1693-1483
{/
\y
6
ISSN. 1693-148
JurnalSorihi
UTARA
ABSTRAK
Tanimbar Bagian Utara da
Pengamatan kandungan zat hara fosfat di perairan Kepulauan
1998. Hasil pengamata
Selatan telah dilakukan pada bulan Oktober sampai November Tanimbar Bagian Selata:
perairan
menunjukkan bahwa kandungan zat hara fosfat rerata di
Selatan, hal in menunjukkai
lebih tinggi dibandingkan dengan perairan Tanimbar Bagian
dibadingkan dengan Bagian Utar
bahwa perairan Tanimbar Bagian Selatan lebih subur
lokasi. Kandunga
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh karakteristik masing-masing yang dijumpai d
fosfat
fosfat di kedua perairan ini masih sesuai dengan kandungan
kadar fosfatnya relati
berdasarkan
tersebut
perairan
perairan laut yang normal. Kedua
subur dan masih baik untuk kehidupan biota.
Kata Kunci: Zat hara fosfat, Tanimbar, Kesuburan
ABSTRACT
Of Molluca
The Fertility Of North And South Part Of Tanimbar Islands Waters, Southeast
The Tanimba
Evaluated From Phosphate Content. Observations On Phosphate Content In
October Unti
North And South Parts Of Tanimbar Islands Waters Were Carried Out In
In
| November 1998. The Results Showed That The Content Of Phosphate The South
Tanimbar
I Higher Compared To The North, This Is Indicated That The Waters Of South
Each
Of
| Fertile Than The North. This Condition Due To Different Characteristic Found InLocation
Norma
Concentration
L The Content Of Phosphate Still Fixed With The Phosphate
to
Fine
Still
And
Relative
Seawaters. That Both Waters According To Phosphate Is Fertile
Marine Organism.
(Fasmi Ahmad)
62
JuntaI Sorihi
ISSN. 1693-1483
PENDAIIULUAN
Fosfor merupakan salah satu unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan oleh organisme perairan
(Nybakken, 1 985). Fosfor di alam tidak dijumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi berada
dalam bentuk terikat dengan unsur Iain membentuk senyawa. Di Iaut fosfor dijumpai dalam
keadaan terlarut dan tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Fosfor
terlarut hampir semuanya ditentukan oleh persentase ion-ion ortofosfat yaitu H2P04 ( ) ,
HP04 ( -2), dan P04 (-3) (Alaert et al., 1984). Sumber fosfat di perairan pesisir dan
paparan benua adalah sungai, karena sungai membawa hanyutan-hanyutan sampah maupun
sumber fosfat lainnya dari darat, disamping itu dapat pula berasal dari hutan bakau dan
lamun melalui dekomposisi serasah. Di laut dalam, sumber fosfat adalah batu-batuan dan
endapan-endapan atau sedimcn yang terbentuk pada tahun-tahun geologi masa lalu, yang
secara berangsur-angsur mengalami pengikisan dan melepaskan fosfat ke perairan. Dengan
demikian sedimen berperan utama dalam menyediakan fosfor di banyak perairan (Connel et
al., 1995).
Tulisan ini mengungkapkan kandungan fosfat di perairan Kepulauan Tanimbar, faktorfaktor yang mungkin mempengaruhinya serta kemungkinan pemanfaatan perairan ini untuk
berbagai kepentingan.
f
\I
pg.at/1.
Jurnal Sorihi
ISSN. 1693-1-
::
M-ll-U
9
l \IZA*S*
'it
A r
'C?/
&
/ P. Ttulmkt'
tail Aialura
fpd
*
* * -B
131 5935BT
130 45, 20 BT
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Jull 2004 : 61
- 72
64
Jurnal Sorihi
ISSN. 1693-1483
No
St
1
Ke dalaman (meter)
0
0:05
0.15
0.30
ttd
1.45
0.25
0.30
0.80
0.15
0.15
0.15
0.20
50
0.35
0.35
0.35
0.10
0.70
0.40
0.55
0.65
0.15
0.55
75
100
150
200
0.30
0.50
0.45
0.75
1.10
0.55
0.55
0.55
1.20
0.45
0.25
1.75
0.85
0.45
0.80
0.75
0.90
0.70
1.20
0.35
0.30
1.45
1.40
1.15
1.25
0.65
0.60
1.35
0.70
0.50
0.70
1.70
1.60
0.78
0.83
0.67
0.70
0.11
0.56
0.35
0.63
X
0.35
0.25
0.44
Keterangan: ttd (tidak terdeteksi)
0.59
0.79
0.98
1.07
0.52
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
25
0.20
0.05
0.30
ttd
0.05
0.50
0.05
0.80
0.05
0.20
0,55
0.05
Rerata
0.20
0.31
0.53
0.64
Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar zat hara fosfat di lapisan permukaan (0 m) berkisar j
antara ttd 1.45 pg.at/1 dengan rerata 0.35 pg.at/1 (terendah st 4, tertinggi st 5). Pada j
kedalaman 25 m antara ttd - 0.80 pg.at/1 dengan rerata 0.25 pg.at/1 (terendah st 4 , j
tertinggi st 8), pada kedalaman 50 m antara 0.10 - 0.70 pg.at/1 dengan rerata 0.44 j
pg.at/1 (terendah st 4, tertinggi st 5 dan 12), pada kedalaman 75 m antara 0.30 - 1.10 j
p.at/1 dengan rerata 0.59 p.at/1 (terendah st 2, tertinggi st 6), pada kedalaman 100 m
antara 0.25 - 1.75 p.at/1 dengan rerata 0.79 ug.at/1 (terendah st 5, tertinggi st 6), pada
kedalaman 150 m antara 0.45 - 1.70 p.at/1 dengan rerata 0.98 ug.at/1 (terendah st 2,
tertinggi st 12), dan pada kedalaman 200 m antara 0.30 - 1.60 p.at/l dengan rerata 1.07
pg.at/1 (terendah st 3, tertinggi st 12).
Untuk setiap stasiun pengamatan, kadar rerata fosfat berkisar antara 0,1 1 - 0,83 pg.at/1
dengan rerata total 0,52 p.at/1. Kadar fosfat rerata terendah dijumpai pada stasiun 9 dan
tertinggi pada stasiun 11.
65
Jurnal Sorihi
ISSN. 1693-1483
2. Tanimbar Selatan
Hasil pengukuran kadar zat hara fosfat di perairan Tanimbar Selatan disajikan pada
Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat dilihat kadar fosfat di lapisan permukaan berkisar
antara 0.05 - 0.80 pg.at/1 dengan rerata 0.37 pg.at/1 (terendah st 24, tertinggi 292), pada
kedalaman 25 m antara 0.05 - 1.00 p.at/ 1 dengan rerata 0.55 pg.at/I (terendah st 24,
tertinggi st 27), pada kedalaman 50 m antara ttd - 2.90 pg.at/1 dengan rerata 0.99
pg.at/1 (terendah st 24, tertinggi st 29), pada kedalaman 75 m antara 0.05 - 1.50 pg.at/1
dengan rerata 0.91 ug.at/1 (terendah st 24, tertinggi st 29a), pada kedalaman 100 m
antara 0.10 - 1.80 pg.at/l dengan rerata 1.13 pg.at/1 (terendah st 24, tertinggi st 30),
pada kedalaman 150 m antara 0.10-1.35 pg.at/1 dengan rerata 0.90 pg.at/1
Tabel 2. Kadar Zat Hara Fosfat di Perairan Tanimbar Selatan,pg.at/1
Kedalaman (meter)
75
100
0.10
0.05
No
St
24
25
26
27
28
29
30
31
0
0.05
0.10
0.45
0.50
0.40
0.30
0.80
0.40
25
0.05
0.15
0.60
1.00
0.45
0.40
0.90
0.90
0.25
2.90
1.00
1.15
0.85
0.55
1.50
0.37
0.55
0.99
50
Ttd
0.20
0.45
150
0.10
200
1.50
0.90
0.75
1.45
1.45
0.85
1.80
1.05
1.10
1.35
1.35
1.15
1.20
Rerata
0.07
0.15
0.82
0.75
0.48
1.00
1.04
1.17
0.91
1.13
0.90
1.11
0.68
1.10
2004 : 61 72
66
Jtirnnl Sorihi
ISSN. 1693-1483
kadar fosfat yang tinggi, khususnya pada lapisan permukaan pada pengamatan ini
diduga akibat belum dimanfaatkan oleh fitoplankton. Hubungan antara kepadatan
fitoplankton pernah diungkapkan pakar-pakar kelautan sebelumnya (Koesoebiono,
1981).
Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat kadar rerata fosfat di lapisan permukaan di perairan
Tanimbar Utara dan Selatan masing-masing adalah 0,35 pg.at/1 dan 0,37 pg.at/I. Kadar
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar fosfat di lapisan permukaan yang
dijumpai di perairan laut yang umum. Menurut Ilahude et al ., (1975) kadar fosfat di
lapisan permukaan laut yang tersubur di dunia mendekati 0,6 pg/1. Secara keseluruhan
kadar di perairan ini relatif masih sesuai dengan kandungan fosfat yang umum
dijumpai di perairan laut yang normal. Kadar fosfat di perairan laut yang normal
berkisar antara 0,01 - 1,68 pg.at/1 (Sutamihardja, 1987), dan antara 0.01 4 pg.at/1
(Brotowidjoyo et al., 1995. Di perairan laut dalam, kandungan fosfat di lapisan
permukaan dapat mencapai < 0,01 pg.at/1 dan di lapisan yang lebih dalam dapat
mencapai > 3,0 pg.at/1 (Amstrong 1969 dalam Artawan, 1992). Kadar fosfat yang
tinggi pada permukaan umumnya dijumpai di perairan di mana terjadi kenaikan massa
air. Perubahan kandungan fosfat di laut dapat dijadikan sebagai indikator dari
pergerakan massa air dan indek pertumbuhan tanaman dan produktivitas. Kantor
MNKLH (1988) tidak memberikan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk fosfat baik untuk
kepentingan perikanan, taman laut konservasi dan pariwisata. Hal ini disebabkan
karena kadar fosfat sangat bervariasi sesuai dengan dimensi vvaktu dan ruang. Namun
demikian untuk kepentingan budidaya perikanan Departemen Pertanian (Anonim,
1993) menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk fosfat sebesar
0,2 - 0,5 ppm
( 200 - 500 pg.at/1) untuk ikan beronang, kerapu dan kakap, sedangkan untuk kerang
hijau, kerang darah (bulu), dan tiram NAB nya adalah 0,5 1,0 ppm ( 500 - 1000
pg.at/1). Dengan demikian berdasarkan kriteria NAB yang ditetapkan oleh Departemen
Pertanian di atas, maka perairan Tanimbar ini tidak dapat digunakan untuk kepentingan
budidaya biota-biota tersebut. Namun demikian kriteria ini perlu dikaji ulang kembali,
mengingat NAB yang ditetapkan tersebut terlalu besar dan jarang dijumpai di perairan
laut. Menurut Rifai et a.,( 1983) kadar fosfat di perairan yang masih alami tidak lebih
dari 0,1 ppm ( = 100 ug.at/1). Selanjutnya dikatakan bahwa kadar fosfat > 50 ppm dapat
menimbulkan eutrofikasi (kelewat subur). Eutrofikasi ini merangsang pertumbuhan
fitoplankton, sehingga terjadi ledakan populasi fitoplankton (Blooming), mulai dari
fitoplankton yang tidak mengandung racun sampai yang beracun (toksik).
Dari Tabel 1 dan 2 di atas juga dapat dilihat secara keseluruhan kadar fosfat rerata
pada kedalaman 0-200 m di perairan Tanimbar Bagian Utara (0.52 ug.at/1) lebih tinggi
dibandingkan dengan Tanimbar Selatan (0,68 ug.at/1). Seperti yang dijelaskan di atas
hal erat kaitannya dengan karakteristik masing-masing lokasi dan kepadatan populasi .
- 72
67
ISSN. 1693-1483
Jumal Sorihi
fitoplankton. Rendahnya kadar fosfat di Tanimbar Utara diduga karena zat hara fosfat
yang tersedia digunakan oleh -fitoplankton, khususnya di lapisan permukaan, keadaan
ini pemah dijumpai oleh Muchtar (1996) di Teluk Jakarta dan Edward & Manik (1987)
di Teluk Ambon. Liaw (1969 dalam Simajuntak, 1996)) membagi kesuburan perairan
berdasarkan kadar fosfat ke dalam empat kategori.
