Anda di halaman 1dari 13

ISSN.

1693-1483

I wmil Mmkli Smtiki


h

flWill. No. QlJuli 2(104)

{/

FAKttUAS PERIKANAN DAN 1LMU KEIAUTAN


UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

\y

6
ISSN. 1693-148

JurnalSorihi

UTARA

KESUBURAN PERAIRAN KEPULAUAN TAN1MBAR


DAN SELATAN, MALUKU TENGGARA
DITINJAU DARI KADAR ZAT KARA FOSFAT
Fasmi Ahmad
Balitbang Sumbcrdaya Laut LIPI Ambon

ABSTRAK
Tanimbar Bagian Utara da
Pengamatan kandungan zat hara fosfat di perairan Kepulauan
1998. Hasil pengamata
Selatan telah dilakukan pada bulan Oktober sampai November Tanimbar Bagian Selata:
perairan
menunjukkan bahwa kandungan zat hara fosfat rerata di
Selatan, hal in menunjukkai
lebih tinggi dibandingkan dengan perairan Tanimbar Bagian
dibadingkan dengan Bagian Utar
bahwa perairan Tanimbar Bagian Selatan lebih subur
lokasi. Kandunga
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh karakteristik masing-masing yang dijumpai d
fosfat
fosfat di kedua perairan ini masih sesuai dengan kandungan
kadar fosfatnya relati
berdasarkan
tersebut
perairan
perairan laut yang normal. Kedua
subur dan masih baik untuk kehidupan biota.
Kata Kunci: Zat hara fosfat, Tanimbar, Kesuburan

ABSTRACT
Of Molluca

The Fertility Of North And South Part Of Tanimbar Islands Waters, Southeast
The Tanimba
Evaluated From Phosphate Content. Observations On Phosphate Content In
October Unti
North And South Parts Of Tanimbar Islands Waters Were Carried Out In
In
| November 1998. The Results Showed That The Content Of Phosphate The South
Tanimbar
I Higher Compared To The North, This Is Indicated That The Waters Of South
Each
Of
| Fertile Than The North. This Condition Due To Different Characteristic Found InLocation
Norma
Concentration
L The Content Of Phosphate Still Fixed With The Phosphate
to
Fine
Still
And
Relative
Seawaters. That Both Waters According To Phosphate Is Fertile
Marine Organism.

kesuburan perairan kepuLauan

(Fasmi Ahmad)

62
JuntaI Sorihi

ISSN. 1693-1483

PENDAIIULUAN
Fosfor merupakan salah satu unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan oleh organisme perairan
(Nybakken, 1 985). Fosfor di alam tidak dijumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi berada
dalam bentuk terikat dengan unsur Iain membentuk senyawa. Di Iaut fosfor dijumpai dalam
keadaan terlarut dan tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Fosfor
terlarut hampir semuanya ditentukan oleh persentase ion-ion ortofosfat yaitu H2P04 ( ) ,
HP04 ( -2), dan P04 (-3) (Alaert et al., 1984). Sumber fosfat di perairan pesisir dan
paparan benua adalah sungai, karena sungai membawa hanyutan-hanyutan sampah maupun
sumber fosfat lainnya dari darat, disamping itu dapat pula berasal dari hutan bakau dan
lamun melalui dekomposisi serasah. Di laut dalam, sumber fosfat adalah batu-batuan dan
endapan-endapan atau sedimcn yang terbentuk pada tahun-tahun geologi masa lalu, yang
secara berangsur-angsur mengalami pengikisan dan melepaskan fosfat ke perairan. Dengan
demikian sedimen berperan utama dalam menyediakan fosfor di banyak perairan (Connel et
al., 1995).

