LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS EKSTERNA
A. Definisi
Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang
disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas
yaitu rasa tidak enak diliang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan
kecenderungan untuk kekambuhan.
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini
tap menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada
daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut
sebagai telinga perenang (swimmers ear).
Otitis Eksterna adalah radang telinga eksterna. (Kamus saku
Kedokteran DORLAND. 2002) Otitis eksterna adalah radang telinga akut
maupun kronik yang disebabkan bakteri. Sering kali timbul dengan penyebab
lain seperti jamur, alergi, atau virus. (Kapita Selekta Kedokteran, 2003).
B. Etiologi
Etiologi otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Etiologi: Staphylococus aureus,
taphylococcus albus.
Faktor Predisposisi
1. Faktor Eksogen
a. Udara yang hangat dan lembab
b. Ph liang telinga
c. Trauma ringan
d. Berenang.
e. Alergi
f. Benda asing dalam telinga. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)
2. Faktor Endogen
a. Diabetes Melitus
b. Irigasi Telinga
3. Imunodefisiensi/ imunosupresi
C. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih)
bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel
kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang.
Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang
mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen membentuk furunkel.
D. Tanda dan Gejala
Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Gangguan pendengaran
3. Rasa penuh pada telinga
4. Gatal
5. Terdapat secret yang berbau
6. Liang telinga tampak bengkak
7. Hiperemis
8. Adanya edema
E. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan sediaan langsung jamur dengan KOH untuk otomikosis
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
dan
pemeriksaan penunjang.
F. Komplikasi
Komplikasinya meliputi :
1.
Kondritis
2.
Parotitis
3.
Penyempitan saluran telinga
4.
Otitis kronik
5.
Defisit pendengaran
6.
Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii
7.
Kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain
8.
Kematian
G. Penatalaksaan
1. Prinsip penatalaksanaan otitis eksterna a.l:
a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan
berhati-hati.
BAB II
ASKEP
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register,
dandiagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungandengan klien, dan status kesehatan.
pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien
sering mengorek-ngorek telinga dengan jepit rambut atau cutton buds
sehingga terjadi trauma, apakah klien sering berenang.
5. Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada diantara anggota keluarga klien
yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah
menderita penyakit DM.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
Inspeksi
liang
telinga,
perhatikan
adanya
cairan
atau
bau,
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan proses inflamasi
2. Gangguan persepsi pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi
organ
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
interpretasi
C. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut berhubungan NOC :
dengan:
Agen
injuri
(biologi,
DO:
2.
pain control,
secara
termasuk
lokasi,
Setelah
karakteristik,
durasi,
dilakukan
selama
keperawatan
Pasien
mengalami
tidak
frekuensi,
kualitas
dan
faktor presipitasi
komprehensif
3. comfort level
menahan nyeri
b. Tingkah
1. Pain Level,
tinfakan
a. Posisi
NIC :
mampu
dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang
berhati-hati
menggunakan tehnik
nonfarmakologi
seperti
untuk
mengurangi
pencahayaan
capek,
nyeri,
mencari
c. Gangguan
tidur
sulit
gerakan
atau
kacau,
menyeringai)
sendiri
menyempit
(penurunan persepsi
waktu,
nyeri
proses
berpikir,
bahwa
untuk
menggunakan
intervensi
manajemen nyeri
mengenali
nyeri
(skala,
laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
relaksasi,
rasa
distraksi,
untuk
mengurangi nyeri:
rentang normal
dan/atau
aktivitas, 6. Tidak
aktivitas
berulang-
ulang)
8. Berikan
menentukan
intensitas, frekuensi
f. Tingkah
nyeri
penurunan interaksi
lingkungan)
dan
kebisingan
dengan
kerusakan 3. Mampu
ruangan,
2. Melaporkan
bantuan)
suhu
mengalami
gangguan tidur
nyeri
seperti
penyebab
berkurang
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
g. Respon
autonom
(seperti diaphoresis,
dan
perubahan
darah,
nafas,
dan
tekanan
perubahan
nadi
dan
dilatasi pupil)
h. Perubahan
autonomic
dalam
sesudah
pemberian
laku
ekspresif (contoh :
gelisah,
merintih,
menangis, waspada,
iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
j. Perubahan
nafsu
makan
dalam
dan
minum
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
2. Hipertermia
Berhubungan
dengan :
NOC:
NIC :
Thermoregulasi
Setelah
1. penyakit/
tindakan
trauma
2. peningkatan
metabolisme
3. aktivitas
yang
berlebih
selama
pasien
menunjukkan :
DO/DS:
dengan
1. kenaikan
suhu
4. Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
2. serangan
atau
konvulsi
2. Nadi
dan
dalam
RR
rentang
normal
(kejang)
3. Tidak
3. kulit kemerahan
a. pertambahan
RR
ada
perubahan
warna kulit dan
tidak
ada
b. takikardi
pusing, merasa
c. Kulit
nyaman
teraba
Antibiotik:
..
hasil:
rentang normal
hangat
panas/
keperawatan
4. dehidrasi
tubuh
dilakukan
9. Selimuti pasien
10.Berikan cairan intravena
11.Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
12.Tingkatkan sirkulasi udara
13.Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
14.Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15.Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
16.Monitor hidrasi seperti turgor
kulit,
kelembaban
mukosa)
membran
PENGKAJIAN
I.
IDENTITA
PASIEN
Sumber Informasi
: Data Primer
Tanggal Pengkajian
: 29 April 2015
Asal Pasien
No. RM
Nama Peserta
Umur
: Poli THT
: 04 13 25
: Tn M
: 79
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Diagnosa Awal
: Otitis Eksterna
Tgl Masuk RS
: 27 April 2015
II.
RIWAYAT
Keluhan Utama
KESEHATAN
: Terasa nyeri dan gatal di dalam telinga
Diasnostik masuk
: Otitis Eksterna
yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang timbul. Hal itu dialami karna telinga klien kemasukan air
pada saat berenang dilaut. Klien senang berenang di laut pada saat subuh menjelang pagi hari. Klien
juga sering mengorek-ngorek telinganya sejak telingnya kemasukan air laut. Klien juga mengeluh pada
saat telinganya terasa sangat gatal, kulit telinganya terkelupas. Klien melakukan hal tersebut karena
telinganya terasa penuh dan kadang terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya kemasukan air, kli
mengalami demam. Klien merasa cemas akan telinganya, apakah dia bisa sembuh seperti semula atau
akan ada perubahan pada pendengarannya .
III.
PEMERIKSAAN
FISIK THT
1.
Pemeriksaan Telinga
a.
Pemeriksaan telinga
Setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan speculum telinga terdapat granulasi jaringan didalam
telinga.
b.
Uji Weber
Klien mengatakan suara yang didengan lebih keras di telinga yang sakit (Telinga kanan) dibandingka
Uji Rinne
Klien mengatakan Suara lebih besar saat ditempelkan di tulang mastoid dibandingkan di depan telin
(Bone Conduction > Air Conduction = BC>AC)
d.
Uji Schwabach
Uji Schwabach memanjang (Hantaran tulang mastoid klienlebih lama dibandingkan hantaran tulang
mastoid pemeriksa)
e.
Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telin
apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (un
melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
f.
Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipasti
klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
2.
Pemeriksaan Hidung
1.
Pemeriksaan Hidung
Telinga simetris kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan dan benjolan saat dipalpasi.
2.
Pemeriksaan Tenggorokan
Akilen tetes Telinga 5ml
samping yang dialami pasien yaitu mual, berkurangnya pendengaran, seborrhea, tinnitus.
2.
Ambroxol (3 x 1)
mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernapasan dan mengurangi staknasi ca
sekresi
3.
Cetirizine (1 x 1)
dengan sifat tembahan anti alergi, khususnya alergi rhinitis. Cetirizine di HCL mampu menurunkan ge
mayor rinisits alergi seperti hidung berair, bersin dan hidung gatal.
1. PATHWAY
2. ANALISA DATA
DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS :
-
Uji Weber
Uji Rinne
: BC>AC
DO :
-
DS :
-
DO:
-
Kurang pengetahuan
b.d kurang informasi, kesalahan
interpretasi
1.
RENCANA PERKEMBANGAN
Dx. KEPERAWATAN
(NOC)
Menyatakan secara verbal pengetahuan
tentang cara alternative untuk meredakan
nyeri
Nyeri Akut b.d Proses Menggunakan pereda nyeri analgesic dan
Inflamasi
INTERVENSI TIN
(NIC)
Menggunakan agens farmak
meredakan nyeri
membantu pengobatan ny
dan lingkungan
Sensori : Pendengaran
b.d Penurunan
pendengaran
jika diperlukan
37oC.
perlu.
mengungkapkan secara ve
terhadapansietas
mengeksternalisasikan ans
adaptif
kesalahan interpretasi
penyakitnya.
penyuluhan, redemonstras