id
digilib.uns.ac.id
Disusun oleh :
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing II
SorjaKoesuma, M.Si.
: Senin
(..........................................)
Disahkan oleh
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Jurusan Fisika,
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The structure of subsurface in the western Karanganyar is interesting to be
learned. It is related to the number of industrial building established in western
Karanganyar. Hence, the kind of subsurface rocks really influence the building
above. This research covers the structural mapping of deep earth in the western
Karanganyar with range 100 km2. In Geophysics, gravity method is used to find
out the variety of rocks density in the earth. Variety of density in the subsurface
causes the gravity change on the surface. Gravity is also influenced by topography
change and earth rotation. This factor must be redrawn before interpreting the data
of gravity to find out the structure of the subsurface. In the end process, gravity
data can be used to know the soil layer. From the research, it is obtained that the
average rock density scored 2.5 gr/cm3 by Nettleton methods. Model using
Grav2D acquired that the rock density is 1,004 gr/cm3, 1,503 gr/cm3, 1,56 gr/cm3,
2,39 gr/cm3, and 3,257 gr/cm3.From the table of the rock density, it can be
concluded that western Karanganyar contained clay, sandstones, and diabase.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The structure of subsurface in the western Karanganyar is interesting to be
learned. It is related to the number of industrial building established in western
Karanganyar. Hence, the kind of subsurface rocks really influence the building
above. This research covers the structural mapping of deep earth in the western
Karanganyar with range 100 km2. In Geophysics, gravity method is used to find
out the variety of rocks density in the earth. Variety of density in the subsurface
causes the gravity change on the surface. Gravity is also influenced by topography
change and earth rotation. This factor must be redrawn before interpreting the data
of gravity to find out the structure of the subsurface. In the end process, gravity
data can be used to know the soil layer. From the research, it is obtained that the
average rock density scored 2.5 gr/cm3 by Nettleton methods. Model using
Grav2D acquired that the rock density is 1,004 gr/cm3, 1,503 gr/cm3, 1,56 gr/cm3,
2,39 gr/cm3, and 3,257 gr/cm3.From the table of the rock density, it can be
concluded that western Karanganyar contained clay, sandstones, and diabase.
Key words: Gravity method, Gravity, Rock density.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada bidang Geofisika, metode gravitasi digunakan untuk mengetahui
variasi densitas di dalam bumi. Variasi densitas di bawah permukaan tanah
menyebabkan adanya perubahan gaya gravitasi di atas permukaan. Intensitas dari
gaya gravitasi dipengaruhi oleh perbedaan massa di bawah permukaan. Ada dua
komponen gaya gravitasi yang di ukur di atas permukaan. Kedua komponen
tersebut adalah (1) secara umum dan relatif seragam komponen yang dipengaruhi
oleh keseluruhan bumi dan (2) banyak komponen berukuran kecil yang mana
variasi tersebut dikarenakan perubahan densitas (anomali gravitasi). Pengukuran
gravitasi secara tepat serta koreksi pada variasi dalam komponen yang lebih besar
di seluruh bumi, survey gravitasi dapat mendeteksi rongga dalam tanah baik yang
natural maupun buatan manusia, variasi kedalaman dari bedrock, dan struktur
geologi ( Griffin,1995).
Metode Gaya Berat berlaku saat ada perbedaan massa di bawah
permukaan, yang mana massa tersebut lebih besar atau lebih kecil dibandingkan
dengan material di sekitarnya. Gaya berat juga dipengaruhi oleh perubahan
topografi dan rotasi bumi. Faktor ini harus direduksi sebelum interpretasi data
gaya berat untuk mengetahui struktur bawah permukaan. Proses akhir data gaya
berat dapat digunakan dalam berbagai masalah teknik dan lingkungan, termasuk
membedakan ketebalan lapisan tanah, dan mendeteksi sesar dekat permukaan
yang dapat diidentifikasi untuk aliran fluida panas bumi. Metode gaya berat
termasuk teknik geofisika yang relatif mudah untuk sebuah interpretasi.
Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
jenis
batuan yang berada di dalamnya. Hal inilah yang mendasari mengapa penelitian
ini dilakukan. Dengan memetakan struktur bawah permukaan di daerah
Karanganyar, khususnya di bagian barat dapat menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan diatas.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas masalah yang akan diteliti adalah
1.
2.
2.
3.
