Anda di halaman 1dari 60

PRAKTIKUM TENTANG ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DAN KANDUNGAN

LOGAM BERAT (Pb dan Cu)


DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS, JAWA TIMUR

PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh : KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
PRAKTIKUM TENTANG ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DAN KANDUNGAN
LOGAM BERAT (Pb dan Cu)

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS, JAWA TIMUR

PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :
Luthfi Ramadhan

145080600111025

Abdullah Ammar

145080600111028

Moh. Aulia Ghafari

145080600111031

M. Syahidan F S

145080600111034

Arielliya Rahma Azie

145080600111038

Nindya Fatimah A

145080600111039

M. Fathurrahma K

145080600111041

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM TENTANG ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT
(Pb DAN Cu)
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS, JAWA TIMUR
Oleh :
KELOMPOK 5

telah dipertahankan di depan asisten praktikum pada tanggal 3 Mei 2016 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat

Menyetujui,
Asisten Pendamping

Koordinator Asisten

( Mauli Bisel Raypa S.)


NIM. 135080600111085

( Ahmad Didin K. )
NIM. 135080600111054

Mengetahui
Dosen Pengampu MK. Pencemaran Laut

Defri Yona, S.Pi.,M.Sc.Stud


NIP. 19781229 200312 2 002
Tanggal :

PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini kami menyatakan bahwa Laporan Praktikum Pencemaran Laut ini yang berjudul
Analisis Kualitas Perairan Dan Kandungan Logam Berat (Pb Dan Cu) Di Daerah Aliran Sungai (Das)
Brantas, Jawa Timur ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya kami sendiri dan kami tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, kami siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada kami
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, yang telah
melimpahkan berkat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Pencemaran Laut
materi Kandungan Logam Berat di DAS Brantas, Jawa Timur.
Tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan laporan Pencemaran laut ini, khususnya ibu Defri Yona, S.Pi.,M.Sc.Stud selaku
dosen pengampu mata kuliah Pencemaran Laut dan kakak-kakak asisten yang dengan tulus
mendampingi kami selama pelaksanaan praktikum, serta teman-teman yang

telah membantu

kelancaran dalam proses pengamatan.


Demikian dalam penulisan laporan ini tentu masih banyak kelemahan dan kekurangannya,
untuk itu kami meminta saran dan kritik yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi.
Semoga laporan ini bermanfaat untuk semuanya.

Malang,

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH


Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki
keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan
didalam penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Sayyidina
Muhammad SAW. keluarga dan para sahabatnya dan penegak sunnah-Nya sampai kelak akhir
zaman.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Defri Yona, S.Pi.,M.Sc.Stud selaku dosen pengampu
mata kuliah Pencemaran Laut yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
praktikum Pencemaran Laut. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kakak-kakak asisten
praktikum Pencemaran Laut yg mana disela-sela rutinitasnya namun tetap meluangkan waktunya
untuk memberikan petunjuk, dorongan, saran dan arahan dalam kegiatan praktikum Pencemaran Laut
ini.
Ucapan terima kasih juga akhirnya kepada Allah SWT jualah senantiasa penulis berharap
semoga pengorbanan dan segala sesuatunya yang dengan tulus dan ikhlas telah diberikan dan
penulis dapatkan akan selalu mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Amin.

Analisis Kualitas Perairan Dan Kandungan Logam Berat (Pb Dan Cu) Di Daerah Aliran Sungai (Das)
Brantas, Jawa Timur.
M. Fathhurahman K, M. Aulia Ghafari, Luthfi Ramadhan, Nindya Fatmiah, Ariellya Rahma A, Abdullah
Ammar, Syahidan F.
Pemeriksa : Ahmad Didin K

RINGKASAN
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan logamlogam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh yang diakibatkan bila logam ini diberikan dan atau
masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Faktor yang menyebabkan logam tersebut dikelompokkan ke
dalam zat pencemar yaitu logam berat tidak dapat terurai melalui biodegradasi oleh mikroorganisme.
Keberadaan logam berat di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber,antara lain dari
kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan buangan industri. Selain itu, logam berat
juga biasanya masuk ke perairan laut melalui muara sungai. Limbah yang berasal dari sumbersumber tersebut dibuang ke sungai tanpa adanya pengolahan secara baik. Hal inilah yang
menyebabkan logam berat masuk dan semakin banyak masuk ke perairan.
Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, terdapat banyak pemukiman dan pabrik-pabrik
industri di sekitar DAS tersebut. Wilayah Muara Sungai Porong diduga berpotensi mengandung logam
berat Pb, Cu dan Zn yang berasal dari aktivitas antropogenik dan industri di sekitar Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan penelitian secara rutin terhadap kandungan logam
berat yang berada di perairan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode observasi lapang dan terdapat 4 titik pengambilan sampel
di sekitar Daerah Aliran Sungai Brantas, Jawa TImur. Kandungan logam berat dianalisis secara eksitu
atau didalam laboratorium menggunakan metode AAS (Atomic Absorpstion Spectometer). Dari hasil
analisis di laboratorium, dapat diketahui bahwa daerah aliran sungai Brantas dari 4 titik sampel dapat
dikategorikan tercemar oleh logam berat Pb. Hal ini dikarenakan, pada 4 titik pengambilan sampel,
logam berat Pb ditemukan dalam jumlah yang melebihi baku mutu.

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................................iv
RINGKASAN.........................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ix
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 2
2. METODE.......................................................................................................... 3
2.1 Lokasi Praktikum.........................................................................................3
2.2 Waktu Praktikum.........................................................................................4
2.3 Prosedur Praktikum.....................................................................................4
3. HASIL PRAKTIKUM..........................................................................................5
3.1 Gambaran Umum Lokasi Praktikum............................................................5
3.1.1 Profil Lokasi..........................................................................................5
3.1.2 Kegiatan Partisipatif Aktif......................................................................7
3.1.3 Kendala dan Saran...............................................................................9
3.2 Pengambilan Data dan Analisa Kualitas Air...............................................10
3.2.1 Kondisi Lingkungan Stasiun................................................................10
3.2.2 Data Hasil Praktikum...........................................................................11
3.2.3 Analisa Parameter..............................................................................13
3.2.4 Pembahasan.......................................................................................13
3.3 Penutup.....................................................................................................15
3.3.1 Kesimpulan.........................................................................................15
3.3.2 Saran..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
LAMPIRAN......................................................................................................... 18

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Waktu Praktikum............................................................................4
Tabel 2. Tabel Hasil Pengukuran Parameter.......................................................11
Tabel 3. Tabel Hasil Pengukuran Logam Berat....................................................11
Tabel 4. Tabel Analisa Parameter dengan Baku Mutu.........................................13

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Titik Sampel....................................................................3
Gambar 2. Gambar Alur Prosedur Praktikum.......................................................4

10

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi lapang.......................................................................26
Lampiran 2. Baku Mutu Perairan........................................................................29

11

1. 1. PENDAHULUAN
2. 1.1 Latar Belakang
3.

Peningkatan penduduk yang tinggi meningkatkan berbagai

permasalahan terutama permasalahan lingkungan. Salah satunya adalah


munculnya pemukiman-pemukiman kumuh di bantaran sungai brantas. Tingkat
pencemaran sungai ini diduga telah melewati daya tampung sungai dan
berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota, perairan seta kesehatan
penduduk yang memanfaatkan air sungai. Bahan pencemar berasal dari limbah
rumah sakit, limbah domestik, limbah pertanian, limbah pasar, lombah tam an
rekreasi. Salah satu kegiatan penduduk pemukiman kumu yang menjadi
permasalahan adalah pembungan limbah deterjen langsung kebadan sungai
(Janetasari,2013).
4.

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria

yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh


yang diakibatkan bila logam ini diberikan dan atau masuk ke dalam tubuh
organisme hidup. Faktor yang menyebabkan logam tersebut dikelompokkan ke
dalam zat pencemar yaitu logam berat tidak dapat terurai melalui biodegradasi
seperti pencemar organik, logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan
terutama sedimen sungai dan laut. Keberadaan logam berat di perairan laut
dapat berasal dari berbagai sumber,antara lain dari kegiatan pertambangan,
rumah tangga, limbah pertanian dan buangan industry. Wilayah Muara Sungai
Porong diduga berpotensi mengandung log am berat Pb, Cu dan Zn yang
berasal dari aktivitas antropogenik dan industri di sekitar Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur (Ika,dkk.2012).
5.

Agar sungai dapat

bermanfaat secara berkelanjutan sesuai

dengan peruntukkannya, perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran air


sebagai salah satu segi pengelolaan lingkungan hidup. Sumber daya alam baik
dari segi kuantitas maupun kualitas itu jumlahnya terbatas, sedangkan
kebutuhan manusia untuk memkai sumberdaya akan terus bertambah semakin
harinya. Itu ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk serta kebutuhannya.
Kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia
12

akan

meninbulkan

dampak

terhadap

peubahan

beberapa

komponen

lingkungan, namun, besarnya perubahan ditentukan pula oleh jumlah intensitas


yang ada di daerah tersebut (Yuliastuti,2011).
6.

Sungai

brantas

merupakan

daerah

aliran

suangai

(DAS)

terpanjang kedua di jawatimur. Hulu dari sungai brantas berada di daerah desa
sumber brantas. Sedangkan hilirnya berada di porong Mojokerto. Sungai
brantas menjadi bagian penting bagi kehidupan di daerah jawa timur. Kondisi
kualitas DAS brantas dari hulu sampai dengan hilir memerlukan perhatian
serius, baik itu pengolahan limbah industi, pengolahan limbah pertanian, juga
pengolahan limbah rumah tangga. Karna semua limbah dari sungai akan
masuk ke perairan laut. Hal inilah yang menjadi landasan alasan mengapa
pada Praktikum Pencemaran Laut diambil wilayah pengambilan sampel di DAS
Brantas.
7. 1.2 Tujuan
8.

Tujuan

dilaksankannya

praktikum

pencemaran

laut

materi

pencemaran logam berat adalah :


9. 1. Praktikan mampu mengetahui dan memahami tentang pencemaran
laut,
10.

Sumber dan dampak pencemaran laut.

11. 2. Praktikan dapat mengetahui , memahami dan mampu melakukan


12. pengukuran dan analisis terhadap logam berat dalam konteks
pencemaran laut
13. 3. Praktikan mampu menganalisis pencemaran laut yang terjadi di Daerah
Aliran
14.

Sungai (DAS) Brantas

15.

13

16. 2. METODE
17. 2.1 Lokasi Praktikum
18.

19. Gambar 1. Peta Lokasi Titik Sampel


21.

20.
Pengambilan sampel pada Praktikum Pencemaran Laut di

empat (4) lokasi berbeda pada Daerah Aliran Sungai Brantas (DAS) yang
mengalir dari Malang, Mojokerto dan Sidoarjo. Keempat daerah tersebut
adalah stasiun I yang terletak di kordinat S: 07.95766 dan E:112.60470
dengan alamat Mata Air Sungai Brantas, Desa Sumber Brantas, Batu.
14

Stasiun II terletak di kordinat S:7.450067; E: 112.446093 berada di


daerah Pabrik Ajinomoto, Mojokerto, Jawa Timur. Stasiun III berada pada
kordinat S: 7.563765; E: 112.867979 berada di Muara Sungai Porong I,
Sidoarjo, Jawa Timur. Stasiun IV terletak pada kordinat S:7.56771; E:
112.87597 berada di Muara Sungai Porong II, Sidoarjo, Jawa Timur.
22.

15

23. 2.2 Waktu Praktikum


24.

Praktikum Pencemaran Laut dilakukan secara bertahap. Berikut


tabel waktu pelaksanaan praktikum Pencemaran Laut.

25. Tabel 1. Tabel Waktu Praktikum


26.

28.

30. April

27.N

29. Kegiatan

33.
34.1
1
5

35.

36.

37.

38.

39.

40.

Simulasi

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

Preservasi

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

Pengambila

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

Preservasi

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

Analisa

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

o
41.42.
1 Praktikum
51.52.
2 Alat
61.62.

3 n data sampel di lapang


71.72.
4 Bahan
81.82.
5 Laboratorium
91.
92. 2.3 Prosedur Praktikum
93.

Pada Praktikum Pecemaran Laut, alur prosedur Praktikum yang


dilakukan dalam mengetahui kadar logam berat di DAS Brantas adalah
sebagai berikut :

94.

Praktikum Pencemaran Laut

Lapang

Preservasi

Alat

Bahan

Pengambilan Data Sampel

Gambar 2. Gambar Alur Prosedur Praktikum

16

95. 3. HASIL PRAKTIKUM


96. 3.1 Gambaran Umum Lokasi Praktikum
97. 3.1.1 Profil Lokasi
98. a. Stasiun 1
99.

Stasiun 1 terletak di Arboretum Sumber Brantas, tepatnya

di daerah Batu, Jawa Timur. Stasiun 1 merupakan daerah dimana sumber


mata air berada. Sumber mata air ini lah yang menjadi sumber aliran
sungai Brantas yang nantinya akan mengalir melewati beberapa
kota/kabupaten di Jawa Timur. Daerah ini terletak di dataran tinggi
diantara lembah pegunungan di daerah Batu, tepatnya di kordinat
Koordinat area S -7.95766, E 112.60470. Daerah pada stasiun 1 ini juga
dekat dengan hutan dan lokasi wisata.
100.

Hutan kawasan Arboretum wilayah tangkapan air hulu

Sungai Brantas yang terletak diantara lembah Gunung Arjuno, Gunung


Welirang dan Gunung Biru mengalami nasib yang semakin kritis akibat
aksi penjarahan kayu liar yang merebak. Apabila dilihat kemanfaatan
Sungai Brantas yang selain sebagai sumber energi beberapa pembangkit
listrik, irigasi pertanian, bahan baku air industri, Sungai Brantas juga
memiliki peranan sebagai sumber pasokan air yang dikonsumsi oleh
masyarakat Jawa Timur yang berdiam di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Brantas guna kepentingan sehari-hari. Arboretum Sungai Brantas
bukanlah sekedar hutan kawasan tangkapan air saja, namun Arboretum
Sungai Brantas sebagaimana Arboretum yang lainnya di Indonesia
merupakan kawasan konservasi lingkungan hidup yang memiliki fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan manusia (Susilawati,2007).
101.

b. Stasiun 2
102.

Stasiun 2 berada di daerah kawasan pabrik ajinomoto,

Mojokerto, Jawa Timur. Letak kordinat lintang dan bujur lokasi ini terletak
pada -7.450067 S dan 112.446095 E. Perairan pada aliran sungai ini
terlihat sudah mulai keruh. Hal ini dikarenakan adanya sampah sampah
dan limbah dari pemukiman di sekitar sungai tersebut. Sumber-sumber
17

limbah dan sampah pada aliran sungai ini berasal dari limbah domestik
dan industri yang berada disekitar kawasan tersebut.
103.

Mojokerto merupakan kota dengan penduduk yang padat

dengan ekonomi sedang berkembang. Permasalahan masyarakat


perkotaan adalah kekurangan pasokan air yang diakibatkan pencemaran
khususnya di sungai. Seiring berkembangnya zaman sungai mengalami
pergeseran fungsi sebagai media pembungan sehingga terjadimasukan
bahan pencemar. Lokasi penelitian di tengah kota di mojokerto yang
berasal dari limbah domestik tidak tercemar tetapi lokasi sungai yang
berasal dari limbah industri adalah tercemar (Ambaraswati et al., 2015).
104.

c. Stasiun 3
105.

