Hepatitis
Hepatitis
1. Definisi
Hepatitis adalah inflamasi yang tersebar luas diseluruh sel liver.
(Ignatavicius, 2006)
Hepatitis adalah inflamasi pada liver.(Lewis, 2005)
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus di sertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas.(Bruner & suddarth, 2002)
Hepatitis adalah inflamasi pada liver. (Joyce M. Black, 2007)
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. ( IPD,
2006)
Kesimpulan : hepatitis adalah infeksi sistemik disertai inflamasi dan nekrosis yang
tersebar luas di sel liver.
2. Klasifikasi
Hepatitis Akut
Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Hepatitis ini mempunyai
gejala yang lebih nyata dan prognosis yang lebih baik daripada hepatitis
kronis.
Hepatitis kronis
Hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Gejala Hepatitis ini
muncul bertahap. Dengan harapan kesembuhan yang tidak sebagus
hepatitis akut.
3.
Etilogi
a) Hepatitis Viral:
Hepatitis A:
Disebut juga dengan nama hepatitis infeksiosa.
Etiologi : virus hepatitis A (HAV).
Cara penularan : jalur faecal-oral, terutama lewat konsusmsi makanan
Hepatitis B:
Disebut juga hepatitis serum
Etiologi : virus hepatitis B (HBV).
Cara penularan :melalui darah (jalur perkutan/parenteral) atau lewat
kontak dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan oral
(saliva dan secret vagina), penularan perinatal dari ibu kepada bayi nya.
Masa inkubasi 45-180 hari.
Hepatitis C:
Disebut juga hepatitis non-A,non-B.
Etiologi:virus hepatitis C (HCV).
Cara penularan : melalui tranfusi darah, kontak seksual,perinatal dari ibu
kepada bayinya.
Hepatitis D:
Disebut juga Delta virus
Etiologi :virus hepatitis D (HDV)
Cara penularan : melalui darah (jalur perkutan/parenteral) atau lewat
kontak dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan oral
(saliva dan secret vagina), penularan perinatal dari ibu kepada bayi nya.
Masa inkubasi : 2-26 minggu.
Hepatitis E :
Disebut juga hepatitis epidemic non-A, non-B.
Etiologi: virus hepatitis E (HEV)
Cara penularan:melalui pekal-oral terutama lewat konsusmsi makanan
Hepatitis F:
Disebut juga hepatitis epidemic non-A, non-B.
Etiologi: virus hepatitis F (HFV)
Cara penularan:melalui pekal-oral terutama lewat konsusmsi makanan
atau minuman yang tercemar virus tersebut.
Hepatitis G:
Disebut juga hepatitis epidemic non-A, non-B.
Etiologi: virus hepatitis G (HGV)
Cara penularan:melalui pekal-oral terutama lewat konsusmsi makanan
atau minuman yang tercemar virus tersebut.
p)
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati. Kerusakan sel hati dalam nekrosis sel hati disebabkan oleh adanya proliferasi
dan pembesaran cels Kupfer.
q)
Akibat proses perkembangan penyakit, lobus hati yang normal mengalami
pembesaran
disebabkan
oleh
penyebaran
peradangan,
nekrosis
dan
regenerasi
hepatocelluler. Tekanan dari sirkulasi portal meningkat sebagai akibat dari pembesaran,
berpengaruh pada aliran darah ke lobus hati. Edema dari saluran hati empedu menyebabkan
obstruktif intrahepatik yang menyebabkan jaundice.
r) Timbulnya ikterus juga karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam
hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
s)
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu
dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
t)
5. Tanda dan Gejala
-
x)
6. Tes Diagnostik
a) Laboratorium :
Pemeriksaan antigen
- Hepatitis A (HAV) : Anti-HAV-IgM-positif pada hepatitis akut; IgG positif setelah
infeksi
- Hepatitis B (HBV) : HBsAg, HBV-DNA, anti-HBc-IgM, HbeAg, anti-HBsAg
- Hepatitis C (HCV) : Anti-HCV atau anti-HDV, HCV RNA
- Hepatitis D (HDV) : HDAg-positif (anti-HDV), HDV RNA serum
- Hepatitis E (HEV) : Anti-HEV
- Hepatitis G (HGV) : Anti-HGV
Pemeriksaan pigmen :
y) urobilirubin direk meningkat
z) bilirubun serum total meningkat
aa) bilirubin urine meningkat
ab) urobilinogen urine mennurun
ac) urobilinogen feses menurun
Pemeriksaan protein :
ad)
ae)
af)
Massa protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K memanjang
Serum liver enzim:
ag) - Alanin aminotransferase (ALT) atau SGPT : elevasi pada fase pre ikhterik.
ah) - Aspartate aminotransferase (AST) atau SGOT : elevasi pada fase pre ikhterik.
ai) - Amonia serum : mengetahui fungsi hati yang mengubah amonia menjadi urea.