4.
commit
user
Mengetahui variasi densitas
bawahtopermukaan
dengan metode gaya berat.
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
1.5.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Pustaka
BAB III
Metodologi Penelitian
BAB IV
BAB V
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gaya Gravitasi
Istilah gravimetri atau dalam bahasa Inggris gravimetry yang berasal dari
bahasa latin gravis yang berarti berat dan bahasa Yunani metpew yang berarti
mengukur. Jadi arti harfiahnya adalah pengukuran yang berhubungan dengan
berat atau measurement of gravity. Setiap massa yang berpartisipasi dengan
putaran bumi melalui sumbunya dipengaruhi oleh gaya berat bumi itu sendiri dan
oleh benda langit lainnya dan juga oleh percepatan sentrifugal. Gaya hasil
keduanya adalah gaya berat F. Jadi F adalah fungsi dari pengaturan massa bumi
dan benda ruang angkasa lain juga dari putaran bumi.(Untung,2001).
Hukum Newton tentang gravitasi menyatakan bahwa besar
dari gaya
gravitasi antara dua massa adalah sebanding dengan masing-masing massa dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar kedua massa tersebut. Dalam
koordinat kartesian, gaya yang terjadi antara partikel bermassa m pada titik
Q=(x,y,z) dan partikel bermassa m0 dititik P=(x,y,z) dapat ditulis dengan
(2.1)
Dimana
,(
P(x,y,z)
) -
Q(x,y,z
)
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimana G adalah konstanta gravitasi Newton yang besarnya adalah 6,67 x 10 -11
Nm2/kg2 (blakely,1995). Sedangkan untuk mencari percepatan gravitasinya maka
gaya F harus dibagi dengan massa m0 sehingga diperoleh:
(2.2)
(2.3)
Dalam unit SI percepatan gravitasi mempunyai satuan m/s2, dalam
perkembangannya
cm/s ,yang diberi nama gal sebagai perhargaan pada Galileo. Perubahan
percepatan gravitasi yang sangat kecil disebabkan oleh struktur geologi yang
diukur dalam orde 10-3 gal (mgal). Anomali gravitasi terkait struktur geologi telah
disurvei dengan instrumentasi lapangan dengan akurasi 0,1-1 mgal, yang
dinamakan gravity unit(gu). Instrumentasi modern mampu untuk mengukur
perbedaan gravitasi hingga 10-6 gal,atau mikrogal (gal). Nilai percepatan
gravitasi pada permukaan bumi adalah sekitar 9,8 m/s2(lowrie, 2007).
2.2. Sistem Pegas
Sistem yang bekerja dalam instrumen Gavitymeter adalah sistem pegas.
Berikut ini penjelasan dari sistem pegas sederhana:
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Periode dari osilasi pegas gambar 2.2 tidak terpengaruh oleh g, jadi bisa
dianggap
adalah
. Jadi,
sehingga pegas sederhana ini bukanlah alat ukur mutlak. Tapi jika kita mengubah
maka
juga berubah.
(2.4)
, mungkin
akurasi pendulum), kita harus mengukur perubahan panjang lebih teliti dari:
(2.5)
Yang mana nilainya sangat kecil. Sehingga massa
(2.6)
seperti berikut:
(2.7)
Jika kita dapat menambah Periode natural, T, kemudian perubahan kecil dalam
akan menghasilkan besaran yang beralasan,dan bisa dihitung, perubahan dalam .
Penambahan T menjadikan sebuah persamaan untuk membuat pegas dengan
commit to user
yang lebih besar. (Wahr, 1996).