Pada stasiun 3, stasiun ini terletak di muara sungai porong,

Sidoarjo, Jawa Timur. Letak kordinat stasiun ini terletak pada titik kordinat
-7.563765 S dan 112.867979 E. Kondisi air di muara sungai porong ini
terlihat keruh. Lalu, di perairannya juga banyak terdapat sampah yang
mengapung yang mengalir ke arah laut. Namun ditepi muara sungai
porong ini juga banyak ditumbuhi vegetasi. Selain itu, di tepinya juga ada
beberapa proyek yang dilakukan oleh warga sekitar muara.
106.

Pada penyebaran sedimen di daerah muara sungai porong

yaitu saat kondisi menuju pasang dan pasang tertinggi, arus di muara
sungai porong bergerak ke arah hilir hal ini menyebabkan sedimen di
muara sungai porong cenderung tertahan dan mengendap di daera
muara namun pada koondisi menuju pasang dan surut terendah arus
bergerak ke arah yang berlawanan dimana arus bergerak ke arah hilir.
Hal ini menyebabkan angkautan sedimen yang keluar dari muara akan
maksimal. Dari pola ini dapat di golongkan bahwa muara sungai porong di
dominasi oleh debit sungai. Hal ini terbukti karena muara sungai porong
yang terletak di kecamatan jabon kabupaten sidoarjo jawa timur
merupakan muara sungai orong yang berasal dari percabangan dari
sungai. Akibat pembuangan ke sungai porong terjadi transpor sedimen
yang besar menuju muara porong (Liyani,2013).
107.

d. Stasiun 4

18

108.

Stasiun 4 terletak di muara sungai porong namun sedikit

ke arah laut. Pada stasiun 4 terletak di titik kordinat -7,56771 S dan


112.87597 E. Stasiun 4 ini letak pengambilan sampel sedikit lebih
mengarah ke arah laut lepas, sekitar 200-300 meter dari muara sungai
stasiun 3. Kondisi air di stasiun 4 ini sama seperti di stasiun 3 namun
lebih keruh di stasiun 3. Di stasiun 4 ini juga ada beberapa sampah
seperti di stasiun 3. Di tepi perairannya sudah dtumbuhi mangrove. Di
stasiun ini, masih ada beberapa organisme yang terlihat.
109.

Muara Sungai Porong menjadi titik pertemuan air dari

Sungai Porong dengan perairan Selat Madura. Pembuangan limbah


berupa lumpur yang telah dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas selama ini
di sungai Porong tentunya akan memberikan dampak nyata terhadap
perubahan kondisi fisika dan kimia perairan terutama di muara Sungai
Porong. Sebaran konsentrasi parameter fisika-kimia. perairan sangat
penting diketahui mengingat aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi
ekosistem terutam pada kehidupan biota perairan (Sukarno,2013).
110.

e. Laboratorium Kimia UM
111.

Laboratorium kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

melayanani kegiatan praktikum SMA/MA/SMK dan menunjang kegiatan


penelitian

skripsi/tugas

akhir

mahasiswa.

Peralatan

lengkap

dan

memadai, khususnya peralatan dasar laboratorium kimia, seperti almari


asam, peralatan gelas, timbangan analitik, magnetik stirer, oven digital,
kalorimeter, dan peralatan praktikum lain. Selain itu juga dilengkapi
dengan ruang penyimpan peralatan dan bahan kimia. Lalu ada
laboratorium instrumentasi yang mendukung kegiatan praktikum kimia
organik, kimia anorganik, kimia analitik, dan biokimia, serta penelitian
dosen dan mahasiswa, melayani jasa analisis dari instansi pemerintah
dan industri, khususnya analisis Fe, Au, Co, Cu, Ni, Pb, Cd, Cr, Mg, Sn,
Zn, Na, K, (dari berbagai jenis sampel: padat, cair, limbah) minyak atsiri,
dan sebagainya. Instrumentasi canggih dan modern sebagai pendukung,
yakni AAS, GC, GC-MS, UV-Vis, dan IR Spectrophotometer, serta
Spectronic 20 (FMIPA UM, 2016).
19

112.

Analisis kandungan logam berat dilakukan di laboratorium

kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Analisis dilakukan dengan alat


AAS. Laboratorium kimia FMIPA Universitas Negeri Malang memiliki AAS,
dan hasilnya dapat mewakili data di lapang. Keakuratan analisis
laboratorium

FMIPA Universitas

Negeri

Malang

lebih

tinggi

jika

dibandingkan dengan laboratorium kimia FMIPA Universitas Brawijaya.


Lama analisis kandungan logam berat berjalan kurang lebih tiga hari
kerja. Diperlukan biaya untuk setiap sampel dan kandungan logam
beratnya.
113.

20

114.

3.1.2 Kegiatan Partisipatif Aktif

115.

Kegiatan partisipatif aktif pada Praktikum Pencemaran

Laut dilakukan melalui beberapa kegiatan bertahap dibawah ini :


116.

a. Persiapan Alat untuk Pengambilan Sampel Logam Berat (Pb

dan Cu)
117.

Disiapkan Alat dan Bahan


- Kertas saring direndam 1 minggu dalam 6 N HCL
- Rendam botol polyetilen dengan HCL 8 N selama 3 hari
- Setelah waktu perendaman bilas beberapa kali dengan

air suling beb

Hasil
118.

b. Pengambilan Sampel Air untuk Mengetahui Kandungan Logam

Berat (Pb dan Cu)

21

119.

Disiapkan Alat dan Bahan

- Dimasukkan botol polyetilen ke perairan dalam keadaan tertutup, apa


- Dibuka botol polyetilen secara perlahan di dalam perairan sehingga samp
- Ditutup botol polyetilen di dalam perairan agar tidak terkontaminasi udar

- Sampel disimpan di botol polyetilen yang sudah direndam.


- Letakkan ke dalam cool box untuk menstabilkan molekul sampel air agar

Hasil
120.

22

121.

c. Pengukuran Suhu

122.

Disiapkan Alat dan Bahan


- Dikalibrasi sensor dengan menggunakan aquades
- Ditekan on pada thermometer
- Ditunggu sampai angka stabil
- Ditekan tombol of
- Dibersihkan dengan tisu
- Dimasukkan sesnsor ke dalam air sampel
Hasil
- Ditekan on
- Ditunggu angkanya hingga stabil

124.

123.
d. Pengukuran Salinitas

23

125.

Disiapkan Alat dan Bahan


- Dikalibrasi sensor pada salinometer menggunakan aquades
- Ditekan tombol on/of pada salinometer

- Diteteskan 3 tetes sampel air laut di sensor salinometer (sampai tertutup


- Ditekan tombol start
- Ditekan tombol zero hingga muncul AAA
- Ditekan tombol start
- Dicatat angka yang muncul pada layar
Hasil
126.

24

127.

e. Pengukuran DO

128.

Disiapkan Alat dan Bahan


- Dikalibrasi sensor DO meter dengan menggunakan aquades
- Dicelupkan sensor DO meter ke perairan
- Ditekan tombol power pada DO meter
- Ditunggu hingga angka di display DO meter stabil
- Ditekan tombol hold setelah angka stabil
Hasil
- Dicatat nilai DO yang tertera pada layar

129.

f. Pengukuran Ph

25

130.

Disiapkan Alat dan Bahan


- Dikalibrasi ujung pH meter menggunakan aquades
- Dibersikan dengan tissue bagian yang dikalibrasi

- Dimasukkan pH meter pada sampel air lau yang ada di dalam botol
- Dituggu selama 30 menit untuk mendapatkan hasil yang akurat (hing
- Dicatat angka yang tertera pada pH meter

Hasil
131.

g. Preservasi Alat dan Bahan

132.

Disiapkan Alat dan Bahan

- Sebelum digunakan, rendam kertas saring dengan HCl selama satu ming
- Bilas beberapa kali dengan aquades
- Sampel air disaring dengan kertas saring
Hasil
133.

26

134.

f. Metode AAS

135.

Persiapan alat dan bahan

- Sumber sinar yang berupa tabung katoda menghasilkan sinar yang mem
- Sampel diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom bebas di dalam at
- cahaya dari tabung katoda akan terserap oleh sampel tertentu yang suda
- sampel yang terkena cahaya akan meneruskan cahaya dengan warna w
- cahaya akan diteruskan melalui monokromator yang akan mengisolasi ca
- warna warna yang dibaca oleh monokromator akan masuk ke fotoresep

Hasil
136.

3.1.3 Kendala dan Saran


137.

Kendala selama berlangsungnya praktikum pencemaran

laut adalah keterlambatan pada saat melakukan proses perendaman


kertas saring Whatmen 0.045 m yang seharusnya dilakukan selama 7
hari hanya berhasil direndam selama 3 hari. Keterbatasan kertas saring
pada saat melakukan preservasi bahan yang berdampak pada waktu
preservasi memakan waktu yang sedikit lama. Selain itu, terjadinya
kesalahan saat perendaman kertas sehingga kertas yang sudah dibeli
rusak. Tidak ditemukan kendala yang cukup berarti saat pengambilan
sampel air di lapang.
27

138.

Saran untuk praktikum pencemaran laut, ialah ditingkatkan

lagi koordinasi antara asisten dengan praktikan. Lebih jelas lagi apa saja
yang harus disiapkan dan diberi jeda waktu yang cukup agar
persiapannya berjalan dengan baik. Lalu koordinasi di angkatan praktikan
harus diperbaiki lagi agar berjalan selaras, jangan hanya orang yang itu
itu saja yang bekerja, mencari perlengkapan, atau mengurus segala
keperluan praktikum ini, karena jika hanya sedikit orang yang bekerja,
pasti akan memakan waktu yang cukup banyak untuk persiapannya saja
139.

28

140.

3.2 Pengambilan Data dan Analisa Kualitas Air

141.

3.2.1 Kondisi Lingkungan Stasiun


142.

Stasiun 1 terletak di Arboretum Sumber Brantas, tepatnya

di daerah Batu, Jawa Timur. Kondisi lingkungan pada stasiun 1 ini, yaitu
warna airnya bening bersih. Di lingkungan sekitar perairannya banyak
terdapat pohon dan semak. Area kawasan arboretum dulunya adalah
tanah warga yang dibeli arboretum, luasnya 14 ha. Di kawasan arboretum
in terdapat timbunan barang-barang dari besi dibawah tanah yang
menyebabkan lapukan besi tersebut mencemari perairan sekitar. Pada
saat sebelum pengambilan sampel, kondisi cuaca mendung dan
berkabut. Namun pada saat pengambilan sampel, cahaya matahari mulai
nampak.
143.

Stasiun 2 berada di daerah kawasan pabrik ajinomoto,

Mojokerto. Air di sungainya keruh. Kemudian, disekitar sungai tersebut


ada lahan yang dipenuhi sampah. Sumber bahan pencemar dari DAS
brantas di sini adalah limbah domestic dari rumah warga. Selain itu,
limbah industri dari pabrik ajinomoto itu sendiri juga sumber bahan
pencemar. Pada saat sebelum pengambilan sampel dilakukan,kondisi
cuaca baru saja terjadi hujan. Namun pada saat pengambilan sampel,
kondisi cuaca hanya mendung biasa.
144.

Stasiun 3 terletak di muara sungai porong. Kondisi air di

muara sungai porong ini keruh. Lalu, di perairannya juga banyak terdapat
sampah yang mengapung. Ditepi muara sungai porong ini juga banyak
ditumbuhi vegetasi. Selain itu, di tepinya juga ada beberapa proyek yang
dilakukan oleh warga sekitar muara. Pada stasiun ini, pada saat sebelum
dan saat pengambilan sampel kondisi cuaca cerah dan cenderung panas.
145.

Stasiun 4 juga berada di muara sungai porong namun

sudah masuk ke lautnya. Kondisi air di stasiun 4 ini sama seperti di


stasiun 3 namun lebih keruh di stasiun 3. Di stasiun 4 ini juga ada
beberapa sampah seperti di stasiun 3. Di tepi perairannya sudah
dtumbuhi mangrove. Saat melakukan praktikum disana juga ada
beberapa ikan yang terlihat. Pada stasiun 4, pada saat sebelum dan saat
pengambilan sampel kondisi cuaca cerah dan cenderung panas.
29

146.

30

147.

3.2.2 Data Hasil Praktikum


148.

Dari data hasil pengukuran parameter dan kosentrasi

logam berat pada Praktikum Pencemaran Laut. Didapat data parameter


dan konsentrasi logam berat sebagai berikut :
149.

Tabel 2. Tabel Hasil Pengukuran Parameter

150.

151.

tasiun
155.

O (mg/l)
S

156.

15

tasiun 1

,1
161.

160.

26

tasiun 2

,9 (P1),
162.

29
,00 (P2)

166.

167.

tasiun 3
171.

tasiun 4
176.
177.
178.
N

2,

172.

152.

2 (P1),
1,7 (P2)

Suhu

Salinitas

pH ()

(oC

(ppt)

157.

158.

6,85
163.

159.
1

12,13

22

164.

(P1),

165.
1

11,08

31

(P2)
168.

169.

8,83
3,

154.

153.

170.
2

173.

32

174.

7,43

175.
1

31,3

Tabel 3. Tabel Hasil Pengukuran Logam Berat


180.
179.

Stasiun

185.
1

186.

Stasiun 1

189.
2

190.

Stasiun 2

193.
3

194.

Stasiun 3

197.
4

198.

Stasiun 4

Konsentrasi (ppm)
184.
P
Cu
b

183.
187.

0,2

188.

453
191.

1625
0,3

192.

379
195.

0,1

196.

0,
8017

0,2
325

0,
9473

665
199.

2,

200.

0,
5529

201.
31

202.

Data hasil praktikum dari stasiun 1 diperoleh salinitas

sebesar 1 ppt, pH 6,85, suhu 22oC, dan DO 15,1 mg/l. Menurut hasil
pengukuran parameter di stasiun 1 perairannya sedikit tercemar oleh
lapukan dari timbunan barang dari besi yang ada di bawah tanah seperti
yang sudah dijelaskan dipoint 3.2.1. Konsentrasi logam berat diukur
menggunakan metode AAS dan didapat hasil lab sampel pada stasiun 1
terdapat kandungan logam berat Pb 2,1625 ppm dan Cu 0,2453 ppm.
203.

Penelitian mengenai kualitas fisik, kimia, dan biologis air

sungai Brantas di Kabupaten Malang akan menggunakan metode korelasi


untuk menentukan ada atau tidaknya korelasi antara kualitas fisik-kimia
air dengan kualitas biologisnya. Pengukuran kualitas fisik dilakukan
dengan pengukuran langsung di lapangan untuk parameter pH, suhu, dan
kekeruhan. Sedangkan pengukuran kualitas kimiawi menggunakan
metode Dutch Score dan LISEC Score. Data awal yang digunakan pada
penelitian ini adalah data mengenai kualitas fisik, kimia, dan biologis air
sungai Brantas di Kabupaten Malang pada tahun 1997. Data penelitian
sebelumnya digunakan sebagai acuan dan pembanding agar dapat
diketahui perubahan yang terjadi selama kurun waktu kurang lebih 15
tahun (Hakim dan Yulinah, 2012).
204.

Pada stasiun 2, perairannya sudah tercemar karena selain

di dekatnya banyak pemukiman, disana juga terdapat pabrik ajinomoto.


Hasil pengukuran parameter yang diperoleh di stasiun 2 yaitu salinitas 1
ppt, suhu 31oC, DO 26,9 (P1) dan 29,00 (P2), terakhir pH 12,13 (P1) dan
11,08 (P2). Konsentrasi logam berat diukur menggunakan metode AAS
dan didapat hasil lab sampel pada stasiun 2 terdapat kandungan logam
berat Pb 0,9473 ppm dan Cu 0,3379 ppm.
205.