Tulisan ini mengungkapkan kandungan fosfat di perairan Kepulauan Tanimbar, faktorfaktor yang mungkin mempengaruhinya serta kemungkinan pemanfaatan perairan ini untuk
berbagai kepentingan.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilakukan di perairan Kepulauan Tanimbar pada tanggal 10 Oktober sampai
2 November 1998 dengan menggunakan- Kapal Riset Baruna Jaya VII (Gambar 1). Di
perairan Tanimbar Utara dan Selatan masing-masing ditempat sebanyak 12 dan 11 stasiun
pengamtan. Gontoh air laut di ambil dengan menggunakan tabung Nansen pada ke dalaman
0, 25, 50, 75, 100, 150, dan 200 m. Semua contoh disimpan dalam botol polietilen. Analisis j
dilakukan di atas kapal Riset Baruna Jaya VII dengan menurut cara Strickland & Parsons
(1968). Sebelum dilakukan analisis kimia, contoh lebih dahulu disaring dengan
menggunakan kertas saring milipore dengan diameter 0.45 um. Analisis selanjutnya adalah
sebagai berikut: 1) Sebanyak 50 ml contoh dimasukan kedalam erlemeyer 150 ml, 2)
Tambahkan 8 ml reagen campuran (campuran antara Asam sulfat, Kalium Antimoniltartrat,
Ammonium Molibdat, dan Asam askorbik) sehingga terbentuk wama biru , biarkan 10 1
menit, 3) Lakukan pengukuran dengan menggunakan Spektrofotometer UV-1200 pada ,
panjang gelombang 885 nm. Hal yang sama juga dilakukan untuk larutan Blanko. Kadar
fosfat dihitung dengan menggunakan kurva standar, satuan konsentrasi dinyatakan dalam

f
\I

pg.at/1.

Jurnal llmiah Sorihi, Vol 111, No 01 Juli 2004 : 61 - 72

Jurnal Sorihi

ISSN. 1693-1-

::

M-ll-U
9

l \IZA*S*
'it

A r

'C?/
&

/ P. Ttulmkt'
tail Aialura

fpd
*

* * -B

131 5935BT

130 45, 20 BT
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

HASIL DAN BAIIASAN


1* Tanimbar Utara
H-ilpengukuran kandungan zat hara fosfat di perairan Tanimbar Utara disajikan pat

Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01

Jull 2004 : 61

- 72

64
Jurnal Sorihi

ISSN. 1693-1483

Tabel 1. Kadar Fosfat di Perairan Tanimbar Utara, pg.at/1

No
St
1

Ke dalaman (meter)

0
0:05
0.15
0.30
ttd
1.45
0.25
0.30
0.80
0.15
0.15
0.15
0.20

50
0.35
0.35
0.35
0.10
0.70
0.40
0.55
0.65
0.15
0.55

75

100

150

200

0.30
0.50
0.45
0.75
1.10
0.55
0.55

0.55
1.20
0.45
0.25
1.75
0.85

0.45
0.80
0.75
0.90
0.70
1.20

0.35
0.30
1.45
1.40
1.15
1.25

0.65

0.60

1.35

0.70

0.50

0.70

1.70

1.60

0.78
0.83
0.67
0.70
0.11
0.56
0.35
0.63

X
0.35
0.25
0.44
Keterangan: ttd (tidak terdeteksi)

0.59

0.79

0.98

1.07

0.52

2
3
4
5

6
7
8

9
10
11

12

25
0.20
0.05
0.30
ttd
0.05
0.50
0.05
0.80
0.05
0.20
0,55

0.05

Rerata
0.20
0.31
0.53
0.64

Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar zat hara fosfat di lapisan permukaan (0 m) berkisar j
antara ttd 1.45 pg.at/1 dengan rerata 0.35 pg.at/1 (terendah st 4, tertinggi st 5). Pada j
kedalaman 25 m antara ttd - 0.80 pg.at/1 dengan rerata 0.25 pg.at/1 (terendah st 4 , j
tertinggi st 8), pada kedalaman 50 m antara 0.10 - 0.70 pg.at/1 dengan rerata 0.44 j
pg.at/1 (terendah st 4, tertinggi st 5 dan 12), pada kedalaman 75 m antara 0.30 - 1.10 j
p.at/1 dengan rerata 0.59 p.at/1 (terendah st 2, tertinggi st 6), pada kedalaman 100 m
antara 0.25 - 1.75 p.at/1 dengan rerata 0.79 ug.at/1 (terendah st 5, tertinggi st 6), pada
kedalaman 150 m antara 0.45 - 1.70 p.at/1 dengan rerata 0.98 ug.at/1 (terendah st 2,
tertinggi st 12), dan pada kedalaman 200 m antara 0.30 - 1.60 p.at/l dengan rerata 1.07
pg.at/1 (terendah st 3, tertinggi st 12).

Untuk setiap stasiun pengamatan, kadar rerata fosfat berkisar antara 0,1 1 - 0,83 pg.at/1
dengan rerata total 0,52 p.at/1. Kadar fosfat rerata terendah dijumpai pada stasiun 9 dan
tertinggi pada stasiun 11.

Jurnal llmiah Sorihi. Vol III, No 01 Juli 2004 : 61 - 72

65
Jurnal Sorihi

ISSN. 1693-1483

2. Tanimbar Selatan
Hasil pengukuran kadar zat hara fosfat di perairan Tanimbar Selatan disajikan pada
Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat dilihat kadar fosfat di lapisan permukaan berkisar
antara 0.05 - 0.80 pg.at/1 dengan rerata 0.37 pg.at/1 (terendah st 24, tertinggi 292), pada
kedalaman 25 m antara 0.05 - 1.00 p.at/ 1 dengan rerata 0.55 pg.at/I (terendah st 24,
tertinggi st 27), pada kedalaman 50 m antara ttd - 2.90 pg.at/1 dengan rerata 0.99
pg.at/1 (terendah st 24, tertinggi st 29), pada kedalaman 75 m antara 0.05 - 1.50 pg.at/1
dengan rerata 0.91 ug.at/1 (terendah st 24, tertinggi st 29a), pada kedalaman 100 m
antara 0.10 - 1.80 pg.at/l dengan rerata 1.13 pg.at/1 (terendah st 24, tertinggi st 30),
pada kedalaman 150 m antara 0.10-1.35 pg.at/1 dengan rerata 0.90 pg.at/1
Tabel 2. Kadar Zat Hara Fosfat di Perairan Tanimbar Selatan,pg.at/1
Kedalaman (meter)
75
100
0.10
0.05

No
St
24
25
26
27
28
29
30
31

0
0.05
0.10
0.45
0.50
0.40
0.30
0.80
0.40

25
0.05
0.15
0.60
1.00
0.45
0.40
0.90
0.90

0.25
2.90
1.00
1.15

0.85
0.55
1.50

0.37

0.55

0.99

50
Ttd
0.20
0.45

150
0.10

200

1.50

0.90

0.75

1.45

1.45
0.85
1.80

1.05
1.10
1.35

1.35
1.15
1.20

Rerata
0.07
0.15
0.82
0.75
0.48
1.00
1.04
1.17

0.91

1.13

0.90

1.11

0.68

1.10

Keterangan: ttd (tidak terdeteksi)


(terendah st 24, tertinggi st 30), dan pada kedalaman 200 m antara 0.75 - 1.35 pg.at/1
dengan rerata 1.11 ug.at/1 (terendah st 26, tertinggi st 29). Untuk setiap stasiun
pengamatan kadar rerata fosfat berkisar antara 0,07 - 1,17 pg.at/1 dengan rerata total
0,68 pg.at/1.
Secara keseluruhan data di atas menunjukkan bahwa kadar fosfat meningkat dengan
bertambahnya ke dalaman. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Raymont (1963) yang
menyatakan bahwa di daerah lintang menengah dan tropis kadar fosfat akan meningkat
dengan bertambahnya kedalaman. Kadar fosfat yang tinggi pada kedalaman tertentu
dapat berasal dari penguraian senyawa-senyawa organik (hewan, tumbuhan dsb),
pengadukan dari lapisan-lapisan yang lebih dalam yang kaya akan fosfat, sedang pada
lapisan dekat dasar dapat berasal dari peluruhan sedimen di dasar perairan. Adanya

Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli

2004 : 61 72

66
Jtirnnl Sorihi

ISSN. 1693-1483

kadar fosfat yang tinggi, khususnya pada lapisan permukaan pada pengamatan ini
diduga akibat belum dimanfaatkan oleh fitoplankton. Hubungan antara kepadatan
fitoplankton pernah diungkapkan pakar-pakar kelautan sebelumnya (Koesoebiono,
1981).
Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat kadar rerata fosfat di lapisan permukaan di perairan
Tanimbar Utara dan Selatan masing-masing adalah 0,35 pg.at/1 dan 0,37 pg.at/I. Kadar
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar fosfat di lapisan permukaan yang
dijumpai di perairan laut yang umum. Menurut Ilahude et al ., (1975) kadar fosfat di
lapisan permukaan laut yang tersubur di dunia mendekati 0,6 pg/1. Secara keseluruhan
kadar di perairan ini relatif masih sesuai dengan kandungan fosfat yang umum
dijumpai di perairan laut yang normal. Kadar fosfat di perairan laut yang normal
berkisar antara 0,01 - 1,68 pg.at/1 (Sutamihardja, 1987), dan antara 0.01 4 pg.at/1
(Brotowidjoyo et al., 1995. Di perairan laut dalam, kandungan fosfat di lapisan
permukaan dapat mencapai < 0,01 pg.at/1 dan di lapisan yang lebih dalam dapat
mencapai > 3,0 pg.at/1 (Amstrong 1969 dalam Artawan, 1992). Kadar fosfat yang
tinggi pada permukaan umumnya dijumpai di perairan di mana terjadi kenaikan massa
air. Perubahan kandungan fosfat di laut dapat dijadikan sebagai indikator dari
pergerakan massa air dan indek pertumbuhan tanaman dan produktivitas. Kantor
MNKLH (1988) tidak memberikan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk fosfat baik untuk
kepentingan perikanan, taman laut konservasi dan pariwisata. Hal ini disebabkan
karena kadar fosfat sangat bervariasi sesuai dengan dimensi vvaktu dan ruang. Namun
demikian untuk kepentingan budidaya perikanan Departemen Pertanian (Anonim,
1993) menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk fosfat sebesar
0,2 - 0,5 ppm
( 200 - 500 pg.at/1) untuk ikan beronang, kerapu dan kakap, sedangkan untuk kerang
hijau, kerang darah (bulu), dan tiram NAB nya adalah 0,5 1,0 ppm ( 500 - 1000
pg.at/1). Dengan demikian berdasarkan kriteria NAB yang ditetapkan oleh Departemen
Pertanian di atas, maka perairan Tanimbar ini tidak dapat digunakan untuk kepentingan
budidaya biota-biota tersebut. Namun demikian kriteria ini perlu dikaji ulang kembali,
mengingat NAB yang ditetapkan tersebut terlalu besar dan jarang dijumpai di perairan
laut. Menurut Rifai et a.,( 1983) kadar fosfat di perairan yang masih alami tidak lebih
dari 0,1 ppm ( = 100 ug.at/1). Selanjutnya dikatakan bahwa kadar fosfat > 50 ppm dapat
menimbulkan eutrofikasi (kelewat subur). Eutrofikasi ini merangsang pertumbuhan
fitoplankton, sehingga terjadi ledakan populasi fitoplankton (Blooming), mulai dari
fitoplankton yang tidak mengandung racun sampai yang beracun (toksik).
Dari Tabel 1 dan 2 di atas juga dapat dilihat secara keseluruhan kadar fosfat rerata
pada kedalaman 0-200 m di perairan Tanimbar Bagian Utara (0.52 ug.at/1) lebih tinggi
dibandingkan dengan Tanimbar Selatan (0,68 ug.at/1). Seperti yang dijelaskan di atas
hal erat kaitannya dengan karakteristik masing-masing lokasi dan kepadatan populasi .

Jumal Itmfah Sorihi. Vol III. No 01 Jull 2004 : 61

- 72

67
ISSN. 1693-1483

Jumal Sorihi

fitoplankton. Rendahnya kadar fosfat di Tanimbar Utara diduga karena zat hara fosfat
yang tersedia digunakan oleh -fitoplankton, khususnya di lapisan permukaan, keadaan
ini pemah dijumpai oleh Muchtar (1996) di Teluk Jakarta dan Edward & Manik (1987)
di Teluk Ambon. Liaw (1969 dalam Simajuntak, 1996)) membagi kesuburan perairan
berdasarkan kadar fosfat ke dalam empat kategori.
Tabel 5. Kesuburan Perairan Berdasarkan Kadar Fosfat

No Perairan Tanimbar

Kadar Fosfat Rerata

Kriteria, ug/1

Kesuburan

(0-200m), pg/1

Utara

0,52

0 - 0,06

Kurang subur

Selatan

0,68

0,07-1,61

Cukup subur

1,62-3,23

Subur

>3,32

Sangat subur

0,60

Rerata

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadar fosfat di kepulauan Tanimbar ini (utara,
dan selatan) berkisar antara 0,52 - 0,68 ug.at/1. Dengan demikian berdasarkan keriteria
diatas maka perairan Kepulauan Tanimbar ini termasuk ke dalam kategori cukup subur.
Berikut ini dapat dilihat perbandingan kadar fosfat di Kepulauan Tanimbar ini dengan
beberapa perairan di Indonesia.

Tabel 6. Perbandingan kadar fosfat di perairan Kep. Tanimbar Utara dan Selatan dengan
beberapa perairan di Indonesia.

No

Perairan

Tahun

Fosfat, ug.at/1

Keterangan

Tanimbar

1998

0,52 0,68

Penelitian ini

T. Jakarta

1980

0,04-2,92

ilahude el a] (Simajuntak, 1996)

M. Karang

1985

0,15-4,95

Susana (Simajuntak, 1996)

Suralaya

1986

0,52-1,18

Susana (Simajuntak, 1996)

B. Solo

1993

1,57-4,67

Anonym (Simajuntak, 1996)

K. Porong

1993

1,95-7,46

Anonym (Simajuntak, 1996)

Cilacap '

1985

1,40-4,95

Susana (Simajuntak,1996)

Jumal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli 2004 : 61 - 72

68
ISSN. 1693-1483

Jurtial Sorihi

T. Banten

1985

1,48-3,15

Anonym (Simajuntak,1996)

Jepara

1984

1,24-3,44

Susana (Simajuntak, 1996)

10

T. Kuta

1994

0,42-1,11

Muchtar (1994)

11

T. Ambon

1979

0,22-1,27

Edward &Manik (1987)

12

T. Ambon

1980

0,18-4,32

Edward & Manik ( 1 987)

13

T. Ambon

1981

0,15-0,46

Edward & Manik (1987)

14

Sorong

1992

0,40-0,80

Edward &Tarignn (1997)

15

Sorong

1996

0,47-1,24

Edward &Tarigan (1997)

16

L. Banda

1993

1.08-2,99

Wyadnyana el al., (1993)

17

L. Arafura

1993

0,69- 1,88

Wyadnyana el al., (1993)

18

Tanimbar utara

1998

0,8 -1,4

Langkosono, (1998)

19

T. Bintuni

1995

0,38-1,43

Pulumahuny et al., (1998)

20

T. Kao

1995

0,30-1,55

Wyadnyana, ( 1 998)

KES1MPULAN
Berdasarkan data yang dikaji, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kadar
fosfat di perairan Tanimbar Selatan lebih tinggi dibandingkan dengan Tanimbar Utara,
dengan demikian perairan Tanimbar Selatan ini relatif lebih subur dibandingkan dengan
Utara. Dilihat dari kadar fosfat, perairan Kepulauan Tanimbar ini secara keseluruhan relatif
masih normal dan alami dan cukup subur. Perairan ini dapat digunakan untuk kepentingan
perikanan (budidaya) serta taman laut dan konservasi. Kondisi perairan yang relatif masih
alami ini perlu dipertahankan dan dilestarikan, bahkan jika dapat lebih ditingkatkan daya
dukungnya. Pencemaran dan kerusakan ekosistem perlu dihindari dan dicegah sedini
mungkin, khususnya melalui peraturan dan perundang-undangan, instansi terkait serta
peran serta masyarakat.

Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli 2004: 61- 72

ISSN. 1693-1

Jurnal Sorihi

DAFTAR ACUAN

Alaert, G dan Sri S Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasio

Surabaya: 309

Anonim. 1985. Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Pengendalian Pencemaran Lingkung
Laporan Khusus: Asisten I Meneteri Negara Kependudukan dan Lingkun;
Hidup. Jakarta

Artawan.-'G. 1992. Sebaran Suhu, Salinitas, Fosfat, Nitrat dan Silikat Musiman Sec

Menegak di Perairari*ZEE Baratdaya Sumatera. Skripsi: Program ITK, IPB Bog


95

Brotowidjoyo D.M., D. Tribowo., Eko. M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan


Budidaya A ir. Liberty, Yogyakarta

Connel, W. Des., dan G.J. Miller.1995. Kimia dan Ekootoksikologi Pencemaran. Pener
Universitas Indonesia: 520

Edward dan J.M. Manik. 1987. Kandungan Zat hara Fosfat di Teluk Ambon pada Mus
Timur dan barat Teluk Ambon (Biologi, perikanan, osenografi dan perikana
:112-1 16

Edward dan Tarigan. 1997. Ekologi Selat Sele. Jurnal lingkungan dan Pembangunan. V
17, No.4, hal. 285-292
Ilahude A.G., D.P. Praseno., O.H. Arinardi dan A. Nontji. 1975. Peta Oseanografi Ha
Pelayaran Selama Pelita I (1969-1974). Atlas Oseanologi Perairan Indonesia d
Sekitarnya. Buku No 2. LON-LIPI: 483

Kantor MNKLH. 1988. Keputusan Menetri Negara Kependudukan dan Lingkunga Hid,
No. Kep-02/MNKLH/U1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungc
Kantor Menetri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta

Koesoebiono. 1981. Plankton dan Produktivitas Bahari. Institut Pertanian

Bogor, Bogc

169

Langkosono. 1998. Penelitian pendahuluan komunitas ikan padang Iamun di perair;


Kecamatan Tanimbar Utara, Maluku Tenggara. Proseding : Seminar Kelaut;
LIPI-UNHAS II, hal.147-158

Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01

Juli 2004 : 61 - 72

7(

Jurnal Sorihi

ISSN. 1693-1483

Liaw. K. 1969. Chemical and Biological Studies of Fish Ponds and Reservoirs in Taiwan.
Reprinted from Chines - America Joint Commission on Rural Reconstruction. Fis.
Series 7
Muchtar, M. 1994. Struktur komunitas biologi padang lamun di pantai selatan Iombok daD
kondisi lingkungannya. Proyek Pengembangan kelautan MREP 1993-1994, P30LIPI Jakarta: 1-14
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit Gramedia Jakarta

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Sounders Company, Philadelphia: 574

Jtaymont, J. E. G. 1963. Plankton and Productivity in The Ocean. Me. Millan Co, New
York

Rifai, R.S dan K. Pertagunawan. 1983. Biologi Perikanan I. Penerbit CV. Kayago. Jakarta:
143
Pulumahuny, F.S. dan Edward. 1998. Evaluasi Rona lingkungan Teluk Bintuni Irian Jaya.
Proseding : Seminar Kelautan LIPI-UNHAS II, Ujung Pandang: 73-81
Sutamihardja, R.T.M. 1987. Kualitas Pencemaran Lingkungan. Sekolah Pascasarjana
Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bahan Kuliah: Institute
Pertanian Bogor, Bogor

Strickland, J.D.H and T.R. Parsons. 1972. A Practical Handbook of Seawater Analysis.
Fisheries Research Board Canada, Bulletin No. 167: 310

Simajuntak, M. 1996. Kondisi Fosfat dan nitrat di Perairan Teluk bantea Inventorisasi dan
Evaluasi Lingkungan Pesisir. P30-LIPI Jakarta : 10 - 18
Wyadnyana,N.N. 1998. Kelimpahan Sista Dinaflagellata Penyebab Red Tide di Teluk
Kao, Maluku Utara. Proseding : Seminar Kelautan UNHAS LIPI-UNHAS. Ujung
?
Pandang: 93-100
Wyadnyana N.N., W. Hutahean., A. Nanlohy., J. Souhoka. 1993. Eksplorasi Sumberdaya
Laut Jeluk Perairan Kawasan Timur Indonesia: Proftl Laut Banda dan Sekitamya
Laporan Kemajuan Triwulan III. Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut LIPI Ambon: 131-157

Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli 2004 : 61 72

71
ISSN. 1693-1483

Jurnal Sorihi

Lanipiran:

PROTOPLASMA

Ekrcsi
BAKTERI
i

Tulang, gi

Sintesa Protein

Prololasm;.

gngLautdanlkan

[-gSHgSg,

1
i
Gambar 2. Siklus Fosfor (Odum, 1971)

Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli 2004 : 61

72

72
ISSN. 1693-1483

Jurnal Sorihi

Kadar ug.at/l

I 1.2-r
I

siS

'

0.8-4
'6'
0.4

mmmm

(]

0.2 T
0

_ F;

*t _
m
Sa

, L
f

JJ

if li

_
iIF

ill

'T'

M.

I
_

i:

far..

Fosfat

At

i
3

0m

25 m

75 m 100 m 150 m 200 m

50 m

Kcdalaman

-*

Gambar 2. Histogram Kadar Fosfat di Perairan Tanimbar Utara


Kadar ug.at/l

1-2TS
0.8

nrr m-

'

0.6 '

0.4- ;

0.2

iS-d
0m

25 m

50 m

75 m 100 m 150 m 200 m

> Kedalaman
Gambar 4. Histogram Kadar Fosfat di Perairan Tanimbar Selatan
Jurnal llmiah Sorihi, Vol III, No 01 Juli 2004 : 61

72

Anda mungkin juga menyukai