Tabel 5. Kesuburan Perairan Berdasarkan Kadar Fosfat
No Perairan Tanimbar
Kriteria, ug/1
Kesuburan
(0-200m), pg/1
Utara
0,52
0 - 0,06
Kurang subur
Selatan
0,68
0,07-1,61
Cukup subur
1,62-3,23
Subur
>3,32
Sangat subur
0,60
Rerata
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadar fosfat di kepulauan Tanimbar ini (utara,
dan selatan) berkisar antara 0,52 - 0,68 ug.at/1. Dengan demikian berdasarkan keriteria
diatas maka perairan Kepulauan Tanimbar ini termasuk ke dalam kategori cukup subur.
Berikut ini dapat dilihat perbandingan kadar fosfat di Kepulauan Tanimbar ini dengan
beberapa perairan di Indonesia.
Tabel 6. Perbandingan kadar fosfat di perairan Kep. Tanimbar Utara dan Selatan dengan
beberapa perairan di Indonesia.
No
Perairan
Tahun
Fosfat, ug.at/1
Keterangan
Tanimbar
1998
0,52 0,68
Penelitian ini
T. Jakarta
1980
0,04-2,92
M. Karang
1985
0,15-4,95
Suralaya
1986
0,52-1,18
B. Solo
1993
1,57-4,67
K. Porong
1993
1,95-7,46
Cilacap '
1985
1,40-4,95
Susana (Simajuntak,1996)
68
ISSN. 1693-1483
Jurtial Sorihi
T. Banten
1985
1,48-3,15
Anonym (Simajuntak,1996)
Jepara
1984
1,24-3,44
10
T. Kuta
1994
0,42-1,11
Muchtar (1994)
11
T. Ambon
1979
0,22-1,27
12
T. Ambon
1980
0,18-4,32
13
T. Ambon
1981
0,15-0,46
14
Sorong
1992
0,40-0,80
15
Sorong
1996
0,47-1,24
16
L. Banda
1993
1.08-2,99
17
L. Arafura
1993
0,69- 1,88
18
Tanimbar utara
1998
0,8 -1,4
Langkosono, (1998)
19
T. Bintuni
1995
0,38-1,43
20
T. Kao
1995
0,30-1,55
Wyadnyana, ( 1 998)
KES1MPULAN
Berdasarkan data yang dikaji, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kadar
fosfat di perairan Tanimbar Selatan lebih tinggi dibandingkan dengan Tanimbar Utara,
dengan demikian perairan Tanimbar Selatan ini relatif lebih subur dibandingkan dengan
Utara. Dilihat dari kadar fosfat, perairan Kepulauan Tanimbar ini secara keseluruhan relatif
masih normal dan alami dan cukup subur. Perairan ini dapat digunakan untuk kepentingan
perikanan (budidaya) serta taman laut dan konservasi. Kondisi perairan yang relatif masih
alami ini perlu dipertahankan dan dilestarikan, bahkan jika dapat lebih ditingkatkan daya
dukungnya. Pencemaran dan kerusakan ekosistem perlu dihindari dan dicegah sedini
mungkin, khususnya melalui peraturan dan perundang-undangan, instansi terkait serta
peran serta masyarakat.
ISSN. 1693-1
Jurnal Sorihi
DAFTAR ACUAN
Alaert, G dan Sri S Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasio
Surabaya: 309
Anonim. 1985. Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Pengendalian Pencemaran Lingkung
Laporan Khusus: Asisten I Meneteri Negara Kependudukan dan Lingkun;
Hidup. Jakarta
Artawan.-'G. 1992. Sebaran Suhu, Salinitas, Fosfat, Nitrat dan Silikat Musiman Sec
Connel, W. Des., dan G.J. Miller.1995. Kimia dan Ekootoksikologi Pencemaran. Pener
Universitas Indonesia: 520
Edward dan J.M. Manik. 1987. Kandungan Zat hara Fosfat di Teluk Ambon pada Mus
Timur dan barat Teluk Ambon (Biologi, perikanan, osenografi dan perikana
:112-1 16
Edward dan Tarigan. 1997. Ekologi Selat Sele. Jurnal lingkungan dan Pembangunan. V
17, No.4, hal. 285-292
Ilahude A.G., D.P. Praseno., O.H. Arinardi dan A. Nontji. 1975. Peta Oseanografi Ha
Pelayaran Selama Pelita I (1969-1974). Atlas Oseanologi Perairan Indonesia d
Sekitarnya. Buku No 2. LON-LIPI: 483
Kantor MNKLH. 1988. Keputusan Menetri Negara Kependudukan dan Lingkunga Hid,
No. Kep-02/MNKLH/U1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungc
Kantor Menetri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta
Bogor, Bogc
169
Juli 2004 : 61 - 72
7(
Jurnal Sorihi
ISSN. 1693-1483
Liaw. K. 1969. Chemical and Biological Studies of Fish Ponds and Reservoirs in Taiwan.
Reprinted from Chines - America Joint Commission on Rural Reconstruction. Fis.
Series 7
Muchtar, M. 1994. Struktur komunitas biologi padang lamun di pantai selatan Iombok daD
kondisi lingkungannya. Proyek Pengembangan kelautan MREP 1993-1994, P30LIPI Jakarta: 1-14
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit Gramedia Jakarta
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Sounders Company, Philadelphia: 574
Jtaymont, J. E. G. 1963. Plankton and Productivity in The Ocean. Me. Millan Co, New
York
Rifai, R.S dan K. Pertagunawan. 1983. Biologi Perikanan I. Penerbit CV. Kayago. Jakarta:
143
Pulumahuny, F.S. dan Edward. 1998. Evaluasi Rona lingkungan Teluk Bintuni Irian Jaya.
Proseding : Seminar Kelautan LIPI-UNHAS II, Ujung Pandang: 73-81
Sutamihardja, R.T.M. 1987. Kualitas Pencemaran Lingkungan. Sekolah Pascasarjana
Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bahan Kuliah: Institute
Pertanian Bogor, Bogor
Strickland, J.D.H and T.R. Parsons. 1972. A Practical Handbook of Seawater Analysis.
Fisheries Research Board Canada, Bulletin No. 167: 310
Simajuntak, M. 1996. Kondisi Fosfat dan nitrat di Perairan Teluk bantea Inventorisasi dan
Evaluasi Lingkungan Pesisir. P30-LIPI Jakarta : 10 - 18
Wyadnyana,N.N. 1998. Kelimpahan Sista Dinaflagellata Penyebab Red Tide di Teluk
Kao, Maluku Utara. Proseding : Seminar Kelautan UNHAS LIPI-UNHAS. Ujung
?
Pandang: 93-100
Wyadnyana N.N., W. Hutahean., A. Nanlohy., J. Souhoka. 1993. Eksplorasi Sumberdaya
Laut Jeluk Perairan Kawasan Timur Indonesia: Proftl Laut Banda dan Sekitamya
Laporan Kemajuan Triwulan III. Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut LIPI Ambon: 131-157
71
ISSN. 1693-1483
Jurnal Sorihi
Lanipiran:
PROTOPLASMA
Ekrcsi
BAKTERI
i
Tulang, gi
Sintesa Protein
Prololasm;.
gngLautdanlkan
[-gSHgSg,
1
i
Gambar 2. Siklus Fosfor (Odum, 1971)
72
72
ISSN. 1693-1483
Jurnal Sorihi
Kadar ug.at/l
I 1.2-r
I
siS
'
0.8-4
'6'
0.4
mmmm
(]
0.2 T
0
_ F;
*t _
m
Sa
, L
f
JJ
if li
_
iIF
ill
'T'
M.
I
_
i:
far..
Fosfat
At
i
3
0m
25 m
50 m
Kcdalaman
-*
1-2TS
0.8
nrr m-
'
0.6 '
0.4- ;
0.2
iS-d
0m
25 m
50 m
> Kedalaman
Gambar 4. Histogram Kadar Fosfat di Perairan Tanimbar Selatan
Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli 2004 : 61
72