Air sudah tercemar bakteri Escherichia Coli yang dapat

menggangu kesehatan, kemungkinan tercemar diakibatkan oleh sanitasi


yang buruk misalnya adanya kebocoran resapan atau saluran air kotor
yang mengalir ke saluran pembuangan umum. Sedangkan kualitas air
pelanggan PDAM Kota Mojokerto yang bersumber dari air sungai
Brantas, pada 0 km untuk parameter warna rerata 15,25 TCU dimana
50% diantaranya tidak memenuhi syarat. Kekeruhan rerata 5,5 NTU
32

dimana 25% diantaranya tidak memenuhi syarat, TDS rerata 187 mg/l
dan bau semuanya (100%) memenuhi syarat. Kualitas bakteriologis air
baku ditinjau dari parameter total bakteri coliform semuanya (100%)
memenuhi syarat. Kualitas kimia air baku ditinjau dari parameter pH
rerata 6,95 dan sisa khlor rerata 4,425 mg/l, semuanya (100%) memenuhi
syarat. Sementara itu kualitas air pelanggan PDAM Kota Mojokerto yang
bersumber dari sungai Brantas, pada 5 km untuk parameter warna rerata
14,5 TCU dimana 25% diantaranya tidak memenuhi syarat, kekeruhan
rerata 6,25 NTU dimana 75% diantaranya tidak memenuhi syarat, TDS
rerata 188 mg/l dan bau semuanya (100%) memenuhi syarat. Kualitas
bakteriologis air baku ditinjau dari parameter. Total bakteri coliform
semuanya (100%) memenuhi syarat. Kualitas kimia air baku ditinjau dari
parameter pH rerata 7,0 dan sisa khlor rerata 2,55 mg/l, semuanya
(100%) memenuhi syarat (Yudi, 2007).
206.

Pada stasiun 3 diperoleh hasil salinitas 2 ppt, suhu 32 oC,

DO 2,8 mg/l, dan pH 8,83. Dari hasil yang diperoleh pada stasiun 3,
muara sungai porong atau stasiun 3 ini tercemar. Konsentrasi logam berat
diukur menggunakan metode AAS dan didapat hasil lab sampel pada
stasiun 3 terdapat kandungan logam berat Pb 0,8017 ppm dan Cu 0,1665
ppm.
207.

Algae dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh

dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30C-35C dan 20C- 30C.
Suhu di perairan estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai di
dekatnya. Perairan dengan pH antara 6 9 merupakan perairan dengan
kesuburan yang tinggi dan tergolong produktif. Perairan estuari memiliki
salinitas yang berfluktuasi, suatu gradien salinitas akan tampak pada
suatu saat tertentu. Pola gradien bervariasi tergantung pada musim,
topografi estuaria, pasang-surut, dan jumlah air tawar (Wulandari, 2009).
208.

Terakhir, stasiun 4 memperoleh hasil salinitas 1 ppt, suhu

31,3oC, pH 7,43, DO 3,2 (P1) dan 1,7 (P2). Di stasiun 4 in sama dengan
stasiun 2 dan 3 yaitu perairannya tercemar. Konsentrasi logam berat
diukur menggunakan metode AAS dan didapat hasil lab sampel pada

33

stasiun 4 terdapat kandungan logam berat Pb 0,5529 ppm dan Cu 0,2325


ppm.
209.

Dari hasil pengukuran parameter hidrooceanografi di

muara Sungai Porong didapatkan suhu sekitar 29-32 oC. Lalu didapatkan
hasil pH sekitar 7,1-7,9. Sedangkan untuk pengukuran DO didapatkan
hasil sekitar 2,1-6,5 mg/L. Serta, yang terakhir pengukuran salinitas
didapatkan hasil 11-13. Konsentrasi unsur hara yang diperoleh selama
pengamatan antar stasiun menunjukkan fluktuasi berbeda pada tiap
waktu pengamatan (Abida, 2010).
210.

3.2.3 Analisa Parameter


211.

Hasil pengukuran dari data parameter pada Praktikum

Pencemaran Laut, didapat hasil sebagai berikut :


212.

213.
n

Tabel 4. Tabel Analisa Parameter dengan Baku Mutu

Stasiu

220.
1
221.
(Arbor
etum Sumber
Brantas)
228.
2
229.
(Indus
tri Ajinomoto)
236.
3
237.
(Muar
a Sungai
Porong 1)
244.
4
245.
(Laut
Muara
Sungai
Porong 2)
252.
Baku
Mutu Air
Tawar (PP

214.
Sali
n
it
a
s
(
p
p
t)
222.
1
230.
1
238.
2

246.
1
253.

215.
p

223.
6
231.
1
239.
8

247.
7
254.
6

216.
Suh
u
(o
C
)

224.
22
232.
31
240.
32

248.
31,3
255.
Devi
a

217.
D

218.
Pb

219.
Cu

225.
15

226.
2,1

227.
0,2

234.
0,9

235.
0,3

241.
2,

242.
0,8

243.
0,1

249.
3,

250.
0,5

251.
0,2

256.
4

257.
0,0

258.
0,0

233.
29

34

No. 82 Tahun
2001)
259.
Baku
Mutu Air Laut
(Kepmen No.
51 Tahun
2004)
266.
267.

si
3
260.
333
4

261.
7

262.
283
2

263.
>

264.
0,0

265.
0,0

Dari data pada tabel di atas (perbandingan dengan baku

mutu), untuk parameter salinitas stasiun 1-3 rendah karena merupakan


perairan tawar. Sedangkan pada stasiun 4 tidak baik untuk biota karena
terlalu rendah. Untuk pH masih aman pada stasiun 1, 3, dan 4, namun
pada stasiun 2 pH terlalu basa karena pengaruh industri sekitar.
Akibatnya biota disekitar sungai mati. Nilai pH yang sangat rendah
(sangat asam) dapat menyebabkan kematian pada ikan dengan gejalagejala seperti gerakan ikan tidak teratur, tutup insang bergerak sangat
aktif, dan ikan berenang sangat cepat di permukaan air. Demikian pula
nilai pH yang tinggi menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terganggu.
Untuk suhu semua stasiun aman begitu pula bagi biota, namun pada
stasiun 1 ini suhu lebih rendah karena faktor suhu atmosfer di mana Kota
Batu memang sedikit lebih rendah dari suhu pada umumnya. Suhu
berpengaruh terhadap proses metabolisme organisme yang hidup di
perairan. Pada suhu yang rendah, proses pencernaan makanan pada
ikan berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih panas proses
pencernaan ikan berlangsung lebih cepat. Namun, suhu yang tinggi
menyebabkan rendahnya pertumbuhan jasad hidup perairan. Untuk DO
pada stasiun 1 dan 2 aman, sedangkan stasiun 3 dan 4 DO rendah hal ini
karena sudah banyak terpengaruh oleh aktivitas di aliran atas di mana
daerah ini merupakan tempat berkumpulnya aliran air yaitu muara,
sehingga sudah terkontaminasi dan nilai DO menjadi rendah. Akibatnya
biota kekurangan DO dan lama kelamaan mati. Semua stasiun tercemar
oleh Pb dan Cu dengan kadar yang tinggi. Dua jenis logam berat ini
merupakan logam berat dengan toksisitas tinggi. Hal ini dapat
menurunkan fungsi kerja organ tubuh dan meracuni biota sekitar serta
menimbulkan kematian.
35

268.

Berdasarkan

hasil

perhitungan

prosentase

tingkat

kelangsungan hidup benih ikan nila merah selama penelitian, maka dapat
dijelaskan bahwa rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila
merah pada media percobaan dengan salinitas 10 menunjukkan angka
yang

paling

tinggi

bila

dibandingkan

dengan

rata-rata

tingkat

kelangsungan hidup benih ikan nila merah pada media percobaan


dengan salinitas 15, 20, dan 25. Hal ini disebabkan karena pada
media percobaan benih ikan nila merah dengan salinitas 10 adalah
paling dekat dengan salinitas medium awal (0), sehingga beradaptasi
dengan baik dalam proses osmoregulasi terhadap lingkungannya. Benih
ikan nila merah yang hidup pada perairan dengan salinitas 0 bersifat
hypertonik terhadap lingkungannya, yaitu tekanan osmotik dalam jaringan
tubuhnya lebih besar dari pada tekanan lingkungannya (Wahyurini, 2013).
269.

Salinitas 4 ppt sintasan mencapai 71,25 %. Pada salinitas

8 ppt sintasan mencapai 66,25 %. Namun untuk salinitas 12 ppt sintasan


ikan hanya mencapai 26,25 %. Jumlah kematian ikan paling banyak
terjadi pada salinitas 12 ppt (Praseno, 2010).
270.

Salinitas identik dengan air payau dan laut. Namun pada

perairan tawar juga diperlukan. Hal ini demi kelangsungan hidup


organisme perairan tawar. Salinitas yang baik adalah 10 ppt. Jika lebih
atau kurang dari itu dapat mengganggu kehidupan organisme perairan.
Hal ini karena tekanan osmotik dalam tubuh organisme berbeda dengan
tekanan osmotik lingkungannya.
271.

Nilai pH 7,95, 8,13 dan 8,52 jika dibandingkan dengan nilai

pH sesuai baku mutu air kelas III berdasarkan Perda Provinsi Jatim No. 2
Tahun 2008 yaitu berkisar antara 6 9. Maka kondisi kualitas air Sungai
Metro bila di lihat dari parameter pH air masih dalam batas baku mutu air
sesuai peruntukannya. Fluktuasi nilai pH dipengaruhi oleh adanya
buangan limbah organik dan anorganik ke sungai. Peningkatan nilai pH
air Sungai Metro dikarenakan adanya aktivitas pembuangan limbah
organik yang bersumber dari limbah domestik maupun limbah yang
berasal dari aktivitas pertanian di sekitar sungai yang masuk ke aliran
Sungai Metro. Nilai pH air yang tidak tercemar biasanya mendekati netral
36

(pH=7) dan memenuhi kehidupan hampir semua organisme air (Ali,


2013).
272.

Nilai keasaman yang sangat rendah (sangat asam) dapat

menyebabkan kematian pada ikan dengan gejala-gejala seperti gerakan


ikan tidak teratur, tutup insang bergerak sangat aktif, dan ikan berenang
sangat cepat di permukaan air. Demikian pula nilai keasaman yang tinggi
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terganggu. Tinggi rendahnya
pH suatu perairan ditentukan oleh kadar CO2 yang terlarut dalam
perairan tersebut. Batas maksimum tolerasi ikan air tawar pada umumnya
adalah pH 4,0 dan batas maksimum adalah pH 11,0 (Parlaungan, 2009).
273.

Besar

kecilnya

nilai

pH

di

perairan

tawar

sangat

dipengaruhi oleh limbah-limbah buangan sekitar, seperti limbah domestik,


pabrik/industri, dan pertanian. Air yang tidak tercemar memiliki pH netral
(7). Nilai pH yang sesuai dengan baku mutu untuk perairan tawar yaitu 69. Jika pH lebih rendah (asam) akan mengganggu kehidupan organisme.
Salah satunya yaitu gerakan ikan tidak teratur, tutup insang bergerak
sangat aktif, dan ikan berenang sangat cepat di permukaan air.
Sedangkan ketika nilai keasaman tinggi pertumbuhan ikan menjadi
terganggu.
274.

Suhu sangat berperan dalam mengendalikan kondisi

ekosistem perairan. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya


peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Suhu air sungai
sebesar 25oC, 25,4oC dan 25,5oC jika dibandingkan dengan baku mutu air
kelas III berdasarkan Perda Provinsi Jatim No. 2 Tahun 2008 yaitu deviasi
3 dari keadaan alamiah, maka kondisi kualitas air sungai dapat ditinjau
dari parameter suhu masih dalam batas baku mutu air sesuai
peruntukannya (Ali, 2013).
275.

Suhu

berpengaruh

terhadap

proses

metabolisme

organisme yang hidup diperairan. Pada suhu yang rendah, proses


pencernaan makanan pada ikan berlangsung lambat. Sedangkan pada
suhu yang lebih panas proses pencernaan ikan berlangsung lebih cepat.
Namun suhu yang terlalu tinggi menyebabkan rendahnya pertumbuhan
jasad hidup perairan. Perbedaan suhu pada siang dan malam hari yang
37

ideal bagi kehidupan ikan ialah tidak lebih besar dari 5C. Suhu optimum
untuk budidaya ikan gurame adalah berkisar antara 25-30C (Parlaungan,
2009).
276.

Suhu berperan penting dalam kondisi perairan. Proses

metabolisme organisme perairan dipengaruhi langsung oleh suhu. Suhu


yang baik (optimum) untuk organisme air tawar yaitu 25 30 oC. Suhu ini
dapat mempercepat proses pencernaan ikan. Namun jika suhu rendah
pencernaan berlangsung lambat dan ketika suhu tinggi akan melemahkan
pertumbuhan organisme.
277.

Nilai DO sebesar 3,6 mg/l, 3,2 mg/l dan 2,9mg/l jika

dibandingkan dengan baku mutu air kelas III untuk parameter DO


berdasarkan Perda Provinsi Jatim No. 2 Tahun 2008 yaitu sebesar 3 mg/l,
maka kondisi kualitas air Sungai Metro bila di lihat dari parameter DO
pada masih dalam batas baku mutu air, sedangkan yang ketiga berada
dibawah baku mutu sesuai peruntukannya. Pada umumnya air yang telah
tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Semakin banyak bahan
buangan organik di dalam air, semakin sedikit sisa kandungan oksigen
yang terlarut di dalam air. Aktivitas manusia seperti pertanian dan
pembuangan limbah, menyebabkan penurunan kosentrasi oksigen
terlarut. Penurunan nilai DO air Sungai Metro merupakan akumulasi dari
pembuangan limbah domestik dan aktivitas pertanian di sekitar daerah
aliran sungai (Ali, 2013).
278.

Air mengandung sejumlah oksigen yang tertentu. Biasanya

oksigen masuk ke dalam air melalui difusi langsung dari udara, aliranaliran air yang jatuh, hujan yang jatuh, dan proses asimilasi tumbuhan
hijau. Kadar oksigen terlarut dalam perairan ditentukan oleh suhu
perairan, kadar garam, dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air.
Tingginya suhu perairan, kadar garam dan tekanan parsiel gas dapat
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam perairan.
Oksigen sangat penting untuk kehidupan ikan. Apabila oksigen yang
terlarut di suatu perairan sangat sedikit, maka perairan tersebut tidak baik
lagi bagi ikan karena akan mempengaruhi kecepatan makan ikan. Agar
ikan dapat hidup, perairan harus mengandung oksigen sekurang38

kurangnya 1 ppm, dan kandungan oksigen terlarut yang ideal untuk


kehidupan ikan adalah 4 mg/liter (Parlaungan, 2009).
279.

DO

atau

oksigen

terlarut

sangat

dibutuhkan

oleh

organisme perairan. Keberadaannya diperairan dipengaruhi oleh suhu


perairan, kadar garam, dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air.
Selain itu dipengaruhi oleh pencemaran dari pertanian dan pembuangan
limbah. Hal ini menyebabkan penurunan kosentrasi oksigen terlarut.
Semakin banyak bahan buangan organik di dalam air, semakin sedikit
sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Nilai DO yang masih
baik bagi organisme perairan tawar yaitu 3 mg/l. Jika kurang dari itu
akan mengakibatkan kematian organisme perairan.
280.

3.2.4 Pembahasan
281.

Berdasarkan hasil pengukuran logam berat menggunakan

AAS, didapatkan hasil konsentrasi logam berat Cu terbesar berada pada


Stasiun 2 dengan nilai konsentrasi 0,3379 ppm. Stasiun 2 sendiri berada
dekat dengan Pabrik Ajinomoto. Hal ini memiliki keterkaitan yang erat
karena umumnya pencemaran logam berat Cu paling banyak salah
satunya disebabkan oleh kegiatan industri. Selain itu juga disebabkan
oleh limbah domestik dari rumah-rumah warga disekitar Pabrik. Secara
umum terlihat juga bahwa konsentrasi logam berat Cu di semua stasiun
berjumlah lebih tinggi daripada nilai baku mutunya.
282.

Konsentrasi logam berat dapat meningkat karena masukan

limbah dari kegiatan antropogenik di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS).


Selain itu juga di sepanjang aliran sungai. Limbah yang diperkirakan
berpotensi mengandung Cu adalah pupuk yang berasal dari kegiatan
pertanian dan perkebunan. Di bagian hulu terdapat kegiatan pertanian
dan perkebunan yang menghasilkan limbah sisa-sisa pupuk dan
pestisida. Kisaran Cu dalam pupuk fosfat yang digunakan dalam kegiatan
pertanian berkisar 1-300 mg/kg Cu. Secara umum terlihat bahwa
konsentrasi Cu di bagian hilir selama penelitian lebih tinggi dibandingkan
kadar alaminya di alam. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan
perairan sungai telah mendapat pasokan dari sumber non alami atau
antropogenik (Putri et al, 2015).
39

283.

Berdasarkan

hasil penelitian

diketahui fraksi Cu

didominasi oleh fraksi resisten yaitu sebesar 64,38%. Sedangkan fraksi


non-resisten masingmasing adalah acid reducible sebesar 3,70% dan
fraksi oxidisable organik sebesar 31,89% dan pada fraksi EFLE tidak
terdeteksi. Fraksi Cu resisten lebih tinggi

dibandingkan yang non-

resisten. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ketersediaan logam Cu


terserap oleh biota bentik, atau bioavailabilitasnya adalah 35,59%. Logam
Cu di lingkungan diduga paling banyak berasal dari kegiatan-kegiatan
perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta
mobilitas

bahan-bahan

bakar.

Meningkatnya

limbah

dari

industri

percetakan, pewarnaan, kegiatan rumah tangga, bengkel dan pasar di


sepanjang daerah aliran sungai mengakibatkan terjadinya peningkatan
konsentrasi logam

berat di perairan dan sedimen muara suangai

setiap tahunnya, yang mana komponen non-resisten berhubungan erat


dengan masukan antropogenik (Puspasari et al, 2014).
284.

Berdasarkan hasil pengukuran logam berat menggunakan

AAS, didapatkan hasil konsentrasi logam berat Pb terbesar berada pada


Stasiun 1 dengan nilai konsentrasi 2,1625 ppm. Stasiun 1 sendiri berada
dekat dengan Mata Air Sungai Brantas. Di kawasan arboretum ini
terdapat timbunan barang-barang dari besi di bawah tanah yang
menyebabkan lapukan besi tersebut mencemari perairan sekitar. Hal ini
pun menjadi salah satu penyebab terjadinya pencemaran logam berat Pb
di perairan. Secara umum terlihat juga bahwa konsentrasi logam berat Pb
di semua stasiun berjumlah lebih tinggi daripada nilai baku mutunya.
Selain itu secara keseluruhan dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa
hasil konsentrasi logam berat Pb lebih besar daripada logam berat Cu.
285.

Konsentrasi timbal (Pb) di muara sungai Porong berada

jauh di atas ambang batas dengan nilai konsentrasi timbal (Pb) yaitu
antara 0-0,490 mg/l. Secara umum pada muara sungai porong telah
tercemar oleh logam timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi kehidupan
biota. Selain itu kadar dari logam Pb ini berada jauh di atas ambang
batas. Hal ini dikarenakan pada minggu pertama pipa pembuangan
lumpur mengalir, minggu kedua telah terjadi hujan, perairan pasang, dan
40

minggu ketiga tidak terjadi hujan, perairan keruh. Sehingga perlu sangat
diwaspadai bahwa dari aliran lumpur tersebut kadar timbalnya sangat
besar yang dapat mempengaruhi pada pertumbuhan dan kehidupan biota
sehingga terjadi kepunahan biota yang memiliki peran penting dalam
menjaga keseimbangan rantai makanan ekosistem dan menjaga
kelestarian fungsi sungai (Parawita et al, 2009).
286.

Hasil pengukuran logam berat Pb di perairan Muara

Sungai Porong adalah <0,0044 mg/L untuk semua stasiun penelitian.


Kandungan Pb total di dalam sedimen pada ekosistem Mangrove di
Muara Sungai Porong ditemukan berkisar 0,0585 0,0683 mg/kg dengan
rata-rata sebesar 0,0648 mg/kg. Konsentrasi tertinggi ditemukan pada
stasiun 1 (Muara), sedangkan terendah pada stasiun 3 (depan muara).
Kandungan Pb di dalam sedimen Estuari Sungai Porong masih tergolong
berada di bawah baku mutu kualitas sedimen sebesar 30,2 mg/kg.
Kandungan logam berat pada sedimen
tergantung

pada masukan

material

permukaan

selalu

berubah

tersuspensi. Dengan kata lain,

konsentrasi logam berat pada sedimen permukaan akan beubah-ubah


tergantung derajat kontaminasinya terhadap wilayah tersebut (Harlyan
dan Sari, 2015).
287.

Berdasarkan hasil uji awal yang telah dilakukan, kadar

logamberat Pb pada air Sungai Brantas wilayah Mojokerto sebesar 0,03


ppm, menurut Per.Menkes. No. 492/2010 nilai ini sudah diatas batas
maksimal logam berat Pb yang diperbolehkan di air yaitu 0,01 ppm. Kadar
Pb pada ikan bader yang hidup di Sungai Brantas wilayah Mojokerto
mencapai 0,268 ppm. Menurut Kepmen LH No. 51 tahun 2004 nilai ini
sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena sudah melampaui batas baku
mutu yaitu 0,008 ppm. Keberadaan logam berat dalam air mempengaruhi
kehidupan biota dalam mengakumulasi dalam air. Peningkatan kadar Pb
pada jaringan tubuh ikan akan menurunkan fungsi organ. Apabila telah
melewati ambang batas maka organ dalam tubuh ikan akan rusak dan
mengakibatkan kematian (Priatna, 2016).
288.

Keberadaan logam berat di perairan dapat berasal dari

berbagai sumber, antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga,


41

limbah pertanian dan limbah industri. Beberapa industri seperti industri


tekstil, pelapisan logam, peleburan logam dan kertas yang terdapat di
DAS Brantas bagian hilir berpotensi menghasilkan limbah sebagai
sumber polutan logam berat di Sungai Surabaya. Pencemaran yang
dihasilkan dari logam berat sangat berbahaya karena bersifat toksik,
logam berat juga akan terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui
proses gravitasi. Salah satu logam berat yang termasuk bahan beracun
dan berbahaya adalah tembaga (Cu) merupakan salah satu logam berat
yang banyak dimanfaatkan dalam industri, terutama dalam industri
elektroplating, tekstil dan industri logam (alloy). Ion Cu (II) dapat
terakumulasi di otak, jaringan kulit, hati, pankreas dan miokardium.
Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Perda Jatim Nomor 2 Tahun 2008
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di
Provinsi Jawa Timur Sungai Surabaya termasuk sungai kelas I, yaitu air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, sehingga
senantiasa di kontrol kualitas airnya. Kadar tembaga maksimum yang di
perbolehkan Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 adalah 0,02 mg/L (Fitriyah,
2013).
289.

Logam

berat

Pb

penyebarannya

sangat

luas

dan

jumlahnya cukup besar diperairan dari pada Cu. Karena banyak industri
yang memanfaatkan Cu jadi jumlahnya juga banyak diperairan tawar.
Keduanya memiliki dampak buruk bagi organisme perairan tawar. Jumlah
yang masih diperbolehkan untuk Pb yaitu 0,01 mg/l dan Cu 0,02 mg/l.
Tingginya akumulasi PB dan Cu dapat menurunkan fungsi organ pada
organisme dan dapat meracuni serta membunuh organisme perairan.