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
, dimana
berbagai cara untuk membuat pegas semacam ini. Lengan panjangnya b, dengan
massa
pada lengan tersebut bebas untuk menambahi titik lengan sebelah kiri
m
900 +
mg
, kemudian pada titik keseimbangan untuk setiap nilai . Hal ini bersifat
(menaikkan pendulum
), nilai torsi pegas
commit to user
yang berlawanan arah jarum jam berkurang, sebab nilai L mengecil, dan nilai torsi
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
searah jarum jam juga berkurang, hal ini terjadi akibat nilai sudut antara m g dan
lengan momen b berkurang. Dengan demikian maka 2 nilai torsi ini dapat saling
meniadakan, dan akhirnya tidak ada nilai torsi. Secara kualitatif, torsi yang
berlawanan arah jarum jam pada m dari pegas adalah:
(
Nilai sudut
adalah,
)( )
(2.8)
(2.9)
Dengan catatan:
(
(2.10)
(2.11)
maka,
(
(2.12)
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jika
tidak berpengaruh, maka lengan b akan terus berayun baik searah
ataupun berlawanan arah jarum jam, dan baru berhenti jika menabrak. Ide
dasarnya adalah untuk membuat settingan persamaan tersebut, kemudian
menyesuaikan nilai y sampai alat ukur berada dalam posisi setimbang, maka akan
kita ketahui bahwa
. /
(2.15)
Jika kita mengukur perubahan disetiap nilai y maka kita juga akan mendapatkan
perubahan nilai g. Hal ini bersifat relatif karena nilai . / adalah suatu bentuk
ekspresi persamaan y (Wahr,1996).
2.4 Koreksi Dalam Metode Gaya Berat
Secara teoritis bumi dianggap bulat sempurna, homogen(sebaran
densitasnya merata), dan tidak berotasi. Pada kenyataannya, bumi berbentuk
spheroid, permukaannya tidak rata, dan berotasi. Bumi juga dipengaruhi gaya
tarik benda di luar bumi seperti Bulan dan Matahari, oleh karena itu gaya berat di
permukaan Bumi dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:
1. Pasang surut
2. Koordinat Lintang
3. Ketinggian
4. Topografi
5. Variasi densitas bawah permukaan
Dalam metode gaya berat yang diharapkan adalah factor variasi densitas
bawah permukaan, sehingga faktor lainnya harus dikoreksi atau direduksi
dari nilai pembacaan pada gravitymeter.
2.4.1 Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gaya tarik dari benda di
luar Bumi seperti Bulan dan Matahari. Yaitu dengan cara mengukur nilai gaya
berat di stasiun yang sama pada interval waktu tertentu, kemudian bacaan
gravitymeter tersebut diplot terhadap
fungsi
commit to
user waktu sehingga didapat suatu
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persamaan yang digunakan untuk menghitung koreksi pasang surut. Harga koreksi
pasang surut ini selalu ditambahkan pada pembacaan gaya berat.
(2.16)
Dengan :
Gt
Gobs
(Koesuma,2001).
Dengan:
Drift(sn)
tsn
= waktu pembacaan
commit tostasiun-n
user
(2.17)
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tb
tb
Gb
Gb
Gt
(2.19)
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini adalah 0,0386 mgal/meter (Untung dan Sato, 1978). Sehingga nilai gravitasi
harus ditambah 0,0386 mgal permeternya.
2.4.5. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction)
Koreksi Bouguer disebabkan adanya pengaruh tarikan massa yang terletak
antara datum dan titik ukur yang belum diperhitungkan pada saat koreksi udara
bebas. Sehingga nilai yang terukur harus dikurangi dengan besarnya gaya tarikan
tersebut. Koreksi Bouguer diberikan oleh persamaan :
(
(2.20)
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2.21)
Dengan :
CBA
= Anomali Bouguer
Gabs
Gn
( (
*(
)(
(
))
)
) +
(2.22)
)
)
x, y, z
, , h
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
*(
)
)
) +
(2.23)
tiap nilai dari fungsi dialjabarkan sebagai matrik fungsi yaitu matrik nilai gravitasi
g, matrik posisi a dan matrik kontras densitas m.
(2.24)
yaitu
.
.
dengan
(
*(
)
)
) +
(2..25)
(2.29)
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
y
-z
Bidang
Datar
x
Topografi
(x,y,-z)
Spheroid
Reference
z=0
Titik Proyeksi
Titik Amat
Titik Massa
1.
Gambar 2.4. Prinsip kerja Metode Bidang Titik Massa Dampney(Dampney
dalam Setyawan,2005)
2.6. Pemisahan Anomali Regional-residual
Biasanya anomali Bouguer masih mengandung beberapa anomali dari
berbagai sumber. Anomali dengan panjang gelombang besar yang berasal dari
kontras densitas dalam disebut anomali regional. Hal ini sangat penting untuk
memahami struktur dengan skala besar dari lapisan Bumi seperti zona subduksi.
Sedangkan anomali dengan panjang gelombang rendah yang berasal dari anomali
massa di sekitar daerah eksplorasi disebut anomali residual. Pemisahan regional
dan residual sangat penting dalam tahap interpretasi peta kontur gravitasi. Analisa
didasarkan pada seleksi profil pada suatu struktur, atau bisa juga distribusi dua
commit to user
dimensi dari peta anomali Bouguer. (Lowrie, 2007).
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2.30)
elevasi permukaan F(
(
) adalah
(2.31)
(Nwankwo, 2006).
2.7. Pemodelan Talwani
Pemodelan Talwani 2,5D adalah pemodelan anomali gravitasi dengan
menggunakan bentuk anomali 2,5D yaitu model 2D dengan penampang berhingga
yang sama pada arah tegak lurus dengan bidang 2D-nya, maka besarnya medan
gravitasi parsial karena suatu volume dijabarkan sebagai :
Jika diasumsikan bernilai tetap maka medan gravitasi pada arah vertikal
(z) menjadi :
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2.32)
)-
(2.33)
)-
(2.34)
dengan
Integral luasan poligon pada persamaan (2.34) dapat di rubah dalam bentuk
integral garis dari sekeliling poligon dengan merubah fungsi z kedalam fungsi x
dari setiap sisi di poligon tersebut (Gambar 2.6). Untuk setiap sisi dari poligon
commit to user
fungsi z di definisikan sebagai :
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan
x0i
x
i
z0i
(xi,zi)
(xi+1,zi+1)
(2.35)
dengan
,
) -
dan
commit to user
) /
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan Data
Data
A
Koreksi Pasut
Koreksi Drift
commitBto user
19
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gravitasi Observasi
Koreksi Bouguer
Koreksi Medan
Anomali Bouguer
Pemisahan Anomali
Regional-Residual
Anomali Regional
Anomali Residual
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Informasi Geologi
Pemodelan
Anomali Model
Selesai
alat, serta
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
St 1
UNS
St 2
St n
St = stasiun Pengamatan
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
koreksi tinggi alat, koreksi drift, koreksi gravitasi normal, koreksi udara bebas,
koreksi bouguer, koreksi medan.
1. Koreksi pasang surut.
Koreksi ini dikarenakan adanya pengaruh gaya tarik bumi oleh massa
bulan dan matahari pada saat pengukuran.
2. Koreksi tinggi alat.
Koreksi ini dilakukan karena nilai gravitasi yang didapat dari pengukuran
merupakan nilai di atas permukaan, seharusnya nilai tersebut merupakan
nilai tepat di permukaan tanah.
3. Koreksi drift.
Gravitymeter yang sangat peka terhadap goncangan menyebabkan
pergeseran pembacaan pada alat. Oleh karena itu perlu adanya koreksi
terhadap pergeseran tersebut dan besarnya sebagai fungsi waktu.
4. Koreksi gravitasi normal.
Jari- jari bumi di tiap tempat memiliki nilai yang berbeda-beda karena
bentuk bumi yang tidak bulat sempurna. Hal ini menyebabkan nilai
gravitasi yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu memungkinkan untuk
menghitung nilai gravitasi secara teoritis berdasarkan letak lintangnya.
5.
6. Koreksi bouguer.
Koreksi ini tergantung pada ketinggian dan massa jenis batuannya. Untuk
mencari massa jenis batuan dengan menggunakan metode penentuan
massa jenis rata-rata.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Koreksi medan.
Pengukuran di daerah berbukit akan berbeda dengan pengukuran di daerah
datar, maka perlu adanya koreksi medan di sekitar titik pengamatan. Yaitu
dengan memperhatikan topografi di sekitar titik pengamatan.
Anomali Bouguer dapat diperoleh dari selisih medan gravitasi hasil
pengukuran dengan nilai gravitasi normal yang telah dikoreksi. Namun anomali
ini bukan merupakan anomali yang sebenarnya. Hal ini karena anomali tersebut
berada di topografi. Oleh karena itu perlu adanya proyeksi ke bidang datar dengan
metode Dampney. (Dampney dalam Setyawan, 2005). Setelah diproyeksikan
kemudian anomali Bouguer dipisahkan anomali regional dan residualnya.
Pemisahan anomali menggunakan metode polinomial. (Thruston dan Brown,
1992).
Proses dalam metode Dampney adalah menetukan sumber ekivalen titk
massa
diskrit
pada
kedalaman
tertentu
di
bawah
permukaan
dengan
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini penentuan jenis batuan didasarkan pada nilai densitas
batuan tersebut. Pengukuran dengan metode gravitasi sebagaimana telah
dijelaskan dalam bab 3 sebelumnya, dilakukan untuk mengetahui nilai densitas
pada daerah penelitian. Topografi daerah penelitian ini adalah daratan dengan
ketinggian terendah di barat daerah penelitian, semakin ke timur semakin naik.
Sehingga dapat dikatakan daerah penelitian berupa daratan miring. Pada bab ini
akan dibahas mengenai hasil pengolahan data yang telah diperoleh dari lapangan
dengan mengacu pada batasan masalah dari penelitian ini sendiri. Kemudian
dilakukan interpretasi dari hasil pengolahan data untuk mengetahui struktur
bawah permukaan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
4.1. Nilai Gravitasi Pada Lokasi Penelitian
Pengukuran dari lapangan yang masih berupa nilai pembacaan pada
Gravitymeter diproses sehingga diperoleh gravitasi pada masing-masing lokasi
penelitian. Adapun besarnya gravitasi pada lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 4.1.
to user
Gambar 4.1. Profilcommit
gravitasi
pada lokasi penelitian
27
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
180
170
160
h(M)
150
140
130
R
KE
R
G
N
U
PU
EJ
IL
AN
G
N
LA
LU
AP
YU
KA
AN
KO
iru
n
AK
120
commit to user
Gambar 4.4. Profil gravitasi untuk berbagai harga densitas.
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Harga densitas yang diambil adalah harga densitas untuk gafik gravitasi yang
terkorelasi mnimum dengan profil topografi,
korelasi negatif. Dapat dilihat pada grafik dari Wirun sampai Bakalan nampak
bahwa ada pola naik atau positif dan turun atau negatif. Pada grafik dari Bakalan
ke Kayuapak, Kayuapak ke Lalung, serta dari Pundungrejo ke Keragilan tampak
bahwa untuk semua harga densitas batuan membentuk pola yang sama. Hal ini
dikarenakan data ketinggian yang diperoleh dari hasil pengukuran kurang sesuai
dengan data ketinggian di peta topografi. Faktor ketinggian lokasi pengukuran
sangat penting dalam reduksi data gravitasi. Sehingga hasil ekstrapolasi dari nilai
gravitasi yang diperoleh menunjukkan pola yang sama.
Untuk beberapa harga densitas mengikuti pola naik atau pun turun. Namun
untuk grafik nilai gravitasi dengan harga densitas 2,5 gr/cm3 diperkirakan
mempunyai korelasi paling minimum terhadap pola naik maupun turun. Oleh
karena itu densitas 2,5 gr/cm3 dipakai sebagai harga densitas rata-rata batuan di
daerah penelitian ini. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung koreksi
Bouguer.
4. 3. Anomali Bouguer
Setelah reduksi data yang dilakukan mulai dari menghitung gravitasi
normal, koreksi drift, koreksi pasang surut, koreksi udara bebas, koreksi medan,
koreksi Bouguer, maka akan diperoleh hasil anomali bouguer dengan menghitung
selisih antara gravitasi pengamatan dengan medan gravitasi normal yang telah
dikoreksi . Anomali Bouguer yang sudah ini merupakan anomali yang berada di
topografi. Sehingga bisa dikatakan anomali tersebut bukanlah anomali yang
sebenarnya. (Koesuma,2001). Oleh karena itu untuk mendapatkan anomali yang
sebenarnya maka data anomali Bouguer perlu diproyeksikan ke suatu bidang datar
tertentu.
Peta kontur anomali Bouguer yang telah diperoleh dari penelitian adalah
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
anomali Bouguer sekitar -66 mGal. Bila dilihat dari peta kontur anomali pulau
Jawa maka hasil yang didapat dari penelitian ini cukup relevan. Karena untuk
daerah sekitar Karanganyar mempunyai nilai anomali minus. (Brotopuspito,
2010).
perpustakaan.uns.ac.id
33
digilib.uns.ac.id
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
topografi daerah penelitian ini. Range nilai anomali Bouguer pada bidang datar
berkisar antara -82 mGal sampai -56 mGal.
Bila dibandingkan dengan anomali Bouguer pada topografi, maka range
nilai anomali Bouguer pada bidang datar lebih kecil. Hal ini dikarenakan distorsi
akibat topografi yang tidak homogen sudah diminimalkan. Sehingga selisih
anomali Bouguer pada bidang datar relatif kecil.
4.5. Hasil Pemisahan Anomali Regional dan Anomali Residual
Anomali Bouguer yang sudah diproyeksikan ke bidang datar masih
merupakan integrasi dari anomali regional dan anomali residual. Sehingga perlu
adanya suatu pemisahan antara anomali regional dan anomali residual. Dengan
menggunakan metode polinomial dapat dihitung besarnya anomali regional.
Sehingga dapat dicari anomali residual dengan cara mengurangkan anomali
Bouguer dengan anomali regional. Jadi anomali residual merupakan selisih antara
anomali bouguer dengan anomali regional.
4.5.1. Anomali Regional
Anomali regional merupakan anomali yang berasal sumber yang sangat
dalam,
berukuran
besar
dan
biasanya
berhubungan
dengan
lempeng
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehingga nilai anomali residual dapat dihitung dengan mencari selisih antara
anomali Bouguer dengan anomali regional.
Bentuk kontur pada anomali regional bila dihitung dengan menggunakan
metode polinomial akan membentuk pola struktur yang dalam seperti bentuk
lempeng tektonik. Hal ini terbukti dengan peta kontur anomali regional yang
diperoleh dari penelitian ini. Terlihat pada gambar 4.10 bahwa pola kontur yang
condong atau miring ke arah Utara-Selatan dengan nilai anomali di bagian Utara
lebih rendah dibandingkan dengan anomali yang berada di bagian Selatan.
4.5.2. Anomali Residual
Anomali residual merupakan anomali lokal yang berada di daerah
penelitian. Anomali ini diperoleh dari selisih antara anomali Bouguer dengan
anomali regional. Anomali residual inilah yang digunakan untuk interpretasi
bawah permukaan daerah penelitian ini. Hasil dari perhitungan yang kemudian
diplot ke bentuk peta kontur diperoleh anomali residual sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Barat Daya sebagai lintasan A-A, serta memanjang dari arah Barat ke Timur
sebagai lintasan BB.
commit to user
Gambar 4.15. Pemodelan
pada lintasan A-A.
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada pemodelan lintasan ini nilai errornya adalah sebesar 2,96. Besarnya kontras
densitas adalah sebagai berikut:
a. = 1,720 gr/cm3 atau batuan dengan densitas sebesar 4,22 gr/cm3.
b. = -0,688 gr/cm3 atau batuan dengan densitas sebesar 1,812 gr/cm3.
c. = 0,147 gr/cm3 atau batuan dengan densitas sebesar 2,353 gr/cm3.
d. = 0,840 gr/cm3 atau batuan dengan densitas sebesar 3,34 gr/cm3.
Diperkirakan jenis batuan pada lintasan B-B antara lain yaitu Chalcopyrite
dengan densitas 4,22 gr/cm3, pasir dengan densitas 1,812 gr/cm3, batuan pasir
dengan densitas 2,353 gr/cm3, serta batuan peridotite dengan densitas 3,34gr/cm3.
Bila ditinjau dari kedua lintasan A-A dan B-B maka jenis batuan yang
ada di bawah permukaan daerah Karanganyar bagian Barat sebagian besar
merupakan batuan yang tergolong jenis batuan sedimen dan batuan beku. Yang
mana keseluruhan batuan tersebut merupakan limpahan dari lahar dingin gunung
Lawu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penulis menarik
simpulan sebagai berikut:
1. Anomali Bouguer pada daerah penelitian bernilai negatif. Hal ini
disebabkan besarnya gravitasi dari hasil pengukuran di lapangan lebih
kecil dibandingkan dengan faktor koreksinya.
2. Nilai densitas rata-rata di Karanganyar bagian Barat dan sekitarnya
diperoleh hasil 2,5 gr/cm3.
3. Jenis batuan di Karanganyar bagian Barat adalah batuan lempung (clay),
batuan pasir (sandstone), serta terdapat batuan beku diabase, dan
peridotite.
5.2. Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Perlunya pengukuran ketinggian yang lebih akurat pada lokasi penelitian,
karena faktor ketinggian sangat mempengaruhi hasil pengolahan data.
2. Perlu adanya pembanding dengan metode lain dalam pengolahan data,
sehingga hasil penelitian diharapkan mendekati realita di lapangan.
commit to user
41