Kadarnya meningkat
ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) : dengan screening test untuk pasien yang
suspect dengan hepatitis C
a)
Radiologi
aj) - foto rontgen abdomen
ak) - pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
al) - kolestogram dan kalangiogram : memasukan zat kontras melalui suntikan percutan.
Untuk membantu membedakan duktus intrahepatik dan menyebabkan obstruksi biliaris
- arteriografi pembuluh darah seliaka
Biopsi hati : mengambil jaringan pada hepar untuk menegakkan diagnosa
Pemeriksaan Fisik
an) Inspeksi : untuk melihat iktherik dan melihat pembesaran pada abdomen
ao) Palpasi : ada pembaesaran pada hepar atau tida
d)
USG : untuk melihat pembesaran pada hepar
am)
b)
c)
ap)
7. Penatalaksanaan Medik
a. Farmakoterapi
- Vaksin Imunoglobulin : untuk mengurangi keparahan infeksi hepatitis dan sebagai
-
Pegasys, PEG-Intron)
Agen antiviral : sebagai agen antivirus. (Contoh obat : lamivudine,ribavirin, adefovir)
Anti-inflamasi : ibuprofen, indometasin
Diuretik : chlorothiazide
Terapi obat kortikosteroid, menurunkan serum transamine dan kadar bilirubin
aq)
b. Tirah baring
ar) Untuk menurunkan kerja metabolisme hati
c. Nutrisi
as) Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat, dan dapat diberikan makanan secara IV
-
Diet hati I : diberikan pada keadaan kronik protein dibatasi 30grm,lemak yang mudah
dicerna, bentuk makan lunak dicincang, kalau ada asites cairan maksimum1 liter, energi
rendah.
Diet hati II : diberikan makanan perpindahan dari diet hati I, bentuk bisa lunak atau
biasa, protein normak 1grm/kg BB, lemak sedang 20-25%, cukup energi cukup protein,
kurang kalsium dan tiamin, diet garam rendah tergantung ada asites.
Diet hati III : diberikan pada perpindahan diet hati Iiatau pada pasien hepatitis akut dan
sirosis yang nafsu makannya baik, diet garam rendah bila masi ada asites dan edema
at)
8. Komplikasi
- Fulminan Hepatitis
au) Hepatitis virus fulminan adalah sindrom klinis yang mengakibatkan kerusakan parah atau
nekrosis sel hati dan gagal hati potensial. Hepatitis virus fulminan berkembang pada pasien
persentase kecil. Gangguan yang mungkin terjadi sebagai komplikasi dari hepatitis B,
terutama hepatitis B disertai oleh infeksi virus delta (HDV). Hepatitis fulminan terjadi lebih
jarang dengan HAV atau HCV. reaksi toksik terhadap obat dan gangguan metabolisme
bawaan juga dapat menyebabkan hepatitis fulminan dan gagal hati. Hepatocellura kegagalan
-
dengan kematian biasanya terjadi kecuali transplantasi hati mendesak dapat dilakukan.
Hepatitis Kronis
av) Biasanya terjadi sebagai akibat hepatitis B atau C. Perpaduan infeksi hepatitis D (HDV)
pada klien dengan HBV kronis juga dapat menyebabkan hepatitis kronis. Seperti disebutkan
sebelumnya, hepatitis kronis dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati (hepatoma).
Anemia aplastik
aw) Anemia aplastik, meskipun jarang, pembawa angka kematian yang tinggi yang langka
ketika itu terjadi setelah hepatitis virus akut. Tidak ada perawatan telah terbukti efektif
dalam membalikkan kondisi ini. Manajemen mendukung dan paliatif. Terapi meliputi
(1) cairan IV untuk memberikan hidrasi, (2) koreksi kelainan elektrolit, (3) obat untuk
mengurangi rasa sakit dan nause, dan (4) asupan kalori yang memadai.