42

290.
291.

3.3 Penutup
3.3.1 Kesimpulan
292.

Kesimpulan

yang

dapat

diambil

dari

Praktikum

Pencemaran Laut ini tentang analisa Pb dan Cu di DAS Brantas adalah


sebagai berikut :

Pencemaran di laut didefinisikan sebagai polutan yang masuk kedalam


perairan laut yang melebihi ambang batas yang tidak dapat ditolerir oleh
organisme

dan

berdampak

buruk

terhadap

organisme.

Sumber

pencemaran berasal dari limbah limbah yang berasal dari daratan, seperti
limbah domestic, limbah industry, limbah pertanian dan peternakan dan
lain-lain. Pencemaran di laut ini akan berdampak dan mempengaruhi

organisme secara fisiologi, tingkah laku dan reproduksi organisme.


Pada Praktikum Pencemaran Laut, perhitungan kandungan logam berat
dianalisis

menggunakan

metode

AAS

(Atomic

Absorption

Spectophotometri) yang di ukur dan di analisa di laboratorium.


Pengukuran parameter sampel diperlukan karena saat pengambilan
sampel parameter perairan dapat mempengaruhi kandungan logam berat

yang ada di perairan tersebut.


Kandungan logam berat yang ada di DAS Brantas diketahui terdapat
logam berat Pb dan Cu. Pada DAS Brantas kandungan logam berat Pb
diketahui melebihi baku mutu yang seharusnya. Hal ini dikarenakan pada
titk pengambilan sampel di DAS Brantas dari hulu ke hilir ditemukan
limbah besi yang dibuang di daerah hulu yang menyebabkan kandungan
logam berat Pb menjadi pencemar. Sedangkan logam berat Cu
dinyatakan masih dalam ambang batas yang di anjurkan di suatu perairan
tawar.

293.

3.3.2 Saran
294.

Saran yang diperlukan pada Praktikum Pencemaran laut

adalah sebagai berikut :

Praktikum pada bagian preservasi lebih dijelaskan langkah-langkah

pengerjaannya.
Praktikum Pencemaran diperlukan praktikum lab yang di lakukan oleh
praktikan.
43

44

295.
296.
297.

DAFTAR PUSTAKA

Abida, Indah Wahyuni. 2010. Struktur Komunitas Dan Kelimpahan

Fitoplankton
298.

Di Perairan Muara Sungai Porong Sidoarjo. Jurnal Kelautan,

Volume 3, No.1.
299.

Ambarwati, Anjar Rizki, Nurul Mahmudi, Moimil Latifah. 2015. Uji

Cemaran
300.

Melalui Koefisien Nilai Nutrisi di Sungai Kota Mojokerto. Seminar

Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015


301.

Janetasari,selly ayu, 2013. Kajian Pencemaran Deterjen Dan

Fosfat Akibat
302.

Limbah Domestik Pemukiman Kumuh Di Sungai Brantas Kota

Malang-Jawa Timur. Yogyakarta


303.

Hakim, Ayu Ratri Wijayaning Dan Yulinah Trihadiningrum. 2012.

Studi Kualitas
304.

Air Sungai Brantas Berdasarkan Makro Invertebrata. Jurnal Sains

Dan Seni Pomits Vol. 1, No.1, (2012), 1-6


305.

Harlyan, L.I. dan Sari, S.H.J. 2015. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cu
dan Zn
306. pada Air dan Sedimen Permukaan Ekosistem Mangrove di Muara
Sungai
307. Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 20
(1).

308.

Ika, Tahril Dan Irwan Said.2012. Analisis Logam Timbal (Pb) Dan

Besi (Fe)
309.

Dalam Air Laut Di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa

Kecamatan Palu Utara. Jurnal Akademika Kimia. Volume 1, No. 4


310.

Li, H., Shi, A., Li, M. dan Zhang, X. 2013. Effect of Ph, Temperature,
Dissolved Oxygen, and Flow Rate of Overlying Water on Heavy Metals
Released from Storm Sewer Sediments. Journal of Chemistry: Hindawi
Publishing Corporation.
45

311.

Parawita, D., Insafitri, dan Nugraha, W.A. 2009. Analisis Konsentrasi


Logam
312. Berat Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan Vol. 2
(2).

313.

Puspasari, D.A., Suprihatin, I.E. dan Dewi, I.G. 2014. Spesiasi dan
314. Bioavailabilitas Logam Cu dan Zn Dalam Perairan dan Sedimen
Muara
315. Sungai Badung pada Jalur Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar
316. Bali. Jurnal Kimia Vol. 8 (2).

317.

Putri, W.A.E., Bengen, D.G., Prartono, T. dan Riani, E. 2015. Konsentrasi


Logam Berat (Cu dan Pb) di Sungai Musi Bagian Hilir. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis Vol. 7 (2).

318.

Sukarno,

mujahid,muh.yusuf.

2013.

Kondisi

Hidrodinamika

Dan

Pengaruhnya Terhadap Sebaran Parameter Fisika-Kimia Perairan Laut


Dari Muara Sungai Porong, Sidoarjo. Buletin Oseanografi Marina April
2013. vol. 21-6
319.

Susila, Erna. 2007. Analisa Penegakan Hukum Penebangan Hutan


Konservasi Secara Ilegal Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 5
tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayatidan
Ekosistemnya(Studi Di Kawasan Arboretum Sumber Brantas. Batu :
Malang

320.

Wulandari,

Dewi.

2009.

Keterikatan

Antara

Kelimpahan

Fitoplankton Dengan
321.

Parameter Fisika Kimia Di Estuari Sungai Brantas (Porong), Jawa

Timur. Bogor.
322.

Yudi W., Ririh Y., Dan Soedjajadi K,. Pengaruh Pengolahan Dan

Pendistribusian.
323.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.3, No.2, Januari 2007 :

171 182
324.

Yuliastuti, eitk.2011. Tesis Kajian Kualitas Air Sungai Ngingo

Karanganyar Dalam
325.

Upaya Pengendalian Pencemaran Air.Universitas Diponegoro :

Semarang
46

326.
327.

47

328.

LAMPIRAN

329.
330.

Lampiran 1. Dokumentasi lapang

331.

a. Stasiun 1

332.

333.

334.

335.

336.

337.

48

338.

339.

340.

341.
342.

49

343.

b. Stasiun 2

344.

345.

346.

347.

348.

349.

350.
351.

c. Stasiun 3

50

352.

353.

354.

355.

356.

357.

358.
359.
360.

d. Stasiun 4
361.

362.

51

363.

364.

365.

366.

52

367.

Lampiran 2. Baku Mutu Perairan

1. PP No. 82 Tahun 2001


368.

53

369.

370.
371.
54

372.
373.

55

374.

56

375.
2. Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
376.
377.
378.
379.

380.

Lampiran III: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Nomor
: 51 Tahun 2004
Tanggal
: 8 April 2004

381.
382.

383.

BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK BIOTA LAUT

384.
385.

386.
387.
388.
389.

390.
Catatan:
391.
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan
(sesuai dengan metode yang digunakan)
392.
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah
ada, baik internasional maupun nasional.
393.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,
malam dan musim).
394.
4. Pengamatan oleh manusia (visual ).
395.
5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah
lapisan tipis (thin layer )
396.
dengan ketebalan 0,01mm
397.
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang
dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang
berlebihan
dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu
sendiri.
398.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
399.
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
400.
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10%
konsentrasi rata2 musiman c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai
dengan <2oC dari suhu alami
401.
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

57

402.
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas
rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin,
Endosulfan dan Heptachlor
403.
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musim

58

404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.

Lampiran 3.Hasil Analisis Laboratorium

36

423.

36

Anda mungkin juga menyukai