebih dari 50% adalah
klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi. Sehubungan dengan
hal tersebut kami kelompok I mahasiswa Akper Panti Waluya Malang Prodi D III
Keperawatan tertarik untuk melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi: halusinasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien mampu menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat.
b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori TAK
2

1. Definisi
Terapi aktifitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukann
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Iyus, 2009). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek
keperawatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal
yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Purwaningsih,
2009).
2. Sasaran dan Keanggotaan
Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang
memiliki masalah yang sama. Dalam psikoterapi yang intensif kelompok yang
heterogen lebih menguntungkan dimana anggotanya terdiri dari berbagai
macam kelompok umur, jenis kelamin dan kepribadian. Sedangkan kelompok
psikoterapi yang lain adalah kelompok homogen yang anggotanya mempunyai
kebiasaan yang sama misalnya alcoholism, homosexual, ada kecenderungan
setiap anggota mendiskusikan masalah yang sama atau mendukung anggota
lainnya.

Keanggotaan

sebuah

terapi

kelompok

mempunyai

beberapa

persyaratan.
3. Bentuk-Bentuk Terapi Aktifitas Kelompok
Menurut Keliat, 2004, terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
1) Terapi aktifitas kelompok Stimulasi Kognitif atau persepsi.
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan dalam setiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan responden
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang dipersiapkan:
membaca artikel/majalah/buku/puisi, mmenonton acara TV (Keliat, 2004).

2) Terapi Aktivitas Kelompok Sensori


Aktifitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara non verbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).
3

Biasanya klien tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan


terstimulasi emosi dan perasaannya serta menampilkan respon. Aktifitas
yang digunakan sebagai stimulus adalah musik, seni, menyanyi, dan
menari.
3) Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Realita
Klien dioreantasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien.
Demikian pula pada oreantasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana
kedepan. Aktifitas dapat berupa: oreantasi orang, waktu, tempat, benda
yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata (Keliat, 2004).
4) Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan masa. Aktifitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok (Keliat, 2004).
B. Persiapan
1. Analisa situasi meliputi :
a) waktu pelaksanaan,
b) jumlah perawat,
c) pembagian tugas perawat,
d) alat bantu yang dipakai dan
e) persiapan ruangan.
2. Uraian tugas perawat (therapist):
a. Leader dan Co-Leader
Bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok untuk menetapkan
tujuan dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota kelompok
mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan
kelompok dan membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara
dinamis.
b. Fasilitator
Bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain agar
dapat mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok.
c. Observer

Bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya aktivitas


therapi, peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta yang drop out
(tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai).
3. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi prilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat.
b. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari serta
kemungkinan dilakukan therapi kelompok pada klien tersebut dengan
perawat ruangan.
c. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan
dilakukan.
4. Program antisipasi masalah
Suatu intervensi keperawatan yang dilakukan dalam mengantisipasi
keadaan yang bersifat darurat atau emergensi yang dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan kegiatan therapi aktivitas kelompok.

BAB III
PENATALAKSANAAN
A.

Kegiatan
1. Kegiatan TAK
a. Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing
dipimpin oleh leader. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam
kelompok.
5

b. Kegiatan
Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan dengan
pasangan, melakukan perkenalan di depan kelompok, melakukan perintah
permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari kelompok.
c. Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan
perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan
d. Terminasi atau Penutup
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien
menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.
2. Kriteria Peserta
Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK di ruang Parkit RSJ Lawang :
a. Klien halusinasi yang belum bisa mengkonrol halusinasinya
b. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
c. Ketika akan mengikuti TAK, klien dalam kondisi tenang dan tidak beresiko
membahayakan lingkungan sekitar
d. Cukup kooperatif dalam komunikasi
3. Peserta :
1) Bapak Stevanus
2) Bapak Moch. Purwanto
3) Bapak Andri Yuwono
4) Bapak Tumper
5) Bapak Munib
6) Bapak Mulyanto
7) Bapak Andri Mulyotanto
8) Bapak Mudhofir
9) Bapak Supryadi
4. Masalah Keperawatan
a. Halusinasi
5. Persiapan
1. Sesi 1 : Mengenal Halusinasi
a) Waktu Pelaksanaan
Hari/waktu
: Jumat /18 Oktober 2013
Waktu
: 09.30
6

Alokasi waktu : lama kegiatan 45 menit


b) Jumlah Perawat
Mahasiswa
: 5 orang
Perawat Ruangan : 1 orang
c) Pembagian Tugas
Leader
: Yudi Eko
Co-Leader
:Juwita
Observer
: Gresia M.
Fasilitator
: Putri Ika, Hildegardis
d) Tujuan
1. Klien dapat mengenal halusinasi.
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi.
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
e) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Tempat tenang dan nyaman.
f) Alat
1. Spidol & bolpoin.
2. Kertas Folio.
g) Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Bermain peran atau stimulus.
h) Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan
perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1 Salam dari terapis kepada klien.
2 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama).
b. Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu mengenal suara-suara yang di dengar.
2 Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
7

1. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu


mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat
terjadi.
2. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada
saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan,
secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya
tulis di whiteboard.
3. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
4. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien
dari suara yang biasa didengar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
2. Sesi 2: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
a) Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Jumat/18 Oktober 2013
Waktu
: 16.30
Alokasi Waktu : lama kegiatan 45 menit
b) Jumlah Perawat
Mahasiswa
: 5 orang
Perawat Ruangan : 1 orang
c) Pembagian Tugas
Leader
: Juwita
Co-Leader
: Yudi Eko
Observer
: Hildegardis
Fasilitator
: Gresia M dan Putri Iga
d) Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
e) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
8

2. Tempat tenang dan nyaman.


f) Alat
1. Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart.
g) Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Bermain peran atau stimulus.
h) Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi atau validasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi,
c.

waktu, situasi dan perasaan.


Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu dengan latihan satu
cara mengontrol halusinasi.
2. Terapis menjelaskan aturan main yaitu:
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

minta izin kepada terapis.


b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua klien mendapat giliran.
b. Beri pujian pada klien selesai bercerita.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu pergi
jangan ganggu saya, saya mau bercakap-cakap dengan .. .
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis
berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapat
giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik
halusinasi.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
9

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.


2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
2. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya.
3. Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
a) Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal
: Sabtu/19 Oktober 2013
Waktu
: 09.30
Alokasi waktu : Lama Kegiatan 45 menit
b) Jumlah Perawat
Mahasiswa
: 5 orang
Perawat ruangan : 1 orang
c) Pembagian tugas
Leader
Co-Leader
Observer
Fasilitator
d) Tujuan:
1. Klien dapat

: Gresia
: Hilde
: Putri
: Juwita Dan Yudi
memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk

mencegah munculnya halusinasi.


2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
e) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Tempat tenang dan nyaman.
f) Alat
1. Jadwal kegiatan klien.
2. Pulpen.
3. Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart.
g) Metode:
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Bermain peran atau stimulus dan latihan.
h) Langkah kegiatan:
a) Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 2
10

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.


b) Orientasi
1. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
2. Evaluasi atau validasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang telah
dipelajari.
3. Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghardik halusinasi.
3. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2. Terapis menjelaskan aturan main yaitu:
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua klien mendapat giliran.
b. Beri pujian pada klien selesai bercerita.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang ada.
d. Terapis menyebutkan kegiatan yang ada sehari-hari.
e. Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan kegiatan
sehari-hari.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai menyebutkan kegiatan yang ada.
d) Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun
jadwal kegiatan dan memperagakannya.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
11

2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK


berikutnya.
4. Sesi 4: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap
a) Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal
: Sabtu/19 Oktober 2013
Waktu
: 16.30
Alokasi waktu
: Lama kegiatan 45 menit
b) Jumlah Perawat
Mahasiswa
: 5 orang
Perawat ruangan
: 1 orang
c) Pembagian tugas
Leader
: Putri
Co-Leader
: Yudi Eko
Observer
: Hilde
Fasilitator
: Gresia dan Juwita
d) Tujuan :
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mencegah munculnya halusinasi.
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
halusinasi.
e) Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
f) Alat
1. Spidol dan whiteboard/ papan tulis
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.
g) Metode
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran atau stimulasi
h) Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
1. Mengingatkan dengan klien yang telah mengikuti sesi
2. Terapis membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
2. Evaluasi atau validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara
yang telah dipelajari (menghardik,menyibukan diri dengan
kegiatan terarah) untuk mencegah halusinasi
3. Kontrak

12

a. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi


dengan bercakap-cakap.
b. Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
1. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
2. Lama kegiatan 45 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiaan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
2. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan
bisa diajak bercakap-cakap.
3. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan
yang biasa dan bisa dilakukan
4. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul Suster ada suara di telinga saya, saya mau ngobrol saja
dengan suster atau Suster saya mau ngobrol tentang kapan saya
boleh pulang
5. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan
orang di sebelahnya.
6. Berikan puian atas keberhasilan klien
7. Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengkut TAK
b. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang mudah
dilatih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien meggunakan tiga cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, melakukan kegiaan, dan bercakap-cakap.
3. Kontrak yang akan datang
a. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
kepatuhan minum obat.
b. Terapis menyepakati waktu dan tempat.
5. Sesi 5 : Mengkontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
a) Waktu pelaksanaan
Hari/tanggal
: Minggu/20 Oktober 2013
Waktu
: 09.30
13

Alokasi Waktu : Lama Kegiatan 45 menit


b) Jumlah Perawat
Mahasiswa
: 5 Orang
Perawat Ruangan
: 1 orang
c) Pembagian Tugas
Leader
: Hilde
Co-Leader
: Gresia
Observer
: Juwita
Fasilitator
: Putri Dan Yudi Eko
d) Tujuan
1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2. Klien memahami akibat tidak pauh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat
e) Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
f) Alat
1. Spidol dan whitboard
2. Jadwal kegiatan harian
3. Beberapa contoh obat
g) Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Melengkapi jadwal harian
h) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan dengan klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi atau validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara
yang telah dipelajari (menghardik,menyibukan diri dengan
kegiatan terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi
2.

dengan bercakap-cakap.
Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada terapis


b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiaan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja

14

1.

Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu


mencegah kambuh karena obat member perasaan tenang, dan

2.

memperlambat kambuh
Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu

3.

penyebab kambuh
Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan

4.

dan waktu memakannya.


Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara

5.

minum obat, dan benar dosis


Meminta klien menyebutkan lima benar cara minum obat,

6.
7.
8.
9.

secara bergiliran.
Berikan pujian pada klien yang benar
Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat
Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu

cara mencegah halusinasi kambuh


10. Menjelaskan akibat atau kerugian tidak patuh minum obat,
yaitu kejadian halusinasi atau kambuh
11. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum
obat dan kerugian tidak patuh minum obat
12. Memberi pujian tiap klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengkut TAK
2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien meggunakan empat cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, melakukan kegiaan, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk
mengkontrol halusianasi
2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
1. Sesi 1: Mengenal Halusinasi
a. Evaluasi

15

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada


tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya
halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan klien pada saat
terjadinya halusinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 1: TAK
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan mengenal halusinasi
No Nama klien

Menyebut

Waktu

Situasi

Perasaan

isi

Terjadinya

Terjadinya

Klien Pada

halusinasi

Halusinasi

Halusinasi

Saat
Terjadinya
Halusinasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu,
situasi, dan perasaan. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda (x) jika klien
tidak mampu.
b. Dokumentasi

16

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada


catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi Sesi 1. Klien mampu meyebutkan isi
halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika
sedang

sendiri),

perasaan

(kesal

dan

geram).

Anjurkan

klien

mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada


perawat.
2. Sesi 2: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan
yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik. Formulir
evaluasi sebagai berikut:

17

Sesi 2: TAK
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan menghardik halusinasi

Aspek yang di nilai

No

Menyebutkan

Menyebutkan

Menyebutka

Memperagaka

cara yang selama

efektifan cara

n cara

n menghardik
halusinasi

Nama

ini digunakan

mengatasi

klien

mengatasi

halusinasi

halusinasi

dengan
menghardik

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda
(x) jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi

18

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada


catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi
muncul, khususnya pada malam hari (buat jadwal).
3. Sesi 3: Mengontrol Halusinasi Dengan Melakukan Kegiatan
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan
yang diharapkan adalah klien melakukan kegiatan harian. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 3: TAK
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
Aspek yang di nilai
Menyebutkan Memperagakan
kegiatan
No

Menyusun

Menyebutkan

kegiatan yang

jadwal

dua cara

Nama

yang biasa

biasa

kegiatan

mengkontrol

klien

dilakukan

dilakukan

harian

dan mencegah
halusinasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
19

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda (x)
jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi
muncul, khususnya pada malam hari (buat jadwal).

20

21

4. Sesi 4 :Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, kemampuan yang
diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Formulir
evaluasi sebagai berikut :
Sesi 4: TAK
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
Aspek yang di nilai
Menyebutkan Memperagakan
orang yang
No

Nama

bisa diajak

klien

bicara

percakapan

Menyusun

Menyebutkan

jadwal

tiga cara

percakapan

mengkontrol
dan mencegah
halusinasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Petunjuk
2. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
3. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang biasa diajak
bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal percakapan, menyebutkan
tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda () jika klien mampu, dan tanda (x)
jika klien tidak mampu.
22

4. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuasn yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi halusinasi Sesi 4. Klien belum mampu secara lancer
bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan
perawat dank lien lain di ruang rawat
5. Sesi 5 : kemampuan patuh minum obat unuk mencegah halusinasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi. Sesi 5,
kemampuan klien yang diharapkan adalah menyebutkan 5 benar minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak pauh minum obat. Formulir
evaluasi sebagai berikut :
Sesi 5: TAK
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan patuh minum obat unuk mencegah halusinasi
No Nama klien

Menyebutkan
benar minum obat

5 Menyebutkan

Menyebutkan

keuntungan

tidak

patuh

minum obat

minum obat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Petunjuk :
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
23

2) Untuk tiap klien, beri penilaian tntang kemampuan menyebutkan lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri
tanda jika klien mampu () dan tanda (x) jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi
persepsi halusinasi. Klien mampu menyebutkan 5 benar cara minum obat ,
manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh).
Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

7. Setting Tempat
K
K

K
K

Keterangan :

Co.
L

24

: Klien

: Fasilitator

Co.
L

: Co. Leader

: Observer

: Leader

DAFTAR PUSTAKA
Iyus, Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta : EGC.
Purwaningsih dan Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dilengkapi Terapi
Modalitas dan Standard Operating Procedure (SOP). Jakarta : Nuha Medika
Press.

25

Anda mungkin juga menyukai