Anda di halaman 1dari 3

Analisis Kebutuhan

Profesional

Diklat

sebagai

pondasi

terciptanya

ASN

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah asset Negara yang


dapat menjalankan roda pemerintahan kearah yang lebih baik sehingga
terwujudnya pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan. Sebagaimana diketahui bahwa UU nomor 8 Tahun 1974
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 43 tahun 1999 tentang
perubahan UU nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian
selama ini sebagai dasar untuk mengatur hal-hal yang terkait dengan
kepegawaian sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dalam
menghadapi era globalisasi yang telah didepan mata. Untuk memenuhi
tuntutan tersebut maka di terbitkanlah undang-undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Apatur Sipil Negara.
Dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 menerapkan Sistem Merit yaitu
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang seseorang. Kualifikasi yang dimaksud adalah keahlian yang
diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu.
Kualifikasi juga diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara
akademis maupun secara teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu.
Sedangkan Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh seorang ASN berupa pengetahuan dan keterampilan serta perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga ASN tersebut
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.
Kompetensi dimaksud meliputi : kompetensi teknis, kompetensi manajerial,
dan kompetensi sosial kultural.
o Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat spesialisasi pendidikan,
pelatihan teknis dan fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
o Kompetensi Manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
structural atau manajemen dan pengalaman kepemimpinan.
o Kompetensi Sosial Kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya
sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Sebuah pendidikan dan pelatihan dapat terlaksana dengan baik apabila
memiliki lima unsur penting, yaitu :
o Lembaga pelatihan, tentunya menjadi mutlak keberadaannya dalam
sebuah pelatihan dikarenakan lembaga pelatihan merupakan wadah
sebuah diklat yang menjadi satu kesatuan dalam manajemen diklat
o Program pelatihan, merupakan pondasi dari berdirinya sebuah
lembaga pelatihan. Jika program pelatihan tidak dapat dikembangkan
dengan baik maka sebuah lembaga pelatihan tidak akan dapat
berkembang.
o SDM pelatihan, dapat dibagi menjadi dua yaitu SDM Tenaga Pengajar
dan SDM Penyelenggara. Keberhasilan sebuah diklat juga tidak terlepas
dari kedua unsur SDM ini. Sebab kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik
peserta
ditentukan
oleh
Tenaga
Pengajar
dan
Penyelenggara.
o Peserta, merupakan objek dari pelatihan, oleh karena itu ketepatan
persyaratan peserta dengan diklat yang diselenggarakan dapat
memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap keberhasilan sebuah
diklat.
o Sarana dan Prasarana pendukung, merupakan pendukung dalam
kegiatan belajar mengajar. Semakin baik dan lengkap sarana dan
prasarana pendukung yang tersedia, maka akan semakin baik pula diklat
yang dilaksanakan.
Kelima unsur diatas memegang peranan penting dan saling erat
kaitannya dalam keberhasilan suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Untuk lebih jelasnya hubungan kelima unsur tersebut dapat digambarkan
sebagaimana berikut ini :
Program pelatihan merupakan pondasi utama dalam sebuah kegiatan
diklat oleh karena itu sebagaimana dijelaskan diatas untuk menghasilkan
diklat yang baik maka terlebih dahulu dilakukan Analisis Kebutuhan Diklat
(AKD) agar kegiatan diklat tepat sasaran antara peserta dengan program
yang akan dijalankan. AKD merupakan langkah awal perencanan program
diklat yang diperlukan untuk menemukenali kesenjangan antara kompetensi
yang dipersyaratkan dengan kompetensi yang dimiliki oleh ASN dalam
melaksanakan tugas jabatannnya. AKD merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka mengidentifikasi Kompetensi yang masih kurang dikuasai dan perlu
ditingkatkan/dibangun melalui diklat dengan mengidentifikasi substansi
materi pokok diklat (Knowladge, skill, Attitude) yang relevan dan mendukung
dalam pelaksanaan tugas setiap unit kerja di masing-masing komponen
dilingkungan kerjanya.
Oleh karena itu dengan dilakukannya AKD maka pelaksanaan diklat
dapat diarahkan kepada diklat yang berbasis kompetensi sehingga dapat
menjawab tantangan globalisasi yang menuntut profesionalisme ASN yang
kompeten. Untuk itu Kementerian dalam Negeri selaku Instansi Pembina bagi
seluruh pemererintah daerah di seluruh Indonesia sangat merespon
pengembangan kompetensi aparaturnya melalui Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Sistem
Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi dilingkungan Kementerian
Dalam Negeri. Pada pasal 21 ayat (1), dinyatakan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan diklat, maka pengembangan program diklat dilaksanakan pada
tiga tingkatan, yaitu : tingkat system, tingkat organisasi, dan tingkat individu.
Pengembangan program diklat pada tingkat system yaitu dilaksanakan dalam
rangka menyediakan jenis-jenis diklat berbasis kompetensi yang berstandar
dan mampu telusur dengan system manajemen nasional. Pengembangan
program diklat pada tingkatan organisasi yaitu dilaksanakan dalam rangka
menyediakan jenis-jenis diklat yang spesifik sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas-tugas pokok dan fungsi masing-masing unit
organisasi pemerintah. Sedangkan Pengembangan program diklat pada
tingkatan individu yaitu dilaksanakan untuk menyediakan program
peningkatan kompetensi pada setiap pegawai guna memenuhi kebutuhan
kompetensi individu dalam melaksanakan pekerjaannnya.
Dengan demikian jika kebutuhan pelatihan telah dipetakan
sebagaimana diuraikan tersebut diatas maka kebutuhan diklat dapat

mengatasi kesenjangan antara kompetensi yang dibutuhkan dengan


kompetensi yang dimiliki aparatur untuk menduduki jabatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai