DAKRIOADENITIS
Oleh:
Oleh:
Muchtar Luthfi, S.Ked
Pembimbing:
Dr. H.E. Iskandar, Sp.M (K), MARS
HALAMAN PENGESAHAN
Telaah Ilmiah
Judul
Dakrioadenitis
Oleh:
Muchtar Luthfi, S.Ked
telah dinilai dan dinyatakan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSMH
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata
dilindungi oleh area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti
tulang frontal sphenoid maxilla zygomatic greater wing of sphenoid lacrimal
dan ethmoid. Sebagai struktur tambahan mata, dikenal berbagai struktur
aksesoris yang terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata, konjungtiva,
aparatus lakrimal, dan otot-otot mata ekstrinsik. Fungsi mata sangat
berpengaruh dengan struktur yang ada di sekitarnya. Hal ini menyebabkan
kelainan struktur di sekitar mata dapat mengganggu fungsi mata.
Salah satu kelainan pada mata yang sering terjadi pada manusia ialah
inflamasi atau infeksi. Infeksi dapat mengenai seluruh struktur yang ada pada
organ mata. Infeksi kerap terjadi pada bulbus okuli dan juga struktur
disekitarnya, termasuk kelenjar-kelenjar pada mata. Glandula lakrimal adalah
salah satu kelenjar yang bisa terkena infeksi.
Glandula lakrimal merupakan kelenjar air mata yang fungsinya adalah
untuk mensekresi air mata. Peradangan glandula lakrimal merupakan penyakit
yang jarang ditemukan dan dapat bersifat unilateral atau bilateral.
Dakrioadenitis adalah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars
sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya
dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik
lainnya.
Adanya dakrioadenitis sebagai penyakit yang menyerang glandula
lakrimal dapat menyebabkan gangguan pula pada fungsi mata. Oleh karena
itu, telaah ilmiah tentang dakrioadenitis penting untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan telaah ilmiah ini adalah untuk mengetahui secara
umum mengenai definisi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, serta komplikasi pada dakrioadenitis.
Melihat permasalahan diatas, penulis tertarik untuk memaparkan tinjauan
pustaka mengenai pengenalan dini dari dakrioadenitis dan pengobatan yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi mata dan mencegah kerusakan yang
lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus
inferior.1
Sistem lakrimalis
produksi dan drainase air mata, apparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian:1
1) Komponen sekresi, yang terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai
unsur pembentuk cairan air mata, yang disebarkan di atas permukaan
mata oleh kedipan mata.
2) Komponen ekskresi, yang mengalirkan sekret ke dalam hidung, terdiri
dari kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.
maxillaris
nervus
trigeminus.
Denervasi
adalah
konsekuensi yang sering terjadi pada neuroma akustik dan tumortumor lain di sudut cerebellopontin (Khurana AK, et al, 2007).
Kelenjar Lakrimal Aksesorius
Meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar utama,
2.1.2
Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 um Yang menutupi
dan
diadsorpsi sebagian pada membran sel epitel kornea dan oleh mikrovili
ditambatkan
pada
sel-sel
epitel
permukaan.
Ini
Gambar 4: Tiga
Lapisan Film Air Mata yang Melapisi Lapisan Epitel Superfisial di Kornea (Sumber: Vaughans
General Ophthalmology)
Lisozim air mata menvusun 21-25% protein total, bekerja secara sinergis
dengan gamma globulin dan faktor anti bakteri non-lisozim lain, membentuk
mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga
bisa berperan dalam diagnosis berbagai kondisi klinis tertentu, misalnya,
hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs.1
K+, Na+, dan CI- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata
daripada di plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL)
dan urea (0,04mg/dL). Perubahan kadar dalam darah sebanding dengan
perubahan kadar glukosa dan urea dalam air mata. pH rata-rata air mata
adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam
keadaan normal, air mata bersifat isotonik. Osmolalitas film air mata
bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L. 1
2.2 Definisi
Dakrioadenitis adalah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata
pars sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik,
keduanya dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit
sistemik lainnya. Dakrioadenitis dapat disebabkan oleh perbesaran dan
peradangan kelenjar lakrimal. Dakrioadenitis akut ataupun kronis dapat
menyebabkan palpebra dan atau lobus orbital terpisah. Pada umumnya
dakrioadenitis
kronis
lebih
sering
terjadi
dibandingkan
dengan
dakrioadenitis akut.2,3
2.3 Etiologi
Dakrioadenitis dapat disebabkan oleh infeksi. Pada penyakit
sistemik yang memungkinkan terjadinya dakrioadenitis adalah sarcoid,
Sjogrens Syndrome, grave disease, lupus, granulomatosis Wegener, lesi
limfoepitelial jinak, orbital inflammatory syndrome, ataupun benign
lymphoepithelial lesion.3,4
Beberapa penyebab utama dari proses infeksi terbagi menjadi 3 ,
yaitu:
Diagnosis Banding :
a. Hordeolum internum biasanya lebih kecil dan melingkar
b. Abses kelopak mata terdapat fluktuasi
c. Selulitis
orbita
biasanya
berkaitan
dengan
penurunan
2.5 Diagnosis
Diagnosis dakrioadenitis dapat ditegakkan dengan adanya nyeri pada
dakrioadenitis palpebra akut, edema dan bentuk S pada kelopak atas,
limfadenopati preaurikular, pembengkakan terasa keras pada saat di
palpasi, dapat ditemukan injeksi konjungtiva dan kemosis dengan atau
umumnya,
prinsip
tatalaksana
yang
diberikan
sangat
BAB III
KESIMPULAN
Dakrioadenitis adalah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars
sekretorik. Dakrioadenitis dapat disebabkan oleh perbesaran dan peradangan
kelenjar lakrimal.
Dakrioadenitis iibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik,
keduanya dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit
sistemik lainnya. Pada dakrioadenitis akut sering ditemukan pembesaran kelenjar
air mata di dalam palpebra superior , hal ini dapat ditemukan apabila kelopak
mata atas dieversi, maka akan kelihatan tonjolan dari kelenjar air mata yang
mengalami proses inflamasi . Pada keadaan kronis darkrioadenitis gejala klinisnya
lebih baik dari pada yang akut. Gejala hampir sama dengan fase akut hanya pada
fase ini tidak didapatkan rasa nyeri. Umumnya tidak ditemukan nyeri, ada
pembesaran kelenjar, tanda-tanda ocular minimal, ptosis bisa ditemukan, dapat
ditemukan sindroma mata kering.
Pada umumnya, prinsip tatalaksana yang diberikan sangat bergantung pada
etiologi dari dakrioadenitis itu sendiri. Penatalaksanaan dakrioadenitis akut adalah
kompres hangat, NSAID sistemik, jika telah terjadi abses maka dapat dilakukan
pembedahan.
DAFTAR ISI
1. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta